Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUHAMMAD MARLAN RAMADHAN

KELAS :A
NPM : 101901136
PRODI : AKUNTANSI

1. Jelaskan sejarah manusia tentang ketuhanan menurut para ahli ?

Jawaban :

Berikut beberapa pandaangan para ahli tentang ketuhanan :

1. Socrates (469-399 SM)


Socrates adalah murid dari Phytagoras, yang membahas masalah ketuhanan dengan
logika akademik yang simpel dengan menetapkan wujud Tuhan yang disembah..
Ajaran yang terkenal dari Socrates adalah Gnoti Seauton yaitu kenalilah dirimu sendiri.
Bagi Socrates dengan mengenali diri sendiri, akan dapat lebih mengenal Tuhan. Manusia
menurut Socrates diberikan sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Sokrates berpendapat bahwa alam yang kita lihat bukan sesuatu yang tiba-tiba dan
kebetulan, bahkan segala segi dan sebagainya adalah menuju kepada suatu tujuan, dan
tujuan itu menuju lagi kepada tujuan yang lebih tinggi. Sehingga sampai kepada ujung
yang berdiri sendiri dan Esa.
Untuk membangun pengetahuan manusia tentang tuhan Socrates memakai dua jalan.
Pertama, berdasarkan pada bukti-bukti alam. Kedua, dengan alasan sejarah. Melalui
bukti-bukti alam dengan membentangkan peristiwa-peristiwa alam itu sendiri, sedangkan
melalui alasan-alasan sejarah dengan mengemukakan tabiat manusia yang dengan
sendirinya tertarik kepada adanyaTuhan yang menjadikan, mengatur dan memelihara
manusia.

2. Plato (427-347 SM)


Plato menggambarkan Tuhan sebagai Demeiougos (sang pencipta) dari alam ini dan
sebagai Ide Tertinggi dari alam ide. Ide tertinggi ini menurut Plato adalah Ide Kebaikan.
Sebagai murid Socrates, Plato berusaha mengembangkan dan lebih menyempurnakan
pandangan-pandangan gurunya, dan sistem pemikiran merupakan puncak dari usaha-
usaha orang sebelumya yang digabungkan dalam pemikiran sendiri.
Menurut Plato segala keadaan di dunia ini tidaklah kekal dan selalu berubah karena itu
dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan yang dilawankan dengan dunia
cita-cita/ide yang bersifat kekal dan tidak mengalami perubahan. Dalam mencari hakekat
banda yang tetap berubah ini, Plato berfikir bahwa hanya benda-benda yang berada diluar
alam, diluar ruang dan waktu, dapat menjadi realitas tertinggi.
Konsekwensi dari benda yang selalu berubah ini adalah bersifat baharu, dan setiap yang
baharu mempunyai sebab yang ada penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas dari sifat
baharu. Tuhan adalah zat yang transenden dan merupakan realitas tertinggi, merupakan
esensi atau Ide dari yang Baik, dan alam merupakan partisipasi refelektif dari zat yang
sempurna.
Plato menyebutkan dalam kitab undang-undangnya bahwa ada beberapa perkara yang
tidak pantas bagi manusia apabila tidak mengetahuinya, yaitu antara lain bahwa manusia
itu mempunyai Tuhan yang membuatnya. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang
diperbuat oleh sesuatu itu.

3. Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles adalah murid terbaik Plato, sehingga banyak pemikiran-pemikiran gurunya
yang memberinya pengaruh kuat pada filsafatnya. Meskipun demikian ia tidak
kehilangan kekritisannya dalam menanggapi pemikiran Plato, sehingga akan tampak
beberapa pandangannya yang berseberangan dengan gurunya.
Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa realitas konkrit itu tidak tetap dan selalu
berubah, akan tetapi ia tidak setuju atas pandangan Plato mengenai pengetahuan yang
benar yang dibangun atas dasar postulat bahwa dunia transenden terpisah dengan objek-
objek konkrit dan menganggap realitas konkrit dan menganggap realitas konkrit sebagai
hal yang tidak nyata. Bagi Aristoteles realitas justru harus dicari dalam dunia yang
ditemukan manusia, yaitu dunia yang teramati. Dunia konkrit dan individual, itulah
kenyataan real.
Pandangan Aristoteles yang terkenal adalah teorinya tentang empat causa: Causa
material, Causa formal, Causa efisien, Causa final. Suatu realitas yang sifatnya kausalitas
bahwa keberadaan sesuatu disebabkan oleh yang lain, mengarah pada konsep adanya
Penggerak Pertama yang tidak bergerak sebagai penyebab gerak dari yang bergerak.
Penggerak pertama yang tidak bergerak diartikan sebagai sebab yang dia sendiri tidak
bergerak, ia merupakan pikiran murni dan pikian hanya pada dirinya sendiri.
Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada latar belakang ilmu pengetahuan,
tidak didasarkan pada suatu religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan sebagai substansi yang
bersifat eternal terpisah dari dunia konkrit, tidak bersifat materi, tidak memiliki potensi;
Tuhan adalah “Aktus Murni”. Sebagai Aktus Murni, aktifitas Tuhan tidak lain kecuali
melalui berpikir. Tuhan adalah “pemikiran yang sedang berpikir diatas pemikiran”
(noesis noesos).

4. Al Kindi (801-873)
Tuhan digambarkan oleh al Kindi sebagai sesuatu yang bersifat tetap, tunggal, ghaib dan
penyebab sejati gerak. Al kindi dengan menggunakan konsep teori pencipta creatio ex
nihilo mengatakan bahwa penciptaan dari ketiadaan merupakan hal istimewa yang
dimiliki Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya Dzat yang sungguh-sungguh mampu mencipta
dari ketiadaan dan Dia merupakan sebab yang sesungguhnya dari seluruh realitas yang
ada didunia ini.
Dalam Maqalah Al-Kindy yang di muat di “filsafat Ula” mengutarakan lebih jauh tentang
pelajaran Causality, pelajaran sebab-musabab dmana dikemukakan bahwa ilmu
pengetahuan kebenaran pertama adalah sebab dari setiap sebab.
Bagi Al-Kindy yang Esa itu adalah Tuhan. Dia itu terpisah dan berada diatas akal disebut
satu yang benar, adalah sempurna mutlak. ia abadi oleh karena itu Ia Maha Esa
(wahdah), selain-Nya berlipat.

5. Ibnu Sina (980-1036 M )


Menurut Ibnu Sina ada tiga macam sesuatu yang ada; pertama, penting dalam dirinya
sendiri, tidak perlu sebab lain untuk kejadianya, selain dirinya sendiri (Tuhan). Kedua,
yang berkehendak kepada yang lain yaitu makhluk yang butuh kepada yang
menjadikannya. Ketiga, makhluk mungkin yaitu bisa da dan bisa tidak ada, dan dia
sendiri tidak butuh kepada kejadianya (benda-benda yang tidak berakal seperti pohon-
pohon, batu dan sebagainya)
Pembahasan ini berakhir dengan dasar dalam ilmu metaphysika Ibnu Sina:
1) Adanya Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta.
2) Hukum Alam
3) Hukum sebab-musabab
4) Konsepsi yang maha mengatur

Refrensi ( Link: http://putrisafrina26.blogspot.com/2016/12/konsep-ketuhanan-menurut-


ahli-filsafat.html )

Menurut pendapat saya :

Sejarah manusia tentang ketuhanan adalah berawal dari dasar manusia itu sendiri yang
merupakan makluk sosial dia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Darikonsep itu
dasar saya menjelaskan munculnya tuhan dalam diri manusia yaitu di setiap hidup
manusia memerlukan pegangan untuk dia bertahan dalam hal ini adalah pegangan secara
spiritual. Disaat dia merasakan sebuah perasaan yang manusia lain tidak bisa
merasakannya dia membutuhkan zat yang lebih kuat, lebih mengerti serta dapat
memahami apa yang dia rasakan dan dapat di jadikan sebagai tumpuan perasaannya
tersebut, dalam hal itu munculah sebuah pertanyaan dalam hatinya, “kemanakah akan aku
bawa perasaanku ini ?”. Dari pemikiran itu maka munculah pemikiran bahwa dia
memerlukan sesuatu zat yang maha kuasa, abadi dan supra natural. Disitulah muncul
konsep tuhan yang maha segalanya untuk dapat mengerti perasaan yang dia rasakan,
dapat memberikan rasa aman, perlindungan, pengayoman bahkan hingga mampu
memberikan pemecahan dalam perasaan yang dia hadapi, saat itulah tuhan muncul dalam
pikirannya. Jadi dalam pengertian saya tuhan itu hadir dari pikiran dan perasaan manusia
itu sendiri yang selalu membutuhkan pengayoman atau pertolongan dalam hidupnya.

2. Jelaskan konsep manusia menurut islam ?

Jawaban
Bagi umat islam konsep manusia adalah dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan
Allah di dalam kehidupan ini. Sebagian ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta
sendirinya dan melakukan hidup dengan apapun yang mereka inginkan, sebebas-
bebasnya. Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan
penciptaannya di muka bumi oleh Allah SWT.

1. Beribadah kepada Allah

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-
Ku” (QS Adzariyat : 54)

Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan, semata-mata


adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya kita menganggap
Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah, menjadi tempat
bergantung, diagungkan, dan diikuti seluruh perintahnya. Tanpa melakukan ibadah
kepada Allah niscaya manusia akan tersesat dan kehilangan arah hidupnya. Ibadah bukan
saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah ritual atau yang sifatnya membangun
spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi, menjadikan diri kita sebagai abada atau budak
dalam hidup untuk Allah SWT. Ibadah artinya bukan hanya saat shalat saja melainkan
semua aspek diri kita bisa dijadikan ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.

