BAB II. Jurnal Internasional
BAB II. Jurnal Internasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir (sintaks
pembelajaran tercapai.
Brown, & Cocking, 2000). Dalam ilmu pendidikan berbasis inquiry, anak-
anak menjadi terlibat dalam banyak kegiatan dan proses berpikir yang
yang berpusat pada guru instruksional, seperti penekanan pada buku teks,
(a) terlibat minat siswa dalam ilmu pengetahuan, (b) memberikan kesempatan
menggunakan logika dan bukti, (d) mendorong siswa untuk melakukan studi
melakukan proses penyelidikan dari saat mereka lahir sampai mereka mati.
Hal ini benar meskipun mereka mungkin tidak merefleksikan proses. Bayi
mulai memahami dunia dengan bertanya. Sejak lahir, bayi mengamati wajah-
sesuatu dalam mulut mereka, dan mereka berpaling ke arah suara (Polamn,
pribadi, dan yang lebih penting untuk mengetahui "bagaimana belajar" dari
15
asosiasi dan menghafal informasi. Ini adalah pendekatan yang aktif terhadap
2002).
temuan." Untuk pendidik, proses ini tentang menjadi responsif untuk siswa
2011), dan dapat dilihat di berbagai konteks, sikap penyelidikan tidak berdiri
di jalan bentuk lain dari pengajaran yang efektif dan belajar. Kekhawatiran
membangun minat dan ide-ide siswa, akhirnya bergerak siswa maju di jalan
mereka dari intelektual rasa ingin tahu dan pemahaman (Kuklthau, 2007).
diterapkan pada siswa sekolah dasar khususnya pelajaran IPA yakni: (1)
sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik;
mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka serta dapat merumuskan hipotesisnya sendiri; (4)
situasi proses belajar menjadi lebih menarik; (5) dapat memberikan waktu
mengakomodasi informasi.
kelemahan yakni: (1) tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif; (2)
inkuiri, yakni:
1) Discovery/Structured Inquiry
hasil.
2) Giuded Inquiry
masalah.
3) Open Inquiry
suasana yang responsif, 3) fokus pada masalah yang arah yang jelas dan dapat
tekanan sehingga siswa melakukan pemikiran yang lebih kritis dan kreatif
(Sarwi, 2015).
fase dalam siklus inquiry: (1) inkuisisi, mulai dari pertanyaan untuk
memenuhi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh siswa di abad ke-21
Padaste, et al., 2015; Duran, 2014). Sintaks model inquiry sebagai berikut: 1)
2009; Duran, 2014). Selain itu, dibutuhkan banyak waktu untuk mengamati
kegiatan, menggambar, dan menulis (Ayse & Sertac, 2011; Duran, 2014).
didominasi oleh siswa yang secara aktif terlibat dalam kegiatan eksplorasi.
2014), kepercayaan diri, dan nilai akademik siswa (Gale & Boissalle 2015).
Mengidentifikasi
kebutuhan untuk
Identifikasi masalah belajar
Mengekspos
melalui enkulturasi
masalah
kearifan lokal Menghubungkan
ke pengetahuan
sebelumnya
Mengumpulkan
data untuk Eksplorasi
verifikasi Kegiatan pemecahan
masalah berdasarkan
Scaffolding Pemahaman dan
Pengumpulan data konsep
pembentukan
Praktek,
Rekonstruksi temuan menerapkan
melalui asimilasi pengetahuan
Mengatur dan
kearifan lokal
merumuskan
penjelasan Menerapkan
Mengkomunikasikan pengetahuan
hasil dari pemecahan dalam konsep
masalah baru
Proses
penyelidikan Evaluasi proses melalui Dalam proses
Analisis akulturasi refleksi
Gambar 2.1. Perbandingan antara sintaks penyelidikan, POGIL, dan model ELSII
et al., 2009) dan model POGIL (Hanson, 2006). Dengan melihat potensi
kearifan lokal di abad ke-21 seperti yang telah disebutkan di atas, maka
budaya kekayaan bangsa dan membentuk disaring dari pengaruh budaya luar.
dan komunikasi ilmiah. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat
2017).
a. Orientasi
b. Merumuskan Masalah
c. Merumuskan Hipotesis
d. Mengumpulkan Data
e. Menguji Hipotesis
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Joyce dan Weil (1996) dapat diuraikan pada Tabel 2.1 berikut:
a. Pada tahap pertama, adalah konfortasi siswa dari suatu yang tidak
eksperimen.
begitu mendetail.
diri mereka sendiri. Tahap ini adalah penting jika membuat proses
akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kimia dan akan
lebih tertarik terhadap kimia jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh
siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa
yang kritis dalam mengembangkan sikap Inquiry di kelas. Guru harus dapat
(1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok: (3)
Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai
prinsip untuk diri mereka sendiri. Bruner (1966) dan Nurhadi (2003) dalam
tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi
lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri,
meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sarjawanan, mereka turut
pengujian dan eksplorasi bermakna melalui prosedur kegiatan ilmiah yaitu (1)
pada hasil elajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria
menemukan.
b. Prinsip Interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa
c. Prinsip Bertanya
berpikir.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran
e. Prinsip Keterbukaan
sebagai berikut:
percobaan.
yang terkumpul.
30
kesimpulan.
hipotesis.
5. Mengaplikasikan kesimpulan.
tiga aspek yang sama penting dalam pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran,
B. Keterampilan Inquiry
Inquiry merupakan suatu ide yang memiliki banyak koneksi, yakni: (1)
yang serupa, bahkan bekerja sama menemukan pemecahan masalah tersebut; (8)
belajar tentang siapa mereka dan apa yang mereka ketahui, dan bagaimana
pemikiran mereka bekerja; (11) pada saat menggunakan Inquiry dalam kegiatan
belajar mengajar guru harus menggigit lidah dalam arti peran harus lebih banyak
C. Inquiry Laboratorium
D. Berpikir Kreatif
menghasilkan satu hal yang baru yang memiliki nilai dan manfaat, dimana
dari solusi yang dipilih (Adzliana Mohd Daud, 2012). Kreatifitas terintegrasi
dalam pengetahuan dan proses sains (Sema Aydin, 2014). Menurut Munandar
(2002), kreativitas seseorang tidak muncul begitu saja, tapi perlu ada pemicu.
f. Berpikir divergen
saja, akan tetapi kreativitas dimiliki oleh semua anak. Oleh karena itu
kreativitas dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan faktor
sebagai berikut:
pertanyaan
secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih
g. Posisi kelahiran (berdasarakan tes kreativitas, anak sulung laki- laki lebih
diri.
penyelidikan.
f. Otoritarianisme
yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa, antara lain:
situasi baru
menstimulus otak.
norma kelas
sutu maslah dari berbagai sudut pandang dan dapat memberikan gagasan
dua sisi mata uang yang berbeda (Beyer dalam Alter, 2009). Berpikir kritis
Ennis dalam Rollin (1990), berpikir kritis meliputi dua belas indikator.
Sedangkan berpikir kreatif melihat hal- hal tertentu yang ditandai oleh
38
masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut; atau (2)
kemampuan (1) menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak
pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek keterincian
konsep, representasi, istilah, atau notasi matematis yang sesuai. Berpikir kritis
merupakan berpikir divergen (Baker & Rudd, 2001). Silver (1997) juga
netralisasi dalam pelarut air. Hasil pelarutan garam dapat bersifat netral,
39
asam, atau basa. Salah satu keberhasilan konsep asam basa Bronsted-
Lowry memandang bahwa beberapa ion dapat bereaksi sebagai asam atau
Jika suatu garam dilarutkan ke dalam air maka garam akan terurai
asam atau basa, bergantung pada sifat ion-ion yang terdapat dalam
larutan.
atau
dikelilingi oleh molekul air akibat adanya antaraksi dipol antara ion-ion
ionnya bereaksi dengan molekul air. Reaksi antara lain ion-ion garam dan
larutan, sehingga larutan dapat bersifat asam atau basa (Sunarya, 2011).
melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan
a. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan
S2–) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH 4+, Fe2+,
dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air
basa asalnya.
Contoh:
b. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42-)
atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+)
tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini
asam-basa!)
terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi,
garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak
terjadi hidrolisis.
Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam
air, maka kation dari basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari
asam lemah akan mengalami hidrolisis. Jadi garam dari asam lemah dan
basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis parsial atau
hidrolisis sebagian.
Contoh:
A– + H2O HA + OH–
Tetapan hidrolisis:
42
K = [ HA ] ¿ ¿ ¿
K . [H2O] = [ HA ] ¿ ¿ ¿
Kh = [ HA ] ¿ ¿ ¿
Kh = [ HA ]¿¿ ¿
[ HA]
Kh =
¿¿¿
Kw
K h=
Ka
pH larutan garam:
Kw
= [ HA ]¿¿ ¿
Ka
= ¿¿¿
Kw
[OH-]2 = ׿ ¿
Ka
K w× M
[OH-] = √ K w ׿ ¿ ¿ ¿ atau [OH-] =
√ Ka
−1 1
-log [OH-] = log K w − log ¿ ¿ ¿ ¿
2 2
1
pOH = ¿¿
2
pH = pK w − pOH
43
1
= ¿¿
2
1
pH= ¿
2
Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air
kation dari basa lemah dapat terhidrolisis, sedangkan anion dari asam
Contoh:
M+ + H2O MOH + H+
Tetapan hidrolisis:
K =[ MOH ]¿ ¿ ¿
Kh = [ MOH ]¿ ¿ ¿
[ MOH ]
Kh =
¿¿¿
Kw
K h=
Kb
pH larutan garam:
Kw
= [ MOH ]¿ ¿ ¿
Kb
Kw
= ¿¿¿
Kb
Kw
¿¿ = ׿ ¿
Kb
K w× M
¿¿ = √ K w ׿ ¿ ¿ ¿ atau
√ Kb
1
pH = ¿¿
2
1
pH= ¿
2
dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan
mengalami hidrolisis total. Hal ini terjadi karena kation dari basa lemah
M+ + A– + H2O HA + MOH
Tetapan hidrolisis:
[ HA ] [ MOH ] = Kw
¿¿¿ Ka× Kb
[ HA ]2 Kw
=
¿¿¿ Ka× Kb
[ HA] Kw
¿¿¿
=
√ K a× Kb
[ HA]
[H+] = Ka
¿¿¿
sehingga:
Kw
[H+] = Ka ×
√ Ka× Kb
1 1 1
[H+] = K2 ×K2 ×K2
w a b
1
pH = ( pK ¿ ¿ w + pK a− pK b )¿
2
1
pH= ( 14+ pK a− pK b )
2
(Utami, 2009).
4. Penggunaan Hidrolisis
basa kuat, atau titrasi antara basa lemah dengan asam kuat.
gambar 2.2.
47
Gambar 2.2. Garis hitam tebal memperlihatkan titrasi asam lemah dengan basa
kuat, dalam hal ini asam asetat dengan NaOH. Garis putus-putus
memperlihatkan kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat
berada di bawah 7.
jika kulit terkena basa kuat, dicuci dengan larutan amonium klorida
F. Kerangka Berpikir
Metode inkuiri adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar dalam
jawaban relevan mengenai materi yang telah diajarkan. Dengan cara tersebut
siswa tidak selalu ddijejali materi dari guru, melainkan siswa mencari kekurangan
inkuiri juga akan menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan proses belajar
dalam bentuk laporan atau penyajian. Dengan banyaknya aktivitas dan kegiatan
siswa disekolah maupun diluar sekolah, demikian akan didapatkan hasil belajar
yang lebih baik karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah proses yang dijalani siswa maupun
pihak lain yang secara sadar dan disengaja memberikan kemungkinan tercapainya
proses belajar mengajar kimia, harus mengacu pada hakekat kimia, yakni bersifat
eksperimentasi.
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkn kemampuan siswa secara
konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, karena itu dalam proses
belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran yang
tepat, efisien, efektif, dan mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satunya
sehingga diharapkan membuat para siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
G. Hipotesis
Negeri 1 Maligano”.
1. Hipotesis Verbal
a. Ho: Tidak ada perbedaan profil penguasaan konsep siswa sebelum dan
Maligano.
Maligano.
2. Hipotesis Statistik
51
a. Ho: μ1 = μ2
b. Ha: μ1 ≠ μ2