B. Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh M. leprae yang ditemukan oleh G.H.
Armauer Hansen tahun 1873 di Norwegia. Basil ini bersifat tahan asam,
bentuk pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan
kedua ujung- ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan diameter
0,25-0,3 um. Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif,
tidak bergerak dan tidak berspora. Dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen basil
yang hidup dapat berbentuk batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan
ujung bulat (solid), sedang basil yang mati bentuknya terpecah-pecah
(fragmented) atau granular. Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan yang
bersuhu rendah dan tidak dapat dikultur dalam media buatan (in vitro). (Nesa,
2018)
C. Epidemiologi Penyakit
Epidemiologi Penyebaran Penyakit Kusta :
Sumber infeksi kusta adalah penderita dengan banyak basil yaitu tipe
multibasiler (MB). Cara penularan belum diketahui dengan pasti, hanya
berdasarkan anggapan yang klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit
yang lama dan erat. Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M. leprae
masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet. Masa tunas kusta
bervariasi,40 hari sampai 40 tahun. Kusta menyerang semua umur dari anak-
anak sampai dewasa. Faktor sosial ekonomi memegang peranan, makin
rendah sosial ekonomi makin subur penyakit kusta, sebaliknya sosial ekonomi
tinggi membantu penyembuhan. Sehubungan dengan iklim, kusta tersebar di
daerah tropis dan sub tropis yang panas dan lembab, terutama di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin. Jumlah kasus terbanyak terdapat di India, Brazil,
Bangladesh, dan Indonesia.
Penyakit kusta di Indonesia menempati peringkat nomor tiga
terbanyak di dunia setelah India dan Brasil serta peringkat teratas di kawasan
ASEAN. Penyebaran penyakit kusta merata di Indonesia, tetapi paling banyak
ditemukan di Jawa Timur. Prevalensi rate kusta tahun 2010 di Jawa Timur
sebesar 1,64 per 10.000 penduduk sehingga masih di atas target yaitu
<1/10.000 penduduk. Kondisi tersebut terutama terjadi pada daerah yang
berada di pantai utara pulau Jawa dan pulau Madura. Untuk angka penemuan
kasus baru (CDR) penderita kusta di Jawa Timur sebesar 1,14 per 100.000
penduduk yang berarti masih belum mencapai target < 0,5/100.000 penduduk.
Pada tahun 2010 di Jawa Timur terdapat 713 penderita kusta PB dengan RFT
(Release From Treatment) 92,95%. Sedangkan penderita kusta MB (menular)
sebanyak 3.971 penderita dengan RFT MB sebesar 90,23%. Kondisi tersebut
sudah mencapai target untuk RFT MB sebesar 90% sedangkan untuk RFT PB
masih dibawah target 95% 3. Salah satu daerah yang merupakan kantong dari
penderita kusta di Jawa Timur adalah wilayah Kabupaten Lamongan. Daerah
yang memiliki jumlah penderita kusta terbanyak adalah Kecamatan Brondong.
Untuk tahun 2013 dan 2014 ditemukan 52 orang penderita baru. (Hadi &
Kumalasari, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, M. I., & Kumalasari, M. L. F. (2017). Kusta Stadium Subklinis Faktor
Risiko dan Permasalahannya.
Mudatsir. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Kusta.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 10(2), 99–104.
Nesa S. A. (2018). Open Acces. Journal of Holistic and Traditional Medicine,
03(02).