Orang yang menikah, bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik anak, dan lain
sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan hanya untuk
dirinya namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya mengikuti segala apa
yang diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk kehidupan kita.

Sejatinya, Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan Allah sendiri.
Jika dipikirkan lebih mendalam beribadah kepada Allah dengan ikhlas adalah untuk
kebaikan umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah kepada Allah, menjadikannya
sebagai Illah dalam hidup kita, maka akan datang kebaikan dalam hidup ini. Penyebab
hati gelisah dalam islam biasanya karena memang manusia tidak menggantungkan
hidupnya pada Allah dan mencari keagungan lain selain Allah. Hal tersebut tentu tidak
akan membuat tenang, malah risau karena tidak pernah menemukan jalan keluarnya.
Untuk itu ibadah kepada Allah dengan meyakini rukun Iman dan menjalankan rukun
Islamadalah bagian dari beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah masih banyak lagi
dilakukan di berbagai bidang kehidupan manusia dengan mendasarkannya pada fungsi
iman kepada Allah SWT.

2. Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia diciptakan
adalah untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa melalui ujian di dunia dengan
berbagai tantangan dan kesulitannya, maka Allah akan memberikan pahala akhirat dan
rahmat bagi yang benar-benar melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah
dalam islam hakikatnya adalah menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan
kesabaran. Maka itu islam melarang berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa
dalam islam. Salah satunya adalah tidak bisa optimis untuk menjalankan hidup di dunia
untuk masa depan akhirat yang baik. Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui
siapa yang bisa mengikuti dan mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan
dan usahanya untuk menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang
harus tetap diisi agar kelak sebelum masa pembalasan, proses penghisaban (perhitungan)
kita mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia.

Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk kebahagiaanpun adalah
ujian di dunia. Termasuk orang yang memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi,
kekuasaan, anak-anak, dan lain sebagainya. Manusia diuji apakah ia mampu tetap
mengabdi dan menyembah Allah walaupun sudah seluruhnya diberikan kenikmatan oleh
Allah SWT.

Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu mengusahakan hidup
untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik pada kita. Harta dalam islam
bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan selalu membahagiakan. Ia hanyalah alat
dan tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya dan bisa habis kenikmatannya suatu saat nanti.

3. Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat Kerusakan

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa manusia diciptakan
di muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah di atas bukan
berarti hanya sekedar pemimpin. Manusia yang hidup semuanya menjadi pemimpin.
Pemimpin bukan berarti hanya sekedar status atau jabatan dan tidak perlu mendapatkan
jabatan tertentu untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada jabatan
kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di organisasi/kelompok.
Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah diturunkan sejam Nabi Adam
sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini bermaksud sebagai fungsi.

Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem dan
perusahaannya menjadi baik dan tidak berantakan. Pemimpin juga menjadi figur atau
teladan, tidak melakukan sesuatu dengan semena-mena atau tidak adil. Pemimpin
membuat segalanya berjalan dengan baik, teratur, dan bisa tercapai tujuannya.

Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola, mengatur segala
kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya mengelola alam atau diri
sendiri saja, melainkan seluruh kehidupan yang ada di bumi termasuk sistem ekonomi,
politik, sosial, budaya, hukum, IPTEK, pendidikan, dan lain sebagainya. Maka itu
manusia manapun dia wajib menghidupkan, mengembangkan, dan menjalankan
seluruhnya dengan baik agar adil, sejahtera, dan sesuai fungsi dari bidang tersebut
(masing-masing).
Referensi (Link: https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam)

Menurut pendapa saya :

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh ALLAH SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka Bumi ini. Dibandingkan dengan makhluk lainnya,
manusia mempunyai kelebihan-kelebihan dan itu membedakan manusian dengan
makhluk lainnya. Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
dan sosial. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain dan makhluk lain.

3. Sebutkan dan jelaskan problem, tantangan dan resiko dalam mengimplementasikan


iman dan taqwa pada kehidupan modern ?

Jawaban

1. Problem dalam Hal Ekonomi


Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo economicus, yaitu
merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo
religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral, Setuju?
Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil – kecilnya dengan
menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat manusia menjadi makhluk
konsumtif yang egois dan serakah.
2. Problem dalam Bidang Moral
Dalam hal ini bersamaan dengan maraknya globalisasi masuklah sedikit demi sedikit yang lama
– lama menjadi bukit, yaitu faham liberalisme dalam bentuk kebebasan berekspresi melalui
teknologi informasi hasil rekaan manusia sendiri.
Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi, setuju? Ini tidak lain
hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan –
ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada khususnya selalu
“berkiblat” kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu
kemajuan.

