OSTEOMALACIA
DI RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
Disusun oleh:
Anis Maisaroh ( 2017.02.051 )
Laporan Pendahuluan Osteomalacia ini diajukan sebagai tugas Praktik Lab Klinik
Keperawatan (PLKK) dan dinyatakan telah mendapatkan persetujuan pada tanggal 18 Juli
2020.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi
B. Anatomi
Anatomi yang berkaitan dengan penyakit osteomalacia adalah tulang dan kelenjar
paratiroid. Tulang berlaku seperti bank kimia yang menyimpan elemen-elemen untuk
penggunaan selanjutnya oleh tubuh. Tubuh dapat mengambil bahan kimia ini sesuai
kebutuhan. Sebagai contoh, tingkat minimum kalsium yang dibutuhkan dalam darah; bila
tingkatnya turun terlalu rendah, sensor kalsium menyebabkan kelenjar paratiroid
melepaskan sebagian parathormone ke darah, dan hal ini menyebabkan tulang
melepaskan kalsium yang dibutuhkan. Tulang mengandung sekitar 97% kalsium yang
terdapat di dalam tubuh. Kalsium tersebut berupa senyawa anorganik maupun garam-
garam, terutama kalsium fosfat. Kalsium akan dilepaskan ke darah bila
dibutuhkan.(Risnanto & Uswatun.2014)
1. Bentuk tulang
B. Tulang pendek
Tulang pendek merupakan tulang-tulang yang lebih kecil dan tidak ada
perbedaan yang nyata antara ukuran panjang dan lebarnya. Bentuk tulang pendek
seperti kubus, paku atau berbentuk bulat. Tulang pendek dapat bergerak bebas.
Tulang seperti ini ditemukan pada tulang telapak tangan dan kaki.
C. Tulang pipih
Tulang pipih merupakan tulang-tulang yang berbentuk lempengan-
lempengan pipih yang lebar. Tulang pipih berfungsi untuk melindungi struktur
tubuh dibagian bawahnya dan dapat ditemukan pada tulang pingul, belikat, dan
tempurung kepala.
C. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jarinagn tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hematopoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
1. Kelenjar Paratiroid
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit oseomalacia ini dapat terjadi karena
penurunan asupan vitamin D, kalsium dan fosfat pada tulang, yang
menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah
mengalami pata tulang.
D. Etiologi
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa osteomalasia dapat terjadi dari
beberapa penyebab, yaitu : defisiensi vitamin D yang didalamnya terjadi
ketidakadekuatan asupan diet, kurang pajanan sinar matahari, malabsorpsi : (bypass
lambung, gangguan usus kecil, penyakit kandung empedu, insifisiensi pankreatik kronik),
gangguan ginjal atau hati, efek obat : (isoniazid, rifampin, antikonvulsan). Deplesi fosfat
yang didalamnya terjadi asupan tidak adekuat, gangguan absorpsi akibat penggunaan
antasid kronik, gangguan reabsorpsi tubular ginjal akibat gangguan didapat atau genetik.
Asidosis sistemik yang didalamnya terjadi asidosis tubular ginjal, ureterosigmoidostomi,
sindorm fanconi. Inhibitor mineralisasi tulang yang didalamnya terjadi hipofasfatasia,
natrium florida atau disodium etidronate (didronel) intoksikasi aluminium. Serta gagal
ginjal kronik dan malabsorpsi kalsium.( Risnanto & Uswatun.2014)
D. Patofisiologis
(bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan
melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak,
obstruksi traktus biliaris kronik, dan reseksi usus halus.Gagal ginjal berat mengakibatkan
asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone
paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk
fibrosis tulang dan kista tulang. Glomerulonfritis kronis, uropati obstruksi, dan keracunan
logam berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.
(Suratun,dkk.2008)
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin
Bentuk aktif vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan fosfor yang
optimal dari usus. Kalsium dan fosfor dipindahkan dari darah ke tulang untuk
mineralisasi normal. Jika terdapat kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfor tidak
diabsorpsi dari usus dan kadar kalsium dan fosfor serum turun. Defisiensi mineral
inipada gilirannya mengaktivasi kelenjar paratiroid, dengan kehilangan kalsium dan
fosfor dari tulang. Kehilangan kalsium dan fosfat yang berlebihan dalam tulang
mengganggu mineralisasi kalsium. Gangguan mineralisasi tulang menyebaban
abnormalitas ditulang spons dan tulang padat. Osteoid (bagian matriks yang lunak dan
tidak terkalsifikasi) terus menghasilkan terapi tidak mineralisasi. Penumpukan
abnormal tulang demineralisasi menyebabkan deformitas besar pada tulang panjang,
spina, panggul, dan tengkorak, menyebabkan tulang lunak dan tidak mampu
menyangga beban dan menekan atau membebani gerakan tubuh.( Asmin Yasih.2000)
F.PATHWAY
Pembentukan Vitamin D
terganggu Kalsium yang terdapat
Kekurangan Vitamin D dan dalam tubuh digunakan
Penyerapan kalsium usus Kalsium dalam Diet untuk menetralkan asidosis
menurun
Demineralisasi Tulang
Osteomalasia
Manifestasi klinis dari osteomalasia terjadi keletihan dan kelemahan otot yang
mungkin menjadi tanfa awal defiseinsi vitamin D . selain itu manifestasi klinis dari
osteomalasia juga menyerupai gangguan reumatik, meliputi nyeri tulang yang mungkin samar
dan general pada pertama, menjadi lebih intens dengan aktivitas seiring dnegan
perkembangan penyakit; terjadi paling sering pada panggul; tulang panjang pada ekstremitas,
spina, dan iga. Kesulitan berganti posisi dari posisi berbaring ke posisi duduk dan dari posisi
duduk ke posisi berdiri, gaya berjalan bergoyang yang mungkin akibat nyeri dan kelemahan
otot, kifosis dorsal yang dapat terjadi pada kasus berat, fraktur patologis, mudah lelah,
kelemahan proksimal dan pelunakan periartikuler. Simptom ini membaik dengan terapi untuk
mengoreksi gangguan mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis
radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang dan seringkali
simetris. Pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang multipel dengan pembentukan
kalus yang buruk.( Risnanto & Uswatun.2014)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang
terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.( Priscilla
LeMone,dkk.2016)
2. Pemeriksaan laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.( Priscilla
LeMone,dkk.2016)
I. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medik
J. Komplikasi
1. Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak segera
diobati, maka pertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk
Varum), dada busung (Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam atau kaki-X (Genu
vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan
mengubah bentuk toraks disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk,
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas Pasien
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e) Alamat
f) Suku/bangsa
g) Agama
b. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang osteomalasia,
maka akan menganggap remeh tentang asupan makanan yang
mengandung kalsium pada anak yang sebetulnya sangat
mempengaruhi pertumbuhan pada anak.
c. Riwayat sakit dan kesehatan:
a) Keluhan utama
Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang
umum pada punggang bawah dan ektremitas disertai dengan
nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien
mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara,
informasi mengenai penyakit yang juga ada (mis. Sindrom
malabsorbsi) dan kebiasaan diet harus diperoleh.
b) Riwayat penyakit saat ini
Penyakit ini disebabkan oleh perubahan mineralisasi pada
tulang yang disebabkan karena kurangnya kalsium dalam
tulang yang menyebabkan peningkatan absorbsi kalsium
dalam tulang sehingga tulang menjadi lebih lembek atau
disebut “soft bone”.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada penyakit osteomalasia ini ada beberapa penyakit yang
dapat menjadi pendahulu terjadinya osteomalasia seperti
sirosis hati, gangguan fungsi ginjal.
d) Riwayat Keluarga
Pada kasus ini, tidak ada penyebab yang herediter.
2. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breath) :
2. B2 (blood) :
3. B3 (brain) :
4. B4 (bladder) :
5. B5 (bowel) :
6. B6 (bone) : deformitas lengkungan tulang panjang membuat
penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya
membebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak
nyaman dengan penampilan mereka.
3. Pengkajian skeletal tubuh
1. Adanya derformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit
sendi
2. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor
tulang
3. Pendekatan eksteremitas, aputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar dengan
anatomis
4. Angulasi abnormal pada tulang panjang. Gerakan pada titik buka sendi teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal. Manunjukan adanya patah tulang
4. Pengkajian tulang belakang
2. Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada
lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuskular.
3. Lordosis (membbek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan lordosis
biasa di temukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk
melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior,posterior,dan
lateral. Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab perbedaan tinggi bahu dan
krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,pinggul dan
kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi pasien berdiri tegak dan
membungkuk ke depan.
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer. Yaitu busur derajat yang yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas grakan ini
dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal,
patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi. Tempat
yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palapasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen yang
tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang
tidak rata di temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan
yang khas di temukan pada pasien :
Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan secara pasif.
Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat dapat diukur dengan minta
pasien menggerakkan ekstremitasdengan atau tanpa tahanan. Musalnya, otot bisep
yang diuji dengan meminta klien mluruskan dengan sepenuhnya kemudian fleksikan
lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonis otot (konteksi ritmk
otot)dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak
dan kuat,dan tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.
M. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri kronis Tingkat Nyeri (L.08066) Pain management (Manajemen
nyeri) I.08238
berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan penekanan asuhan keperawatan selama Observasi
Kolaborasi
-Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Edukasi
Terapeutik
Kriteria hasil:
-Minat beraktivitas aktivitas 1.Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
sehari hari kosentrasi harga kemampuan
diri meningkat
2.Beri penguatan positif terhadap
- Perasaan sedih menurun
keberhasilan mengendalikan
-Perasaan putus asa menurun
perilaku
- menangis menurun
Edukasi
O. Evaluasi
Merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang dilakukan dengan
sengaja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim lainnya dengan
tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak serta
untuk melakukan pengkajian ulang(lismidar,2010)
DAFTAR PUSTAKA
Lawler W,dkk. Buku pintar Patologi untuk kedokteran gig. Jakarta : ECG (halaman 177) oleh
Jurnal Mulyana Ardi (20 juli 2016) (Farmakologi penerbit ECG halaman 568)
LEMBAR KONSULTASI
NIM :2017.02.051