Disusun Oleh:
A. Latar belakang
Agama Islam adalah agama yang lahir di negeri arab. Melalui malaikat Jibril Allah SWT,
menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. turunnya wahyu tersebut terjadilah adanya
sumber utama dalam agama islam dan sekaligus mukjizat nabi muhammad SAW yang kekal
sampai akhir zaman yaitu al-Qur’an al-Karim. Selain al-Qur’an agama islam juga mempunyai
sumber lain sebagai rujukan, apabila didalam al-qur’an tidak dijelaskan secara lengkap, yaitu al-
Hadits. Hadits adalah sabda nabi Muhammad SAW. AL-Qur’an dan hadits tidak bisa dipisahkan
keduanya harus bersama-sama karena jika suatu masalah didalam al-qur’an tidak menjelaskan
secara lengkap dan total, maka haditslah yang akan menjelasakannya.
Kedua sumber tersebut dalam segi bahasanya adalah menggunakan bahasa Arab, karena agama
islam sendiri lahir di negeri arab. Oleh karena itu, itu kita sebagai umat islam dituntuk untuk
bisa berbahasa arab. Sebagai pengantar agar kita semua bisa berbahasa arab, disini penulis akan
menyebutkan beberapa kosa kata bahasa arab tentang anggota tubuh dan sedikit membahas
tentang beberapa kaidah yang ada di dalam kaidah bahasa Arab. Yaitu isim dhomir.
B. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Dhomir adalah lafadz yang menunjukkan arti seseorang (perkara) yang memiliki keadaan
ghoib atau hadir. Isim Dhomir menurut Zakaria (2004:39) adalah kata ganti, baik kata ganti
orang kesatu, kedua, atau ketiga. Sementara Ni’mah (t.t:113) mendefinisikan isim dhomir
sebagai Isim mabni yang menunjukkan orang pertama (yang berbicara), atau orang kedua (yang
diajak bicara), atau orang ketiga (yang tidak hadir dalam pembicaraan)”. Dari definisi di atas
dapat disimpukan bahwa isim dhomir adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti orang dalam
bahasa Arab. Kata ganti orang tersebut menunjukkan orang pertama orang dan orang ketiga .
CATATAN :
1. Pengertian ghoib yaitu seseorang selainnya orang yang berbicara dan selainnya orang
yang diajak bicara . contoh ( هُ َوDia) dan ( هُ ْمMereka ).
2. Sedangkan hadir itu memiliki arti bahwa orang yang hadir, bukan keadaan hadirnya.
Dhomir hadir dibagi menjadi 2 yaitu
Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun
sekelompok benda/orang. Isim dhomir itu bersifat mabni ( tetap). Isim (nomina) yang bentuk
akhirnya selalu tetap dan tidak berubah dalam keadaan apapun. Dhamir termasuk dalam
golongan Isim Ma'rifah.
Contoh:
• = أَحْ َم ُد يَرْ َح ُم ْاألَوْ الَ َدAhmad menyayangi anak-anak.
Pada contoh di atas, kata احمدdiganti dengan ( هوdia ) sedangkan ( االؤالدanak – anak ) diganti
dengan ( همmereka). Kata هُ َوdan هُ ْمdinamakan Dhamir atau Kata Ganti.
Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat
berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat.
C. Pembagian Dhomir.
1. Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh( sekaligus bisa
Tُ ( قُ ْمAku telah berdiri ). Dhomir bariz dibagi 2
diucapkan ) Seperti huruf Taa’ pada kata kerja ت
yaitu :
a. Muttashil yaitu isim dhomir yang tidak bisa berada di awal kalimat dan tidak dapat jatuh
setelah االkecuali dalam keadaan ikhtiar. Untuk itu tidak boleh dikatakan اكرم اال ك. Tetapi hal
ini terkadang terjadi pada syair secara syadz, seperti dalam ungkapan seorang penyair sebagai
berikut :
Aku berlindung pada Tuhan yang memiliki Arsy….daripada golongan orang yang
menganiayaiku……maka sebab itu….tidaklah bagiku seorang penolong kecuali Dia selamanya….
bilamana dikau sudi menjadi tetangga kami…seakan tidak ada tetangga lain kecuali hanya dikau
seorang…
• Dhomir Rofa‟ Muttashil Yaitu kata ganti yang selamanya menempel pada fi‟il (verba)
dan كان واخواتهاcontoh درست.
• Dhomir Nashob Muttashil Yaitu kata ganti yang menempel pada fi‟il (sebagai maf‟ul bih)
dan انbeserta saudara-saudaranya (sebagai isimnya ان.Contohnya: ان. انه موجودadalah huruf
taukid dan nashob dan huruf ( هyang menempel pada ( انadalah dhomir muttashil yang mabni
dhomah yang bermahal nashob sebagai isim.Sementara itu, lafadh موجودmerupakan khobarnya
ان.
• Dhomir Jar Muttashil Yaitu kata ganti yang menempel pada isim sebagai mudhof ilaih,
dan yang menempel pada huruf jar sebagai majrur (Ni‟mah t.t:116). Contoh منك.
b. munfasil yaitu isim dhomir yang bisa berada di awal kalimat atau jatuh setelah االcontoh
رايت اال اياك. Dhomir munfashil dibagi menjadi dua macam, yaitu: dhomir rofa‟ munfashil dan
dhomir nashob munfashil.Dhomir Rofa‟ Munfashil Yaitu kata ganti yang berdiri sendiri dan
bermahal rofa‟ berupa mubtada‟ (topic), Contoh أَنَا. Sedangkan dhomir nashob yaitu kata ganti
orang yang dii‟robkan dengan mahal nashob berupa maf‟ul bih (obyek). Contoh اياك
2. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ ( أَ ْنتKamu ) dalam kata ( قُ ْمBerdirilah!) yang
meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud
adalah َ أَ ْنتkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.Al-Mustatir terbagi menjadi
dua:
a. Al-Mustatir wajib, yaitu tempatnya isim dhomir yang disimpan tidak mungkin digantikan
oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
Contoh ( نجتهدkita bersungguh – sungguh ) fa’il dalam lafadz ini adalah berupa isim dhomir yang
disimpan secara wajib yang taqdirnya ( kira – kiranya ) berupa lafadz نحن.
Tempatnya نحنyang disimpan tidak boleh ditempati dengan isim dhohir , diucapkan نجتهد القوم
atau juga tidak boleh ditempati dengan isim dhohir, diucapkan نحن نجتهد, jika diucapkan
demikian maka lafadz نحنtidak sebagai fa’il, tetaoi sebagai taukid (penguat ) dari isim dhomir
yang disimpan secara wajib.
Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Al Azhar, Az- Zainiyyah (Hamisnya Kitab Dahlan
Alfiyyah) halaman 23 yang menjelaskan tentang perintah ulama mewajibkan menyimpan isim
dhomir pada 8 tempat, yaitu :
• Fi’il mudhori’
• Fi’il ta’ajjub
b. Al-Mustatir jawaz, yaitu tempatnya isim dhomir yang disimpan bisa digantikan oleh Isim
Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil. Contoh زيد يقوم اى هو قيقال زيد
يقوم ابوه
1) Fi’il amar yang ditujukan kepada satu mukhottob seperti lafadz ( افعلkerjakanlah ).
Dhomir yang diperkirakan itu adalah انت, tidak boleh ditampakkan karena tempatnya tidak boleh
diduduki oleh isim dhohir.
2) Fi’il mudhori yang huruf awalnya hamzah seperti lafadz ( اوافقaku setuju ). Dhomir yang
waji mustatir itu asalnya adalah انا. Apabila dikatakan انا اوافقmaka lafadz اناhanya berfungsi
mengukuhkan makna dhomir yang mustatir
3) Fi’il mudhori yang huruf awalnya nun seperti lafadz ( نختبطkami merasa iri ). Taqdir
dhamir yang mustatir itu adalah نحن.
4) Fi’il mudhori yang huruh awalnya ta, ditujukan untuk seorang mukhotob seperti dalam
lafadz ( تشكرkamu bersyukur) . dhomir ada padanya adalah lafadz انت.
Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata kerja itu
sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.
Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas tiga golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI'IL Madli ( اضي
ِ ) فِعْل َمatau Kata Kerja Lampau. Yaitu lafadz yang menunjukkan arti
pekerjaan dengan disertai zaman yang telah lewat / zaman madli contoh ( كتب زيدzaid telah
menulis ), sebelum lafadz ini dikhabarkan, pekerjaan menulisnya sudah selesai
( يرجع زيد غداzaid akan kembali besok ) , ketika mengkhabarkan lafadz يرجعpekerjaan kembali
pulang akan dilakukan setelah mengkhabarkan.
Yang dimulai dengan huruf mudhoro’ah yang yang berupa hamzah dan nun yang menunjukkan
arti takallum dan dimulai dengan huruf ta’ yang menunjukkan arti mukhotob.
Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan
jenis Dhamir dari Fa'il ( ) فَا ِعلatau
pelaku pekekerjaan itu. Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata,
sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
3. FI'IL AMAR atau Kata Kerja Perintah adalah kalimat yang menunjukkan arti perintah
yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan
oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.Perlu diingat bahwa yang menjadi
Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau
"orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir
Mukhathab terdiri dari: َ أَ ْنت- ت
ِ أَ ْن- أَ ْنتُ َما- أَ ْنتُ ْم- أَ ْنتُ َّن.