3. Problem dalam Bidang Agama


Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham Sekulerisme
yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang
demikian akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality di mana seseorang bisa
berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi
seorang koruptor.

4. Problem dalam Bidang Keilmuan


Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya yang pada
kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang
rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu
dikatakan benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini
tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang kadang kala kita harus
menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan
ilmuwan – ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya. Anda merasakan
itu?
Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi. Apa itu?
Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru yang
lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang dengan bidang keagamaan.
Referensi: (Link: https://andinurhasanah.wordpress.com/2012/12/31/implementasi-iman-dan-
taqwa-dalam-kehidupan-modern/ )

Menurut pendapat saya :

Iman dan taqwa sangat penting dalam kehidupan modern, jika dalam kehidupan modern yang
serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah maka akan
banyak timbul problem dan tantangan yang terjadi, baik dibidang ekonomi, social,
agama,maupun keilmuan itu sendiri.

4 Konsep masyarakat madani menurut para ahli?

Jawaban:
1. Nurcholis Madjid
Menurut Nurcholis Madjid, pengertian masyarakat madani adalah merujuk pada masyarakat
Islam yang pernah dibangun oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah, yaitu masyarakat
dengan peradaban yang memiliki ciri; kesederajatan, keterbukaan, toleransi, musyawarah,
dan menghargai prestasi.

2. Syamsudin Haris
Menurut Syamsudin Haris, pengertian masyarakat madani adalah suatu lingkup sosial yang
berada di luar pengaruh Negara dan model yang tersusun dari lingkungan masyarakat paling
akrab seperti; keluarga, asosiasi sukarela, gerakan masyarakat, dan lainnya.

3. Dawam Rahardjo
Menurut Dawam Rahardjo, pengertian masyarakat madani adalah suatu proses penciptaan
peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama berdasarkan suatu pedoman
hidup untuk menciptakan persatuan dan integrasi sosial.

4. Ernest Gellner
Menurut Ernest Gellner, definisi civil society adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai
institusi non-pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk dapat mengimbangi Negara.

5. Cohen dan Arato


Menurut Cohen dan Arato, pengertian masyarakat sipil adalah suatu wilayah interaksi sosial
diantara wilayah ekonomi, politik, dan Negara, yang di dalamnya mencakup semua
kelompok sosial yang bekerja sama membangun ikatan sosial di luar lembaga resmi,
menggalang solidaritas kemanusiaan, dan mengupayakan kebaikan bersama.

6. Muhammad AS Hikam
Menurut Muhammad AS Hikam, pengertian masyarakat madani adalah semua wilayah
kehidupan sosial yang terorganisir dan memiliki ciri-ciri; kesukarelaan, keswasembadaan,
keswadayaan, dan kemandirian yang tinggi di hadapan Negara, serta terikat oleh norma dan
nilai hukum yang diikuti semua warganya.

Referensi (Link: https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/masyarakat-madani.html )

Menurut pendapat saya :

Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang terdiri secara
mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat,
adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan
publik.

5. Persepsi HAM menurut barat dan islam (menurut para ahli) ?


Jawaban:

HAM menurut pandangan barat semata-mata bersifat anthroposentris artinya segala


sesuatu berpusat kepada kepentingan dan kebebasan manusia. Dengan demikian manusia
sangat dipentingkan. Sebaliknya HAM menurut pandangan Islam bersifat theosentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada Allah sebagai Tuhannya. Dengan demikian Tuhan
sangat dipentingkan sebagai tempat mengabdi.

Karenanya, nilai-nilai HAM ala Barat yang jauh dari nilai-nilai agama, tidak bisa
dipaksakan untuk diterapkan di tengah-tengah umat Islam yang nilai-nilai HAM selalu
bersandar kepada Allah dan nilai-nilai aturan dalam agama.

Menurut Tgk H Mutiara Fahmi Lc, MA (Ketua Prodi Hukum Tata Negara Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry)
“Dalam pandangan Islam HAM itu bersifat theosentris berpusat kepada Tuhan. Allah
yang selalu menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah
untuk mengabdi kepada-Nya. Sementara dalam pandangan Barat HAM bersifat
antroposentris yang segala sesuatu berpusat kepada manusia. Kebebasan manusialah yang
menjadi tolak ukur segala sesuatu, yang tidak ada urusan dengan Tuhan,”
Referensi (Link: https://aceh.tribunnews.com/2018/02/09/jangan-paksakan-ham-
barat-pada-umat-islam )

Menurut Pendapat saya :


HAM dalam perspektif Barat menempatkan manusiaa dalam suatu setting dimana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai sebagai
perolehan alamiah sejak lahir. Sedangkan HAM dalam Islam, mengangap dan meyakini
bahwa hak-hak manusia merupakan anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap
individu akan merasa bertanggung jawab kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai