Anda di halaman 1dari 7

JURNAL

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP


ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE)
DALAM PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF

Irwan Suliantoro
Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat Korespondensi: imeleirwan@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Angka Dasar (baseline) merupakan indikasi pagu prakiraan maju dari
Diterima Pertama kegiatan/output yang berulang dan/atau kegiatan/output tahun
[04-07-2017] jamak (multi years) berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dan
menjadi dasar penyusunan Pagu Indikatif. Reviu baseline merupakan
Dinyatakan Diterima kegiatan menganalisis angka prakiraan maju yang telah disusun oleh
[06-07-2017] Kementerian/Lembaga (KL) untuk menghasilkan indikasi awal
kebutuhan anggaran beserta target kinerja yang telah ditetapkan.
KATA KUNCI: Hasil akhir dari reviu baseline adalah proyeksi baseline yang dirinci
Reviu Angka Dasar, Baseline, Pagu Indikatif menurut program, sumber dana, belanja operasional, dan belanja
non-operasional. Beberapa permasalahan yang menjadi focus
KLASIFIKASI JEL: penelitian terkait proses reviu baseline yaitu, data gap antara realisasi
[H610, H680, H720] yang diinput oleh KL dengan data realisasi pada Kementerian
Keuangan, penyesuaian Angka Dasar berdasarkan realisasi anggaran
dan tidak berdasar realisasi pencapaian output, penyesuaian Angka
Dasar tidak dilakukan terhadap output yang bersifat multi years,
parameter kurs pada penyesuaikan baseline dan Prakiraan Maju tidajk
jelas, parameter inflasi tidak dibedakan untuk jenis output
infrastruktur, output non-infrastruktur, output jasa regulasi, dan
output jasa layanan, dan penyesuaian (penurunan) baseline terhadap
ketersediaan resource envelope dilakukan terhadap seluruh output
tanpa memperhatikan skala prioritas dari output yang bersangkutan.
Dari hasil analisis, reviu baseline akan jauh lebih efektif dan informatif
apabila dilakukan secara top down, tidak dilakukan per-satker, dan
mengacu pada informasi kinerja yang berupa target/volume output.
Penyusunan baseline menjadi lebih transparan apabila proses
pencapaian hasil Angka Dasar dibuat berdasarkan perhitungan
matematis dan difasilitasi dengan sebuah sistem aplikasi. Namun
demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang sebagian
disebabkan karena ketidaktersediaan sumber data. Terhadap solusi
yang ditawarkan, komitmen, kerjasama, dan sinergi yang baik antara
Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan Kementerian/Lembaga.

Halaman 22
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 23

1. PENDAHULUAN proyeksi angka prakiraan maju dilakukan oleh unit


perencanaan KL dengan memperhitungkan secara
1.1. Latar Belakang keseluruhan target output tanpa memperhatikan
Salah satu tugas dan fungsi Direktorat Jenderal satker pelaksananya (data output pada level satker
Anggaran (DJA) adalah menyusun Pagu Indikatif. Pagu diakumulasikan hingga level KL, program, kegiatan,
Indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang dan output) (Kementerian Keuangan RI, 2016).
diberikan kepada Kementerian/Lembaga (KL) sebagai Reviu Angka Dasar secara top down tersebut
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
Kementerian/Lembaga (Renja-KL). Pagu Indikatif mekanisme bottom up, yaitu :
disusun berdasarkan Angka Dasar (baseline). Angka - Diperlukannya waktu yang relatif lama dan
Dasar merupakan indikasi pagu prakiraan maju energi yang cukup besar untuk melakukan reviu
(forward estimate) dari kegiatan/output yang Angka Dasar terhadap lebih dari 20.000 satker.
berulang dan/atau kegiatan/output tahun jamak - Adanya kesalahan input oleh satker terhadap
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dan status output “berlanjut” dan output “berhenti”.
menjadi acuan (dasar) penyusunan Pagu Indikatif - Adanya kesalahan input oleh satker terhadap
(Direktorat Jenderal Anggaran, 2014). status komponen “berlanjut” dan komponen
Untuk memperjelas hubungan antara Angka “berhenti”.
