Anda di halaman 1dari 29

67

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Konsep Hidrolisis Garam

Cara mengetahui suatu karakteristik konsep hidrolisis garam diperlukan

suatu analisis dimana biasa disebut dengan analisis konsep. Analisis konsep ini

akan mengidentifikasi konsep-konsep yang dapat didefinisikan dan memiliki

atribut. Berdasarkan buku teks Budi Utami (2009) buku panduan pendidik kimia

untuk SMA dan buku teks Ari Harnanto (2009) buku panduan pendidik kimia

untuk SMA terdapat 10 konsep yang teridentifikasi dalam materi pokok hidrolisis

garam diantaranya: 1) Hidrolisis, 2) Garam, 3) Hidrolisis Garam, 4) Hidrolisis

Parsial, 5) Hidrolisis Anion, 6) Hidrolisis Kation, 7) Hidrolisis Total, 8) Derajat

Keasaman (pH), 9) Reaksi Hidrolisis, dan 10) Kesetimbangan Hidrolisis (Kh).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil analisis konsep hidrolisis garam menunjukkan karakteristik dari

pokok bahasan hidrolisis garam tersebut. Karakteristik konsep pada pokok

bahasan hidrolisis garam dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Konsep Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam


No Jenis Konsep Label Konsep Jumlah Persentase
.
1. Konsep abstrak Hidrolisis dan garam 2 20%
dengan contoh
konkrit
2. Konsep yang Hidrolisis garam, 8 80%
menyatakan proses hidrolisis parsial,
hidrolisis anion, hidrolisis
kation, hidrolisis total,
derajat keasaman, reaksi
hidrolisis, dan
kesetimbangan hidrolisis
68

Dari tabel di atas, terlihat bahwa konsep pada materi pokok Hidrolisis

Garam terbagi atas dua jenis konsep, yaitu konsep abstrak dengan contoh konkrit

dan konsep yang menyatakan proses. Dimana label konsep Hidrolisis dan Garam

termasuk pada jenis konsep abstrak dengan contoh konkrit yaitu dengan

persentase 20%. Pada jenis konsep ini kurang cocok diajarkan dengan

menggunakan metode praktikum tetapi cocok diajarkan dengan metode visual.

Label konsep seperti Hidrolisis Garam, Hidrolisis Parsial, Hidrolisis Anion,

Hidrolisis Kation, Hidrolisis Total, Derajat Keasaman, Reaksi Hidrolisis, dan

Kesetimbangan Hidrolisis termasuk pada jenis konsep yang menyatakan proses

yaitu dengan persentase 80%. Dengan demikian karakteristik pada materi pokok

hidrolisis garam sebesar 80% cocok diajarkan dengan metode praktikum atau

demonstrasi baik menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat (STM),

Inquiry, maupun Discovery Learning.

B. Profil Penguasaan Konsep

Berdasarkan rerata skor dan persentase rerata skor posttest terhadap

masing-masing kelompok label konsep (KLK) setiap soal pada kelas eksperimen

dan kontrol, maka dapat digambarkan profil perbandingan penguasaan

konsepnya. Adapun gambaran profil perbandingan penguasaan konsep antar kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
69

Persentase skor posttest


70

Profil Penguasaan Konsep Antar Kelas


100
91.60 90
90.88
90 86.76 85.71
83.75 85.59
84.59
78.75 80.95 81.51
80 77.3877.5 7575.00 76.75
70
60.63
60 53.57
49.38
48.21
50
40
30
20
10
0
KLK1 KLK2 KLK3 KLK4 KLK5 KLK6 KLK7 KLK8 KLK9 KLK10

% skor posttest eksperimen % skor posttest kontrol


Gamba

r 4.1 Profil Penguasaan Konsep Antar Kelas

Keterangan: KLK1 (Hidrolisis Garam); KLK2 (Hidrolisis Total); KLK3


(Hidrolisis Parsial); KLK4 (Kesetimbangan Hidrolisis, Derajat
Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK5 (Kesetimbangan Hidrolisis,
Derajat Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK6 (Kesetimbangan
Hidrolisis, Derajat Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK7 (Hidrolisis
Garam, Sifat Larutan Garam); KLK8 (Hidrolisis Garam, Sifat
Larutan Garam); KLK9 (Hidrolisis Garam, Kesetimbangan
Hidrolisis, Derajat Ionisasi); KLK10 (Kesetimbangan Hidrolisis,
Derajat Ionisasi,Reaksi Hidrolisis).