Kata ganti dalam bahasa Arab disebut dengan isim dhamir. Isim dhamir jumlahnya ada 14. Dari
ke 14 dhamir ini dibagi 3 kategori, yaitu: mutakallim (orang pertama), mukhathab (orang
kedua), dan ghaib (orang ketiga).
Keterangan:
Jumlah adalah jumlah orang terwakili dan jenis adalah apabila Lk artinya laki-laki atau
mudzakkar dan Pr artinya perempuan atau muannats.
Contoh penggunannya:
Saya muslim
Kami muslim
Kamu muslim
Apabila hendak menyatakan kata ganti milik, maka ada perubahan kata. Berikut perubahannya
(dari kanan ke kiri):
Mudhari Mudhari
ض َربَنِ ْي َ ُأَضْ ِرب ْت ُ ض َرب َ أَنَا
َض َربَنا َ ُنَضْ ِرب ض َر ْبنَا َ ُنَحْ ن
َض َربَك َ ُتَضْ ِرب َض َربْت َ َأَ ْنت
ُ
ض َربَك َما َ تَضْ ِربَا ِن ُ
ض َر ْبت َما َ أَ ْنتُ َما
ض َربَ ُك ْم َ َتَضْ ِربُوْ ن ض َر ْبتُ ْم َ أَ ْنتُ ْم
ض َربَ ِك َ َتَضْ ِربِ ْين ِ ض َر ْب
ت َ ِ أَ ْن
ت
ض َربَ ُك َما َ تَضْ ِربَا ِن ض َر ْبتُ َما َ أَ ْنتُ َما
َّض َربَ ُكن َ َتَضْ ِر ْبن ض َر ْبتُ َّن َ أَ ْنتُ َّن
ُض َربَه َ ُيَضْ ِرب ب َ ض َر َ ه َُو
ض َربَ ُه َما َ يَ ِربَا ِن ْض ض َربَا َ هُ َما
ض َربَه ْم َ َيَضْ ِربُوْ ن ض َربُوْ ا َ هُ ْم
ض َربَ َها َ ُِب ر َْض ت ت ْ بر
ََ َ ض ِه َي
ض َربَ ُه َما َ تَضْ ِربَا ِن ض َربَتَا َ هُ َما
ه ب ر
ََّ َ َ ُن ض ََ ِ ن ْ
ب ر ْض ي ََ َ نْ
ب ر ض ُن َّ ه
Maka apabila ingin mengungkapkan “dia memukul aku” bukan diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab menjadi:
ض َربَنِ ْي
َ
Contoh penggunaanya:
ُض َر ْبتَه
َ
َ َت ْالب
اب ُ ْفَتَح
ِ ُّأُ ِحب
ِك فِي هللا
ض َربَ ْتنِ ْي
َ
Artinya:
Kamu memukulnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi Dhomir adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti orang dalam bahasa Arab.
Kata ganti orang tersebut menunjukkan orang pertama orang dan orang ketiga .
1) Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf Taa’
pada kata kerja تُ ( قُ ْمAku telah berdiri ).
2) Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ ( أَ ْنتKamu ) dalam kata (قُ ْمBerdirilah!) yang
meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud
adalah َ أَ ْنتkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
4. Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata kerja
itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.
B. Saran
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah kita selalu
mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa melakukan
hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan makalah ini, semoga bisa
bermanfaat untuk pembelajaran isim dhomir nantinya. Aamiin.
C. Penutup
Alhamdulillah, demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi menjadi lebih baiknya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga bisa berguna bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
A’qil , Bahaud Din Abdullah Ibnu,Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil 1, Bandung : Sinar Baru
Algensindo t.t.
Hakim Taufiqul, Program Pemula Membaca Kitab Kuning , Jepara:Al – Falah Offset 2003.
Pengurus Pondok Tegal Rejo, Sulamut Tashil Fi Tarjumatil Al Fiyyah Ibnu Malik Juz Ul Awwal,
Magelang : t. p. ,1993.
Shofwan ,M. Sholihuddin, “Mabadi’ Ash – Shorfiyyah” Pengantar Al Qowa’id Ash – Shorfiyyah 2 ,
Jombang : Darul Hikmah, 2006.
Shofwan, M. Sholehudiin, “Mabadi Asshorfiyah 2 “ Pengantar Al Qowa’id AshShorfiyyah ,
Jombang : Darul Hikmah, 2000.
Qoin, Alifah Dzatun Nitho, “Nomina Permanent (Isim Mabni) Dalam Buku Khulashoh Nurul Yaqin
Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa Dan
Sastra Asing Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang , 2015.