Dasar dan Pagu Indikatif, berikut ini gambaran alur - Adanya kesalahan input oleh satker terhadap
prosesnya. Tahun 2017, pada dokumen Rencana target/volume output pada saat penghitungan
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL), prakiraaan maju.
unit eselon I menyusun target kinerja (output) dan - Adanya penghitungan ganda terhadap angka
anggaran untuk tahun anggaran yang direncanakan inflasi.
(2018). Pengisian target kinerja tersebut disusun - Tidak adanya histori yang menginformasikan nilai
secara prakiraan maju (forward estimate), tidak awal Angka Dasar dengan nilai perubahan
hanya ditujukan untuk tahun 2018 saja, tapi juga (adjustment) yang sudah dilakukan.
target kinerja untuk tiga tahun kedepan (2019, 2020,
dan 2021). Prakiraan maju tersebut disusun Kelemahan di atas dapat diatasi melalui
berdasarkan konsep Kerangka Pengeluaran Jangka mekanisme top down. Namun demikian masih
Menengah (KPJM). Atas dasar target kinerja dan terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
anggaran yang dialokasikan di 2018, target kinerja pada proses reviu Angka Dasar secara top down,
untuk 2019, 2020, dan 2021 tersebut dikonversikan yaitu:
kedalam angka (alokasi) prakiraan maju 2019 (PM1), 1. Adanya potensi perbedaan data antara realisasi
prakiraan maju 2020 (PM2), dan 2021 (PM3) melalui yang diinput oleh KL dengan data realisasi yang
sebuah formula tertentu. Pada saat memasuki tahun ada di database Kementerian Keuangan.
anggaran 2018, angka prakiraan maju 2019 yang 2. Penyesuaian Angka Dasar semata-mata hanya
telah disusun tahun sebelumnya tersebut digulirkan dilakukan berdasarkan realisasi anggaran, tidak
(rolling budget) menjadi baseline untuk tahun bersama dengan realisasi pencapaian output.
anggaran 2019. Angka Dasar 2019 tersebut kemudian 3. Penyesuaian Angka Dasar dilakukan terhadap
direviu pada bulan Februari – Maret tahun anggaran output yang bersifat multi years.
berjalan (2018). Dari angka tersebut kemudian 4. Tidak ada parameter kurs pada penyesuaikan
ditambah angka inisiatif baru (berupa program/ Angka Dasar dan Prakiraan Maju.
kegiatan/output baru) dan selanjutnya menjadi angka 5. Parameter inflasi pada reviu Angka Dasar tidak
Pagu Indikatif. membedakan inflasi untuk jenis output barang
Pada awalnya, proses reviu Angka Dasar infrastruktur, output barang non-infrastruktur,
dilakukan secara bottom up dengan mengaku- output jasa regulasi, dan output jasa layanan.
mulasikan angka prakiraan maju pada RKAKL pada 6. Penyesuaian (penurunan) Angka Dasar terhadap
setiap level satker. Setiap satker menyusun target dan ketersediaan resource envelope dilakukan
angka prakiraan maju (KPJM) pada level output yang terhadap seluruh output tanpa memperhatikan
kemudian secara bottom up diakumulasikan pada skala prioritas dari output yang bersangkutan.
level unit eselon 1/KL. Dengan demikian, dalam
konteks RKAKL, penyusunan KPJM tidak dilakukan
sepenuhnya oleh unit eselon 1. 1.2. Rumusan Masalah
Salah satu karakteristik penganggaran yang
efektif adalah adanya keterlibatan para pemangku Berangkat dari hal di atas, tulisan/artikel ini
kepentingan dalam proses perencanaan dan mencoba untuk memberikan alternatif penghitungan
penganggaran (Kementerian Keuangan RI, 2014a). Angka Dasar secara top down dengan beberapa
Mulai 2017, proses reviu Angka Dasar untuk tahun penyesuaian, dengan metode penulisan yang bersifat
anggaran 2018 dilakukan secara top down dimana deskriptif kualitatif.
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 24

2. KERANGKA TEORI Diluar komponen 001 dan 002 merupakan belanja


non-operasional.
