Anda di halaman 1dari 61

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu peradangan atau infeksi saluran napas bawah
akut (ISNBA) yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing pada saluran
pernapasan (Setiati, et al, 2014).
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding-dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan
batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha,
2014).
Pneumonia adalah suatu peradangan atau infeksi saluran napas bawah akut
(ISNBA) yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur serta benda-benda
asing pada saluran pernafasan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsulidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Paru
Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk
pertukaran udara. Tiap paru memiliki: apeks yang mencapai ujung sternal
kosta pertama, permukaan costovertebral yang melapisi dinding dada,
basis yang terletak di atas diafragma dan permukaan mediastinal yang
menempel dan membentuk struktur mediastinal di sebelahnya.
Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh
fissuraobliqus dan horizontal. Paru kiri hanya memiliki fissura obliqus
sehingga tidak ada lobus tengah. Segmen lingular merupakan sisi kiri yang
ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun, secara anatomis lingual
merupakan bagian dari lobus atas kiri. Struktur yang masuk dan keluar dari
paru melewati hilus paru yang diselubungi oleh kantung pleura yang
longgar.
Setiap paru diselubungi oleh kantung pleura berdinding ganda
yangmembrannya melapisi bagian dalam toraks dan menyelubungi
permukaan luar paru. Setiap pleura mengandung beberapa lapis jaringan
ikat elastik dan mengandung banyak kapiler. Diantara lapisan pleura
tersebut terdapat cairan yang bervolume sekitar 25-30 mL yang disebut
cairan pleura. Cairan pleura tersebut berfungsi sebagai pelumas untuk
gerakan paru di dalam rongga.
Bronki dan jaringan parenkim paru mendapat pasokan darah dari arteri
bronkialis cabang-cabang dari aorta thoracalis descendens. Vena bronkialis,
yang juga berhubungan dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena
azigos dan vena hemiazigos. Alveoli mendapat darah deoksigenasi dari
cabang-cabang terminal arteri pulmonalis dan darah yang teroksigenasi
mengalir kembali melalui cabang-cabang vena pulmonalis. Dua vena
pulmonalis mengalirkan darah kembalidari tiap paru ke atrium kiri jantung.
Drainase limfatik paru mengalir kembali dari perifer menuju kelompok
kelenjar getah bening trakeobronkial hilar dan selanjutnya menuju trunkus
limfatikus mediastinal.
Paru dipersyarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal
paru.Pleksus ini terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus)
dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus
mensarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran
mukosa bronkioli dan alveoli.
b. Saluran Napas
Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,
laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi dua
bagian, yakni saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah.
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan
dihangatkan dan dilembabkan oleh uap air, udara inspirasi berjalan
menuruni trakea, melalui bronkiolus, bronkiolus respiratorius, dan duktus
alveolaris sampai alveolus.
Antara trakea dan kantong alveolar terdapat 23 kali percabangan saluran
udara. Enam belas percabangan pertama saluran udara merupakan zona
konduksi yang menyalurkan udara dari dan ke lingkungan luar. Bagian
ini terdiri atas bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Tujuh
percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan zona respirasi,
dimana proses pertukaran gas terjadi, terdiri atas bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus. Adanya percabangan
saluran udara yang majemuk ini meningkatkan luas total penampang
melintang saluran udara, dari 2,5 cm2 di trakea, menjadi 11.800 cm2 di
alveoli. Akibatnya, kecepatan aliran udara di dalam saluran udara kecil
berkurang ke nilai yang sangat rendah.
Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. Di sebagian besar
daerah, udara dan darah hanya dipisahkan oleh epitel alveolus dan endotel
kapiler sehingga keduanya hanya terpisah sejauh 0,5 μm. Tiap alveolus
dilapisi oleh 2 jenis sel epitel, yaitu sel tipe 1 dan sel tipe 2. Sel tipe 1
merupakan sel gepeng sebagai sel pelapis utama, sedangkan sel tipe 2
(pneumosit granuler) lebih tebal,banyak mengandung badan inklusi lamelar
dan mensekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat lemak yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan.
c. Otot Pernapasan
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratoraks sebesar
75% selama inspirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian
dasar rongga toraks, yang membentuk kubah diatas hepar dan bergerak ke
arah bawah seperti piston pada saat berkontraksi. Jarak pergerakan
diafragma berkisar antara 1,5 cm sampai 7 cm saat inspirasi dalam.
Otot inspirasi utama lainnya adalah musculus interkostalis eksternus,
yang berjalan dari iga ke iga secara miring ke arah bawah dan ke depan.
Poros iga bersendi pada vertebra sehingga ketika musculus intercostalis
eksternus berkontraksi, iga-iga dibawahnya akan terangkat. Gerakan ini
akan mendorong sternum ke luar dan memperbesar diameter anteroposterior
rongga dada. Diameter transversal juga meningkat, tetapi dengan derajat
yang lebih kecil. Musculus interkostalis eksternus dan diafragma dapat
mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat. Musculus
scalenus dan musculus sternocleidomastoideus merupakan otot inspirasi
tambahan yang ikut membantu mengangkat rongga dada pada pernapasan
yang sukar dan dalam.
Otot ekspirasi akan berkontraksi jika terjadi ekspirasi kuat dan
menyebabkan volume intratoraks berkurang. Musculus intercostalis internus
bertugas untuk melakukan hal tersebut karena otot-otot ini berjalan miring
ke arah bawah dan belakang dari iga ke iga sehingga ketika berkontraksi,
otot-otot ini akan menarik rongga dada ke bawah. Kontraksi otot dinding
abdomen anterior juga membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-
iga ke bawah dan ke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra
abdomen yang akan mendorong diafragma ke atas.
3. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Menurut hasil
penelitian penyebab pneumonia adalah bakteri (70%), kemudian virus dan
jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai penyebab pneumonia.
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), penyebab pneumonia dapat
digolongkan menjadi:
a. Bacteria: Staphylococcus Aureus, Hemophilus Influinzae, Streptococcus
Pneumoniae, dan Klebsiella Pneumoniae
b. Virus: Respiratory syncytial virus, dan Virus influenza
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: Pneumocystis jiroveci (PCP)
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan
benda asing
f. Pneumonia hipostatik
g. Sindrom loeffler
4. Patofisiologi
Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau menyebar langsung
dari saluran pernapasan atas. Akibat sekunder dari Viremia atau bacteremia
hanya sebagian kecil. Saluran pernapasan bawah dimulai dari sublaring hingga
unit terminal umumnya dalam keadaan steril. Melalui beberapa mekanisme,
paru terlindungi dari infeksi termasuk barrier anatomi dan barrier mekanik
serta sistem pertahanan tubuh local maupun sistemik. Barrier anatomi dan
meknik diantaranya adalah filtrasi partikel dihidung, pencegahan aspirasi
dengan refleks epiglottis, pengeluaran bendaasing melalui refleks batuk dan
upaya menjaga kebersihan jalan napas oleh lapisan mukosiliat.
Sistem pertahanan tubuh yang terlibat adalah sekresi lokal oleh
immunoglobulin A, respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin,
immunoglobulin, alveoli dan cell mediated immunity. Pneumonia terjadi
apabila salah satu sistem pertahanan diatas mengalami gangguan. Inokulasi
pathogen menyebabkan pada saluran pernapasan megalami reaksi inflamasi
akut yang berbeda sesuai pathogen penyebabnya.
Virus akan menyerang saluran pernapasan kecil dan alveoli, yang lebih
banyak mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi berupa
kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris kedalam lumen. Respon
inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel mononuclear ke dalam submukosa dan
perivascular. Sebagian sel poly morponucleus (PMN) akan didapatkan dalam
saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas maka sel debris, mucus serta
sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas kecil akan menyebabkan
obstruksi baik parsial maupun total. Respon inflamasi di dalam alveoli sama
seperti yang terjadi pada ruang intertisial yang terdiri dari sel-sel mononuclear.
Prosen infeksi yang berat akan mengalami pengelupasan epitel dan akan
terbentuk eksudat hemoragik. Infiltrasi ke intertisial sangat jarang
menimbulkan fibrosis. Ketika bakteri mencapai alveoli, beberapa sistem
pertahanan tubuh akan diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dan
dinding alveoli. maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang
mengandung opsonin dan akan terbentuk antibodi immunoglobulin G spesifik.
Selanjutnya terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, sebagian kuman akan
dilisis melalui perantara komplemen. Ketika mekanisme ini gagal merusak
bakteri dalam alveolar, leukosit PMN dengan aktivitas fagositosi akan dibawa
oleh sitokin sehingga muncul respons inflamasi. Proses inflamasi
mengkibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas. Area edema
akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat,
purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara histopatologi
dinamakan hepatisasi merah. Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang
ditandai dengan fagositosis aktif oleh leukosit PMN. Proses ini akan
mengakibatkan kaburnya struktur seluler paru. Resolusi konsolidasi pneumonia
terjadi ketika antibodi antikapsular timbul dan leukosit PMN meneruskan
aktivitas fagositosisnya dan sel-sel monosit akan membersihkan debris.
Kerusakan jaringan disebabkan oleh enzim dan toksin yang dihasilkan
kuman Streptococcus aureus. Perlekatan Staphylococcusaureus pada sel
mukosa melalui teichoid acid yang terdapat pada dinding sel dan paparan di
submukosa akan meningkatkan adhesi dari fibrinogen, fibronektin kolagen, dan
protein yang lain. Seseorang yang terkena pneumonia akan mengalami
gangguan pada proses ventilasi yang disebabkan karena penurunan volume
paru. Untuk mengatasi gangguan ventilasi, tubuh akan meningkatkan volume
tidal dan frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea. Sehingga
proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal
napas (Adriani, 2014).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Adriani (2014), manifestasi klinis dari pneumonia, yaitu:
a. Demam tinggi
b. Pernapasan: batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum
berwarna keputihan, sampai bercampur darah
c. Takipnea
d. Bunyi napas ronki atau ronki kasar
e. Pekak pada saat perkusi
f. Nyeri dada
g. Pernapasan cuping hidung
h. Pucat sampai sianosis (bergantung pada tingkat keparahan)
i. Gastrointestinal: anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen
j. Foto toraks: infiltrasi difus atau bercak-bercak dengan distribusi
peribronkial
6. Komplikasi
Menurut Adriani (2014), komplikasi dari pneumonia, yaitu:
a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang.
b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
f. Obstruksi jalan napas, dapat menghambat pemenuhan suplai oksigen ke
otak dan sel-sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama
keadaan ini akan menyebabkan hipoksemia lalu terus berkembang
menjadi hipoksia berat dan penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ardiansyah (2012), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
memperkuat diagnosa ialah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan ini, jumlah leukosit yang didapatkan ialah 15.000-
40.000 per mm dalam keadaan leukopenia. Biasanya lanjut endap darah
meningkat hingga 100 mm/jam.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan sebaiknya dibuat dengan cara foto toraks posterior, anterior,
dan lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi rentrokadial. Untuk
mengidentifikasi penyebaran gejala, misalnya pada lobus dan bronchial.
c. ABGs/Pulse Oximetry
Abnormalitas mungkin timbul, tergantung pada luasnya kerusakan paru.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ardiansyah (2012), penatalaksanaan yang umum dilakukan pada
penderita pneumonia yaitu:
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. Pemberian antibiotic sesuai jenis pneumonia
c. Intravena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml
cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi
d. Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat
e. Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki transport
mukosilier. Seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dan
ventolin yang bertujuan untuk mempermudah mengeluarkan dahak juga
dapat meningkatkan lebar lumen bronkus
f. Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru,
kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi sekret yang berasaldari
sistem pernapasan
g. Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien dengan
kepaladan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat menderita penyakit saluran pernafasan
b) Riwayat terjadi aspirasi
c) Riwayat berbaring lama
d) Riwayat menderita penyakit selain pada saluran pernafasan
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Pasien mengeluh demam
b) Pasien mengeluh batuk berdahak dan bercampur darah atau batuk
kering
c) Pasien mengeluh sesak
d) Pasien mengeluh nyeri dada
e) Pasien mengeluh mual, muntah, diare dan nyeri abdomen
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien karena pneumonia bisa menular melalui droplet
c. Pengkajian menurut Gordon
1) Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
a) Apa pasien ada riwayat menderita penyakit saluran pernafasan
b) Apa pasien ada pemeriksaan kesehatan rutin
c) Pendapat pasien tentang keadaan kesehatannya saat ini
d) Persepsi pasien tentang berat ringannya penyakit
e) Persepsi tentang tingkat kesembuhan
2) Pola aktivitas
a) Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yangdigunakan)
b) Kebersihan sehari-hari (pakaian, dll)
c) Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya, dll)
d) Kemampuan perawatan diri
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
Skore 0 = mandiri
Skore 1 = dibantu sebagian
Skore 2 = perlu dibantu orang lain
Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 = tergantung/tidak mampu
3) Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur: waktu tidur, lama, kualitas (sering terbangun),
insomnia
4) Pola nutrisi metabolik
a) Pola kebiasaan makan
b) Makanan yang disukai dan tidak disukai
c) Adakah suplemen yang dikonsumsi
d) Jumlah makan, minum yang masuk
e) Adakah nyeri telan
f) Fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik / turun
g) Diet khusus / makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah,
kesulitan menelan
5) Pola eliminasi
a) Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak darah, penggunaan obat
pencahar)
b) Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK: disuria,
nokturia, inkontinensia)
6) Pola kognitif dan perceptual
a) Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, cara mengurangi nyeri)
b) Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,
perasa ), menggunakan alat bantu?
c) Kemampuan bicara
d) Kemampuan membaca

7) Pola konsep diri


a) Bagaimana pasien memandang dirinya?
b) Hal-hal apa yang disukai pasien mengenai dirinya?
c) Apakah pasien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang
ada pada dirinya?
d) Hal-hal apa yang dapat dilakukan pasien secara baik?
8) Pola koping
a) Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
b) Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya
c) Takut terhadap kekerasan
d) Pandangan terhadap masa depan
e) Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
9) Pola seksual-reproduksi
a) Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
b) Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
10) Pola peran berhubungan
a) Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
b) Apakah pasien punya teman dekat?
c) Siapa yang dipercaya untuk membantu pasien jika ada kesulitan?
d) Apakah pasien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana
keterlibatan pasien?
11) Pola nilai dan kepercayaan
a) Apakah pasien menganut suatu agama?
b) Menurut agama pasien bagaimana hubungan manusia dengan pencipta-
Nya?
c) Dalam keadaan sakit apakah pasien mengalami hambatan dalam
ibadah?
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Bentuk dan ukuran kepala, pertumbuhan rambut, kulit kepala
b) Mata (fungsi penglihatan, pupil, refleks, sklera, konjungtiva,
kebersihan, penggunaan alat bantu)
c) Telinga (fungsi pendengaran, bentuk, kebersihan, sekret, nyeri telinga)
d) Hidung (fungsi penghidu, keadaan lubang hidung, sekret, nyeri sinus,
polip)
e) Mulut (kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah,
keadaan gigi, bau nafas, dahak)
2) Leher
Bentuk, pembesaran vena jugularis, pembesaran tyroid, kelenjar getah
bening, tonsil, nyeri waktu menelan.
3) Thorax: Paru-paru dan jantung
Paru-Paru
a) Inspeksi: bentuk dada, retraksi dada, pengembangan/pergerakan dada,
keadaan kulit dada, kecepatan, kedalaman pernafasan, penggunaan
otot bantu napas, memar
b) Palpasi: kesimetrisan pengembangan dada saat bernafas, nyeri tekan,
massa, retraksi dada
c) Perkusi: sonor/hipersonor
d) Auskultasi: vesikuler, bronkhovesikuler
Jantung:
a) Inspeksi: pulsasi aorta, ictus cordis
b) Palpasi: point of maxsimum impuls, pulsasi aorta
c) Perkusi: batas jantung
d) Auskultasi: bunyi jantung (S1, S2, mur-mur)
Payudara:
Kesimetrisan, luka, hiperpigmentasi, pengeluaran, massa dll
4) Abdomen
a) Inspeksi: bentuk, warna kulit, jejas, ascites
b) Palpasi: adanya massa, kekenyalan, ukuran organ, nyeri tekan
c) Perkusi: adanya udara, cairan, organ
d) Auskultasi: frekuensi peristaltik usus
5) Genetalia
Terpasang alat bantu, kelainan genetalia, kebersihan.
6) Anus dan Rektum
Pembesaran vena/hemorroid, atresia ani, peradangan, tumor.
7) Ektremitas Atas
a) Ekstremitas Atas: kelengkapan anggota gerak, kelainan jari: sindaktili,
polidaktili, tonus otot, kesimetrisan gerak, kekuatan otot, koordinasi,
pergerakan sendi bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari, terpasang
infus
b) Ekstremitas Bawah: kelengkapan anggota gerak, adanya edema
perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices, kekuatan otot, koordinasi,
pergerakan panggul, lutut, pergelangan kaki dan jari-jari, terpasang
infus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
dibuktikan dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, takipnea,
bradipnea, ortopnea, dan pernapasan cuping hidung.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif dibuktikan dengan hipersekresi jalan
napas, sekresi yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebih, dispnea, ortopnea, gelisah, sianosis, frekuensi nafas abnormal.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membranalveolar-
kapiler dibuktikan dengan dispnea, PCO2 meningkat/menurun, Po2 menurun,
takipnea, bunyi napas tambahan, pusing, sianosis, gelisah, napas cuping
hidung, warna kulit pucat, kesadaran menurun.
d. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh, proses
penyakit (infeksi) dibuktikan dengan peningkatan suhu tubuh di atas nilai
normal, kulit kemerahan, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit dibuktikan dengan
mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh istirahat tidak
cukup.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Pola Napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Pneumonia mengalami
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 pasien hipertermi, takikardi dan
depresi pusat pernapasan jam diharapkan pola nafas 2. Observasi pola napas (frekuensi, takipnea yang disebabkan
dibuktikan dengan membaik dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha napas) terjadinya infeksi pada
dispnea, penggunaan otot 1. Dispnea menurun 3. Observasi bunyi napas tambahan parenkim paru.
bantu pernapasan, 2. Penggunaan otot bantu 4. Posisikan pasien dengan posisi 2. Tachipnea, pernafasan dangkal
takipnea, bradipnea, napas menurun semi fowler atau fowler dan gerakan dada tak
ortopnea, dan pernapasan 3. Ortopnea menurun 5. Kolaborasi pemberian simetris sering terjadi karena
cuping hidung. 4. Pernapasan cuping hidung oksigenasi, bronkodilator ketidaknyaman gerakan
menurun dinding dada.
5. Frekuensi napas membaik 3. Penurunan aliran udara dapat
6. Kedalaman napas membaik terjadi pada area paru yang
terdapat eksudat dan juga
dapat menimbulkan bunyi
napas tambahan.
4. Posisi semi fowler dapat
mengurangi sesak.
5. Membantu pemenuhan O2
dalam tubuh.
2 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Pneumonia mengalami
efektif dibuktikan dengan keperawatan selama... x 24jam pasien hipertermi, takikardi dan
hipersekresi jalan napas, diharapkan bersihan jalan 2. Observasi pola napas (frekuensi, takipnea yang disebabkan
sekresi yang tertahan nafas meningkat dengan kedalaman, usaha napas) terjadinya infeksi pada
dibuktikan dengan batuk kriteria hasil: 3. Observasi bunyi napas parenkim paru.
tidak efektif, sputum 1. Batuk efektif meningkat tambahan 2. Tachipnea, pernafasan dangkal
berlebih, dispnea, 2. Produksi sputum menurun 4. Posisikan pasien dengan posisi dan gerakan dada tak
ortopnea, gelisah, sianosis, 3. Suara napas tambahan semi fowler atau fowler simetris sering terjadi karena
frekuensi nafas abnormal menurun 5. Ajarkan cara batuk efektif ketidaknyaman gerakan
4. Dispnea menurun 6. Kolaborasi dalam pelaksanaan dinding dada.
5. Ortopnea menurun fisioterapi dan pemberian 3. Penurunan aliran udara dapat
6. Sianosis menurun nebulizer terjadi pada area paru yang
7. Frekuensi napas membaik terdapat eksudat dan juga
8. Pola napas membaik dapat menimbulkan bunyi
napas tambahan.
4. Posisi semi fowler dapat
mengurangi sesak.
5. Mengeluarkan secret pasien.
6. Fisioterapi dada dapat
membantu untuk
mengeluarkan secret yang
terdapat pada jalan napas dan
nebulizer dapat mengencerkan
dahak dan membantu
mempermudah dahak untuk
keluar.
3 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Pneumonia mengalami
berhubungan dengan keperawatan selama ...x 24 pasien hipertermi, takikardi dan
perubahan membran jam diharapkan pertukaran gas 2. Observasi pola napas (frekuensi, takipnea yang disebabkan
ealveolar-kapiler meningkat dengan kriteria kedalaman, usaha napas) terjadinya infeksi pada
dibuktikan dengan hasil: 3. Observasi bunyi napas tambahan parenkim paru.
dispnea, PCO2 1. Dispnea menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan 2. Tachipnea, pernafasan dangkal
meningkat/menurun, Po2 2. Bunyi napas tambahan napas dan gerakan dada tak
menurun, takipnea, bunyi menurun 5. Kolaborasi dalam pemeriksaan simetris sering terjadi karena
napas tambahan, pusing, 3. Takikardia menurun Analisa Gas Darah dan pemberian ketidaknyaman gerakan
sianosis, gelisah, napas 4. Pusing menurun oksigen dinding dada.
cuping hidung, warna kulit 5. Napas cuping hidung 3. Penurunan aliran udara dapat
pucat, kesadaran menurun menurun terjadi pada area paru yang
6. Analisa gas darah membaik terdapat eksudat dan juga
7. Sianosis membaik dapat menimbulkan bunyi
8. Pola napas membaik napas tambahan.
4. Mempertahankan jalan napas
paten.
5. Mememuhi kebutuhan oksigen
dalam dan pemantauan gas
darah selama pemberian
terapi.
4 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi penyebab 1. Mengatasi penyebab
dengan peningkatan laju keperawatan selama ...x 24 hipertermia (dehidrasi, terpapar hipertermi.
metabolisme tubuh, proses jam diharapkan suhu tubuh lingkungan panas) 2. Untuk mengetahui perubahan
penyakit (infeksi) pasien membaik dengan 2. Monitor suhu tubuh suhu tubuh pasien.
dibuktikan dengan kriteria hasil: 3. Montor warna kulit 3. Mengetahui perfusi pada kulit
peningkatan suhu tubuh di 1. Menggigil menurun 4. Longgarkan atau lepaskan pasien.
atas nilai normal, kulit 2. Suhu tubuh membaik pakaian 4. Mencegah peningkatan suhu
kemerahan, kejang, ( 36,5oc- 37,5oc) 5. Berikan cairan oral tubuh pasien.
takikardi, takipnea, kulit 3. Kulit kemerahan menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin 5. Untuk mencegah terjadinya
terasa hangat 4. Tekanan darah dan nadi 7. Anjurkan tirah baring dehidrasi.
membaik 8. Kolaborasi pemberian cairan 6. Untuk menstabilkan suhu
intravena kalau perlu) tubuh pasien.
7. Memantau kondisi klen dan
megevaluasi respon pasien
terhadap intervensi.
8. Kolaborasi dengan dokter
untuk penyembuhan atau
mencegah dehidrasi.
5 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui tingkat
dengan agen pencedera keperawatan selama ….x 24 durasi, frekuensi, kualitas, nyeri yang dirasakan.
fisiologis dibuktikan jam diharapkan tingkat nyeri intesitas nyeri 2. Mengetahui rentang skala
dengan mengeluh nyeri, menurun dengan kriteria hasil: 2. Kaji skala nyeri nyeri.
tampak meringis, gelisah, 1. Kemampuan 3. Berikan teknik nonfarmakologi 3. Untuk mengalihkan
frekuensi nadi meningkat. menuntaskan aktivitas untuk mengurangi rasa nyeri perhatian pasien dari rasa
meningkat (kompres hangat/dingin dan nyeri dan mengurangi rasa
2. Keluhan nyeri menurun terapi relaxasi) nyeri.
3. Meringis menurun 4. Jelaskan strategi meredakan 4. Untuk meningkatkan
4. Gelisah menurun nyeri pemahaman dalam
5. Kesulitan tidur 5. Kolaborasi pemberian analgetik memanajemen nyeri.
menurun 5. Untuk mengurangi rasa
6. Frekuensi nadi nyeri.
membaik (60 –
100x/menit)
7. Tekanan darah
membaik
6. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi pola aktivitas dan 1. Mengetahui pola tidur pasien
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 tidur sebelumnya untuk penentuan
penyakit dibuktikan jam diharapkan pola tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu tindakan selanjutnya
dengan mengeluh sulit membaik dengan kriteria hasil: tidur (fisik dan atau psikologis) 2. Gangguan pada fisik dan
tidur, mengeluh tidak puas 1. Kemampuan beraktivitas 3. Modifikasi lingkungan psikologis dapat
tidur, mengeluh istirahat meningkat (pencahayaan, kebisingan) mempengaruhi pola tidur
tidak cukup. 2. Keluhan sulit tidur menurun 4. Lakukan prosedur untuk 3. Pencahayaan dan kebisingan
3. Keluhan tidak puas tidur meningkatkan kenyamanan dapat mengurangi kualitas tidur
menurun (pengaturan posisi tidur) seseorang
4. Keluhan istirahat tidak 5. Berikan HE mengenai pentingnya 4. Pemberian posisi tidur yang
cukup menurun tidur selama sakit tepat dapat memberikan
kenyamanan pada pasien
5. Pemberian informasi mengenai
pentingnya tidur dapat
membantu pasien lebih
kooperatif
1.
4. Pelaksanaan Keperawawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang sepesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun untuk membatu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana yang sepesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-factor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien
(Nursalam, 2009).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasi. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor keadaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi,
intervensi(Nursalam, 2009).
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. RT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA
DIRAWAT DI RUANG MELATI RAWAT INAP LANTAI IV
KAMAR 404 RSU GANESHA
TANGGAL 06-08 FEBRUARI 2020

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas pasien
Nama : Tn. RT
Tanggal Lahir : 01 Juli 1939
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku : Bali
Alamat : Br. Kutuh Sayan Ubud
Tanggal MRS : 06 Februari 2020
Tanggal pengkajian : 06/02/2020
No. Reg : 13.77.87
NIK : 5104050107390029
Diagnosa Medis : Pneumonia
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 37 th
Hubungan dengan pasien : Cucu
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Br. Kutuh Sayan Ubud
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
a) Keluhan saat MRS: Sesak dan batuk berdahak
b) Keluhan saat pengkajian: Pasien mengeluh sesak
c) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini:
Keluarga Pasien mengatakan sesak dari 2 hari yaitu dari tanggal 04/02/2020
malam hari disertai batuk berdahak sejak 1 minggu dan dahak sulit untuk
dikeluarkan, kemudian pada tanggal 05/02/2020 pagi hari pasien mengeluh
demam, kemudian oleh keluarga Pasien diajak berobat ke puskesmas dan sudah
mendapatkan terapi nebulizer tapi keluarga tidak tau nama obatnya. Kemudian
pada tanggal 06/02/2020 pada sore hari sesak yang dirasakan oleh pasien semakin
memberat dan demam semakin tinggi, kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke
IGD RSU Ganesha supaya mendapat pertolongan dengan cepat. Kemudian oleh
perawat IGD pasien dilakukan pengecekan vital sign TD: 100/60 mmhg, Nadi: 92
x/menit, Suhu: 38 0C, RR: 25 x/menit, Spo2: 89 %, BB: 48kg dan TB: 155cm.
Oleh dr jaga dr. Lidia, S.Ked pasien dikonsulkan ke dr. Agus Lastya, Sp.PD. Dari
dr. Agus Lastya, Sp.PD pasien disarankan rawat inap dengan diagnosa febris hari
ke-2 dan Pneumonia dan mendapatkan terapi: IVFD Futrolit : Aminifluid : D5%
24 tpm, Oksigen 4lpm nasal canul, cefotaxime 3x1 gram, Levofloxacin1x750mg,
Solvinex 3x1, nebulizer combiven 1 respul+nacl 3% 2cc tiap 8 jam, nebulizer
pulmicort tiap 12 jam, pantoprazol 1x40mg,vip albumin 3x1capsul dan
Paracetamol 3x500mg. Kemudian pasien dipindahkan ke ruangan Melati rawat
inap lantai IV di kamar 404.
b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Keluarga Pasien mengatakan ketika sesak dirasakan semakin memberat pasien langsung
dibawa oleh keluarga ke RSU Ganesha.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan hanya pernah mengalami panas, pilek dan batuk tapi tidak sampai
dirawat di rumah sakit.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
3) Riwayat alergi makanan/obat-obatan
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap jenis makanan apapun, serta alergi
terhadap obat-obatan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol,dll)
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan seperti merokok dan minum minuman
yang bercafein dan mengandung alcohol.
d) Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan)
Genogram:

Keterangan Gambar:
: Laki – laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Pasien
Keterangan:
Pasien merupakan orang tua dari ketiga anak laki-lakinya, pasien tinggal serumah dengan anak,
menantu, dan cucunya. Di keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan pasien.
e) Riwayat sosiokultur
1) Interaksi dengan keluarga dan masyarakat
Keluarga Pasien mengatakan kondisi kehidupan keluarganya dalam kondisi baik-
baik saja. Tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang dapat menurunkan derajat
kesehatan. Interaksi dengan tetangga dan masyarakat berjalan seperti biasanya.
2) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
Keluarga Pasien mengatakan selama sakit dan dirawat pasien tidak bisa untuk
bekerja.
3) Persepsi pasien/keluarga terhadap penyakitnya
a) Hal yang dipikirkan saat ini:
Keluarga Pasien mengatakan pasien masih sesak batuk dan demam.
b) Harapan setelah menjalani perawatan:
Keluarga Pasien berharap pasien cepat sembuh dari sakitnya dan dapat
beraktivitas seperti biasanya.
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:
Keluarga Pasien mengatakan selama pasien sakit terjadi perubahan yaitu pasien
terlihat sesak dan batuk sulit untuk dikeluarkan.
4) Sistem nilai kepercayaan
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan: Pasien mengatakan tidak ada
nilai-nilai dalam keluarga yang bertentangan dengan upaya pemeliharaan
kesehatan dan kalau ada keluarga yang sakit biasanya berobat kepetugas
kesehatan.
b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan: pasien mengatakan aktivitas
agama yang dilakukan selama pasien dirawat yaitu selalu dilakukan dikamar
dengan berdoa sambil tidur dan suami atau keluarganya sembahyang keliling di
RS untuk memohon kesembuhan pasien.
3. Pola Fungsi kesehatan (11 Pola Fungsi Kesehatan Gordon)
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan.
Keluarga Pasien mengatakan kalau sakit selalu berobat ke pelayanan kesehatan.
b. Pola nutrisi/metabolik
1) Sebelum sakit
Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit makan habis 1 porsi dengan menu lauk,
daging, sayuran, kacang-kacangan dll. Pasien juga mengatakan biasa minum 5-6
gelas sehari (1000cc - 1200cc).
2) Saat sakit
Keluarga Pasien mengatakan selama di rawat, pasien dapat menghabiskan 1/2 porsi
menu yang disediakan oleh rumah sakit, dan untuk minum 4-5 gelas sehari (800cc -
1000cc).
c. Pola eliminasi
1) BAB
a) Sebelum sakit
Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dengan buang
air besar, di rumah pasien biasa BAB 1 x/ hari dengan konsistensi lembek dan
tidak ada keluhan saat BAB.
b) Saat sakit
Keluarga Pasien mengatakan saat sakit pasien tidak mengalami masalah
dengan buang air besar, pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek dan
bau khas feses.
2) BAK
a) Sebelum sakit
Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit BAK kurang kebih 4-5 kali
perhari dengan warna urine kuning jernih, bau khas urin. Jumlah urine ±
2000cc/ 24 jam.
b) Saat sakit
Keluarga Pasien mengatakan saat sakit pasien buang air kecil kurang lebih 3-4
kali perhari dengan warna urin kuning, bau khas urin. Jumlah urin ± 1600cc/
24 jam.
d. Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi ditepat tidur √
Berpindah √

Keterangan :
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total.
Kesimpulan : pasien mengatakan aktivitas sehari-hari di rumah sakit sebagian dibantu
oleh keluarga dan perawat.
e. Pola kognitif dan persepsi
Kelurga Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang diderita oleh
pasien.
f. Pola persepsi-konsep diri
1. Citra tubuh
Keluarga Pasien mengatakan sesak batuk dan demam yang dialami oleh pasien
akan sembuh bila diobati.
2. Identitas diri
Keluarga mengatakan pasien adalah seorang petani, kegiatan setiap hari pasien
adalah disawah mengurusi ladangnya.
3. Peran diri
Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai seorang kakek terhadap cucu-
cucunya.
4. Ideal diri
Keluarga berharap supaya pasien bisa cepat sembuh dan bisa kembali menjalani
perannya sebagai seorang kakek dirumah.
5. Harga diri
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada perasaan negatif tentang dirinya sendiri
dan keluarga pasien selalu mendukung pasien.
g. Pola tidur dan istrahat
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit, Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki masalah dengan
tidurnya, pasien terkadang tidur siang 1-2 jam. Pasien biasanya mulai tidur
malam pukul 21.00 wita dan bangun pukul 05.00 wita.
2) Saat sakit
Saat sakit Keluarga mengatakan pasienmasih tetap bisa tidur walaupun pasien
terpasang oksigen dan batuk.
h. Pola Peran-hubungan
Sebelum maupun saat sakit hubungan pasien keluarganya berjalan seperti biasanya.
Keluarga sering menjenguk ke rumah sakit, selama di RS didampingi oleh anak dan
cucu dan keluarganya serta peran hubungan tidak ada masalah. Dalam penyelesaian
konflik keluarga pasien selalu membicarakannya terlebih dahulu.
i. Pola seksual dan reproduksi
Sebelum maupun saat sakit pasien tidak ada gangguan pada sistem reproduksinya.
j. Pola toleransi stress-koping
Keluarga mengatakan bila pasien ada masalah selalu menceritakan dengan anak
maupun keluarganya.
k. Pola Nilai kepercayaan
Pasien menganut agama Hindu, pasien mempercayai bahwa penyakit yang
dideritanya oleh karena ada masalah medis, dan bukan oleh kecapatan atau salah pati
yang biasa diyakini oleh sebagian penganut agama hindu.

4. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian dilakukan tanggal 06/02/2020 pukul 19:00 wita
a. Keadaan umum
Kesadaran: compos mentis TB: 155 cm
GCS: 15 (E: 4, M: 5, V:6 ) BB: 48 Kg
b. Vital Sign
1) Tekanan darah : 100/60 mmHg
2) Nadi : 91 x/menit
3) Suhu : 37,9 0C
4) Pernafasan : 24 x/menit
5) SPO2 : 97 %
c. Keadaan fisik Head To Toe
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, kebersihan cukup, tidak ada bekas luka dan lesi, tidak ada
benjolan di kepalanya.
2) Wajah
Inspeksi: bentuk wajah simetris.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada area wajah.
3) Mata
Inspeksi: bentuk mata kanan kiri simetris, konjungtiva, sclera putih, pupil isokor,
tidak ada exoptalmus, strabismus, nistagmus, edema palpebra tidak ada, reflek
pupil +/+, bola mata dapat mengikuti ke delapan gerakan arah pemeriksa, dan tidak
buta warna.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada bola mata.
4) Hidung
Inspeksi: lubang hidung simetris, terdapat scret pada lubang hidung, tampak
menggunakan pernapasan cuping hidung, dan terpasang O2 4lpm
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan massa pada daerah hidung.
5) Telinga
Inspeksi: aurikula simetris, antara kanan dan kiri bersih, tidak ada peradangan, tidak
ada secret, membrane timpani utuh.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan tulang mastoideus.
6) Mulut
Inspeksi: bibir lembab, tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak ada bibir sumbing,
gusi tidak ada peradangan, lidah tampak bersih dan berwarna merah pucat, mukosa
mulut lembab, tonsil tidak ada pembesaran, tidak ada stomatitis.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah mulut.
7) Leher
Inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri, tidak tampak hiperpigementasi, tidak ada
lesi, serta pergerakan bebas ke semua arah.
Palpasi: tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pelebaran vena jugularis serta tidak
ada pembesaran kelenjar limfe.
8) Dada
a) Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, tampak menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi pernafasan 24 x/mnt.
Palpasi: taktil fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi: sonor.
Auskultasi: terdengar suara nafas tambahan yaitu ronkhi di kedua lapang paru.
b) Jantung
Inspeksi: tidak tampak ictus cordis pada costa V.
Perkusi: terdengar suara dullnes.
Auskultasi: terdengar bunyi S1dan S2 tunggal reguler dan tidak terdengar
murmur.
9) Payudara dan ketiak
Inspeksi: payudara simetris, tidak ada lesi, serta tidak ada iritasi pada daerah ketiak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah payudara dan ketiak, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
10) Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada pelebaran vena abdomen, tidak ada lesi.
Auskultasi: bising usus 10 x/menit.
Palpasi: tidak ada distensi, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi: terdengar suara timpani.
11) Genetalia
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan genetalia.
12) Anus
Tidak ada gatal-gatal di area anus, tidak ada benjolan atau perdarahan.
13) Ekstreminitas
a) Atas
Inspeksi: bentuk simetris pada tangan kanan dan kiri, tidak terdapat kontraktur,
tidak ada lesi dan pasien terpasang infus pada vena metacarpal dextra pada
tanggal 06/02/2020.
Palpasi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi kelemahan pada
otot-otot.
b) Bawah
Inspeksi: bentuk simetris pada kaki kiri dan kanan pasien, tidak ada kontraktur,
tidak ada lesi.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada kaki.
Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP (Tanggal 06/02/2020 pkl
16.05)
No Parameter Nilai Satuan Normal
1 WBC 8.5 109 /I 4.8 -10.8
2 LYM% 8.3 % 20.0 -40.0
3 MID % 6.7 % 3.0 – 9.0
4 GRA % 85.0 % 50.0 -70.0
5 LYM 0.7 109 /I 0.8 – 4.8
6 MID 0.6 109 /I 0.1 – 7.0
7 GRAN 7.2 109 /I 2.0 – 7.0
8 RBC 3.52 1012 /I 4.7 – 6.1
9 HGB 12.1 g/dL 15.4 – 18.0
10 HCT 36.9 % 42.0 – 52.0
11 MCV 104.7 fL 79.0 – 99.0
12 MCH 34.3 Pg 27.0 – 31.0
13 MCHC 32.8 g/dL 33,0-37,0
14 RDW% 12.3 % 11.5 – 14.5
15 RDWa 138,9 fL 30.0 – 47.0
No Parameter Nilai Satuan Normal
16 PLT 175 109 /I 150.0 – 450.0
17 MPV 9.1 fL 7.2 – 11.1
18 PDW 14.9 fL 10.0 – 17.0
19 PCT 0.06 % 0.2 – 0.4
20 LPCR 24.2 % 0.1 – 99.9

PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP (Tanggal 06/02/2020 pkl 17.51 wita)


No Parameter Nilai Satuan Normal
1 SGOT 28 U/L <40
2 SGPT 31 U/L <40
3 Albumin 3.38 g/dL 3.5-5.2
4 BUN 23.3 Mg/dL <20
5 Creatinin 1.3 Mg/dL 0.8-1.3
6 Natrium 134 Mmol/L 136-146
7 Kalium 3.4 Mmol/L 3.5-5
8 Clorida 97 Mmol/L 98-106

Therapy pada tanggal 06/02/2020 (di IGD):


1. IVFD Futrolit : aminofluid : D5% 24 tetes/menit
2. Cefotaxime 3x1gr (iv)
3. Levofloxacin 1x750mg (iv)
4. Paracetamol 3x500mg (p.o)
5. Solvinex 3x 2 mg ( iv)
6. Vip albumin 3x1 capsul
7. Pantoprazol1x40mg (iv)
8. Nebulizer combiven 1 respul+nacl3% 2cc tiap 8 jam
9. Nebulizer Pulmicort 1 respul tiap 12 jam
Therapy pada tanggal 06/02/2020 (di IGD):
1. IVFD Futrolit : aminofluid : D5% 24 tetes/menit
2. Cefotaxime 3x1gr (iv)
3. Levofloxacin 1x750mg (iv)
4. Paracetamol 3x500mg (p.o)
5. Solvinex 3x 2 mg ( iv)
6. Vip albumin 3x1 capsul
7. Pantoprazol1x40mg (iv)
8. Nebulizer combiven 1 respul+nacl3% 2cc tiap 8 jam
9. Nebulizer Pulmicort 1 respul tiap 12 jam
Bacaan hasil Thorax (06/02/2020):
 Pneumonia
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 Ds: Bersihan jalan nafas tidak efektif
Keluarga pasien mengatakan batuk berdahak Antigen berhubungan dengan hipersekresi jalan
sejak 1 minggu dan dahak sulit untuk di nafas dibuktikan dengan Keluarga
keluarkan. Antigen antibody berikatan dengan pasien mengatakan batuk berdahak
Do: molekul komplemen sejak 1 minggu dan dahak sulit untuk
- Pasien tampak sulit mengeluarkan dahak di keluarkan, terdengar suara nafas
- Terdengar suara nafas tambahan yaitu Kemotaksis netrofil & makrofag tambahan yaitu ronkhi TD = 100/60
ronkhi dikedua lapang paru mmHg, N: 91x/m, S: 37,90C, RR:
- TD = 100/60 mmHg Aktivasi proses fagositosis oleh 24x/m
- N: 91x/menit netrofil & makrofag
- S: 37,90C
- RR: 24x/menit Penumpukan fibrin eksudat eritrosit ,
- spO2: 97% dengan O2 nasal canul (4lpm) leukosit

Sekret menumpuk pada bronkus


Batuk

Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif


2 DS : Antigen Pola nafas tidak efektif berhubungan
keluarga Pasien mengatakan pasien sesak dengan defresi pusat pernafasan
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit Vasodilator kafiler dibuktikan dengan keluarga Pasien
DO : mengatakan pasien sesak sejak 2 hari
- Pasien tampak terpasang O2 4liter/menit Permeabilitas kapiler meningkat sebelum masuk rumah sakit, pasien
- Tampak menggunakan otot bantu tampak menggunakan otot bantu
pernapasan Odema ruang kapiler alveoli pernapasan dan pernafasan cuping
- Tampak menggunakan pernafasan cuping hidung TD = 100/60 mmHg, N: 91x/m,
hidung Sesak nafas, dyspnea S: 37,90C, RR: 24x/m, SpO2: 97%
- TD = 100/60 mmHg dengan O2 nasal canul (4lpm)
- N: 91x/m Pola nafas tidak efektif
- S: 37,90C
- RR: 24x/m
- SpO2: 97% dengan O2 nasal canul (4lpm)
3 DS: Antigen Hipertermia berhubungan dengan
Keluarga pasien mengatakan pasien demam peningkatan laju metabolisme tubuh
sejak 1 hari SMRS dan semakin tinggi dari Pembentukan prostaglandin dibuktikan dengan Keluarga pasien
sore hari. mengatakan pasien demam sejak 1 hari
DO : Merangsang hipotalamus SMRS dan semakin tinggi dari sore
- Akral teraba hangat meningkatakan titik patokan hari, akral teraba hangat, dan TD =
- TD = 100/60 mmHg suhu (set poin) 100/60 mmHg, N: 91x/m, S:
Nyeri
- N: 91x/m 37,90C,RR: 24x/m.
- S: 37,90C Menggigil, meningkatkan suhu basal
- RR: 24x/m
- SpO2: 97% dengan O2 nasal canul (4lpm) Hipertermia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Paraf dan
. Masalah Nama
Ditemukan
1. 06/02/2020 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas dibuktikan
dengan Keluarga pasien mengatakan batuk
berdahak sejak 1 minggu dan dahak sulit untuk
di keluarkan, terdengar suara nafas tambahan
yaitu ronkhi. TD = 100/60 mmHg, N: 91x/m, S:
37,90C, RR: 24x/m
2. 06/02/2020 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
defresi pusat pernafasan dibuktikan dengan
keluarga Pasien mengatakan pasien sesak sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tampak
menggunakan otot bantu pernapasan dan
pernafasan cuping hidung TD = 100/60 mmHg,
N: 91x/m, S: 37,90C, RR: 24x/m, SpO2: 97%
dengan O2 nasal canul (4lpm)
3. 06/02/2020 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme tubuh dibuktikan dengan
Keluarga pasien mengatakan pasien demam
sejak 1 hari SMRS dan semakin tinggi dari sore
hari, akral teraba hangat, dan TD = 100/60
mmHg, N: 91x/m, S: 37,90C,RR: 24x/m
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari / Tgl/ No. Implementasi Evaluasi Paraf
Jam. Dx
Kamis , 06- 1,2,3 - Mengukur tanda tanda vital Ds : Pasien mengatakan badannya terasa hangat dan
02-20 /pkl. pasien batuk
19.30 wita - Memberikan oksigen 3 lpm via Do :
nasal canul - TD :120/70 mmHg
- N : 85 x/menit
- S : 38 o C
- SpO2 : 98%
- RR : 22 x/menit
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Pasien tampak sesak
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- Produksi Secret (+) Eka astini
Pukul 20.00 1, 2 Memberikan obat melalui nebulizer Ds : pasien mengatakan bersedia diberikan obat
wita pulmicort 1 respul @12 jam Do :
- Obat sudah masuk melalui inhalasi
- Pasien tampak batuk dan sesak
- Produksi Secret (+) Eka astini
Pukul 23.00 3 Memberikan obat paracetamol 3x500 Ds : pasien mengatakan badannya terasa hangat
wita mg per oral Do :
- Kulit pasien teraba hangat
- Obat sudah diberikan per oral dan sudah
diminum seta tidak ada reaksi alergi Eka astini
Jumat / 07- 1,2,3 - Mengukur tanda tanda vital Ds : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
02-20 pkl pasien Do :
06.00 - Memberikan posisi semifowler - TD : 120/70 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 37,5 o C Eka astini
Pukul 07.00 1,2,3 EVALUASI DX 1
wita FORMATIF S : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O:
- Pasien tampak batuk dan sesak
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 37,5 o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Eka astini
Jumat 7-02- 2 Memberikan obat melalui nebulizer Ds : Pasien bersedia diberikan obat
20/ pkl 08.00 pulmicort 1 respul Do : Pasien tampak batuk dan sedikit sesak Erna
wita
Pkl 08.30 1,2 Melakukan fisiotherapy dada dan Ds : pasien mengatakan masih batuk dan sedikit sesak
wita mengajarkan cara batuk efektif Do : Pasien tampak batuk dan sedikit sesak Erna
Pkl. 09.45 1,2 Memberikan obat injeksi cefotaxime 1 Ds : pasien bersedia diberikan obat
wita gr Do :
- Obat sudah diberikan
- Tidak ada reaksi alergi Erna

Pkl .13.00 1,2,3 EVALUASI S: DX 1


FORMATIF S : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O:
- Pasien tampak batuk dan sesak
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 84 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 97 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 84 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 97 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 84 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 37,5 o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Erna
pkl 16.00 1,2,3 Mengukur tanda tada vital pasien dan Ds : pasien mengatakan masih batuk
wita memberikan posisi semi fowler Do :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 78 x/menit
- S : 37,6oC
- RR : 22x/menit
- SpO2 : 98 %
- Pasien terlihat lebih nyaman dengan posisi semi
fowler Bela
Jumat 7-02- 1, 2 Memberikan obat nebulizer combivent Ds : pasien mengatakan bersedia diberikan obat
20 pkl. 17.45 1 respul + Ns 3 % 2 cc Do :
wita - Pasien tampak batuk dan sedikit sesak
- Obat sudah diberikan Bela
Pukul 19.00 1,2,3 EVALUASI FORMATIF DX 1
wita S : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O:
- Pasien tampak batuk dan sesak
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 78 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 97 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 78 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 97 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 110/70 mmHg
- N : 78 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 97 %
- S : 37,6 o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Bela
Jumat 7-02- 3 Memberikan obat paracetamol 3 x 500 Ds : pasien mengatakan bandannya masih sedikit hangat
20 pkl.23.00 mg per oral Do :
wita - Kulit pasien terasa hangat
- Tidak tampak kemerahan pada kulit Widia
Sabtu 8-02- 1,2,3 Mengukur tanda tanda vital pasien Ds : pasien mengatakan masih batuk
20 pkl. 06.00 dan memberikan posisi semifowler Do :
wita - TD : 110/70 mmHg
- N : 82 x/menit
- S : 37 o C
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- Pasien terlihat lebih nyaman denga posisi
semifowler Widia

Pukul 07.00 1,2,3 EVALUASI FORMATIF DX 1


wita S : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O:
- Pasien tampak batuk dan sesak
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Terlihat penggunaan otot bantu napas
- Terlihat melakukan pernafasan cuping hidung
- Terlihat frekuensi nafas yang cepat dan dalam
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa sedikit hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 110/70 mmHg
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 37 o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Widia
Sabtu , 8-02- 1,2 Memberikan obat melalui nebulizer Ds : pasien mengatakan masih batuk
20/ pkl 08.00 pulmicort 1 respul Do :
- Pasien tampak batuk
- Secret (+)
- Tidak tampak penggunaan otot bantu napas Eka astini
Sabtu , 08- 1,2 Memberikan tindakan fisiotherapi Ds : pasien mengatakan masih batuk
02-20/ pkl dada dan mengajarkan cara batuk Do :
08.30 wita efektif - Produksi Secret (+)
- Tidak tampak penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung Eka astini
13.00 wita 1,2,3 EALUASI FORMATIF DX 1
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 36,8o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Eka astini
Sabtu, 08- 1 Memberikan therapy oksigen 3 lpm Ds : pasien mengatakan masih sedikit sesak
02-20 pkl. via nasal canul Do :
16.00 wita - Pernapasan cuping hidung tidak ada
- RR : 22x/menit
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan Utami
Sabtu , 08- 1,2 Memberikan obat injeksi Ds : pasien mengatakan masih batuk
02-20 / pkl. - Cefotaxime 3 x I gr Do :
17.45 wita - Solvinex 3x 1 amp - Pasien terlihat masih batuk
- Produksi secret (+)
- Tidak tampak penggunaan otot bantu napas Utami
Pkl 19.00 1,2,3 EVALUASI FORMATIF DX 1
wita S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 95 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-5

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 95 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan badannya terasa hangat
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 36,6o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-8 Utami
Sabtu ,08- 3 Memberikan tindakan delegatif dalam Ds : pasien mengatakan padan badannya sudah mulai
02-20/ pkl pemberian therapy paracetamol 3 x turun
23.00 wita 500 mg per oral Do :
- Tidak tampak kemerahan pada kulit
- S : 36.4 oC Erna
Minggu 09- 1,2,3 Mengukur tanda tanda vital pasien Ds : pasien mengatakan masih batuk dan sesak sudah
02-20/ dan memberikan posisi semi fowler tidak ada , panas badannya sudah mulai turun
pkl.06.00 Do :
w1ita - TD : 120/80 mmhg
- N 78 x/menit
- RR 20 x/menit
- SpO2 : 98%
- S : 36,2 oC
- Tidak tampak kemerahan pada kulit
- Tidak ada suara napas tambahan Erna
Pukul 07.00 1,2,3 EVALUASI FORMATIF DX 1
wita S : Pasien mengatakan sesak tidak ada
O:
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan panas badannya sudah mulai
turun
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 36,2o C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi Erna
Minggu , 09- 1,2 Memberikan tindakan delegatif dalam Ds : pasien mengatakan masih batuk
02-20 pemberian obat nebulizer combivent + Do :
09.45 wita Ns 3% 2 cc - Pasien terlihat batuk namun terlihat berkurang
- Produksi secret (+)
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas Utami
Minggu , 09- 1,2 Memberikan tindakan delegatif dalam Ds :
02-20 pemberian therapy injeksi Pasien mengatakan masih batuk dan sesak tidak ada
Pkl. 17.45 - Cefotaxime 3 x 1 gr Do:
wita - Solvinex 3 x 1 amp - Pasien tampak batuk
- Sesak tidak ada
- Produksi secret (+)
- Tidak tampak penggunaa otot bantu napas Devi
Pukul 19.00 1,2,3 EVALUASI FORMATIF DX 1
wita S : Pasien mengatakan sesak tidak ada
O:
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
DX 2
S : Pasien mengatakan masih batuk
O:
- Pasien tampak batuk
- Produksi Secret (+)
- Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
- Tidak terlihat melakukan pernafasan cuping
hidung
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan renpra no. 1-7

DX 3
S : Pasien mengatakan panas badannya sudah mulai
turun
O:
- Kulit pasien teraba hangat
- TD : 120/70 mmHg
- N : 78 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98 %
- S : 36,2o C
A : Masalah teratasi Devi
5. EVALUASI KEPERAWATAN

N HARI / TGL/ DX EVALUASI SUMATIF PARAF


O JAM
1 Mingu ,09-02- 1 S :pasien mengatakan sudah tidak sesak
2020 O:
Pkl 19.00 wita - Tidak ada sesak,
- Tidak ada penggunaan otot bantu
napas
- Tidak ada pernapasan cuping
hidung
- Frekuensi napas membaiK
- Kedalaman napas membaik.
- RR : 20 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
2 Mingu ,09-02- 2 S : Pasien mengatakan saat ini masih
2020 batuk
Pkl 19.00 wita O:
- Pasien terlihat masih batuk
- Produksi secret (+)
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sesak
- Tidak ada sianosis
- Frekuensi napas membaik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan renpra 1-5
3 Mingu ,09-02- 3 S: Pasien mengatakan panas badannya
2020 sudah mulai turun
Pkl 19.00 wita O:
- Pasien tidak tampak menggigil
- S : 36,2 oC
- TD 120/80 mmHg
- N 78 x/menit
- Tidak tampak warna kemerahan
pada kulit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai