Anda di halaman 1dari 4

KONSEP KEPERAWATAN KRITIS

Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada penyakit yang
kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja pada lingkungan yang
luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit gawat darurat (Wikipedia, 2013).
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa.
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan
pasien dengan sakit kritis dan keluargakeluarga mereka menerima kepedulian optimal (American
Association of CriticalCare Nurses).
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat
menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit
Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU)
adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU, maupun
ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara
cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang
cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi
organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis
yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis
yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah
sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur
pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dunia.
AACN mendefinisikan keperawatan akut dan kritis sebagai spesialisasi yang menangani
masalah aktual atau potensial yang mengancam jiwa. Ruang lingkup prkatik asuahan
keperawatan akut dan kritis adalah pasien yang sakit dari segala usia mencakup interaksi antara
pasien dan keluarganya. Kompetensi yang dibutuhkan oleh perawat yang merawat pasien sakit
akut dan kritis ditentukan dengan the Synergy model.(AACN, 2015, p. 6) Pasien kritis adalah
pasien dengan keadaan yang mengancam, tidak stabik dan memerlukan observasi dan dilakukan
dengan kewasapadaan (Suwardianto, 2018, p. 7)Kategori pasien kritis berdasarkan JFICMI( Join
Faculty of Intensive Care Medicine of Ireland), dan ICSI ( Intensive Care Society of Ireland )

Acute care Level 0 Pasien dirawat di bangsal dengan amanjemen klinik

Level 1 Perlu dilakukan onservasi

Critical care Level 2 Salah satu organ utama mengalami kegagalan funsgi

Level 3 Dua atau lebih organ utama mengalami kegagalan


fungsi

Level 3 s Memerlukan pelayanan reginal atau nasional rujukan

Sedangkan menurut Cardinal

Kategori Clinical observation


pasien
Tampilan umum neurogical respiratory Cardiovascular

No critical Normal Waspada Nafas normal, HR 6-0-100


ill kooperatif >8<20 kali kali/menit,
/menit SBP > 90
mmHg, UO
>0,5 ml/kg/hr

Potential Berkeringat, Agitas, Menggunakan HR >100


critical Pucat, cemas atau Bingung, otot kali/menit,
illness gelisah mata pernapasan , SBP < 90
membuka saat RR <8 kali mmHg, UO <
dipanggil /menit , RR 0,5 ml/kg/hr
20-30
kali/menit

Critical ill Abu-abu, biru, Tidak Silent chest, HR<50


kulait bercorang berespon atau RR <8>30 kali/menit, HR
coreng hanya kali/menit, >150
membuka agonal kali/menit,
mata dengan respirations SBP < 60
respon nyeri mmHg, anuria

Cardiac arrest atau mati

(Suwardianto, 2018, pp. 7–9)


Dalam keperawatan kritis perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan kritis,
dalam melaksanaakan tindakannya termasuk di palliative care pada lingkungan ICU, perawat
sebagai manajer ruangan, educator, dan advokasi pasien dan keluarga. Peran perawat juga dapat
dilakukan diluar maupun didalam keperawatan diantaranya sebagai konsulan, advanced
practice/nurse practicioner roles in ICU, trauma, emergency, critical care outreach ICU liaison
dan peneliti. (Suwardianto, 2018, p. 7). Wewenang perawat kritis sebagai advokasi pasien adalah
mendukung hak pasien untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi, ikut campur tangan
bila kepntingan pasien di pertanyakan, bantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan,
hormati nilai keyakinan dan hak pasien, memberikan pendidikan dan dukungan, menjadi
perantara bagi pasien yang tidak berbicara, dan pantau dan jaga kualitas perawatan. (Sole, Klein
and Moseley, 2001, p. 4)
Evidenc based nursing dalam keperawatan kritis salah satunya adalah penerapan pijat perut pada
pasien kritis untuk menurunkan volume residu lambung. Penerapan apliaksi jurnal di ICU RSUD
sukaharjo dengan 7 pasien dilakukan pijat perut menggunakan baby oil dan dilakuakn 3 hari
selama 20 menit. Dihasilkan bahwa ada penuruan dari jumlah volume residu (GRV). GRV
adalah cairan yang tersisa di satu titik selama pemberian nutrisi enternal misalnya NGT,
penurunan angka ini dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien kritis, dan
meningkatkan makan. Pijat perut sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan sistem pencernaan
dengan mempercepat peritaltik dan mencipatkan efek mekanik dan reflektif pada usus.
(Rahmawati, Kristinawati and Kurniasari, 2020, pp. 44–47)
Pada end of life perawat menyiapkan perawatan dalam tiga tahap yaitu pertama mengenali
kematian yang tidak di dihindarkan, mendorong dokter untuk mendiskusikan beberapa pilihan
dengan keluarga dan menyampaikan berita buruk, kedua merencankan pertemuan dengan
keluarag untuk membantu keluarga membut keputusa dan sudah siap untuk tindakan penghentian
dukungan hidu , ketiga adalah setelah keputusan akhir oleh keluarga sudah ada maka keluarga
dan pasien membutuhkan waktu untuk bersama (Epstein, 2013, pp. 777–778). Memberikan
ketenganan pada adalah hal yang dipikirkan oleh perawat selain pada pasien kritis yang dialami
oleh pasien serta membuat kesan yang baik pada kematian akan membantu pasien atau keluarga
dalam proses tersebut. (Vanderspank, 2011, p. 23)
Secara psikologis keluarga dan pasien dapat mengalami gangguan seperti cemas, stress, depresi
yang nantinya akan memepengaruhi support yang diberikan kelurga pada pasien. Kecemasan
pada keluarga bukan hanya dikarena satu faktor melainkan akumulasi dari beberapa faktor
misalnya pola tidur yang terganggu, pola makan yang tidak teratur, ruangan ICU misalnya alat
alat yang berada di ICU dan peraturan yang berbeda dari ruangan yang lain. Dari banyak nya
faktor yang menjadi penyebab maka intervensi yang dilakukan juga berberda beda sesaui
faktornya. Perlu diingat bahwa keluarga juga termasuk dalam intervensi keperawatan yang
memiliki tujuan untuk meminimalkan gangguan psikologis. Terpenuhinya kebutuhan informasi
keluarga dan pasien adalah salah satu cara untuk meminimalkan gangguan psikologis. Ketika
keluarga mendapatkan edukasi mengenai hal hal yang terdapat di ICU mereka akan mengerti dan
bahkan dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Pemberian edukasi dapat dilakukan
dengan memberikan media tertulis. (Wardah, 2013, pp. 307–309)

Anda mungkin juga menyukai