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat profil perbandingan peningkatan

penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dari skor

posttest untuk masing-masing label konsep pada setiap soal. Berdasarkan skor

posttest yang didapatkan dari masing-masing soal maka dapat disimpulkan bahwa

persen skor rata-rata posttest tertinggi pada kelas eksperiemen yaitu sebesar

90,88% dan kelas kontrol sebesar 91,60% yang terdapat pada KLK4

(kesetimbangan hidrolisis, derajat ionisasi, reaksi hidrolisis), sedangkan skor rata-

rata posttest terendah pada kelas eksperiemen yaitu sebesar 49,38% dan kelas
71

kontrol sebesar 48,21% yang terdapat pada KLK9 (hidrolisis garam,

kesetimbangan hidrolisis, derajat ionisasi).

Berdasarkan data di atas peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi pada KLK1, KLK5, KLK6, KLK7, KLK9, dan KLK10

dibandingkan dengan kelas kontrol. Penguasaan konsep siswa pada KLK3 untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, hal ini dikarenakan nilai rata-rata

posttest pada kedua kelas sama, yaitu 3 dengan persentase 75%.

Namun pada KLK2, KLK4, dan KLK8 penguasaan kelompok siswa pada

kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini

didukung dari cara menjawab siswa saat mengerjakan soal posttest, dimana

jawaban siswa pada kelas kontrol lebih sistematis dibandingkan jawaban siswa

pada kelas eksperimen. Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata pretest dan

posttest pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yang dapat

dilihat pada Lampiran 17.

C. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi


Hidrolisis Garam Menggunakan Data N-Gain

Pengukuran terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa

menggunakan alat ukur berupa soal tes pilihan ganda beralasan sebanyak 10

nomor yang telah diklasifikasikan berdasarkan indikator-indikator keterampilan

berpikir kreatif. Adapun indikator- indikator keterampilan berpikir kreatif siswa

adalah sebagai berikut: Aspek kelancaran meliputi kemampuan (1) menyelesaikan

masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut; atau (2)

memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi tertentu.

Aspek keluwesan meliputi kemampuan (1) menggunakan beragam strategi


72

penyelesaian masalah; atau (2) memberikan beragam contoh atau pernyataan

terkait konsep atau situasi tertentu. Aspek kebaruan meliputi kemampuan (1)

menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk

menyelesaikan masalah; atau (2) memberikan contoh atau pernyataan yang

bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek keterincian meliputi kemampuan

menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap prosedur, jawaban,

atau situasi tertentu.

Cara mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan

menggunakan model Inquiry pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Maligano,

digunakan analisis N-gain. Nilai N-Gain didapatkan dari hasil analisis pretest

maupun posttest yang diberikan kepada siswa.

Dari hasil pretes dan posttest maka didapatkan nilai N-Gain yang akan

membuktikan apakah hasil dari pretest dan posttest mengalami peningkatan atau

tidak. Adapun analisis pretest, posttest dan N-Gain keterampilan berpikir kreatif

setiap individu dapat dilihat pada lampiran 17.

1. Hasil Pretest Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sebelum diadakan penelitian terhadap kelas XI IPA SMA Negeri 1

Maligano, terlebih dahulu peneliti mengadakan pretest terhadap subjek penelitian.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Adapun data hasil pretes dari siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2
73

Tabel 4.2 Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 31,2 21,57
Nilai Maksimun 48 38
Nilai Minimun 12 6
Standar Deviasi 11,48 9,93
Modus 36 32
Median 34 22

Berdasarkan hasil perhitungan data pretest siswa kelas eksperimen

memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-

rata dan standar deviasi pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pretest, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan

kategori tingkat berpikir kreatif. Adapun data kategori tingkat berpikir dapat

dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4.

Tabel 4.3 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Pretest
Kelas Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 5 25
Rendah 10 50
Sedang 5 25
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat presentase tingkat berpikir kreatif

siswa pada hasil pretest. Persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk dalam

kategori sangat rendah, rendah, dan sedang, sedangkan untuk kategori tinggi dan

sangat tinggi tidak ada.


74

Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Pretest
Kelas Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 8 38,10
Rendah 13 61,90
Sedang 0 0
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat presentase tingkat berpikir kreatif

siswa pada hasil pretest. Persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk dalam

kategori sangat rendah dan rendah, sedangkan untuk kategori sedang, tinggi dan

sangat tinggi tidak ada.

2. Hasil Posttest Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan penerapan model pembelajaran pada masing-masing

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maligano, selanjutnya dilakukan posttest. Hal

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran Inquiry pada kelas eksperimen dan

pembelajaran Langsung pada kelas kontrol, dari kedua kelas tersebut. Adapun

data skor posttest dari siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 81,3 77,76
Nilai Maksimun 96 88
Nilai Minimun 70 65
Standar Deviasi 7,83 6,49
Modus 76 76
Median 78,5 77

Berdasarkan hasil perhitungan data posstest siswa kelas eksperimen

memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-
75

rata dan standar deviasi pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil posttest siswa, dilakukan juga klasifikasi siswa

berdasarkan kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Adapun data kategori tingkat

berpikir dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan 4.7.

Tabel 4.6 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Posttest
Kelas Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 12 60
Sangat Tinggi 8 40

Berdasarkan Tabel 4.6 persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk

dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan untuk kategori sangat rendah,

rendah, dan sedang tidak ada.

Tabel 4.7 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Posttest
Kelas Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 14 66,67
Sangat Tinggi 7 33,33

Berdasarkan Tabel 4.7 persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk

dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan untuk kategori sangat rendah,

rendah, dan sedang tidak ada.

3. Data Indeks N-Gain

Dari hasil pretest dan posttest maka dapat ditentukan indeks N-gain.
76

Indeks N-gain dapat menentukan sejauh mana peningkatan berpikir kreatif siswa

terhadap penerapan model pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Akan

tetapi sebelum menentukan sejauh mana peningkatan berpikir kreatif siswa,

terlebih dahulu harus mengetahui profil peningkatan penguasaan konsep baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang dapat dilihat pada Lampiran 17.

Adapun profil perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara kelas secara

singkat dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

Indeks N-gain
77

Profil Perbandingan Peningkatan Penguasaan Konsep


Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
1.00 0.89
0.90 0.86 0.83 0.83
0.76 0.73 0.79 0.76 0.78
0.80 0.75
0.730.72 0.71 0.73
0.68 0.73
0.70
0.57 n-gain eks
0.60 0.52 0.48
0.48
0.50 n-gain kon
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
KL KL KL KL KL KL KL KL KL KL

Gambar 4.2 Profil Perbandingan Peningkatan Penguasaan Konsep Kelas


Eksperimen dan Kontrol
Keterangan: KLK1 (Hidrolisis Garam); KLK2 (Hidrolisis Total); KLK3
(Hidrolisis Parsial); KLK4 (Kesetimbangan Hidrolisis, Derajat
Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK5 (Kesetimbangan Hidrolisis,
Derajat Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK6 (Kesetimbangan
Hidrolisis, Derajat Ionisasi, Reaksi Hidrolisis); KLK7 (Hidrolisis
Garam, Sifat Larutan Garam); KLK8 (Hidrolisis Garam, Sifat
Larutan Garam); KLK9 (Hidrolisis Garam, Kesetimbangan
Hidrolisis, Derajat Ionisasi); KLK10 (Kesetimbangan Hidrolisis,
Derajat Ionisasi,Reaksi Hidrolisis).
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat profil perbandingan peningkatan

penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan

perbandingan diatas maka dapat dilihat bahwa indeks N-gain tertinggi pada kelas

eksperimen yaitu sebesar 0,86 dan pada kelas kontrol sebesar 0,89 pada KLK4

(Kesetimbangan Hidrolisis, Derajat Ionisasi, Reaksi Hidrolisis) masing-masing

masuk pada kategori tinggi, sedangkan skor N-gain terendah pada kelas

eksperimen yaitu sebesar 0,48 dan pada kelas kontrol sebesar 0,48 pada KLK9

(Garam, Kesetimbangan Hidrolisis, Derajat Ionisasi) masing-masing masuk pada

kategori sedang. Berdasarkan perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran Inquiry lebih meningkatkan penguasaan konsep


78

siswa pada setiap soal dengan masing-masing kelompok label konsep pada materi

pokok Hidrolisis Garam. Adapun rekapitulasi N-gain dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rekapitulasi N-gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Pretest Posttest N-gain Kategori
Eksperimen 31,2 81,3 0,73 Tinggi
Kontrol 21,57 77,76 0,71 Tinggi

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata N-gain pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan karena sama-sama berada

pada kategori tinggi. Dimana berdasarkan perhitungan pada Lampiran 17, dari

jumlah total siswa pada kelas eksperimen sebanyak 20 orang, terdapat 9 orang

atau 45% masuk dalam kategori tinggi dan 11 orang atau 55% masuk dalam

kategori sedang sedangkan dari jumlah total siswa pada kelas kontrol sebanyak 21

orang, terdapat 11 orang atau 52,38% masuk dalam kategori tinggi dan 10 orang

atau 47,61% masuk dalam kategori sedang.

Hasil perhitungan menunjukan siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol termasuk pada kelompok siswa dengan karakteristik berpikir tingkat

tinggi. Berpikir tingkat tinggi adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan

analisa dalam mengambil keputusan, mereka yang cenderung berorientasi pada

tugas dan objektifitas (Ramalisa, 2013). Serta melewati tahapan memahami

masalah dan memperoleh informasi yang lebih relefan tentang masalah,

menyusun rencana permasalahan, melaksanakan rencana permasalahan dan

mengecek kembali hasil pemecahan masalah (Kowiyah, 2010).

Dari hasil pretes, posttest dan N-Gain yang didapatkan maka dapat

ditentukan rata- rata N-Gain peningkatan pada setiap indikator keterampilan

berpikir kreatif siswa. Adapun rata- rata N-Gain tersebut dapat dilihat pada Tabel
79

4.9.

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat hasil analisis pretes, posttest dan N-

Gain, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Inquiry dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran kimia

khususnya pada pokok Hidrolisis Garam. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Kurniaturohima (2010) yang mengemukakan bahwa suasana

pembelajaran yang menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan semangat

siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dari keaktifan individu yang

mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan serta meningkatkan

keaktifan belajar kelompok yaitu kreatifitas untuk mengungkapkan suatu gagasan

dalam menyelesaikan tugas, kerjasama kelompok serta hasil tugas kelompok yang

harus diselesaikan. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan yang

ditunjukkan dengan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) seluruh

siswa.

Tabel 4.9 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Setiap Indikator
Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Indikator Soal Pre- Post- N-Gain Pre- Post- N-
tes test tes test Gain
1. Kemampuan
mengidentifikasi
dan 1,2,3 10,67
1,142 0,779 2,048 13,619 0,118
menyelesaikan ,7 8
masalah (aspek
fluency)
2. Kemampuan
memecahkan
4,5,6 18,90
masalah secara 5,607 6 0,107 56,857 0,468
,10 5
detail (aspek
elaboration)
3. Kemampuan 8,9 4,535 7,464 0,647 0,619 7,286 0,067
80

mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
masalah dengan
beberapa contoh
(aspek fluency)

Penerapan model pembelajaran Inquiry ini umumnya merupakan model

pembelajaran yang baru diterapkan bagi siswa di SMA Negeri 1 Maligano, namun

banyak siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran ini ditandai

dengan partisipasi dan hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan rata-rata hasil

belajar dan keterampilan berpikir dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran

yang digunakan merupakan alat yang dapat membantu guru untuk memudahkan

siswa memahami materi pembelajaran dan menyelesaikan soal yang diberikan.

Model pembelajaran inquiry ini juga cocok digunakan pada pokok bahasan

Hidrolisis Garam karena pada materi ini siswa melakukan kegiatan praktikum

yang membuat siswa paham bukan hanya secara teori saja tetapi langsung

mempraktikkannya secara nyata untuk memperoleh pengetahuan yang formal

melalui proses diskusi sehingga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif

siswa.

D. Keefektifan Pembelajaran Inquiry dan Pembelajaran Langsung dalam


Pembelajaran Kimia pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Terhadap
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Maligano

 Hasil Analisis Statistik Inferensial

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
81

normalitas secara singkat dapat dilihat pada Lampiran 18.

Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas pada data pretest, posttest

dan N-Gain didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal. Hal ini

berarti siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah tersebar secara

proporsional.

2. Uji Homogenitas

Setelah data pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal, maka

dilakukan pengujian homogenitas. Tujuan dilakukan uji homogenitas ini adalah

untuk mengetahui apakah data penelitian yang diambil memiliki varians yang

homogen atau tidak. Uji homogenitas ini juga menentukan persyaratan uji beda

yang digunakan.

Cara melakukan uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus yang ada pada uji Fisher. Pada uji Fisher diambil taraf

signifikansinya 0,05. Dalam uji Fisher memiliki kriteria pengujiannya,

diantaranya jika F hitung < F tabel maka data yang diambil (pre-test dan post-test)

mempunyai varians yang sama atau homogen, begitupun sebaliknya. Adapun

hasil pengujian homogenitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 19.

Berdasarkan data pada Lampiran 19, hasil pengujian homogenitas data

didapatkan bahwa sampel kelas eksperimen memiliki nilai pretest dan posttest

dengan varians yang homogen sedangkan kelas kontrol memiliki nilai pretest dan

posttest dengan varians tidak homogen. Hal ini disebabkan karena pada kelas

kontrol memiliki perbedaan rata-rata antara pretest dan posttest sangat tinggi serta

skor varians dari kedua data cukup berbeda jauh.


82

3. Hasil Uji Parametik Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa


Berdasarkan Skor Posstest Antara Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

Dalam penelitian ini diuji hipotesis penguasaan konsep siswa

berdasarkan skor posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan

data skor posttest dari kedua kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t

ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS.16 terhadap

perbedaan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.10.

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung < ttabel atau

p value > alfa 5% maka H1 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 1,579 < 1,66 atau p value = 0,122 > 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho

diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep

yang signifikan dari kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran

langsung.

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Berdasarkan Skor Posttest
Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol.
Independent Samples Test
Uji Levene”s untuk Uji t untuk persamaan rata-
persamaan varians rata
Sig.
(signifikan Sig. 2 data
Fhitung si) thitung Deviasi (p value)
Skor Asumsi varian yang
1,303 0,261 1,579 39 0,122
posttest sama
Asumsi varian yang
1,572 36,963 0,125
berbeda
Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 1,579
thitung = 1,579 <1,66
83

p value = 0,122 > 0,05


terima H0 tolak H1
4. Hasil Uji Parametik Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Berdasarkan Indeks N-gain Antara Kelas Eksperimen
dan Kontrol

Penelitian ini diuji hipotesis berdasarkan tingkat kemampuan siswa

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan data N-gain dari kedua

kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t ini dilakukan dengan

menggunakan alat bantu aplikasi SPSS.16 terhadap perbedaan peningkatan

keterampilan kreatif tiap kelompok kemampuan siswa antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan Indeks N-gain Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk Uji t untuk persamaan rata-
persamaan varians rata
Sig. Sig 2-data
Fhitung thitung deviasi
(signifikansi) (p value)
Asumsi varian yang
1,092 0,303 0,563 39 0,577
Indeks sama
N-gain Asumsi varian yang
0,561 37,856 0,578
berbeda
Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 0,545
thitung = 0,545 < 1,686
p value = 0,589 > 0,05
terima H0 tolak H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung < ttabel atau
84

p value > alfa 5% maka H1 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 0,545 < 1,686 atau p value = 0,589 > 0,05 sehingga dapat dikatakan

Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan peningkatan

keterampilan berpikir kreatif yang signifikan dari kelas kontrol yang diajar

dengan model pembelajaran langsung.

Perbandingan keefektifan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara

kedua kelas tidak berbeda, dikarenakan tidak adanya perbedaan karakteristik

berpikir dari masing-masing kelas. Berpikir tingkat tinggi adalah mereka yang

selalu menggunakan kekuatan analisa dalam mengambil keputusan, mereka yang

cenderung berorientasi pada tugas dan objektifitas. Hasil ini menunjukan bahwa

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki karakteristik

keterampilan berpikir kreatif. Seseorang dikatakan dapat mampu berpikir kreatif

apabila orang tersebut menemukan ide baru dalam memecahkan masalah yang

dihadapi dan menyusun konsep, artinya kegiatan berpikir untuk memperoleh atau

menangkap pengertian dari materi-materi yang diajarkan pada saat pembelajaran

dilakukan.

5. Hasil Uji Parametik Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir


Kreatif Berdasarkan Skor Pretest-Posttest Tiap Kelompok
Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen

Dalam penelitian ini diuji hipotesis berdasarkan tingkat kemampuan siswa.

Tingkat kemampuan siswa dibagi menjadi 3 kategori yaitu siswa

yang berkemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah.

Penempatan tiap siswa pada setiap kategori tersebut berdasarkan skor rata-rata
85

pada mata pelajaran MIPA semester genap 2016/2017. Untuk menentukan

kategori kelompok kemampuan siswa maka dilakukan perhitungan kurva,

probabilitas, rata-rata dan standar deviasi dari 20 orang siswa yang dapat dilihat

pada Lampiran 22.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 22 maka dapat dilihat pembagian

kelompok kemampuan siswa. Adapun pembagian kelompok kemampuan siswa

kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Data Pengelompokan Kemampuan Siswa.


Proporsi %
No. Pengelompokan Urutan
jumlah siswa siswa
1. Kelompok skor rata-rata > 79,8 4 orang 20
kemampuan tinggi
2. Kelompok 70,5 ≤ skor rata-rata ≤ 11 orang 55
kemampuan sedang 79,8
3. Kelompok skor rata-rata < 70,5 5 orang 25
kemampuan rendah
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat tiga kategori kelompok kemampuan.

Dimana jumlah masing-masing pada ketiga kategori yaitu kategori kelompok

kemampuan tinggi berjumlah 4 orang, kelompok kemampuan sedang

berjumlah 11 orang sedangkan kelompok kemampuan rendah berjumlah 5 orang.

Berdasarkan data tersebut maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t

ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS.16 terhadap

perbedaan peningkatan keterampilan kreatif tiap kelompok kemampuan siswa

dapat dilihat pada Tabel 4.13, 4.14 dan 4.15.

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Tinggi Pada Kelas Eksperimen.
86

Paired Samples Test


Perbedaan Berpasangan
Sig. 2-
Standar 95% interval tingkat Thitung Deviasi data (p
Rata- Standar
kesalahan kepecayaan pembeda value)
rata deviasi
rata-rata Penurunan Penaikkan
pretest
-
– 6,39661 3,19831 63,42844 43,07156 16,649 3 0,000
5,32500
posttest

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau

p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 16,65 > 2,35 atau p value = 0,00 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho

ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan antara Pretest dan Posttest.

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Sedang Pada Kelas Eksperimen.
Paired Samples Test
Sig. 2-
data
Perbedaan Berpasangan Thitung Deviasi
(p
value)
95% interval tingkat
Standar
Rata- Standar kepecayaan pembeda
kesalahan
rata deviasi
rata-rata Penurunan Peningkatan

pretest - -
11,97042 3,60922 60,95093 44,86725 14,659 10 0,000
posttest 5,29091

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau

p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
87

bahwa th = 14,66 > 1,81 atau p value = 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho

ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan antara Pretest dan Posttest.

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Rendah Pada Kelas Eksperimen.
Paired Samples Test
Sig. 2-
Devia data
Perbedaan Berpasangan Thitung
si (p
value)
95% interval tingkat
Standar
Standar kepecayaan pembeda
Rata-rata kesalahan
deviasi
rata-rata Penurunan Peningkatan

pretest -
4,14000 9,01665 4,03237 52,59565 30,20435 10,267 4 0,001
posttest

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau

p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 10,27 > 2,13 atau p value = 0,001 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho

ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan antara Pretest dan Posttest.

Berdasarkan Tabel 4.13, 4.14, 4.15, dapat dinyatakan bahwa siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran inquiry terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir

kreatif yang signifikan antara Pretest dan Posttest.

6. Hasil Uji Parametrik Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir


Kreatif Berdasarkan Indeks N-gain Antara Kelompok Kemampuan
Siswa Kelas Eksperimen
88

Dalam penelitian ini dilakukan pula perbandingan peningkatan

keterampilan berpikir kreatif antar kelompok kemampuan siswa. Adapun hasil

perhitungan secara rinci tentang perbandingan peningkatan keterampilan berpikir

kreatif dapat dilihat pada Lampiran 24. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel

4.16.

Tabel 4.16 Perbandingan Parametrik Statistik Antar Kelompok Kemampuan


Siswa Kelas Eksperimen
Klpk siswa Klpk siswa Klpk siswa
Statistik
kemampuan tinggi kemampuan sedang kemampuan rendah
N 4 11 5
X́ 0,91 0,713 0,618
S2 0,1851 0,0673 0,0454

Parameter statistik pada Tabel 4.18 digunakan untuk menghitung t’ hitung

dan akan dibandingkan dengan perolehan t’tabel untuk mengambil keputusan

sebagaimana terlampir pada Lampiran 24. Hasil uji beda antar kelompok

kemampuan siswa secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil Uji Beda Keterampilan Berpikir Kreatif Berdasarkan Indeks N-
gain Antara Kelompok kemampuan Siswa Pada Kelas Eksperimen
Parameter Kelompok Tinggi Kelompok Tinggi Kelompok Sedang
uji beda dan Sedang dan Rendah dan Rendah
t’hitung 8,818 13,099 3,330
t’tabel 1,771 1,943 1,796
Keputusan H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak

Dalam menguji hipotesis antar kelompok kemampuan siswa dilakukan

dengan uji “t” yang berbeda dengan kriteria pengujiannya yaitu t’hitung ≤ t’tabel maka

H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana

digambarkan secara singkat pada Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa perbandingan

antar kelompok kemampuan siswa berdasarkan kaidah keputusan terdapat


89

perbedaaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara

kelompok kemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan rendah maupun kelompok

kemampuan sedang dan rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan keterampilan

berpikir kreatif kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang maupun

rendah tidak mengalami kesignifikan yang hampir sama dimana setiap siswa

mendapatkan peningkatan yang signifikan antara indeks N-gain antara kelompok

kemampuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran inquiry efektif meningkatkaan keterampilan berpikir kreatif siswa

kelompok kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah pada

pokok bahasan Hidrolisis Garam.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 24 maka dapat dilihat hasil

N-gain pembagian kelompok siswa berkemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan

rendah, serta sedang dan rendah. Adapun pembagian kelompok kemampuan siswa

kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.18, 4.19, dan 4.20.

Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Tinggi dan Kelompok Siswa Berkemampuan Sedang
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi
Sig. Sig. 2-data
Fhitung thitung Deviasi
(signifikansi) (p value)
Nilai Asumsi varian yang
2,301 0,153 5,643 13 0,000
sama
Asumsi varian yang
8,818 12,754 0,000
berbeda

Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 8,818


thitung = 8,818 > 1,771
p value = 0,000 < 0,05
90

tolak H0 terima H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila t hitung > ttabel atau

p value<alfa 5% maka H0 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel di

atas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 8,818 > 1,771 atau p value yaitu 0,000 < 0,05 sehinga dapat dikatakan

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan berdasarkan indeks N-gain.

Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Tinggi dan Kelompok Siswa Berkemampuan Rendah
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi

Sig. Sig. 2-data


Fhitung thitung Deviasi
(signifikansi) (p value)

Nilai Asumsi varian yang


5,644 0,049 11,972 7 0,000
sama
Asumsi varian yang
13,099 5,518 0,000
berbeda

Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 13,099


thitung = 13,099 > 1,943
p value = 0,000 < 0,05
tolak H0 terima H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila t hitung > ttabel atau

p value<alfa 5% maka H0 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 13,099>1,943 atau p value yaitu 0,000<0,05 sehingga dapat dikatakan

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan berdasarkan indeks N-gain.


91

Tabel 4.20 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Sedang dan Kelompok Siswa Berkemampuan Rendah
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi
Sig. Sig. 2-data
Fhitung thitung Deviasi
(signifikansi) (p value)
Nilai Asumsi varian yang
5,644 0,049 11,972 7 0,000
sama
Asumsi varian yang
13,099 5,518 0,000
berbeda

Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 13,099


thitung = 3,330 > 1,796
p value = 0,01 < 0,05
tolak H0 terima H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila t hitung > ttabel atau

p value<alfa 5% maka H0 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 3,330>1,796 atau p value yaitu 0,01<0,05 sehinggga dapat dikatakan

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kreatif yang signifikan berdasarkan indeks N-gain.

Berdasarkan data di atas model pembelajaran Inquiry pada kelas

eksperimen terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dengan sedang,

kelompok siswa berkemampuan tinggi dengan rendah, dan kelompok siswa

berkemampuan sedang dengan rendah. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kreatif berdasarkan indeks N-gain. Perbedaan

ini terjadi karena keterampilan berpikir kreatif siswa pada tiap indikator berbeda-
92

beda.

E. Aktivitas Siswa Dalam Model Pembelajaran Inquiry

Untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Inquiry pada pokok bahasan Hidrolisis Garam dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa. Data lengkap tentang aktivitas siswa setiap

pertemuan yang diperoleh dari lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 25.

secara singkat aktivitas siswa setiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.21 Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Model


Pembelajaran Inquiry
No
Pertemuan Rata- rata Persentase(%) Kriteria
.
1. Pertemuan pertama 1,6 80 Baik
2. Pertemuan kedua 1,73 86,67 Baik
3. Pertemuan ketiga 1,8 90 Baik
Kriteria: 0% - 24,5%: Sangat kurang; 25% - 49,5% : Kurang; 50% - 74,5% :
Sedang ; 75% - 100% : Baik.

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa penilaian aktivitas tertinggi

siswa antara tiga pertemuan terdapat pada pertemuan ketiga yang memiliki rata-

rata 1,8 dengan persentase sebesar 90% dan masuk pada kategori baik. Hal ini

disebabkan karena siswa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan

mengikuti dengan senang hati. Sedangkan pada pertemuan sebelumnya, yakni

pertemuan satu siswa masih belum menyesuaikan diri dengan model pembelajaran

baru yang didapatkan yakni model pembelajaran Inquiry karena selama diadakan

proses belajar mengajar, guru hanya menggunakan model pembelajaran langsung.

Namun bila dilihat hasil rata-rata dari aktivitas siswa, pada pertemuan pertama

memiliki rata-rata 80% dan masuk pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena

siswa penasaran dengan model pembelajaran yang akan diterapkan sehingga siswa
93

sangat antusias.

Selain itu, dalam kegiatan diskusi pada pembelajaran inquiry berisi

aktivitas presentase dan diskusi sehingga siswa menganalisis pertanyaan dari

suatu kelompok tertentu. Pertanyaan suatu kelompok akan diberikan kepada

kelompok yang tampil untuk dijawab. Diskusi berjalan dengan tidak menjenuhkan

karena siswa diajak untuk mengkritisi pertanyaan tersebut. Jika pertanyaan

tersebut mempunyai tingkat pertanyaan yang sulit, maka pertanyaan itu

dilemparkan kepada kelompok lain untuk menjawabnya.

Sedangkan bila ditinjau berdasarkan rata-rata aktivitas siswa pada semua

pertemuan maka diperoleh rata-rata aktivitas pada semua pertemuan adalah 1,78

dengan persentase sebesar 88,87% dan masuk pada kategori baik. Jika dilihat dari

skor rata-rata aktivitas siswa tiap pertemuan hal ini berarti bahwa siswa

memberikan aktivitas yang baik terhadap penerapan model pembelajaran Inquiry.

F. Tanggapan Siswa Tentang Model Pembelajaran Inquiry

Data lengkap tanggapan siswa tentang model pembelajaran Inquiry yang

diperoleh melalui angket dapat dilihat pada Lampiran 26. Secara singkat hasil

analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Inquiry dapat dilihat pada Tabel 4.24.

Berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket dapat

disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap

penerapan model pembelajaran Inquiry seperti terlihat pada Tabel 4.24. Dari

Tabel 4.24, diketahui bahwa persentase tanggapan siswa terhadap penerapan


94

model pembelajaran Inquiry pada materi pokok Hidrolisis Garam dapat dikatakan

masuk pada kategori baik sekali.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan terlihat bahwa siswa

memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran

Inquiry dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok Hidrolisis

Garam dilihat skor rata-rata tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket yang

terkategori sangat positif.

Tabel 4.22 Rekapitulasi Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Inquiry


No Rata- Perse
Aspek Indikator Kriteria
. rata ntase
1. Sikap siswa Menunjukkan minat 3,5 87,5 Sangat
terhadap terhadap pelajaran kimia positif
pelajaran kimia
2. Sikap siswa a) Menunjukkan 3,48 87 Sangat
terhadap ketertarikan terhadap positif
pembelajaran model pembelajaran
dengan model Inquiry
pembelajaran b) Menunjukkan persetujuan 3,63 90,63 Sangat
Inquiry terhadap aktivitas siswa positif
dalam pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran
Inquiry
95

c) Menunjukkan karakter 3,24 80,94 Positif


siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran Inquiry
3. Pendapat siswa Menunjukkan persetujuan 3,28 81,88 Sangat
mengenai adanya perbedaan antara positif
pembelajaran model pembelajaran
dengan Inquiry dengan model
menggunakan pembelajaran yang biasa
model dilakukan
pembelajaran
Inquiry
Kriteria : 0 % - 20 % : Kurang sekali; 21% - 40 % : Kurang; 41% – 60 % : Cukup;
61 % - 80 % : Positif; 81 % - 100 % : Sangat positif

Anda mungkin juga menyukai