Reviu Angka Dasar merupakan kegiatan Reviu Angka Dasar dapat dilakukan setelah KL
menganalisis angka prakiraan maju (KPJM) yang telah menyusun Prakiraan Maju 3 tahun. Dalam masa
disusun oleh KL untuk menghasilkan indikasi awal transisi, pada tahun 2016, Prakiraan Maju untuk
(ancar-ancar) kebutuhan anggaran tahun anggaran 2018, 2019, dan 2020 dibantu penyusunannya oleh
yang direncanakan yang harus disediakan untuk DJA berdasarkan data RKAKL tahun anggaran 2017
melaksanakan program KL sesuai kebijakan melalui aplikasi KPJM. Proses tersebut hanya
Pemerintah, disertai target kinerja tertentu yang dilakukan satu kali, yaitu pada bulan Oktober s.d
telah ditetapkan. Reviu Angka Dasar dilakukan oleh November 2016. Selanjutnya pada awal tahun (2017),
Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan dilakukan pengguliran (roll-over) dimana informasi
Kemaritiman (eks Direktorat Anggaran I), Direktorat volume output dan alokasi anggaran pada PM1
Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan (2018) digulirkan menjadi Angka Dasar 2018, PM2
Kebudayaan (eks Direktorat Anggaran II), dan menjadi PM1, PM3 menjadi PM2, dan PM3 baru
Direktorat Anggaran Bidang Politik, Hukum, ditambahkan dengan tetap menggunakan informasi
Pertahanan dan Keamanan, dan Bagian Anggaran output dan volume output yang sama (PM3 yang
Bendahara Umum Negara (eks Direktorat Anggaran disusun pada tahun sebelumnya). Proses pengguliran
III), yang selanjutnya disebut “Direktorat Anggaran”. tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Hasil akhir dari reviu Angka Dasar adalah proyeksi
Angka Dasar belanja KL yang dirinci menurut
program, sumber dana, dan komponen (belanja
operasional dan belanja non-operasional).
Istilah komponen mengacu pada struktur data
RKAKL yang meliputi entitas satker, data program,
kegiatan, output, sub-output, komponen,
subkomponen, akun, dan detil akun. Komponen
merupakan merupakan tahapan dalam pencapaian
suatu output/suboutput yang menggambarkan
pelaksanaan fungsi manajemen seperti
persiapan/perencanaan, pelaksanaan, monitoring/ Gambar 1. Proses Rolling Budget
evaluasi. Komponen ada yang bersifat standar dan
ada yang tidak standar. Komponen yang bersifat Setelah proses rolling budget, selanjutnya
standar, kode dan uraian/nomenklaturnya tetap dilakukan reviu Angka Dasar. Berikut ini mekanisme
sama pada berbagai tahun anggaran. Komponen reviu Angka Dasar berdasarkan PMK No.
standar digunakan oleh berbagai satker dengan range 163/PMK.02/2016. Dalam implementasinya, proses
kode 001 – 050. Contohnya komponen 001 untuk reviu tersebut dilakukan dengan bantuan aplikasi
pembayaran gaji dan tunjangan, komponen 002 KPJM. Adapun tahapan reviu Angka Dasar yaitu
untuk operasional dan pemeliharaan kantor, (Kementerian Keuangan RI, 2016) :
komponen 003 untuk dukungan operasional a. Penyesuaian/pemutakhirkan Angka Dasar
pertahanan dan keamanan, komponen 004 untuk (Anggaran Tahun Rencana) dan Prakiraan Maju
dukungan operasional penyelenggaraan pendidikan, dengan kinerja (persentase) realisasi anggaran
komponen 005 untuk dukungan penyelenggaraan tahun sebelumnya (t-2) per-program.
tugas dan fungsi unit, komponen 006 untuk hal-hal b. Penyesuaian/pemutakhirkan Angka Dasar dan
yang terkait dengan pengadaan tanah, komponen Prakiraan Maju dengan parameter ekonomi dan
007 untuk hal-hal yang terkait dengan pengadaan non-ekonomi.
peralatan dan mesin, dan seterusnya. Komponen c. Perbaikan Angka Dasar dan Prakiraan Maju
yang tidak terstandar, kodenya melekat pada satker (output/komponen).
dan output tertentu, tidak ada keseragaman kode. d. Penyesuaian atas ketersediaan resource envelope.
