Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM MEMILIH

KONTRASEPSI
DI PUSKESMAS MANGGAR KABUPATEN BELITUNG TIMUR
TAHUN 2020

OLEH

ASTRI AMBARANI

18100031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN 2020-2021
Jl. Pinus I Kacang Pedang Atas Pangkal Pinang
Email : STIKESCD@yahoo.co.id
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health

Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak

kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode

kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun

permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas

yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).

Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu menghindari kelahiran yang

tidak di inginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu dan

kelahiran dalam hubungan suami istri dan menetukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba,2009).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksi

jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan
India jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara signifikan jumlah dan

pertumbuhan penduduk Indonesia berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010

melebihi angka proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk 1,49 per tahun. Petumbuhan penduduk yang pesat merupakan

akibat dari fertilisasi yang tinggi akan menjadi sumber kemiskinan dan menghambat

pertumbuhan ekonomi (BKKBN, 2011).

Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu

perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan

kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari

cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat

pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).

Pilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia umumnya masih terarah pada pada

kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil dan implan. Sementara kebijakan program

KB pemerintah lebih mengarah pada pengguna kontrasepsi non hormonal seperti

IUD, tubektomi dan vasektomi. Anjuran yang disampaikan program didasarkan pada

pertimbangan ekonomi penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang dinilai lebih

efisien. Efisiensi yang dimaksud berkaitan dengan 3 ketersediaan anggaran

penyediaan kontrasepsi dengan efektifitas, biaya, tingkat kegagalan, efek samping dan

komplikasi. Sementara dari sisi medis, alat kontrasepsi non hormonal lebih dinilai

lebih aman bagi kesehatan tubuh. Sebaliknya alat kontrasepsi hormonal selain tidak

ekonomis juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dalam jangka waktu panjang

Gangguan kesehatan pada pengguna kontrasepsi hormonal antara lain adalah

gangguan haid, permasalahan berat badan, terlambatnya kembali kesuburan,

penurunan libido, sakit kepala, hipertensi dan stroke. Akseptor keluarga berencana
yang menggunakan kontrasepsi hormonal dalam kurun waktu sering mengeluhkan

masalah kesehatan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah

pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan

seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi.

Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang

tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti

program keluarga berencana (Gustikawati, 2014).

Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri

yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus

menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang

menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).

Kepala Perwakilan BKKBN Bangka Belitung, mengatakan berdasarkan data

sampai bulan Agustus 2020, jumlah akseptor keluarga berencana (KB) di Bangka

Belitung belum sampai target. Sampai bulan Agustus 2020 jumlah akseptor di Bangka

Belitung baru mencapai 14.352 orang (pasangan usia subur) atau 33.55 persen. Ini

belum mencapai target, sebab harusnya sekarang 20 ribuan, sedangkan target kita itu

selama setahun ini adalah 42.777 akseptor, Adapun data jumlah akseptor sampai

bulan Agustus 2020 bila dirincikan per kabupaten meliputi kabupaten Bangka 3.546

akseptor (38,77 persen), Bangka Selatan 2.854 akseptor (44,98 persen), Bangka

Tengah 1.690 akseptor (22,75 persen), Bangka Barat 2.072 akseptor (31,41 persen),

dan Pangkalpinang 1.780 akseptor (30,81 persen. Sedangkan kabupaten Belitung

1.120 akseptor (26,44 persen) dan Belitung Timur 1.290 (39,73 persen)
Persentase Cakupan KB Aktif dan KB Pasca Persalinan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2020. Cakupan peserta KB aktif adalah peserta KB baru dan

lama yang masih aktif memakai alokon terus menerus hingga saat ini untuk

menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Indikator ini menunjukkan

berapa besar pasangan usia subur yang berpotensi hamil yang terlindungi dari

kejadian kehamilan. Indikator ini digunakan untuk menilai kinerja program KB

dengan melihat pencapaian per bulan / per tahun dan membandingkannya dengan

target masing-masing wilayah. Persentase cakupan KB aktif merupakan perbandingan

antara jumlah peserta KB aktif dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada

di wilayah kabupaten/kota. Sedangkan cakupan KB pasca persalinan merupakan

perbandingan antara jumlah peserta KB pasca persalinan dengan jumlah ibu bersalin

yang ada di wilayah kabupaten/kota. Target cakupan KB aktif adalah 70% dan target

KB pasca persalinan adalah 100%. Persentase cakupan KB aktif di provinsi sebesar

79,3% menurun dari tahun sebelumnya 80,88%. Peserta KB aktif yang menggunakan

MKJP (MOP dan MOW) masih rendah yaitu MOP 0,2% dan MOW 1,6%. Cakupan

peserta KB aktif tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka Selatan 90,6% dan cakupan

terendah terdapat di Kabupaten Bangka Barat 68,6%. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa cakupan peserta KB aktif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah

mencapai target dan hanya Kabupaten Bangka Barat yang belum mencapai target.

Partisipasi masyarakat di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam

menggunakan alokon untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri

kesuburan cukup tinggi. Sedangkan persentase cakupan peserta KB pasca persalinan

sebesar 54,9% dan masih di bawah target. Cakupan peserta KB pasca persalinan

tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka Selatan 89,9% dan cakupan terendah terdapat

di Kota Pangkalpinang 11,9%. Hal ini disebabkan kesadaran dan pengetahuan


masyarakat tentang KB pasca persalinan masih kurang. Untuk itu perlunya konseling

KB pada saat kehamilan dan kunjungan nifas.

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya akseptor KB tidak di ketahui apa yang menjadi dasar ibu

memilih kontrasepsi. dari fenomena yang terjadi ibu mengalami kesulitan dalam

menentukan pilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Berdasarkan uraian latar

belakang diatas, rumusan masalahnya adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi

akseptor KB dalam memilih kontrasepsi DI PUSKESMAS MANGGAR

KABUPATEN BELITUNG TIMUR

TAHUN 2020

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang mmempengaruhi akseptor KB dalam memilih

Kontrasepsi DI PUSKESMAS MANGGAR KABUPATEN BELITUNG TIMUR

TAHUN 2020

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh faktor pendidikan dengan pemilihan Kontrasepsi

b. Diketahuinya pengaruh faktor pengetahuan dengan pemilihan Kontrasepsi

c. Diketahuinya pengaruh faktor umur dengan pemilihan Kontrasepsi

d. Diketahuinya pengaruh faktor dukungan suami dengan pemilihan Kontrasepsi.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan


bacaan bagi peneliti berikutnya

b. Bagi Peneliti

Bagi penulis sendiri merupakan pengalaman berharga dalam

mengaplikasi ilmu yang diperoleh selama melakukan penelitian.

c.Bagi Masyarakat

Dapat menambah informasi terkait dengan pemilihan alat kontrasepsi

agar lebih menyadari manfaat penggunaan kontrasepsi sehingga dapat

meningkatkat derajat kesehatan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai