Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Psikologi

September 2015, Vol. III, No. 1, hal 12-19

HUBUNGAN ANTARA DETERMINASI DIRI DAN EKSPEKTASI GURU


DENGAN SELF REGULATION LEARNING (SRL)

Ilvy Nur Dina


Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia


Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Abstrak
Semua sekolah mengharapkan siswanya untuk memiliki prestasi tinggi yang bisa
menjawab tantangan zaman serta dapat mengharumkan citra sekolah. Untuk bisa
mencapai hasil belajar tersebut dibutuhkan kemampuan dan keterampilan dalam
mengatur kegiatan belajar secara mandiri (self regulation learning). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara determinasi diri dan ekspektasi guru terhadap
self regulation learning (SRL). Subjek penelitian adalah siswa kelas X dan Kelas XI
SMAN 1 Waru Kabupaten Sidoarjo. Pengumpulan data dengan menggunakan skala self
regulation learning (SRL), skala determinasi diri dan skala ekspektasi guru. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis regresi 2 prediktor. Hasil perhitungan
menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara determinasi diri dan ekspektasi
guru dengan self regulation learning (SRL) (Freg = 1052,725 > Ftab 1% = 4,61).

Kata kunci : self regulation learning, determinasi diri, ekspektasi guru

PENDAHULUAN tampil produktif, kreatif dan inovatif.


Semua sekolah mengharapkan Untuk bisa mencapai hal tersebut,
siswanya untuk rajin belajar agar dibutuhkan kemampuan dan
mendapatkan prestasi yang tinggi, keterampilan dalam mengatur
sehingga bisa menjawab tantangan kegiatan belajar secara mandiri.
zaman dan mengharumkan citra Dalam realita kehidupan
sekolah. Oleh karena itu, siswa sehari-hari, budaya belajar
dituntut untuk bisa belajar lebih dikalangan siswa sangat rendah.
mandiri, disiplin membagi waktu Masih banyak siswa yang terlihat
belajar, bisa melaksanakan kegiatan belum mampu untuk belajar secara
belajar yang lebih intensif dan mandiri. Seperti saat guru tidak bisa
terarah, sehingga menjadikan siswa hadir di kelas, siswa menganggap hal
12
tersebut menyenangkan dan mereka meningkatkan motivasi, menyadari
lebih memilih menghabiskan waktu hal-hal yang mempengaruhi kondisi
untuk bergurau dengan teman atau emosional dan mempunyai strategi
pergi ke kantin daripada belajar untuk mengatur emosi agar tidak
sendiri di kelas. Hal tersebut mengganggu kegiatan belajar. Siswa
menjadikan prestasi siswa rendah juga mampu memantau kemajuan
dan tidak sesuai dengan tujuan yang yang mendekati target belajar secara
diharapkan oleh sekolah. periodik, memeriksa strategi yang
Masalah belajar merupakan didasarkan pada kemajuan yang
masalah pengaturan diri. Oleh karena dicapai, mengevaluasi rintangan
itu dibutuhkan pengaturan diri dalam yang mungkin timbul, dan membuat
belajar (self regulation learning) adaptasi yang diperlukan, sehingga
yang tinggi pada siswa. Hal tersebut dapat menetralisir terjadinya
bertujuan agar siswa mampu kegagalan.
mengatur dan mengarahkan dirinya Siswa yang memiliki self
sendiri, mampu menyelesuaikan dan regulation learning tinggi akan
mengendalikan diri, terutama ketika mengerti bahwa tugas belajar yang
menghadapi tugas-tugas sekolah berbeda membutuhkan pendekatan
yang sulit. Apabila siswa memiliki yang berbeda pula. Seperti contoh,
self regulated learning rendah, maka sebuah tugas hafalan membutuhkan
akan mengakibatkan kesulitan strategi mnemonic, sementara tugas
dalam menerima materi pelajaran, pemahaman yang kompleks mungkin
sehingga hasil belajar menjadi tidak dapat dideteksi dengan concept map.
optimal. Selain itu, hal tersebut juga Elliot, dkk (1999) menyatakan
dapat berdampak pada bahwa, ada empat dimensi dalam
ketidaklulusan. Apabila sampai kelas membangun self regulation learning
XII tidak ada perubahan dalam (SRL) yaitu motivasi, metode
proses belajar, maka siswa akan sulit belajar, hasil kinerja, dan
mencapai standar kelulusan. lingkungan. Motivasi yang
Siswa yang mempunyai self membangun self regulation learning
regulated learning tinggi mampu disini merupakan motivasi yang
mengatur tujuan belajar untuk dibutuhkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan melaksanakan strategi yang dapat

13
mempengaruhi proses belajar. Siswa merencanakan tujuannya sendiri.
akan lebih efektif dan efisien dalam Para siswa diberi pilihan dalam
mengatur waktu belajarnya apabila ia aktivitas yang ingin diikuti
mempunyai motivasi, baik itu berikutnya. Hasilnya menunjukkan
motivasi intrinsik maupun motivasi bahwa siswa yang memiliki motivasi
ekstrinsik (Cobb, 2003). Motivasi intrinsik (determinasi diri)
intrinsik didasarkan oleh beberapa memperlihatkan prestasi yang tinggi
faktor internal seperti determinasi dan lebih cepat dalam menamatkan
diri , rasa ingin tahu, tantangan dan sekolah menengah atasnya.
usaha (Santrock, 2007). Selain motivasi intrinsik, faktor
Determinasi diri sangat ekstrinsik melibatkan insentif
berperan penting dalam menciptakan eksternal seperti penghargaan dan
lingkungan belajar yang dapat hukuman. Penghargaan tersebut bisa
mendorong siswa untuk secara berupa ekspektasi guru, pemberian
kognitif terlibat dan bertanggung reward, dan lain-lain, sedangkan
jawab terhadap proses belajarnya. faktor hukuman bisa berupa
Tujuannya adalah membuat para punishment, dan lain-lain.
siswa termotivasi untuk Ekspektasi guru sangat
mempertahankan dan menguasai berperan penting dalam membangun
gagasannya dibandingkan hanya motivasi intrinsik siswa. Apabila
sekedar mengerjakan tugas dan naik guru responsif dan menunjukkan
kelas. bahwa mereka peduli dengan
Dalam sebuah studi yang memperhatikan perkembangan hasil
dilakukan Decharms (1984) yang akademik siswa, maka anak akan
melibatkan para siswa Afrika- menunjukkan prestasi akademiknya.
Amerika yang berasal dari sosio- Begitu juga sebaliknya, apabila guru
ekonomi rendah, menunjukkan tidak responsif dan tidak
bahwa para guru didorong untuk menunjukkan perhatiannya terhadap
memberikan tanggung jawab yang perkembangan hasil akdemik siswa,
lebih besar kepada mereka yang maka anak akan kehilangan motivasi
mengikuti program sekolah. Mereka intrinsiknya (Solomon, Batistich,
diberi kesempatan untuk menetapkan Watson, Schaps & lewin, 2000).
tujuannya sendiri, serta Dengan kata lain, motivasi ekstrinsik

14
tidak akan terbangun tanpa adanya Instrumen Penelitian
motivasi intrinsik, begitu juga Penelitian ini dilakukan dengan
sebaliknya, sehingga keduanya menggunakan skala psikologi pada
sangat berkaitan dalam membangun subyek penelitian yang berisi
self regulation learning (SRL). beberapa aitem. Ada tiga skala yang
digunakan pada penelitian ini yaitu
METODE PENELITIAN skala self regulation learning, skala
Jenis penelitian yang determinasi diri, dan skala ekspektasi
digunakan pada penelitian ini adalah guru. Adapun skala pengukurannya
penelitian kuantitatif. Disebut dengan menggunakan skala likert.
kuantitatif karena berlandaskan Ketiga skala tersebut sebelumnya
filsafat positivisme, digunakan untuk telah melalui uji coba sebelum
meneliti pada populasi atau sampel diberikan kepada subjek penelitian.
tertentu, pengumpulan data Berdasarkan perhitungan
menggunakan instrumen penelitian, koefisien validitas dan diskriminasi
analisis data bersifat kuantitatif aitem dari 40 aitem skala self
(statistik), dengan tujuan untuk regulation learning (SRL) diperoleh
menguji hipotesis yang ditetapkan 24 aitem yang valid dengan koefisien
(Sugiyono, 2011). validitas antara 0,3 - 0,71 dan
koefisien reliabilitas sebesar
Subjek Penelitian 0,88439. Dari 40 aitem skala
Subjek dalam penelitian ini determinasi diri diperoleh 29 aitem
adalah siswa-siswi SMAN 1 Waru yang valid dengan koefisien validitas
Kabupaten Sidoarjo yang masih antara 0,32 - 0,68 dan koefisien
tercatat aktif yaitu kelas X dan XI reliabilitas sebesar 0,85939. Dari 40
dengan jumlah 103 siswa. Teknik aitem skala ekspektasi guru
pengambilan sampel menggunakan diperoleh 20 aitem yang valid
proportional stratified random dengan koefisien validitas antara 0,3
sampling yaitu pengambilan sampel - 0,74 dan koefisien reliabilitas
secara random (acak) dengan sebesar 0,77745.
memperhitungkan strata dan besar
kecilnya jumlah sub populasi.

15
Analisa Data 2. Freg = 1052,725 dengan taraf
Untuk menjawab hipotesis,
signifikansi 1%, dan koefisien
data penelitian yang diperoleh
determinan (R²) = 82,33 %,
kemudian diolah dengan
sehingga ada hubungan yang
menggunakan teknik analisa regresi
sangat signifikan determinasi diri
2 prediktor.
dan ekspektasi guru dengan self
regulation learning (SRL).
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Determinasi diri dan ekspektasi
Hasil Penelitian
guru dapat digunakan untuk
Subjek dalam penelitian ini
meramalkan self regulation
berjumlah 103 siswa, dengan
learning (SRL) siswa dengan
klasifikasi 50 siswa laki-laki dan 53
sumbangan efektif sebesar
siswa perempuan. Adapun jumlah
82,24%. Sumbangan efektif
sampel yang digunakan pada
determinasi diri (SE% X1) dapat
penelitian ini dapat diketahui melalui
meramalkan self regulation
tabel berikut :
learning (SRL) sebesar 0,085%,
25 dan ekspektasi guru (SE% X2)
20
dapat meramalkan self regulation
15
Laki - Laki learning (SRL) sebesar 82,24 %.
10
Perempuan
5
0 Pembahasan
X- 7 XI IPA 5 XI IPS 1
Motivasi yang membangun self
Gambar 1. Data sampel penelitian
berdasarkan jenis kelamin regulation learning (SRL) disini
merupakan motivasi yang
Dari hasil perhitungan analisis dibutuhkan oleh siswa untuk
regresi dua prediktor diperoleh hasil melaksanakan strategi yang dapat
sebagai berikut: mempengaruhi proses belajarnya.
1. rxy = 0,8233988 pada taraf Siswa akan lebih efektif dan efisien
signifikansi 1%, sehingga ada dalam mengatur waktu belajarnya
hubungan yang sangat signifikan apabila ia mempunyai motivasi baik
antara determinasi diri dan itu motivasi intrinsik maupun
ekspektasi guru dengan self motivasi ekstrinsik. Motivasi
regulation learning (SRL). intrinsik bisa berupa determinasi

16
diri, rasa ingin tahu, tantangan dan pembentukan self regulation
usaha. Motivasi ekstrinsik bisa learning (SRL) siswa daripada
berupa ekspektasi guru, reward dan determinasi diri. Hal tersebut sesuai
punishment. dengan pendapatnya Muhibbin
Determinasi diri sangat (2003), bahwa ada tiga hal yang
berperan penting dalam menciptakan mempengaruhi belajar siswa yaitu:
belajar yang dapat mendorong siswa faktor internal, faktor eksternal, dan
untuk secara kognitif terlibat dan faktor pendekatan belajar. Faktor
bertanggung jawab terhadap proses internal dipengaruhi oleh: faktor
belajarnya, sehingga siswa fisiologis dan faktor psikologis.
termotivasi untuk mempertahankan Faktor fisologis dipengaruhi oleh
dan menguasai gagasan-gagasannya keadaan fisik siswa, sedangkan
dibanding-kan hanya sekedar faktor psikologis dipengaruhi oleh
mengerjakan tugas dan naik kelas. tingkat intelegensi, sikap, bakat dan
Di sisi lain, ekspektasi guru minat, serta motivasi siswa. Sikap
dapat membentuk self esteem siswa, siswa adalah suatu gejala internal
sehingga dapat membangun motivasi yang berdimensi afektif berupa
intrinsik siswa. Solmon, dkk (2000) kecenderungan untuk mereaksi atau
menyatakan bahwa, apabila guru merespons dengan cara relatif tetap
responsif terhadap siswa, maka siswa terhadap obyek orang atau barang
akan menunjukkan prestasi baik secara positif ataupun negatif.
belajarnya dan begitu pula Sikap siswa yang positif dalam
sebaliknya ketika guru tidak menerima guru merupakan suatu
responsif terhadap siswa, maka anak awal yang baik bagi belajar siswa
akan kehilangan motivasi tersebut. Sikap positif siswa timbul
intrinsiknya. Dapat kita simpulkan karena adanya persepsi yang baik
bahwa determinasi diri dan tentang guru tersebut melalui
ekspektasi guru memiliki peranan komunikasinya pada siswa baik
penting dan saling berkaitan dalam secara verbal maupun nonverbal
membentuk self regulation learning yang dihubungkan dengan cara guru
(SRL) siswa. mengorganisasikan kelas serta
Ekspektasi guru memberikan bagaimana guru mengekspektasikan
prediksi lebih besar dalam siswanya sehingga dapat

17
menciptakan perasaan rasa aman serta lebih kreatif dan terbuka untuk
dalam diri siswa ketika dia berada ide-ide baru dari orang lain tidak
dikelas sehingga ia dapat menjadi akan tercapai. Hal tersebut
siswa yang produktif dan lebih dikarenakan deficiency need yaitu
mandiri dalam belajar. kebutuhan untuk dihargai dan
Maslow berpendapat bahwa, dianggap mampu oleh
orang dimotivasi oleh hierarki lingkungannya tidak terpenuhi
kebutuhan yang bergerak menuju self sehingga anak menjadi tidak yakin
actualization. Begitu pula dengan dengan kemampuannya. Hal tersebut
determinasi diri, dalam teori sesuai dengan pendapatnya Aspey
determinasi diri berfokus pada dan Roebuck (1988) yang
kebutuhan akan motivasi menurut mengungkapkan bahwa, empati,
Maslow. Konsepsi-konsepsi dalam kamampuan guru merefleksikan
self–determination sama dengan perasaan siswa dan ketulusan hati,
konsepsi-konsepsi tentang kebutuhan merupakan kata-kata dan pernyataan
dasar manusia yaitu: competence yang konsisten dengan perbuatan dan
(kompetensi) atau Need for telah menghasilkan hasil prestasi
achivement (kebutuhan akan akademik yang signifikan pada siswa
prestasi), Need for autonomy and karena menimbulkan rasa aman pada
control (autonomi dan kontrol) atau siswa, sehingga dapat
power (kebutuhan akan kekuasaan), mengembangkan dan menciptakan
Need for relatedness (kebutuhan lingkungan belajar yang positif
akan berhubungan/berinteraksi sehingga anak lebih mandiri dan
dengan orang lain) atau affiliation produktif dalam belajar.
(afiliasi).
Ketika Need for relatedness DAFTAR PUSTAKA
(kebutuhan akan Akhmadi. 2002. Menumbuhkan Self-
berhubungan/berinteraksi dengan Regulated Learning Siswa,
Dalam Pendalaman Materi
orang lain) atau affiliation (afiliasi) “Bimbingan Konseling” Diklat
seperti ekspektasi guru tidak Guru Bimbingan Konseling.
terpenuhi, maka tujuan growth Arikunto. 2006. Prosedur Suatu
Pendekatan Praktik, Ed Revisi
needs seperti mencari pengetahuan VI, Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
lebih lanjut untuk dirinya sendiri

18
Azwar. 1999. Penyusunan Skala Santrok. 2007, Remaja Jilid 2 Edisi
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka 11. Jakarta: Erlangga
pelajar.
. Psikologi Pendidikan.
Azwar. 1997. Reliabilitas dan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Media
pelajar. Shiddiq. 2008. Perbedaan Self
Damayanti. 2008. Efektifitas Regulation Learning antara
Intervensi Ketrampilan Self Siswa Underachiver dan Siswa
Regulation Learning (SRL) Overachiever pada Kelas 3
dan Keteladanan dalam SMPN 6 Yogyakarta.
Kemampuan Meningkatkan Http://Eprints.Uad.Ac.Id/95/1/
Belajar Mandiri dan Prestasi Mujidin,_Ahmad_Dhuhri_Nur
Belajar Mahasiswa Pendidikan _Shidiq_(Perbedaan_Self_Reg
Jarak Jauh, ulated_Learning_Antara_Sisw
http://lppm.ut.ac.id/htmpublika a_Underachievers_Dan_Siswa
si/tri.pdf _Overachievers_Pada_Kelas_
3_Smp_Negeri_6_Yogyakarta).
Daulany & Rola. 2012. Perbedaan
Pdf
Self Regulation Learning
(SRL) antara Mahasiswa yang Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Bekerja dan Tidak Bekerja, Kuantitatif, Kualitatif dan R &
http://fpsi.mercubuana- D. Bandung: Alfabeta.
yogya.ac.id/wp- Sunawan. 2005. Jurnal Ilmu
content/uploads/2012/06/jurnal Pendidikan Juni 2005, jilid 12,
-fastirola.ok_.pdf Beberapa Prilaku
Desmita. 2008. Psikologi Underchivement Ditinjau dari
Perkembangan. Bandung: Prespektif Self Regulated
Rosda Learning, FIP IKIP Madiun.
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Syah. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta Jakart: Raja Grafindo Persada
Djiwandoko. 2002. Psikologi Woolfolk. 2001. Educational
Pendidikan. Jakarta: Gramedia Psychology, Active Learning
Edition. Yogyakarta: Pustaka
Hurlock. E. B. (2001). Psikologi
Pelajar
Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga
Mahmud. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Pustaka
setia.
Munandar. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta
Omrard. 2009. Psikologi Pendidikan,
Membantu Siswa Aktif dan
Berkembang. Jakarta: Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai