Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Hubungan Dukungan Sosial dengan Self Regulated Learning pada


Siswa SMA Yayasan Perguruan Bandung Tembung
Azhar Aziz*
Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan self regulated learning. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Yayasan Perguruan Bandung - Bandar Setia Tembung sebanyak 128 orang siswa.
Adapun teknik yang digunakan adalah Total sampling. Skala yang digunakakan adalah Skala self regulated learning ini disusun
berdasarkan komponen dalam Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang terdiri dari 42 aitem. Sedangkan
Skala dukungan sosial ini disusun berdasarkan pendapat dari sarafino (1998). Sampel yang diambil adalah seluruh siswa SMA
Yayasan Perguruan Bandung - Bandar Setia Tembung sebanyak 128 orang siswa. Adapun teknik yang digunakan adalah Total
sampling. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial
dengan self regulated learning. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi r_xy = 0,75 ; p = 0,000, berarti p < 0,010 Artinya
semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi self regulated learning siswa. Koefisien determinan (r^2) dari hubungan
antara kedua variabel sebesar r^2 = 0,574 Ini menunjukkan bahwa self regulated learning dibentuk oleh dukungan sosial sebesar
57,4 % sedangkan 42,6 % dipengaruhi oleh factor lain seperti motivasi, factor lingkungan sekolah dan kecerdasan.
Kata kunci: Dukungan Sosial; Self Regulated Learning.

Abstract
This study aims to determine whether there is a relationship between social support and self-regulated learning. The sample in this
study are all high school students Education Foundation Bandung - Bandar Setia Tembung as many as 128 students. The technique
used is total sampling. Scale be adopted is self-regulated learning scale is based on components of the Motivated Strategies for
Learning Questionnaire (MSLQ) consisting of 42 item. While social support scale is based on the opinion of Sarafino (1998). Samples
taken are all high school students Education Foundation Bandung - Bandar Setia Tembung as many as 128 students. The technique
used is total sampling. The results of this study showed that There is a significant positive relationship between social support and
self-regulated learning. These results evidenced by r_xy correlation coefficient = 0.758; p = 0.000, mean p <0.010 means that the
higher the social support, the higher the students' self-regulated learning. Determinant coefficient (r ^ 2) of the relationship between
the two variables of r ^ 2 = 0.574 This shows that self-regulated learning is shaped by the social support of 57.4.%, While 42.6% are
influenced by other factors such as motivation, school and environmental factors intelligence.
Keywords: Social Support; Self-Regulated Learning.

*Corresponding author:
E-mail: azharazizuma@yahoo.com

103
PENDAHULUAN pembelajaran yang disukainya, apa yang mudah
Perkembangan dan kemajuan sebuah dan sulit bagi dirinya, bagaimana cara
bangsa dapat dilihat dari tinggi rendahnya mengatasi bagian-bagian sulit, apa minat dan
tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan
yang terdapat di Negara tersebut. Semakin kekuatan/kelebihannya. Siswa juga tahu subjek
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki sebuah yang sedang dipelajarinya: semakin banyak
bangsa maka bangsa tersebut akan semakin subjek yang mereka pelajari semakin banyak
sejahtera. Sebaliknya semakin rendah tingkat pula yang mereka ketahui, serta semakin
pendidikan sebuah bangsa maka bangsa mudah untuk belajar lebih banyak
tersebut semakin tidak sejahtera/miskin. (Zimmerman, 2001).
Peningkatan sumber daya manusia yang Model pendekatan Self Regulated
berkualitas dapat dicapai dengan berbagai Learning ini dikembangkan dari teori triadik
usaha, salah satunya adalah melalui jalur sosial kognitif dari Bandura (Zimmerman dan
pendidikan. Peningkatan taraf pendidikan Martinez Pons, 1990) yang merupakan hasil
merupakan sebuah kunci utama untuk dari struktur kausal yang interdependen dari
mencapai tujuan Negara. Pendidikan bukan saja aspek-aspek yang meliputi perilaku (behavior),
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi pribadi (person), dan lingkungan (environment)
juga meningkatkan martabat manusia. (Bandura, 1997).
Pendidikan merupakan institusi strategis Melalui proses ini siswa akan lebih aktif
dalam menentukan masa depan, bangsa. dan konstruktif dalam menetapkan tujuan
Strategisnya posisi pendidikan ini adalah proses belajarnya dan berusaha untuk
karena pendidikan langsung bersentuhan atau memonitor, meregulasi, mengontrol
secara langsung menyangkut manusia sebagai metakognisi, motivasi dan perilaku, yang
agen perubahan. Melalui pendidikan usaha kemudian semua diarahkan serta didorong
pengembangan kognitif, afektif dan konatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan siswa
dilakukan untuk membentuk SDM yang handal. untuk mencapai prestasi yang terbaik.
Usaha membangun sumber daya yang Dalam mencapai prestasi terbaik siswa
unggul pada siswa umumnya dilakukan melalui dituntut untuk mampu mengatur dan
peningkatan prestasi. Banyak cara yang dapat mengarahkan dirinya sendiri, mampu
dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa menyesuaikan dan mengendalikan diri,
dalam belajar diantaranya adalah dengan terutama bila menghadapi tugas-tugas sulit.
pendekatan model Self Regulated Learning. Schunk (1989), mengemukakan bahwa siswa
Self regulated learning suatu pendekatan dikatakan melakukan Self Regulated Learning
yang mengintegrasikan banyak hal tentang dalam belajar bila mereka secara sistematis
belajar efektif, seperti: pengetahuan, motivasi, mengatur perilaku dan kognisinya dengan
dan disiplin diri atau volition (kemauan diri) mengintegrasikan pengetahuan, melatih untuk
yang merupakan faktor penting yang dapat mengingat informasi yang diperoleh, serta
mempengaruhi hasil belajar siswa. mengembangkan dan mempertahankan nilai-
Pengetahuan yang dimaksudkan dalam nilai positif belajarnya.
pendekatan ini adalah pengetahuan tentang Siswa yang memiliki karakteristik Self
dirinya sendiri, subjeknya, tugasnya, strategi Regulated Learning mampu memperluas
untuk belajar, dan konteks-konteks pengetahuan dan mampu menjaga motivasinya,
pembelajaran yang akan digunakannya. Peserta menyadari keadaan emosi mereka, punya
didik yang belajar dengan meregulasi dirinya strategi untuk mengelola emosinya, secara
dapat diistilahkan sebagai peserta didik ’ahli’. periodik memonitor kemajuan kearah
Peserta didik ahli mengenal dirinya sendiri dan tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki
bagaimana mereka belajar dengan sebaik- strategi berdasarkan kemajuan yang mereka
baiknya. Mereka mengetahui gaya buat, Mengevaluasi halangan yang mungkin

104
muncul dan melakukan adaptasi yang fasilitas yang memadai. Apabila individu
diperlukan. Siswa yang aktif dalam proses memperoleh dukungan informatif yang banyak,
belajar adalah mereka yang memiliki Self individu itu merasa memperoleh perhatian dan
Regulated Learning yang tinggi dan bila siswa pengetahuan. Hal tersebut berdampak pada self
memiliki Self Regulated Learning yang rendah regulated learning sehingga siswa mampu
akan mengakibatkan kesulitan dalam menerima mengelola belajarnya secara efektif dan mampu
materi pelajaran sehingga hasil belajar mereka mencapai hasil belajar yang optimal. Namun
menjadi tidak optimal. sebaliknya jika dukungan sosialnya kurang
iswa yang diajar dengan merupakan aspek mendukung maka akan menyebabkan
penting untuk mencapai tujuan belajar siswa. kemampuan self regulated learning siswa
Menurut Winne (dalam Santrock, 2007) self menjadi rendah.
regulated learning adalah kemampuan untuk Berkaitan dengan pemaparan di atas,
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, peneliti tertarik meneliti fenomena di sekolah
perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu SMA Bandung – Bandar Setia. Sekolah ini di era
tujuan. Menurut Schunk dan Zimmerman tahun 80-an, merupakan sekolah yang cukup
(1998), self regulated learning pada siswa berprestasi, namun saat ini prestasi siswa
dapat digambarkan melalui tingkatan atau semakin menurun. Berdasarkan hasil
derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi wawancara dan observasi yang dilakukan di
baik itu secara metakognisi, motivasional, sekolah tersebut diketahui bahwa umumnya
maupun perilaku dalam proses belajar. cara belajar siswa di sekolah ini masih kurang
Menurut Fischer (1998) bahwa salah efektif sehingga prestasi belajar siswa menjadi
satu hal yang berperan penting di dalam rendah. Berdasarkan data dari guru BP nilai
pembentukan kemampuan self regulated rata-rata siswa SMA Bandung 6,0. Nilai ini
learning pada diri siswa adalah dukungan dianggap masih belum sesuai seperti yang
sosial. Sarafino (1998), mengatakan bahwa diharapkan pihak sekolah. Dan beberapa
dukungan yang diterima oleh seseorang dari indikasi lain yang ditemukan oleh peneliti dari
orang lain dapat disebut dengan dukungan hasil wawancara ternyata rata-rata siswa yang
sosial. Menurut Johnson & Johnson (1991) bersekolah di SMA Bandung tingkat
dukungan sosial berasal dari orang-orang ekonominya menengah ke bawah, hal ini
penting yang dekat dengan individu (significant membuat siswa harus bekerja lepas setelah
others). Bagi individu dukungan itu dapat sepulang sekolah. Hal ini mengakibatkan waktu
berupa bantuan dari keluarga, guru dan teman- belajar siswa di rumah menjadi berkurang, dan
temannya. Penulis menekankan pada dukungan ketika belajar di dalam kelas siswa menjadi
sosial keluarga, guru dan teman yang akan kurang fokus dalam mengikuti materi pelajaran
mempengaruhi self regulated learning dalam yang diberikan oleh guru sehingga
proses belajar. mengakibatkan kegiatan belajar mengajar di
Dukungan sosial menjadi hal penting sekolah menjadi tidak efektif.
yang dapat mempengaruhi self regulated Beberapa indikasi lain yang ditemukan
learning. Dukungan sosial dalam hal ini dapat peneliti dari ketidakefektifan siswa dalam
berupa dukungan emosional, penghargaan, belajar diantaranya adalah, kurangnya motivasi
instrumental, dan informatif. Apabila dukungan belajar siswa, malas dalam mencari referensi
emosional tinggi, individu akan merasa bacaan lain selain bahan yang diajarkan, suka
mendapatkan dorongan yang tinggi dari menunda-nunda belajar, jarang mengulang-
anggota keluarga maupun masyarakat dan ngulang pelajaran, jarang mau mengerjakan
apabila penghargaan untuk individu tersebut tugas-tugas yang diberikan guru, tidak memiliki
besar, maka akan meningkatkan kepercayaan kesadaran akan arti pentingnya belajar dan
diri. Apabila individu memperoleh dukungan masalah pengaturan waktu belajar, kurang
instrumental, akan merasa dirinya mendapat mampu mengatur kegiatan belajar. Dengan kata

105
lain kemampuan self regulated learning siswa penelitian yang diajukan. Berdasarkan hal
SMA Bandung tergolong rendah. tersebut diatas, pada bab ini akan dibahas
Menurut Baron dan Byrne (2005) bahwa mengenai metode dan hal-hal yang menentukan
self regulated learning dipengaruhi oleh penelitian, dalam hal ini akan dibahas secara
Dukungan sosial. Dukungan sosial ini sistematis sebagai berikut : identifikasi variabel
melibatkan dukungan keluarga, dukungan penelitian, definisi operasional variabel
fasilitas, dukungan informasi dan dukungan penelitian, Populasi, sampel dan teknik
emosi. Bagi siswa yang mendapatkan dukungan sampling, teknik pengumpulan data, validitas
sosial yang baik dapat membuat siswa dan reliabilitas pengukuran dan metode analisis
termotivasi serta dapat memberikan rasa aman data.
dan nyaman dalam belajar. Variabel yang digunakan dalam
Namun disisi lain menurut Lieberman penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
(1992) dukungan sosial juga dapat variabel bebas (variabel independent) dan
menyebabkan siswa menjadi menurun variabel terikat (variabel dependent). Variabel
prestasinya. Misalnya dalam hal ini keterlibatan bebas adalah variabel yang menjadi sebab
siswa di dalam kelompoknya. Selain menjadi timbulnya atau berubahnya variabel terikat.
sumber dukungan sosial namun juga dapat Jadi variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sumber tekanan sehingga sering mempengaruhi. Variabel terikat adalah variabel
menimbulkan kecemasan yang menurunkan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
potensi siswa. Selain itu juga kondisi ekonomi karena adanya variabel bebas. Variabel bebas
keluarga yang kurang mendukung membuat (variabel independent) : Dukungan sosial dan
umumnya para orangtua di sekolah itu berkerja Variabel terikat (variabel dependent) : Self
sehingga perhatian yang diharapkan siswa regulated learning
untuk mendukung belajar menjadi berkurang. Self regulated learning adalah suatu
Selain itu juga ketersedian fasilitas belajar di kemampuan yang menuntut usaha aktif siswa
sekolah maupun di rumah berdasarkan hasil dalam mengatur dan mengarahkan
wawancara dengan siswa masih belum metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif dalam
memadai. kegiatan belajar.
Namun ketersediaan fasilitas belajar Adapun skala self regulated learning yang
yang lengkap juga tidak selamanya membuat terdiri dari tiga aspek, yaitu : (1) Metakognisi
siswa menjadi berprestasi malah sebaliknya merupakan kemampuan individu untuk dapat
membuat siswa menjadi kurang motivasi dan membuat perencanaan, memantau terhadap
inisiatif. Sedangkan perhatian yang berlebihan pelaksanaan yang dilakukan serta melakukan
malah dapat membuat siswa menjadi kurang evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar
mandiri dalam belajar. Berdasarkan kisah orang dengan bercermin pada hasil tes dan keyakinan
sukses justru keadaan sosial yang kurang menghadapi tes. (2) Motivasi merupakan
mendukung justru dapat menjadi pemicu pendorong (drive) yang ada pada diri individu
keberhasilan siswa di sekolah ( Wongso, 2008). untuk dapat mengarahkan dalam
mengorganisir aktivitas belajarnya. (3) Perilaku
METODOLOGI PENELITIAN merupakan upaya individu untuk dapat
Metode penelitian merupakan usaha mengatur dirinya, menyeleksi dan
yang harus ditempuh dalam penelitian untuk memanfaatkan lingkungan agar mendukung
menemukan, mengembangkan dan menguji aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki
suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang kemampuan self regulated learning tinggi
digunakan harus sesuai dengan obejek pelitian adalah siswa yang mampu menggunakan
dan tujuan penelitian yang hendak dicapai kemampuan metakognisi, motivasi dan
secara sistematik. Hal ini bertujuan agar hasil memiliki perilaku yang efektif dalam kegiatan
yang diperoleh dapat menjawab permasalahan belajar.

106
Dukungan sosial merupakan hubungan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
interpersonal yang di dalamnya berisi skala.
pemberian bantuan yang melibatkan aspek- Metode skala adalah salah satu metode
aspek yang terdiri dari informasi, penghargaan, penelitian dengan menggunakan daftar
emosional, dan bantuan instrumental yang pertanyaan yang berisi aspek yang hendak
diperoleh individu melalui interaksi dengan diukur, yang harus dijawab atau dikerjakan
lingkungan, dimana hal ini memiliki manfaat oleh subjek penelitian, berdasarkan atas
emosional atau efek perilaku bagi penerima, jawaban itu peneliti mengambil kesimpulan
sehingga dapat membantu individu dalam mengenai subjek yang diteliti (Hadi, 2000).
mengatasi masalahnya. Penggunaan metode skala, menurut Hadi
Dukungan sosial diungkap dengan (2000) didasari oleh beberapa anggapan, yaitu :
menggunakan skala dukungan sosial yang 1). Subjek adalah orang yang paling tahu
disusun penulis berdasarkan empat aspek tentang dirinya sendiri, 2). Apa yang dinyatakan
dukungan sosial yaitu : subjek kepada peneliti adalah benar-benar
(1) Dukungan emosional, mencakup dapat dipercaya, 3). Interpretasi subjek tentang
empati dan perhatian. (2) Dukungan pernyataan-pernyataan yang diajukan
penghargaan, mencakup penilaian positif dan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud
dorongan untuk maju. (3) Dukungan peneliti.
instrumental, berupa bantuan langsung. (4) Bentuk skala yang digunakan dalam
Dukungan informasi, berupa pemberian penelitian ini adalah bersifat langsung dan
nasehat, petunjuk dan saran. tertutup. Artinya skala yang merupakan daftar
Populasi adalah keseluruhan objek pernyataan diberikan langsung kepada siswa
penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, sebagai subjek penelitian, dan dalam mengisi
abstrak, peristiwa ataupun gejala yang skala, siswa diharuskan memilih karena
merupakan sumber data dan memiliki karakter jawaban telah disediakan. Adapun skala yang
tertentu dan sama (Sugiyono, 2012). Sedangkan digunakan dalam penelitian ini adalah :
menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan Skala self regulated learning ini disusun
subjek penelitian. Apabila seseorang ingin berdasarkan komponen dalam Motivated
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
penelitian (Arikunto, 2006). Maka dari itu yang terdiri dari 42 aitem. Aitem-aitem ini
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kemudian disusun dan dimodifikasikan
siswa-siswi SMA Yayasan Perguruan Bandung – berdasarkan aitem-aitem yang terdapat dalam
Bandar Setia Tembung yang berjumlah 128 Motivated Strategies for Learning Questionnaire
siswa. (MSLQ) yang digunakan oleh Alsa (2005)
Sampel adalah bagian dari populasi yang dengan mengkaitkan pada kondisi subjek
memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang penelitian yaitu seluruh siswa - siswi SMA
merupakan sumber data (Sugiyono, 2012). Yayasan Perguruan Bandung.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi Aspek yang digunakan untuk mengukur
yang diteliti. Sampel yang diambil adalah self regulated learning meliputi aspek
seluruh siswa SMA Yayasan Perguruan metakognisi, motivasi dan perilaku yang
Bandung - Bandar Setia Tembung sebanyak 128 dikemukakan oleh Zimmerman (1990). Aspek
orang siswa. Adapun teknik yang digunakan metakognisi terdiri dari: perencanaan,
adalah Total sampling. pengorganisasian, dan pemantauan. Aspek
Alat ukur merupakan metode motivasi terdiri dari nilai intrinsik, nilai
pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ekstrinsik, nilai tugas, nilai efikasi diri, kontol
yang mempunyai tujuan mengungkap fakta keyakinan dan kecemasan menghadapi ujian.
mengenai variabel yang diteliti ( Hadi, 2000). Aspek perilaku terdiri dari dua bagian, yang
Adapun teknik pengumpulan data yang pertama adalah strategi kognitif yang terdiri

107
dari pengulangan, organisasi, elaborasi, dan Hal ini menjadi sangat penting, artinya bahwa
yang kedua adalah pengelolaan sumber daya kesimpulan penelitian akan dapat dipercaya
yang meliputi pengelolaan lingkungan, apabila didasarkan pada informasi yang juga
pengelolaan waktu, regulasi usaha, belajar dapat dipercaya (Azwar, 2007). Dengan
kelompok dan mencari bantuan. memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat
Skala self regulated learning ini memiliki pengumpulan data memiliki peranan penting.
lima alternatif jawaban, mulai dari jawaban Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data
“sangat tidak benar” (dengan skor 1) sampai dalam mengungkapkan kondisi yang akan
dengan jawaban “sangat benar” (dengan skor diukur, tergantung pada validitas dan
5). Format skala yang digunakan peneliti adalah reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.
model skala 5 (lima), dan bukan skala 7 (tujuh) Validitas berasal dari kata “Validity” yang
seperti aslinya. Hal ini bertujuan agar perhatian mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
responden terhadap opsi jawaban tidak terlalu kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
luas sehingga memudahkan dalam pemilihan. fungsi alat ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan
Semakin tinggi skor yang diperoleh valid jika mampu menjalankan fungsi ukurnya
menunjukkan semakin tinggi tingkat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
kemampuan self regulated learning. Hal ini maksud diadakannya pengukuran tersebut
berdasarkan pertimbangan dari penelitian yang namun jika alat ukur tidak relevan dengan
dilakukan oleh Alsa (2005). tujuan pengukuran maka dikatakan memiliki
Skala dukungan sosial ini disusun validitas rendah (Azwar, 2007).
berdasarkan pendapat dari Sarafino (1998) Validitas pada umumnya digolongkan
yang mengungkapkan empat aspek dukungan dalam tiga kategori yaitu: (1) validitas isi
sosial: a. Dukungan emosional, yang mencakup (content validity) menunjukkan sejauh mana
empati dan perhatian; b. Dukungan aitem dalam alat ukur mengukur apa yang
penghargaan: mencakup penilaian positif dan hendak diukur, (2) validitas konstruk (construc
dorongan untuk maju; c. Dukungan validity) yaitu validitas yang ingin menunjukkan
instrumental: berupa bantuan langsung; d. kemampuan dari alat ukur untuk mengukur
Dukungan informasi: berupa pemberian konstruk teoritik dari yang hendak diukur, (3)
nasehat dan petunjuk. Setiap aspek dari skala validitas berdasarkan kriteria (criterrium
dukungan sosial disusun kedalam aitem dengan validity) adalah validitas yang menunjukkan
menggunakan skala likert yang terdiri dari tersedianya kriteria eksternal yang dapat
empat alternatif jawaban. dijadikan dasar pengujian skor tes dari suatu
Skala dukungan sosial ini mempuyai kriteria (Azwar, 2007).
empat alternatif pilihan jawaban jawaban yaitu Dalam penelitian ini pengujian validitas
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dilakukan terhadap validitas isi dan validitas
dan sangat tidak sesuai (STS). Aitem-aitem ini konstruk. Validitas isi bertujuan untuk
memiliki skor sebagai berikut: Aitem mengetahui apakah butir dari skala
favourable dengan jawaban (STS) diberikan mencerminkan ciri dari sampel perilaku yang
skor 1, jawaban (TS) diberikan skor 2, jawaban diukur. Hal ini dilakukan dengan
(S) diberikan skor 3, jawaban (SS) diberikan memperhatikan pendapat ahli (pembimbing).
skor 4. Begitu juga sebaliknya untuk aitem Sedangkan validitas konstruk bertujuan untuk
Unfavourable akan diberikan skor 4 untuk menguji apakah skala sesuai dengan dasar
jawaban (STS), skor 3 untuk jawaban (TS), teorinya. Proses pengujian validitas konstruk
diberikan skor 2 untuk jawaban (S), dan skor 1 dilakukan dengan mengkorelasikan skor aitem
untuk jawaban (SS). dengan skor total yang dinyatakan dengan
Salah satu masalah utama dalam kegiatan koefisien validitas (Anastasi & Urbina, 1998).
penelitian sosial, khususnya psikologi adalah Aitem dikatakan valid jika mempunyai koefisien
cara memperoleh data yang akurat dan objektif. validitas minimal 0,30. Semakin tinggi koefisien

108
validitas sehingga mendekati 1,00 berarti suatu menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
tes semakin valid (Azwar, 2007). melakukan perhitungan untuk menjawab
Reliabilitas berasal dari kata reliability rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
yang mempunyai asal kata rely dan ability. untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
Reliabilitas mempunyai arti lain diantaranya (Sugiyono, 2012). Teknik analisis data yang
adalah keterpercayaan, keterandalan, keajekan, dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
kestabilan dan konsistensi, namun ide pokok statistik korelasi product moment.
yang terkandung dalam konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat dipercaya. Hasil pengukuran hanya dapat Penelitian ini menggunakan sistem try
dipercaya apabila dalam beberapa kali out terpakai terpakai artinya data yang sudah
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok diambil dalam uji coba skala ukur, kembali
subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif digunakan sebagai data untuk penelitian.
sama, selama aspek yang diukur dalam diri Teknik analisis data yang digunakan dalam
subjek memang belum berubah. Secara empirik, penelitian ini adalah teknik analisis korelasi
tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan Product Moment. Hal ini dilakukan sesuai
dengan angka yang disebut dengan koefisien dengan judul penelitian dan identifikasi
reliabilitas (Azwar, 2007). variabel-variabelnya, dimana analisis korelasi
Secara teoritik besarnya koefisien Product Moment digunakan untuk menganalisis
reliabilitas berkisar mulai dari 0,0 sampai hubungan antara satu variabel bebas dengan
dengan 1,00 dan koefisien reliabilitas selalu satu variabel terikat.
mengacu pada angka positif. Semakin tinggi Namun sebelum dianalisis dengan teknik
angka koefisien mendekati 1,00 berarti adanya analisis korelasi Product Moment, terlebih
koefisien yang sempurna. Sebaliknya koefisien dahulu dilakukan uji asumsi terhadap variabel
yang mendekati 0,0 mempunyai tingkat yang menjadi pusat perhatian, yaitu data
reliabilitas yang rendah. Jackson (2003) variabel terikat self regulated learning dan
mengemukakan bahwa angka koefisien variabel bebas dukungan sosial, yang meliputi
reliabilitas 0,80 – 1,00 mengindikasikan uji normalitas sebaran, dan uji linearitas
reliabilitas yang kuat, reliabilitas diantara 0,70 hubungan.
– 0,80 mengindikasikan reliabilitas yang cukup Uji normalitas sebaran dilakukan untuk
sedang reliabilitas dibawah 0,70 membuktikan bahwa penyebaran data
mengindikasikan reliabilitas yang rendah. penelitian yang menjadi pusat perhatian,
Anastasi & Urbin (1988) menjelaskan bahwa menyebar berdasarkan prinsip kurva normal.
koefisien reliabilitas yang baik jatuh pada 0,80 Uji normalitas sebaran dianalisis dengan
sampai 0,90. Untuk menghitung uji reliabilitas menggunakan uji One Kolmogorov – Smirnov.
digunakan program SPSS for windows dengan Berdistribusi sesuai dengan prinsip kurva
menghitung Alpha Crobnbach. Perhitungan normal sebagai kriterianya apabila p > 0,05
Alpha Crobnbach dilakukan karena asumsi maka sebarannya dinyatakan normal,
paralel pada belahan-belahan tes tidak yakin sebeliknya apabila p < 0,05 sebarannya
dapat dipenuhi (Azwar, 2007). dinyatakan tidak normal (Nisfiannoor, 2009).
Langkah selanjutnya setelah Tabel berikut ini merupakan rangkuman hasil
pengumpulan data yang dilakukan adalah perhitungan uji normalitas sebaran.
menganalisis data. Kegiatan menganalisis data
adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden,

109
Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran
Variabel Rerata SD KS P Keterangan
Self regulated learning 98,56 12,160 1,432 0,133 Normal
Dukungan sosial 67,23 9,538 1,653 0,098 Normal
Keterangan :
RERATA : Nilai rata-rata
KS : Koefisien Kolmogorov – Smirnov
SD : Standart Deviasi (Simpangan Baku)
P : Peluang terjadinya kesalahan

Uji linearitas hubungan dimaksudkan dukungan sosial sebesar 57,4% . Tabel dibawah
untuk mengetahui derajat hubungan antara ini merupakan rangkuman hasil perhitungan r
variabel bebas dengan variabel terikat dalam Product Moment.
penelitian ini. Artinya apakah dukungan sosial Tabel 7. Rangkuman perhitungan r Product
dapat mempengaruhi self regulated learning. Moment.
Berdasarkan uji linearitas, dapat diketahui Statistik Koefisien Koef. P BE% Ket
apakah variabel bebas dengan variabel terikat (rxy) Det.
dalam penelitian ini dapat atau tidak dianalisis (r2)
secara korelasional. Hasil analisis X–Y 0,758 0,574 0,000 57,4 Linier
menunjukkkan bahwa antara dukungan sosial
mempunyai hubungan linear terhadap self Keterangan :
regulated learning. Sebagai kriterianya adalah p X : Dukungan sosial
linearity < 0,05 maka dapat dinyatakan Y : self regulated learning
mempunyai derajat hubungan yang linear rxy : Koefisien hubungan antara X dengan Y
2
(Nisfiannoor, 2009). Nilai hubungan tersebut r : Koefisien determinan X terhadap Y
dapat dilihat pada tabel dibawah ini : P : Peluang terjadinya kesalahan
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji BE% : Bobot sumbangan efektif X terhadap Y
Linearitas Hubungan dalam %
Korelasional F Beda P Beda Keterangan Ket : Sangat signifikan pada taraf
X–Y 434.471 0,000 Linier signifikansi 1% atau p < 0,010.
Keterangan : Untuk variabel dukungan sosial, jumlah
X : Dukungan sosial butir yang valid adalah sebanyak 31 butir yang
Y : Self Regulated Learning diformat dengan skala likert dalam 4 pilihan
F Beda : Koefisien linieritas jawaban, maka mean hipotetiknya adalah {(1 X
P Beda : Proporsi peluang ralat. 31) + (4 X 31)} : 2 = 77,5 Kemudian untuk
Berdasarkan hasil analisis dengan variabel self regulated learning, jumlah butir
metode Analisis korelasi Product Moment, yang valid adalah sebanyak 37 butir yang
diketahui bahwa terdapat hubungan positif diformat dengan skala dalam 5 pilihan jawaban,
yang signifikan antara dukungan sosial dengan maka mean hipotetiknya adalah {(1 X 37) + (5 X
self regulated learning, dimana rxy=0,758 ; p= 37)} : 2 = 111.
0,000 < 0,010. Hasil ini mengartikan bahwa Berdasarkan analisis data, seperti yang
semakin tinggi dukungan sosial maka semakin terlihat dari analisis uji normalitas sebaran
tinggi self regulated learning, sebaliknya diketahui bahwa, mean empirik variabel
semakin rendah dukungan sosial maka semakin dukungan sosial adalah 67,23 Sedangkan
rendah self regulated learning. variabel self regulated learning, mean
Koefisien determinan (r2) dari hubungan empiriknya adalah 98,56.
antara variabel bebas X dengan variabel terikat Dalam upaya mengetahui kondisi
Y adalah sebesar r2 = 0,574 Ini menunjukkan dukungan sosial dan self regulated learnin,
bahwa self regulated learning dibentuk oleh maka perlu dibandingkan antara mean/nilai
110
rata-rata empirik dengan mean/nilai rata-rata Berdasarkan analisis Product Moment
hipotetik dengan memperhatikan besarnya diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
bilangan SB atau SD dari masing-masing positif yang signifikan antara dukungan sosial
variabel. Untuk variabel dukungan sosial nilai dengan self regulated learning pada siswa SMA
SB atau SDnya adalah 9,538 sedangkan untuk Yayasan Perguruan Bandung dengan koefisien
variabel self regulated learning adalah 12,160. korelasi rxy = 0,758 ; p = 0,000 berarti p < 0,010
Dari besarnya bilangan SB atau SD yang artinya semakin tinggi dukungan sosial
tersebut, maka untuk variabel dukungan sosial, maka semakin tinggi self regulated learning
apabila mean/nilai rata-rata hipotetik < siswa, sebaliknya semakin rendah dukungan
mean/nilai rata-rata empirik, dimana selisihnya sosial maka semakin rendah self regulated
melebihi bilangan satu SB/SD, maka dinyatakan learning siswa. Hasil penelitian ini mendukung
bahwa dukungan sosial tergolong tinggi dan pendapat Baron dan Byrne (2003) yang
apabila mean/nilai rata-rata hipotetik > menyatakan bahwa self regulated learning
mean/nilai rata-rata empirik, dimana selisihnya dipengaruhi oleh dukungan sosial.
melebihi bilangan satu Simpangan Berdasarkan pada hasil penelitian ini,
Baku/Standar Deviasi, maka dinyatakan bahwa maka dapat dinyatakan bahwa dukungan sosial
dukungan sosial tergolong rendah. yang didapatkan siswa dapat mempengaruhi
Selanjutnya untuk variabel self regulated self regulated learning siswa. Artinya siswa yang
learning, apabila mean/nilai rata-rata hipotetik mendapatkan dukungan sosial yang rendah,
< mean/nilai rata-rata empirik, dimana maka siswa tersebut akan memiliki
selisihnya melebihi bilangan satu SB/SD, maka kemampuan self regulated learning yang
dinyatakan bahwa self regulated learning rendah. Dari penelitian ini membuktikan bahwa
tergolong tinggi dan apabila mean/nilai rata- dukungan sosial memiliki andil yang cukup
rata hipotetik > mean/nilai rata-rata empirik, berarti dalam menentukan self regulated
dimana selisihnya melebihi bilangan satu learning.
Simpangan Baku/Standar Deviasi, maka Dukungan sosial menjadi hal yang diduga
dinyatakan bahwa individu memiliki self dapat mempengaruhi self regulated learning.
regulated learning yang rendah. Gambaran Dukungan sosial dari lingkungan keluarga,
selengkapnya mengenai perbandingan teman dan guru diduga akan meningkatkan
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan mean selfregulated learning. Orang yang
/nilai rata-rata empirik dapat dilihat pada tabel mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari
di bawah ini : lingkungan sosialnya maka akan banyak
Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata mendapatkan dukungan emosional,
Hipotetik Dan Nilai Rata-Rata Empirik penghargaan, instrumental,dan informatif dari
Variabel SB/SD Nilai rata-rata Ket. keluarga. Apabila dukungan emosional tinggi,
individu akan merasa mendapatkan dorongan
Hipotetik Empirik yang tinggi dari anggota keluarga. Apabila
Dukungan 9,538 77,5 67,23 Rendah penghargaan untuk individu tersebut besar,
sosial
maka akan meningkatkan kepercayaan diri.
Self 12,160 111 98,56 Rendah
Apabila individu memperoleh dukungan
regulated
instrumental, akan merasa dirinya mendapat
learning
fasilitas yangmemadai dari keluarga. Apabila
individu memperoleh dukungan informatif yang
Berdasarkan perbandingan kedua nilai
banyak, akan inidvidu itu merasa memperoleh
rata-rata diatas (mean hipotetik dan mean
perhatian dan pngetahuan. Hal tersebut
empirik), maka dapat diketahui bahwa
berdampak pada self regulated learning
dukungan sosial yang didapatkan tergolong
individu tersebut menjadi tinggi karena
rendah dan kemampuan self regulated learning
individu mampu mengelola secara efektif
tergolong rendah.
111
pengalaman belajarnya sendiri di siswa SMA Yayasan Perguruan Bandung Bandar
dalamberbagai cara sehingga mencapai hasil Setia tembung memiliki kemampuan self
belajar yang optimal. regulated learning yang rendah dikarenakan
Menurut Hurlock (2001) dukungan dari mendapatkan dukungan sosial yang rendah. Hal
keluarga yang berupa penerimaan,perhatian ini dapat dilihat dari nilai rata-rata empirik
dan rasa percaya tersebut akan meningkatkan sebesar 67,23 Lebih kecil dari pada nilai rata-
kebahagiaan dalam diri remaja. Kebahagiaan rata hipotetiknya, yakni 77,5. Demikian pula
yang diperoleh remaja menyebabkan remaja halnya dengam self regulated learning, nilai
termotivasi untuk terusberusaha mencapai rata-rata empirik 98,56 lebih kecil dari pada
tujuannya. Remaja juga mempunyai rasa nilai rata-rata hipotetiknya yakni 111.
caya diri dalam menye-lesaikan tugas yang
dihadapi. Jadi dukungan sosial dari keluarga KESIMPULAN
akan membanturemaja dalam menyelesaikan Berdasarkan hasil-hasil yang telah
suatu masalah. Oleh sebab itu, dapat diketahui diperoleh dan melalui pembahasan yang telah
bahwadukungan sosial dari keluarga memiliki dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa
peranan yang cukup penting untuk individu terdapat hubungan positif yang sangat
dalam mengatur proses belajarnya. Individu signifikan antara dukungan sosial dengan self
memerlukan bantuan untuk regulated learning. Hasil ini dibuktikan dengan
mendukungbelajarnya agar dapat mencapai koefisien korelasi rxy = 0,758 ; p = 0,000, berarti
hasil yang optimal dengan arahan dari p < 0,010 Artinya semakin tinggi dukungan
keluarga,pujian yang membangkitkan sosial maka semakin tinggi self regulated
semangat, kasih sayang dan fasilitas yang learning siswa. Sebaliknya semakin rendah
memadai.Apabila dukungan sosial dari keluarga dukungan sosial maka semakin rendah self
yang diterima oleh individu yang bersangkutan regulated learning siswa. Dengan demikian
rendah, hal ini dapat menyebabkan maka hipotesis yang telah diajukan dalam
terhambatnya kemampuan individu untuk penelitian ini dinyatakan diterima.
mencapaisuatu proses belajar yang optimal. Dukungan sosial memberikan pengaruh
Menurut Johnson & Johnson (1991) sebesar 57,4% terhadap self regulated learning.
dukungan sosial berasal dari orang-orang Masih terdapat 42,6% pengaruh dari faktor lain,
penting yang dekat (significant others) bagi dimana faktor lain yang mempengaruhi self
individu yang membutuhkan bantuan misalnya regulated learning adalah faktor pribadi dan
di sekolah seperti guru dan teman-temannya. faktor perilaku.
Menurut Johnson & Johnson (1991) manfaat Para siswa yang memiliki kemampuan
dukungan sosial, yaitu dukungan sosial self regulated learning rendah dikarenakan
dihubungkan dengan belajar akan mendapatkan dukungan sosial yang juga
meningkatkan efektifitas belajar. tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Dalam penelitian ini dukungan sosial rata-rata empirik dukungan sosial sebesar
memberikan pengaruh sebesar 57,4% terhadap 67,23 lebih kecil dari pada nilai rata-rata
self regulated learning. Masih terdapat 42,6% hipotetiknya, yakni 77,5. Demikian pula halnya
pengaruh dari faktor lain, dimana faktor lain dengan self regulated learning, nilai rata-rata
tersebut dalam penelitian ini tidak dilihat. empirik 98,56 lebih kecil dari pada nilai rata-
Menurut Zimmeman (1998) faktor lain yang rata hipotetiknya yakni 111.
mempengaruhi self regulated learning adalah
faktor pribadi seperti: Kecerdasan dan motivasi, DAFTAR PUSTAKA
Adicondro. & Sari. (2011). Efikasi Diri, Dukungan
serta faktor perilaku seperti: evaluasi diri
Sosial Keluarga Dan Self Regulated Learning
terhadap hasil belajar.
Pada Siswa Kelas VIII. Jurnal Psikologi. Vol. VIII
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini No.1 19-20.
diketahui bahwa subjek penelitian ini, yakni

112
Alsa, A. (2005). Program Belajar, Jenis Kelamin, Maslihah, L. (2011). Studi Tentang Hubungan
Belajar Berdasar Regulasi Diri, Dan Prestasi Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di
Belajar Pada Siswa SMA Yogyakarta. Disertasi Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Sekolah Siswa Smpit Assyfa Boarding School Subang
Pascasarjana UGM. Jawa Barat. Jurnal Psikologi. 4-5.
Anastasi, A., & Urbina. S. (1988). Psychological Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern
Testing 7th edition. (terjemahan) Toronto: Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Prentice-Hall Inc. Humanika.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Kencana Prenada Media.
Azwar, S.(1998). Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Sarason, L.G., Levine, H. M., Basham, R. B, & Sarason,
Pelajar B. R. (1983). Assesing Social Support: The
Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Social Support Questionnaire. Journal of
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Personality and Social Psychology. 44(1), 127-
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: 134.
Pustaka Pelajar Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology :
Bandura, A., Caprara, G. V., Fida, R., Vecchione, M., Del Biopsychosocial interaction 3th nd New York:
Bove, G., Vecchino, G. M., & Barbaranelli, C. John Willey & Sons, Inc.
(2008). Logitudinal Analysis of the Role Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1994). Self
Perceived Self-Efficacy for Self Regulated Regulated Learning and Performance: Issue
Learning in Academic Continuance and and Educational Applications. Hove, Lawrence
Achievment. Journal Of Educational Erlbaum Publisher
Psychology, 100 (3), 525-534. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif,
Baron, R. A., & Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial Edisi kualitatif dan kombinasi (mixet method).
Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Bandung. Alvabeta.
Bungin, B. H. M. (2011). Metode Penelitian Wongso, A. (2008). 16 Wisdom & Success Classical
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Motivation Stories 2. Jakarta: AW Publishing.
kebijaksanaan public serta ilmu-ilmu sosial Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive
lainnya. Edisi kedua. Jakarta: Kencana. View of Self-regulated Academic Learning.
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. PT. Rineka Journal of Educational Psychology, 81, 329-
Cipta: Jakarta. 339.
Effendi, R. W. & Tjahjono, E. 1999. Hubunganantara Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. (1990).
Perilaku Coping dan Dukungan Sosial dengan Student Differences in Self regulated
Kecemasan Ibu Hamil Anak Pertama. Anima Learning: Relating grade, sex, and giftedness
Vol. 14. No. 54.Hal. 214-227. to self-efficacy and strategy use. Journal of
Febrianela, R. B. (2013). Self Regulated Learning Educational Psychology, 82, 51-59.
(SRL) dengan Prestasi Akademik Siswa Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (1998). Regulated
Akselarasi. Jurnal Online Psikologi, vol. I No 1. Learning: from teaching to self-reflective
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: practice. New York: The Guilford Press.
PT. Bumi Aksara
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

113

Anda mungkin juga menyukai