Kode yang sama dapat berbeda nomenklaturnya
untuk berbagai tahun anggaran. Kode 051 pada Tahap pertama, penyesuaian terhadap realisasi
output tertentu dapat berbeda uraiannya dengan anggaran. Secara sistem, proses penyesuaian Angka
kode 051 pada tahun berikutnya walaupun dalam Dasar terhadap realisasi anggaran dilakukan dengan
satu satker dan output yang sama. men-input secara manual data persentase realisasi
Informasi pagu pada Angka Dasar dibedakan anggaran untuk setiap program pada KL. Data
atas belanja operasional dan belanja non operasional. realisasi yang di-input adalah realisasi tahun anggaran
Belanja operasional merupakan belanja yang sebelumnya (t-2). Bila Angka Dasar yang direviu
digunakan untuk keperluan layanan perkantoran adalah tahun 2018, maka data realisasi yang di-input
yang terdiri atas komponen 001 dan komponen 002. adalah persentase realisasi tahun 2016 terhadap
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 25

pagu per-program. Angka persentase tersebut ditetapkan sebesar Rp1.600 triliun, maka faktor
kemudian digunakan untuk memperbaharui Angka penyeimbang adalah sebesar 80%. Selanjutnya
Dasar dan Prakiraan Maju dengan cara mengalikan Direktorat Anggaran akan memasukkan faktor
angka persentase dengan angka alokasi pada penyeimbang tersebut ke dalam aplikasi KPJM untuk
program yang bersangkutan. DJA selanjutnya memutakhirkan Angka Dasar pada setiap KL. Aplikasi
meminta konfirmasi kepada KL atas Angka Dasar dan akan memproses penyesuaian dengan mengalikan
Prakiraan Maju baru hasil penyesuaian kinerja Angka Dasar terhadap faktor penyeimbang tersebut.
realisasi, sebelum melanjutkan ke proses berikutnya. Dengan demikian, Angka Dasar seluruh KL setelah
Tahap kedua, penyesuaian Angka Dasar dan dilakukan konsolidasi kembali, akan sama dengan
Prakiraan Maju dengan parameter ekonomi dan resource envelope yang tersedia. Selanjutnya
parameter non-ekonomi. Parameter ekonomi berupa Direktorat Anggaran mengguna-kan Angka Dasar dan
inflasi sedang parameter non-ekonomi berupa acress Prakiraan Maju KL yang telah disesuaikan dengan
3,1%. Parameter acress ditujukan untuk komponen resource envelope sebagai usulan Pagu Indikatif.
001 - pembayaran gaji dan tunjangan. Parameter Proses reviu Angka Dasar di atas dilakukan oleh
inflasi ditujukan untuk selain komponen 001. DJA. Namun terdapat beberapa peran yang dilakukan
Penyesuaian terhadap parameter tersebut dilakukan oleh Biro Perencanaan/Unit Perencana KL, yaitu :
mengingat Angka Dasar tersebut diturunkan dari - Melakukan penjaminan mutu atas Prakiraan Maju
prakiraan maju yang telah disusun pada tahun yang digulirkan Direktorat Anggaran.
sebelumnya. - Menyampaikan usulan output/kebijakan baru yang
Tahap ketiga, Perbaikan Angka Dasar dan sudah disetujui dalam proses pengusulan
Prakiraan Maju (output dan komponen). Perbaikan output/kebijakan baru yang berlaku, kepada Direk-
yang dilakukan mencakup : torat Anggaran, agar dapat dilakukan penyesuaian
- Perubahan atas parameter non-ekonomi lainnya, terhadap Angka Dasar dan Prakiraan Maju.
seperti perubahan jumlah penerima manfaat atau - Memutakhirkan Angka Dasar dan Prakiraan Maju
jumlah pegawai; atas kebijakan baru menggunakan Aplikasi KPJM.
- Realokasi/perpindahan alokasi yang diakibatkan - Menyusun dokumen perencanaan program dan
oleh pergeseran dalam pelaksanaan atau anggaran KL sesuai dengan Angka Dasar dan
perubahan prioritas KL; Prakiraan Maju yang ditetapkan dan
- Perubahan belanja modal dan implikasi biaya mencerminkan keputusan pemerintah yang paling
operasionalnya (misalnya peningkatan biaya mutakhir.
perawatan gedung dan bangunan akibat Hasil dari beberapa tahapan reviu Angka Dasar
penambahan luas), atau perubahan yang terjadi di atas kemudian dituangkan dalam hasil reviu Angka
akibat perubahan belanja modal. Dasar yang selanjutnya digunakan sebagai dasar
- Perbaikan target/volume output kegiatan, menetapkan Pagu Indikatif K/L.
perbaikan status output dan komponen "berhenti"
atau "berlanjut", perbaikan status komponen
3. METODE PENELITIAN
"utama" atau "pendukung".
Tahap keempat, penyesuaian atas ketersediaan Metode yang digunakan pada penelitian ini
resource envelope. Simultan dengan penyusunan adalah deskriptif kualitatif, yaitu analisis kualitatif
reviu Angka Dasar, pada saat yang sama Direktorat terhadap proses bisnis penghitungan indikasi awal
Penyusunan APBN menyusun kapasitas kebutuhan anggaran pada Kementerian/Lembaga.
fiskal/resource envelope. Direktorat Anggaran Identifikasi permasalahan yang dihadapi dan
mengkonsolidasi Angka Dasar dan Prakiraan Maju alternatif solusinya dideskripsikan secara rinci.
tersebut pada tingkat pemerintah pusat dan Sumber data diperoleh secara langsung dari pihak
dibandingkan dengan proyeksi belanja KL pada yang terlibat dan hasil observasi terhadap proses
resource envelope. Apabila angka dasar lebih rendah bisnis yang ada.
dari resource envelope, selisih lebihnya merupakan
sumber pendanaan untuk kebijakan baru (new
initiative). 4. PEMBAHASAN
Apabila Angka Dasar lebih tinggi dari resource
envelope, dan bila disetujui pada rapat pimpinan DJA, 4.1. Permasalahan
maka Angka Dasar disesuaikan ke bawah dengan
memasukkan faktor penyeimbang secara Reviu Angka Dasar merupakan implementasi
proporsional, dengan membagi angka resource dari proses penganggaran kinerja (performance
envelope terhadap Angka Dasar tingkat pusat. budgeting). Proses penganggaran kinerja mencakup
Contoh: Jika Angka Dasar hasil konsolidasi sebesar perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan
Rp2.000 triliun dan resource envelope yang monitoring/evaluasi kinerja (Kelly & Rivenbark,
2015). Permasalahan dalam proses reviu Angka Dasar
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 26

lebih mengacu pada pengukuran kinerja, dimana sangat bervariasi antara satu output dengan output
membutuhkan data yang berupa : lainnya. Realisasi anggaran sama sekali tidak
- Realisasi anggaran pada level output dan mencerminkan capaian output.
komponen. Pada database yang ada saat ini,
realisasi anggaran hanya ada pada level output. 3. Penyesuaian Angka Dasar terhadap realisasi
Data realisasi anggaran tidak tersedia pada level anggaran untuk belanja non-operasional
komponen. dilakukan pada semua output termasuk yang
- Realisasi/capaian output (realisasi volume output bersifat multi years.
atas target yang sudah ditentukan). Pada database
yang ada saat ini, realisasi/capaian output hanya Output multi years merupakan yang sudah
tersedia untuk sebagian output. direncanakan target dan pembiayaannya untuk
- Standardisasi output dan komponen. Saat ini jangka waktu lebih dari 1 tahun serta sudah disetujui
secara sistem tidak bisa disandingkan data output oleh pihak terkait. Penyesuaian (kebawah) terhadap
dan komponen secara serial untuk tahun 2017 alokasi output multi years tidak sejalan dengan
dengan tahun sebelumnya. Implikasi dari tidak mekanisme perencanaan yang sudah dilakukan
sinkronnya kode output untuk tahun 2017 dengan sebelumnya.
tahun sebelumnya mengakibatkan angka realisasi
anggaran pada level output tidak bisa 4. Reviu Angka Dasar dilakukan dengan menye-
disandingkan, walaupun secara nyata data realisasi suaikan Angka Dasar dan Prakiraan Maju dengan
per-output tersebut telah tersedia. parameter ekonomi dan non-ekonomi.
Terhadap permasalahan di atas, DJA telah
meminta bantuan Ditjen Perbendaharaan untuk Terkait dengan parameter ekonomi, sistem
dapat memfasilitasi ketersediaan data capaian output aplikasi belum memperhitungkan perubahan nilai
dan realisasi anggaran dilevel komponen. Selain itu, tukar (kurs dolar terhadap rupiah). Data RKAKL
DJA juga sudah melakukan standardisasi/kodifikasi Kementerian Luar Negeri dengan lokasi kegiatannya
output dan komponen untuk tahun anggaran 2017. berada di luar negeri, biaya satuannya diinput dengan
Kode output/komponen yang sama akan sama pula nilai dolar yang selanjutnya dikonversi kedalam
nomenklaturnya untuk berbagai tahun anggaran. rupiah. Data RKAKL 2017 yang dijadikan dasar
penghitungan alokasi KPJM (PM1, PM2, PM3), nilai
Namun terlepas dari kekurangan di atas, masih kursnya mengacu pada asumsi kurs untuk tahun
terdapat beberapa permasalahan lainnya yang harus 2017. Dengan demikian terdapat angka bias untuk
diperhatikan pada proses reviu Angka Dasar, yaitu : Angka Dasar 2018 pada Kementerian Luar Negeri.

1. Penyesuaian Angka Dasar dengan kinerja Terkait dengan parameter inflasi, angka inflasi
(persentase) realisasi anggaran tahun dikalkulasikan untuk seluruh jenis output yang ada
sebelumnya. tanpa memperhatikan klasifikasi output sebagaimana
diatur pada PMK No. 71/PMK.02/2014 tentang
Tahap awal reviu Angka Dasar dilakukan dengan Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, dan
menyesuaikan Angka Dasar dengan kinerja (berupa Indeksasi dalam Penyusunan RKAKL. Dalam PMK
persentase) realisasi anggaran tahun sebelumnya (t- tersebut dinyatakan klasifikasikan output, yaitu
2) per-program. Pada aplikasi KPJM, data realisasi (Kementerian Keuangan RI, 2014b) :
anggaran per-program tersebut diinput secara - Output barang infrastruktur, yaitu output yang
manual oleh KL. Hal ini akan menimbulkan potensi merupakan barang berwujud dan atau berupa
perbedaan data antara realisasi yang diinput oleh KL jaringan. Contoh: jalan, kereta api, air bersih,
dengan data realisasi yang ada di database bandara, kanal, waduk, dan sebagainya.
Kementerian Keuangan. - Output barang non-infrastruktur, yaitu output yang
merupakan barang baik berwujud maupun tidak
2. Penyesuaian Angka Dasar terhadap realisasi berwujud yang tidak berupa jaringan yang bukan
anggaran untuk belanja operasional dan non- termasuk barang infrastruktur. Contoh: kendaraan,
operasional tidak mencerminkan kondisi riil. software aplikasi.
- Output jasa regulasi/birokrasi, yaitu output yang
Target output untuk belanja operasional adalah dihasilkan dari suatu kegiatan dalam rangka
tetap volumenya, yaitu 12 bulan. Dengan demikian pembuatan peraturan atau pendukung
cukup rasional jika realisasi anggaran dijadikan administrasi birokrasi. Bentuknya dapat berupa
sebagai angka penyesuaian. Namun demikian norma, standar, pedoman, ketentuan. Contoh :
berbeda halnya untuk output yang terkait belanja undang-undang, peraturan menteri, dan
non-operasional. Target volume dan satuannya sebagainya.
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 27

- Output jasa layanan, yaitu output dari suatu proporsional, yaitu dengan membagi angka resource
kegiatan yang merupakan layanan dari suatu envelope terhadap Angka Dasar tingkat pusat.
instansi pemerintah. Contoh: SP2D, layanan BOS, Apabila faktor penyeimbang adalah sebesar 80%,
dan sebagainya. maka persentase tersebut akan dikalikan dengan
seluruh program, kegiatan, dan output yang ada
PMK tersebut mengamanatkan adanya tanpa memperhatikan skala prioritas dari suatu
indeksasi, yaitu parameter penyesuaian (berupa output. Tujuan dari klasifikasi skala prioritas (prioritas
inflasi atau kurs) yang digunakan untuk menghitung nasional, prioritas bidang, non-prioritas) adalah
kebutuhan alokasi biaya tahun yang direncanakan antara lain untuk memberikan pilihan terhadap
dan prakiraan maju tahun anggaran berikutnya. kegiatan/ output yang hendak disesuaikan alokasinya
Angka indeksasi tersebut disusun sesuai klasifikasi bila terjadi kontraksi anggaran. Penyamarataan
output dan jenis biaya atas sebuah komponen (utama faktor penyeimbang terhadap seluruh output yang
dan pendukung), yaitu : ada akan mengurangi makna terhadap eksistensi
- Indeks untuk layanan perkantoran belanja output ber-skala prioritas nasional.
pegawai.
- Indeks untuk layanan perkantoran belanja barang.
- Indeks untuk komponen utama output barang 4.2. Analisis Permasalahan
infrastruktur.
- Indeks untuk komponen pendukung output barang
Terkait permasalahan data realisasi pencapaian
infrastruktur.
output dan realisasi anggaran dilevel komponen, DJA
- Indeks untuk komponen utama output barang non-
perlu secara aktif menjalin komunikasi dengan Ditjen
infrastruktur.
Perbendaharaan guna memastikan data yang diminta
- Indeks untuk komponen pendukung output barang
dapat difasilitasi secara tepat waktu dan tepat guna.
non-infrastruktur.
Sedang terhadap enam permasalahan dalam reviu
- Indeks untuk komponen utama output jasa
Angka Dasar, berikut solusi yang dapat
regulasi.
dipertimbangkan.
- Indeks komponen pendukung output jasa regulasi.
1. Untuk meniadakan potensi perbedaan data antara
- Indeks untuk komponen utama output iasa layanan
realisasi yang diinput oleh KL dengan data realisasi
non-regulasi.
yang ada di database Kementerian Keuangan,
- Indeks untuk komponen pendukung output jasa
maka pada aplikasi KPJM perlu disediakan
layanan non-regulasi.
referensi data realisasi anggaran yang sudah
ditampilkan secara otomatis per-program.
Komponen utama merupakan komponen yang
Dengan demikian tidak ada proses input data
secara lansung mendukung proses pencapaian
realisasi secara manual.
output. Komponen pendukung merupakan
2. Untuk output yang terkait belanja non-
komponen yang tidak secara langsung mendukung
operasional, kedepan (sepanjang telah ada
proses pencapaian output, misalnya komponen
ketersediaan data capaian output), penyesuaian
terkait dengan evaluasi kegiatan. Dari indeks di atas,
Angka Dasar terhadap data realisasi mengacu
indeks layanan perkantoran belanja pegawai
pada realisasi/ capaian output, bukan realisasi
(komponen 001 - pembayaran gaji dan tunjangan)
anggaran. Atas dasar capaian output tersebut,
sudah diimplementasikan pada proses reviu Angka
selanjutnya dilakukan komparasi antara volume
Dasar (sebesar 3,1%). Untuk indeks biaya pada
capaian output dengan target output. Hasil
komponen pendukung untuk output jasa layanan
komparasi kemudian dijadikan dasar untuk
non-regulasi sudah ditetapkan sebesar (maksimal)
penyesuaian anggarannya.
45%, namun indeks ini belum diimplementasikan
3. Penyesuaian Angka Dasar terhadap realisasi
pada aplikasi. Sedang indeks lainnya dianggap sama
anggaran untuk belanja non-operasional tidak
sesuai besaran inflasi. Penyamarataan tingkat inflasi
perlu dilakukan pada semua output. Khusus untuk
terhadap keempat jenis output di atas akan
output yang bersifat multi years, tidak diperlukan
meningkatkan bias terhadap nilai reviu Angka Dasar
penyesuaian anggaran karena target dan
yang dihasilkan.
pembiayaannya sudah ditentukan jauh hari
5. Penyesuaian Angka Dasar terhadap ketersediaan sebelumnya. Namun sebelumnya, perlu dilakukan
resource envelope. tagging pada referensi output untuk
membedakan suatu output bersifat multi years
Apabila Angka Dasar lebih tinggi dari resource atau tidak.
envelope, dan bila disetujui pada rapat pimpinan DJA, 4. Penyesuain Angka Dasar dan Prakiraan Maju
maka Angka Dasar disesuaikan ke bawah dengan terhadap parameter ekonomi perlu
memasukkan faktor penyeimbang secara mempertimbangkan nilai tukar (kurs dolar
ANALISIS PENGHITUNGAN ANGKA DASAR (BASELINE) DALAM Jurnal Manajemen Keuangan Publik
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF Vol.1, No.1, (2017), Hal.22-28
Irwan Suliantoro
Halaman 28

terhadap rupiah). Nilai kurs tersebut hanya - Penambahan fitur untuk menampung perubahan
ditujukan untuk Kementerian Luar Negeri dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
lokasi kegiatannya berada di luar negeri. Dengan - Peniadaan angka faktor penyeimbang pada output
demikian, angka bias karena perubahan kurs pada yang mempunyai skala prioritas nasional untuk
Angka Dasar dapat direduksi. menjamin tercapainya kebijakan strategis yang
5. Angka faktor penyeimbang sebagai nilai bersifat nasional.
persentase penyesuaian Angka Dasar terhadap Implikasi terhadap kebijakan yang perlu
resource envelope tidak perlu diimplementasikan ditindaklanjuti yaitu DJA perlu untuk menetapkan
pada output yang mempunyai skala prioritas indeksasi untuk komponen utama dan komponen
nasional untuk menjamin tercapainya kebijakan pendukung pada output infrastruktur, output non-
strategis yang bersifat nasional. infrastruktur, output regulasi, dan output layanan.
Indeks biaya untuk komponen pendukung pada
5. KESIMPULAN output jasa layanan non-regulasi sudah ditetapkan
sebesar maksimal 45%, namun indeks tersebut belum
Proses reviu Angka Dasar akan jauh lebih efektif, diimplementasikan pada aplikasi KPJM. Dengan
informatif, transparan, dan applicable apabila demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dilakukan secara top down. Lebih efektif karena tidak terhadap besaran indeks untuk output selain jasa
dilakukan per-satker. Lebih informatif karena layanan non-regulasi.
mengacu pada informasi kinerja yang berupa
target/volume output. Lebih transparan karena DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
proses pencapaian hasil Angka Dasar dibuat
berdasarkan perhitungan matematis. Dan lebih Direktorat Jenderal Anggaran. (2014). Pokok-pokok
applicable karena proses reviunya secara teknis dapat siklus APBN di Indonesia. Jakarta.
difasilitasi dengan sebuah sistem aplikasi. Namun Kelly, J. M., & Rivenbark, W. C. (2015). Performance
demikian, masih terdapat beberapa permasalahan Budgeting for State and Local Government (2nd
yang sebagian disebabkan karena ketidaktersediaan ed.). New York: Routledge.
sumber data. Selanjutnya terhadap enam solusi di
atas, perlu komitmen, kerjasama, dan sinergi yang Kementerian Keuangan RI. (2014a). Better Practice
baik antara DJA, Ditjen Perbendaharaan, dan Guide Penganggaran Berbasis Kinerja. Jakarta.
Kementerian/Lembaga guna menuju proses reviu Kementerian Keuangan RI. Peraturan Menteri
Angka Dasar yang lebih baik Keuangan Nomor 71/PMK.02/2014 tentang
Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Biaya, dan Indeksasi dalam Penyusunan RKAKL
(2014). Jakarta.
Terhadap permasalahan realisasi anggaran
Kementerian Keuangan RI. Peraturan Menteri
pada level komponen, implikasinya akan berkaitan
Keuangan Nomor 163/PMK.02/2016 tentang
dengan perubahan/penyesuaian aplikasi pencairan
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL
dana pada level satker. Penelitian ini tidak mengukur
dan Pengesahan DIPA (2016). Jakarta.
sejauh mana perubahan aplikasi yang perlu
dilakukan, dengan demikian perlu dilakukan kajian
lebih lanjut.
Selanjutnya, implikasi perubahan/penyesuaian
yang perlu dilakukan pada aplikasi KPJM adalah :
- Penambahan fitur untuk mengakses data realisasi
anggaran yang ada pada database Kementerian
Keuangan, dengan tetap memperhatikan aspek
keamanan data.
- Penyesuaian aplikasi KPJM dalam menghitung
penyesuaian Angka Dasar untuk output belanja
non-operasional. Penghitungan yang semula
didasarkan pada realisasi anggaran, diubah dengan
mengacu pada capaian output.
- Penambahan fitur untuk memberikan tagging
terhadap output yang bersifat multi years. Tagging
tersebut berfungsi untuk mengecualikan output
tersebut dari penghitungan penyesuaian anggaran,
karena target dan pembiayaannya sudah
ditentukan jauh hari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai