Bab Iv
Bab Iv
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu analisis dimana biasa disebut dengan analisis konsep. Analisis konsep ini
atribut. Berdasarkan buku teks Budi Utami (2009) buku panduan pendidik kimia
untuk SMA dan buku teks Ari Harnanto (2009) buku panduan pendidik kimia
untuk SMA terdapat 10 konsep yang teridentifikasi dalam materi pokok hidrolisis
Dari tabel di atas, terlihat bahwa konsep pada materi pokok Hidrolisis
Garam terbagi atas dua jenis konsep, yaitu konsep abstrak dengan contoh konkrit
dan konsep yang menyatakan proses. Dimana label konsep Hidrolisis dan Garam
termasuk pada jenis konsep abstrak dengan contoh konkrit yaitu dengan
persentase 20%. Pada jenis konsep ini kurang cocok diajarkan dengan
yaitu dengan persentase 80%. Dengan demikian karakteristik pada materi pokok
hidrolisis garam sebesar 80% cocok diajarkan dengan metode praktikum atau
masing-masing kelompok label konsep (KLK) setiap soal pada kelas eksperimen
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
69
penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dari skor
posttest untuk masing-masing label konsep pada setiap soal. Berdasarkan skor
posttest yang didapatkan dari masing-masing soal maka dapat disimpulkan bahwa
persen skor rata-rata posttest tertinggi pada kelas eksperiemen yaitu sebesar
90,88% dan kelas kontrol sebesar 91,60% yang terdapat pada KLK4
rata posttest terendah pada kelas eksperiemen yaitu sebesar 49,38% dan kelas
71
eksperimen lebih tinggi pada KLK1, KLK5, KLK6, KLK7, KLK9, dan KLK10
dibandingkan dengan kelas kontrol. Penguasaan konsep siswa pada KLK3 untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, hal ini dikarenakan nilai rata-rata
Namun pada KLK2, KLK4, dan KLK8 penguasaan kelompok siswa pada
kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini
didukung dari cara menjawab siswa saat mengerjakan soal posttest, dimana
jawaban siswa pada kelas kontrol lebih sistematis dibandingkan jawaban siswa
pada kelas eksperimen. Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata pretest dan
posttest pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yang dapat
menggunakan alat ukur berupa soal tes pilihan ganda beralasan sebanyak 10
masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut; atau (2)
memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi tertentu.
terkait konsep atau situasi tertentu. Aspek kebaruan meliputi kemampuan (1)
menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk
bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek keterincian meliputi kemampuan
menggunakan model Inquiry pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Maligano,
digunakan analisis N-gain. Nilai N-Gain didapatkan dari hasil analisis pretest
Dari hasil pretes dan posttest maka didapatkan nilai N-Gain yang akan
membuktikan apakah hasil dari pretest dan posttest mengalami peningkatan atau
tidak. Adapun analisis pretest, posttest dan N-Gain keterampilan berpikir kreatif
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Adapun data hasil pretes dari siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2
73
Tabel 4.2 Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 31,2 21,57
Nilai Maksimun 48 38
Nilai Minimun 12 6
Standar Deviasi 11,48 9,93
Modus 36 32
Median 34 22
memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-
kategori tingkat berpikir kreatif. Adapun data kategori tingkat berpikir dapat
Tabel 4.3 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Pretest
Kelas Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 5 25
Rendah 10 50
Sedang 5 25
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0
siswa pada hasil pretest. Persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk dalam
kategori sangat rendah, rendah, dan sedang, sedangkan untuk kategori tinggi dan
Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Pretest
Kelas Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 8 38,10
Rendah 13 61,90
Sedang 0 0
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0
siswa pada hasil pretest. Persentase tingkat berpikir kreatif siswa termasuk dalam
kategori sangat rendah dan rendah, sedangkan untuk kategori sedang, tinggi dan
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maligano, selanjutnya dilakukan posttest. Hal
pembelajaran Langsung pada kelas kontrol, dari kedua kelas tersebut. Adapun
data skor posttest dari siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 81,3 77,76
Nilai Maksimun 96 88
Nilai Minimun 70 65
Standar Deviasi 7,83 6,49
Modus 76 76
Median 78,5 77
memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-
75
berdasarkan kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Adapun data kategori tingkat
Tabel 4.6 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Posttest
Kelas Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 12 60
Sangat Tinggi 8 40
dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan untuk kategori sangat rendah,
Tabel 4.7 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Skor Posttest
Kelas Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 14 66,67
Sangat Tinggi 7 33,33
dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan untuk kategori sangat rendah,
Dari hasil pretest dan posttest maka dapat ditentukan indeks N-gain.
76
Indeks N-gain dapat menentukan sejauh mana peningkatan berpikir kreatif siswa
kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang dapat dilihat pada Lampiran 17.
Indeks N-gain
77
penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
perbandingan diatas maka dapat dilihat bahwa indeks N-gain tertinggi pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 0,86 dan pada kelas kontrol sebesar 0,89 pada KLK4
masuk pada kategori tinggi, sedangkan skor N-gain terendah pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 0,48 dan pada kelas kontrol sebesar 0,48 pada KLK9
siswa pada setiap soal dengan masing-masing kelompok label konsep pada materi
pokok Hidrolisis Garam. Adapun rekapitulasi N-gain dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rekapitulasi N-gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Pretest Posttest N-gain Kategori
Eksperimen 31,2 81,3 0,73 Tinggi
Kontrol 21,57 77,76 0,71 Tinggi
eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan karena sama-sama berada
pada kategori tinggi. Dimana berdasarkan perhitungan pada Lampiran 17, dari
jumlah total siswa pada kelas eksperimen sebanyak 20 orang, terdapat 9 orang
atau 45% masuk dalam kategori tinggi dan 11 orang atau 55% masuk dalam
kategori sedang sedangkan dari jumlah total siswa pada kelas kontrol sebanyak 21
orang, terdapat 11 orang atau 52,38% masuk dalam kategori tinggi dan 10 orang
tinggi. Berpikir tingkat tinggi adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan
Dari hasil pretes, posttest dan N-Gain yang didapatkan maka dapat
berpikir kreatif siswa. Adapun rata- rata N-Gain tersebut dapat dilihat pada Tabel
79
4.9.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat hasil analisis pretes, posttest dan N-
khususnya pada pokok Hidrolisis Garam. Hasil penelitian ini sesuai dengan
siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dari keaktifan individu yang
dalam menyelesaikan tugas, kerjasama kelompok serta hasil tugas kelompok yang
siswa.
Tabel 4.9 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Setiap Indikator
Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Indikator Soal Pre- Post- N-Gain Pre- Post- N-
tes test tes test Gain
1. Kemampuan
mengidentifikasi
dan 1,2,3 10,67
1,142 0,779 2,048 13,619 0,118
menyelesaikan ,7 8
masalah (aspek
fluency)
2. Kemampuan
memecahkan
4,5,6 18,90
masalah secara 5,607 6 0,107 56,857 0,468
,10 5
detail (aspek
elaboration)
3. Kemampuan 8,9 4,535 7,464 0,647 0,619 7,286 0,067
80
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
masalah dengan
beberapa contoh
(aspek fluency)
pembelajaran yang baru diterapkan bagi siswa di SMA Negeri 1 Maligano, namun
banyak siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran ini ditandai
dengan partisipasi dan hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan rata-rata hasil
yang digunakan merupakan alat yang dapat membantu guru untuk memudahkan
Model pembelajaran inquiry ini juga cocok digunakan pada pokok bahasan
Hidrolisis Garam karena pada materi ini siswa melakukan kegiatan praktikum
yang membuat siswa paham bukan hanya secara teori saja tetapi langsung
siswa.
1. Uji Normalitas
berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
81
dan N-Gain didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal. Hal ini
berarti siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah tersebar secara
proporsional.
2. Uji Homogenitas
untuk mengetahui apakah data penelitian yang diambil memiliki varians yang
homogen atau tidak. Uji homogenitas ini juga menentukan persyaratan uji beda
yang digunakan.
menggunakan rumus yang ada pada uji Fisher. Pada uji Fisher diambil taraf
diantaranya jika F hitung < F tabel maka data yang diambil (pre-test dan post-test)
hasil pengujian homogenitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 19.
didapatkan bahwa sampel kelas eksperimen memiliki nilai pretest dan posttest
dengan varians yang homogen sedangkan kelas kontrol memiliki nilai pretest dan
posttest dengan varians tidak homogen. Hal ini disebabkan karena pada kelas
kontrol memiliki perbedaan rata-rata antara pretest dan posttest sangat tinggi serta
berdasarkan skor posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
data skor posttest dari kedua kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t
perbedaan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung < ttabel atau
p value > alfa 5% maka H1 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
bahwa th = 1,579 < 1,66 atau p value = 0,122 > 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
yang signifikan dari kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran
langsung.
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Berdasarkan Skor Posttest
Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol.
Independent Samples Test
Uji Levene”s untuk Uji t untuk persamaan rata-
persamaan varians rata
Sig.
(signifikan Sig. 2 data
Fhitung si) thitung Deviasi (p value)
Skor Asumsi varian yang
1,303 0,261 1,579 39 0,122
posttest sama
Asumsi varian yang
1,572 36,963 0,125
berbeda
Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 1,579
thitung = 1,579 <1,66
83
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan data N-gain dari kedua
kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t ini dilakukan dengan
keterampilan kreatif tiap kelompok kemampuan siswa antara kelas kontrol dan
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan Indeks N-gain Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk Uji t untuk persamaan rata-
persamaan varians rata
Sig. Sig 2-data
Fhitung thitung deviasi
(signifikansi) (p value)
Asumsi varian yang
1,092 0,303 0,563 39 0,577
Indeks sama
N-gain Asumsi varian yang
0,561 37,856 0,578
berbeda
Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 0,545
thitung = 0,545 < 1,686
p value = 0,589 > 0,05
terima H0 tolak H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung < ttabel atau
84
p value > alfa 5% maka H1 ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
bahwa th = 0,545 < 1,686 atau p value = 0,589 > 0,05 sehingga dapat dikatakan
keterampilan berpikir kreatif yang signifikan dari kelas kontrol yang diajar
berpikir dari masing-masing kelas. Berpikir tingkat tinggi adalah mereka yang
cenderung berorientasi pada tugas dan objektifitas. Hasil ini menunjukan bahwa
apabila orang tersebut menemukan ide baru dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dan menyusun konsep, artinya kegiatan berpikir untuk memperoleh atau
dilakukan.
Penempatan tiap siswa pada setiap kategori tersebut berdasarkan skor rata-rata
85
probabilitas, rata-rata dan standar deviasi dari 20 orang siswa yang dapat dilihat
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau
p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
bahwa th = 16,65 > 2,35 atau p value = 0,00 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
pretest - -
11,97042 3,60922 60,95093 44,86725 14,659 10 0,000
posttest 5,29091
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau
p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
87
bahwa th = 14,66 > 1,81 atau p value = 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
pretest -
4,14000 9,01665 4,03237 52,59565 30,20435 10,267 4 0,001
posttest
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung > ttabel atau
p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
bahwa th = 10,27 > 2,13 atau p value = 0,001 < 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
Berdasarkan Tabel 4.13, 4.14, 4.15, dapat dinyatakan bahwa siswa yang
kreatif dapat dilihat pada Lampiran 24. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel
4.16.
sebagaimana terlampir pada Lampiran 24. Hasil uji beda antar kelompok
Tabel 4.17 Hasil Uji Beda Keterampilan Berpikir Kreatif Berdasarkan Indeks N-
gain Antara Kelompok kemampuan Siswa Pada Kelas Eksperimen
Parameter Kelompok Tinggi Kelompok Tinggi Kelompok Sedang
uji beda dan Sedang dan Rendah dan Rendah
t’hitung 8,818 13,099 3,330
t’tabel 1,771 1,943 1,796
Keputusan H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
dengan uji “t” yang berbeda dengan kriteria pengujiannya yaitu t’hitung ≤ t’tabel maka
digambarkan secara singkat pada Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa perbandingan
kelompok kemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan rendah maupun kelompok
kemampuan sedang dan rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan keterampilan
rendah tidak mengalami kesignifikan yang hampir sama dimana setiap siswa
N-gain pembagian kelompok siswa berkemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan
rendah, serta sedang dan rendah. Adapun pembagian kelompok kemampuan siswa
kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.18, 4.19, dan 4.20.
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Tinggi dan Kelompok Siswa Berkemampuan Sedang
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi
Sig. Sig. 2-data
Fhitung thitung Deviasi
(signifikansi) (p value)
Nilai Asumsi varian yang
2,301 0,153 5,643 13 0,000
sama
Asumsi varian yang
8,818 12,754 0,000
berbeda
tolak H0 terima H1
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila t hitung > ttabel atau
atas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
bahwa th = 8,818 > 1,771 atau p value yaitu 0,000 < 0,05 sehinga dapat dikatakan
Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Tinggi dan Kelompok Siswa Berkemampuan Rendah
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
Tabel 4.20 Hasil Uji Hipotesis N-gain Antara Kelompok Siswa Berkemampuan
Sedang dan Kelompok Siswa Berkemampuan Rendah
Independent Samples Test
Uji Levene’s untuk
Uji t untuk persamaan rata-rata
persamaan variansi
Sig. Sig. 2-data
Fhitung thitung Deviasi
(signifikansi) (p value)
Nilai Asumsi varian yang
5,644 0,049 11,972 7 0,000
sama
Asumsi varian yang
13,099 5,518 0,000
berbeda
diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat
berkemampuan sedang dengan rendah. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
ini terjadi karena keterampilan berpikir kreatif siswa pada tiap indikator berbeda-
92
beda.
lembar observasi aktivitas siswa. Data lengkap tentang aktivitas siswa setiap
pertemuan yang diperoleh dari lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 25.
secara singkat aktivitas siswa setiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 4.23.
siswa antara tiga pertemuan terdapat pada pertemuan ketiga yang memiliki rata-
rata 1,8 dengan persentase sebesar 90% dan masuk pada kategori baik. Hal ini
disebabkan karena siswa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
pertemuan satu siswa masih belum menyesuaikan diri dengan model pembelajaran
baru yang didapatkan yakni model pembelajaran Inquiry karena selama diadakan
Namun bila dilihat hasil rata-rata dari aktivitas siswa, pada pertemuan pertama
memiliki rata-rata 80% dan masuk pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena
siswa penasaran dengan model pembelajaran yang akan diterapkan sehingga siswa
93
sangat antusias.
kelompok yang tampil untuk dijawab. Diskusi berjalan dengan tidak menjenuhkan
pertemuan maka diperoleh rata-rata aktivitas pada semua pertemuan adalah 1,78
dengan persentase sebesar 88,87% dan masuk pada kategori baik. Jika dilihat dari
skor rata-rata aktivitas siswa tiap pertemuan hal ini berarti bahwa siswa
diperoleh melalui angket dapat dilihat pada Lampiran 26. Secara singkat hasil
penerapan model pembelajaran Inquiry seperti terlihat pada Tabel 4.24. Dari
model pembelajaran Inquiry pada materi pokok Hidrolisis Garam dapat dikatakan
Garam dilihat skor rata-rata tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket yang