Materi pelatihan untuk crew RCD, Divisi News Trans TV, Jumat, 25 November 2011
====================================================================
Teknik presentasi adalah bagian dari ilmu komunikasi. Komunikasi itu sendiri adalah
penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, melalui suatu media. Jadi, mengapa kita
perlu belajar teknik presentasi? Dengan belajar, memahami, dan menguasai teknik presentasi,
kita dapat berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada audiens dengan lebih efektif.
Ada empat hal yang perlu kita kuasai untuk bisa disebut memiliki kompetensi presentasi.
Empat hal itu adalah: Analisis audiens (audience analysis), presentasi terstruktur (structured
presentation), keterampilan komunikasi (communication skill), dan pemahaman/kepekaan
antarpribadi (interpersonal sensitivity).
1) Analisis Audiens
Proses untuk mendapatkan informasi dan mengembangkan pemahaman terhadap
pendengar yang akan dihadapi, supaya dapat merencanakan, membawakan, dan mempersiapkan
berbagai informasi dengan efektif.
Memahami A-U-D-I-E-N-C-E:
1
Empat Tipe Audiens:
Sebenarnya ada banyak tipe audiens, tetapi untuk menyederhanakan, kita sebut saja ada
empat tipe. Sejumlah tipe ini kemungkinan besar akan Anda jumpai ketika melakukan
presentasi:
Tipe Pemerhati: Ini adalah audiens yang paling baik. Mereka serius memerhatikan,
mencatat, dan betul-betul berminat pada materi atau topik yang Anda sampaikan.
Tipe Sandera: Ini adalah audiens yang merasa ”terpaksa” atau ”tersandera” untuk hadir
di presentasi Anda. Mungkin dia adalah mahasiswa pemalas, yang terpaksa ikut kuliah karena
takut dilarang ikut ujian jika data absensinya parah. Atau, bisa jadi dia adalah karyawan, yang
sekadar ditugaskan atau dipaksa atasannya untuk hadir dan mendengarkan presentasi Anda.
Tipe Turis: Ini adalah audiens yang mengikuti presentasi sambil lalu, seperti turis yang
singgah di kota atau lokasi wisata untuk menikmati kesenangan, tanpa mau diajak berpikir
terlalu serius. Bagi mereka, lumayan ikut di acara presentasi Anda, karena disediakan kopi, kue,
dan makan siang gratis.
Tipe Teroris: Ini adalah audiens yang siap memberondong Anda dengan pertanyaan-
pertanyaan tajam, kritis, dan keras. Motivasinya tidak selalu karena betul-betul antusias atau
berminat pada informasi, tetapi dia mungkin memang sekadar ingin “mengetes’ kemampuan
Anda. Mereka menikmati, saat Anda keteteran tak bisa menjawab pertanyaan.
Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai pendengar seperti apa, yang akan
dihadapi.
2) Presentasi Terstruktur
Kemampuan untuk mempresentasikan ide atau gagasan kepada seseorang atau
sekelompok orang, sesuai waktu yang disediakan, dengan cara yang memudahkan pendengar
untuk memahaminya.
Untuk memastikan apakah pendengar dapat memahami bagaimana alur materi akan
disampaikan.
2
3) Keterampilan Komunikasi
Kemampuan untuk dapat menyampaikan informasi dan ide secara jelas kepada
seseorang/sekelompok orang, dengan cara yang dapat membuat pendengar menjadi tertarik dan
mudah menangkap pesan yang diberikan, serta menjaganya selama berinteraksi.
Komunikasi Verbal: Bahasa yang sesuai (bukan bahasa ”alay”), volume suara (untuk
menguatkan volume suara, Anda bisa berlatih menggunakan napas perut), intonasi (naik-
turunnya suara), tempo/pacing (cepat-lambatnya bicara), artikulasi (kejelasan kata),
pausing (jeda).
Komunikasi Non-Verbal: Penampilan, eye contact, jarak, ekspresi wajah, nada suara,
gerakan tubuh. Sikap tubuh (body gestures) harus menunjukkan kesantunan, rasa hormat,
dan memancarkan rasa percaya diri (confidence). Ketika melakukan eye contact, tataplah
3-5 detik agar audiens bersangkutan merasa diperhatikan. Untuk banyak audiens di
ruangan yang luas, lakukan tatapan ke audiens dengan W atau M sweeping. Cara
menatap juga harus terkesan profesional (bukan tatapan ”mesum” atau jenis lain, yang
bisa disalahartikan).
Mengecek Pemahaman: Apakah Anda sudah paham? Apakah saya memahami Anda?
4) Pemahaman/Kepekaan Antarpribadi
Menggunakan pemahaman interpersonal dalam presentasi untuk mengembangkan
kenyamanan, dan rasa aman bagi pendengar, sehingga tercipta saling percaya dan keterbukaan.
3
Menghargai Audiens:
Dalam menghargai audiens, kita harus jujur dan tulus. Dan akan lebih baik lagi, jika
ucapan penghargaan itu bersifat spesifik (dalam menyebut aspek dari audiens yang kita hargai
tersebut).
Menghargai audiens bisa dilakukan cukup dengan Anda mengucapkan kalimat seperti:
”Ini adalah pertanyaan yang paling kritis, yang saya terima sejak memulai ceramah
pagi tadi...”
”Komentar Anda menunjukkan bahwa Anda sudah mempersiapkan diri untuk kuliah
ini...”
”Saya berharap, mahasiswa lain bisa belajar dari cara presentasi yang dilakukan Dewi
tadi!”
Sumber:
Ditulis berdasarkan materi dan pengalaman mengikuti sebuah pelatihan, yang dilakukan oleh
sebuah tim pelatihan swasta di Trans TV, 21-24 Februari 2011.
Biodata Penulis:
* Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI (1995-
97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
(SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-
2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV (Februari 2002-Juli
2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013). Alumnus Program S2 Pengkajian
Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011.