Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

GASTROENTERITIS

1. Pengertian Gastroentritis / Diare

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. . (Suradi dan Rita Yuliana,
2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya.

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen.

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan.

Dari keempat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Gstroentritis adalah


peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suradi
dan Rita Yuliana, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak).

Diare Adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2000, Perawatan Anak Sakit).

2. Etiologi.

• Faktor infeksi.

Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi:

a. infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


Aeromonas, dsb.
b. infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.

c. infeksi parasit: E. hystolytica, G.lamblia, T. Hominis.

d. Jamur : C. Albican.

Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat


menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.

• Faktor Malabsorbsi. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

• Faktor Makanan. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.

• Faktor Psikologis. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas

3. Patofisiologi.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a) Gangguan osmotic.

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.

c) Ganguan motilitas usus.

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.

4. Manifestasi klinis

· Muntah.
· Demam.
· Nyeri Abdomen
· Membran mukosa mulut dan bibir kering
· Fontanel Cekung
· Kehilangan berat badan
· Tidak nafsu makan
· Lemah

• Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).Tanda-tandanya:


- Berak cair 1-2 kali sehari - Muntah tidak adaB - Haus tidak ada - Masih mau makan -
Masih mau bermain.
• Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya: - Berak cair 4-9 kali sehari - Kadang muntah 1-2 kali sehari - Kadang
panas - Haus - Tidak mau makan - Badan lesu lemas
• Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.Tanda-tandanya: - Berak cair
terus-menerus - Muntah terus-menerus - Haus sekali - Mata cekung - Bibir kering dan
biru - Tangan dan kaki dingin - Sangat lemah - Tidak mau makan - Tidak mau
bermain - Tidak kencing 6 jam atau lebih - Kadang-kadang dengan kejang dan panas
tinggi.
• Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut.

Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat


berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

5. Komplikasi

· Dehidrasi
· Renjatan hipovolemik
· Kejang
· Bakterimia
· Mal nutrisi
· Hipoglikemia
· Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

• Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
• Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
• Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis.

6. Pemeriksaan Penunjang

• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


• Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah
putih.
• Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh
tinja.
• Pemeriksaan laboratorium.
• Pemeriksaan tinja.
• Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
• Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

7. Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan.

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

1. Memberikan asi.

2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.

Keterangan :
a. Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.

1. cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

• Dehidrasi ringan.

1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari


Kemudian 125 ml / Kg BB / oral

• Dehidrasi sedang.

1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral

kemudian 125 ml / kg BB / hari.

• Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15
tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
• 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
• 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg§ BB / menit ( infus set 1 ml = 15
tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak§ mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /§ menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB§ oralit per oral.

b. Diatetik ( pemberian makanan ).

Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita
dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

2.4.1. Memberikan Asi.

2.4.2. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup


kalori,protein,mineral dan vitamin,makanan harus bersih.

c. Obat-obatan : Obat anti sekresi, Obat anti spasmolitik, Obat antibiotik.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS

A. Pengkajian.
Terdiri dari data subjektif dan Objektif.

Data Subjektif terdiri dari :

1. Identitas, meliputi : Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat. Dapat


dicantumkan juga identitas orang tua
2. Riwayat Penyakit sekarang: terdiri dari kapan mulai datangnya penyakit dan
bagaimana respon anak. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh
meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
3. Riwayat penyakit yang lalu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita klien
sebelumnya.
4. Riwayat psikososial keluarga. Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri
maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
5. Keluhan utama adalah keluhan klien pada saat datang ke petugas. Faeces semakin
cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat
badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
6. Pola kehidupan sehari-hari :

• Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
• Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
• Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
• Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
• Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.

Data Objektif terdiri dari :

1. Pemerikasaan fisik :

• Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat


badan menurun,anus kemerahan.
• Perkusi : adanya distensi abdomen.
• Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
• Auskultasi : terdengarnya bising usus.
• Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang. Pada anak diare akan mengalami gangguan
karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
• Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation
yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
• Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis
sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

B. Diagnosa Keperawatan.

• Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
• Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
• Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
• Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
• Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa 1 :Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses


dan muntah serta intake terbatas (mual).

Tujuan :Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

Intervensi
1. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan
output.

Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.

2. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.

3. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.


Rasional : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

Intervensi
1. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik

2. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan.

Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera
mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.

3. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.

Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

4. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi

Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan


nutrisi lebih lanjut

Diagnosa 3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal.
Intervensi
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.

Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.

2. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung
dan kompres hangat abdomen.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan


kemampuan koping.

3. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit.
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi

4. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi.

Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.

5. Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal.

Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.

Diagnosa 4 :Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.


Tujuan :Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi
1. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.

Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan


masalah

2. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama.

Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-
satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.

rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi
1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional :Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.

2. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Rasional :Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi


keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.

3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.

Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan


perawatan diri anaknya.

Diagnosa 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Intervensi
1. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan.

Rasional : Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan.

2. Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress

3. Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien

Rasional : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimun

D. Evaluasi.

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila


ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalu dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan
tercapai.
Contohnya :

• volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


• Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
• Integritas kulit kembali normal.
• Rasa nyaman terpenuhi.
• Pengetahuan kelurga meningkat.
• Cemas pada klien teratasi.

CACINGAN

1. Pengertian cacingan.

INFEKSI Cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi
yang di sebabkan oleh parasit.
Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh
inangnya.
Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh inangnya
dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan pada anak-anak memerlukan penanganan serius karena dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnyatumbuh
kembang anak.

2. Etiologi

Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap
diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur
yang tertelan & masuk ke dalam tubuh.

Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang
berawal dari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat
menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru,
ataupun usus/saluran pencernaan.

Jenis-Jenis Cacing

1. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis)

Cacing kremi atau biasa disebut juga dengan cacing kerawit merupakan cacing yang
sering menginfeksi anak-anak. Cacing ini berukuran sangat kecil (sekitar 1 cm),
berwarna pucat, biasanya menginfeksi organ usus. Infeksi cacing kremi biasanya
melalui telur cacing yang terambil oleh jari anak-anak saat bermain. Telur cacing
tersebut dapat bertahan di kulit anak-anak selama berjam-jam & dapat bertahan hidup
selama 3 minggu pada pakaian, mainan & tempat tidur. Apabila jari yang ada telur
cacing tersebut masuk ke dalam mulut, maka telur cacing akan ikut masuk ke dalam
tubuh.

2. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Ascaris Lumbricoides paling sering menginfeksi manusia. Cacing ini dewasa dan
bentuknya silindris dengan ujung anterior meruncing. Betina berukuran 20-35 cm,
sedang pada jantan berukuran 15-31 cm. Satu cacing betina ascaris lumbricoides dapat
berkembang biak dengan menghasilkan 200.000 telur setiap harinya. melalui telur di
tanah yang tertelan, menetas menjadi larva di usus, masuk alian darah, ke paru dan
saluran napas, kembali tertelan, dan masuk kembali ke saluran pencernaan.Cacing
dewasa hidup di usus halus, bertelur dan dikeluarkan lewat tinja.
3. Cacing Pita.

Cacing pita dapat ditemukan pada hewan seperti pada sapi/babi. Berbentuk pipih
panjang seperti pita. Bisa ditemukan pada daging yang tidak dimasak dengan
sempurna. Cacing pita ini menutupi organ lain seperti otot, kulit, jantung, mata &
otak. Iinfeksi cacing pita dapat terjadi melalui konsumsi makanan/daging yang
terdapat telur/larva cacing pita atau melalui makanan, air atau tanah yang
terkontaminasi dengan feses yang mengandung telur/larva cacing tersebut.

4. Cacing Lainya

Cacing lainnya adalah sejenis cacing yang berbentuk pipih seperti cacing pita

3. Gejala cacingan

Pada umumnya cacingan mempunyai gejala sebagai berikut :

 Cacing kremi.

Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva (kemaluan wanita).
Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi biasanya akan keluar
dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing juga
biasanya dapat terlihat di feses.

 Cacing gelang

Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis toxocara canis dapat
menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena menimbulkan
radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah ke bagian
paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan bengkak di
organ tubuh lain.

 Cacing pita

Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat menutupi daerah
otot, kulit, jantung, mata & otak.

Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :

 Rasa mual
 Lemas
 Hilangnya nafsu makan
 Rasa sakit di bagian perut
 Diare
 Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.

Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke organ
lain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :

 Demam
 Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
 Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
 Infeksi bakteri
 Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena

4. Ciri – ciri anak cacingan.

Ada beberapa ciri-ciri anak cacingan :

• Perut terlihat gendut atau besar.


• Kemudian perkembangan pertumbuhan badan lambat.
• Biasanya anak sangat sulit untuk memiliki badan gemuk.
• anak susah tidur.
• cenderung ingin terus menerus buang air besar (BAB)

5. Pengobatan.

Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan
cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :

• Pyrantel pamoat
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah :
- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal
• Mebendazole
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan dosis
diatas, yaitu:
- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal.

Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga
diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya
penularan cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan cacingan ke
anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke toilet
atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menyentuh mulut dengan
tangan yang belum dicuci
6. Pencegahan

Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulnya cacingan
kembali. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

• Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan/setiap habis dari
toilet.
• Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.
• hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi
cacing kremi).
• Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi cacing
kremi).
• Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing sensitif
terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).
• Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi
• Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna

PAROTITIS

1. Pengertian Parotitis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher
bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada
orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas,
prostat, payudara dan organ lainnya.

Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah
mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan
hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.

2. Etiologi

Disebabkan oleh virus. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang juga
mencakup parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya diketahui ada satu
serotip. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Virus
telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi
lain.1 Mumps merupakan virus RN rantai tunggal dan anggota dari family
Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu
hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas
dan sinar ultraviolet.

Penularan Penyakit Gondongan Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran


virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin
dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat
belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.

Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2
tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi
yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki
kekebalan seumur hidupnya.

3. Tanda dan Gejala Parotitis.

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu
dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-
18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa
tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan
38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit
membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

4. Patogenesis.

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel


traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama
fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah
suatu infeksi umum.

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli
seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

5. Komplikasi

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini :

1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit
kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang
mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang
permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam
waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental
dalam jumlah yang banyak
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

6. Diagnosis.

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis pada pemeirksaan fisis,
termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau
Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil
laboratorium air kencing (urin) dan darah.

Pemeriksaan Laboratorium.

Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar


amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian
menjadi normal kembali dalam dua minggu.

Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun


tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa.
Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum
darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps
antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies
(HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

7. Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama


penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas
dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak
boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye
(Pengaruh aspirin pada anak-anak).

Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani


istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan
kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang
mengalami serangan virus pada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala
mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin
diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat
dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk
menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg


sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan
makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan
diet makanan cair dan lunak.

Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk
mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan
besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan
wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup
untuk membantu proses kesembuhan.

8. Pencegahan

Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui
injeksi pada usia 15 bulan.

Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum
menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala
lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat
mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.

Anda mungkin juga menyukai