Penetapan Ahli Waris Karena Murtad
Penetapan Ahli Waris Karena Murtad
Disusun oleh :
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anak murtad mendapatkan bagian
warisan dan disahkan oleh hakim pengadilan agama Jakarta Utara. Dengan alasan,
bahwa ahli waris anak murtad masih mendapatkan waris dikarenakan sampai saat ini
masih belum ada peraturan pelaksanaanya sehingga terdapat kekosongan, maka
hakim melandaskan putusan berdasarkan nilai-nilai lain yang berkaitan pada putusan
tersebut .
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap, kata Hamdallah karena tidak ada kata yang patut penulis
ucapkan atas rasa syukur yang mendalam kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi pemimpin dan
sebagaimana yang diharapakan, tanpa bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan rasa
1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
2. H. Kamarusdiana, S.Ag, MH. dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag Ketua dan
4. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag, Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan.
v
5. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berguna.
6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Arifin Matraji Utomo dan Ibunda
Nurhaeni, Bapak Kun Hadi Wibowo dan Ibu Sri Mursiyah sujud abdiku
kepada kalian atas doa, pengorbanan dan memberikan motivasi terbesar kalian
Wibowo yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan serta do’a
selalu ada disaat suka dan duka penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Saudara-saudara Kosan Molek dan Semanggi Batak, Sopri, Pak haji, Kiki
Arief, Sukron, Abim, Ibeng, Natasha Nicola Anjani de Kock, Dinny Aulia,
9. Sesosok hawa yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam hidup
selama ini yaitu Meliratih Bimawastri, theres only one thing two say three
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyusunan skripsi ini.
vi
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya, dan penulis juga mengharapakan kritik dan saran yang membangun
dari siapapun yang membaca skripsi ini demi sebuah tambahan keilmuan dan
vii
DAFTAR ISI
viii
C. Faktor Yang Mempengaruhi Putusan Hakim..................................................... 67
D. Hak Waris Anak Murtad Pasca Putusan ............................................................ 68
E. Analisis Penulis ................................................................................................. 70
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama rahmat yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk
dimiliki Islam tersembul keluar sebagai rangkaian peraturan yang disebut hukum.
Hukum tersebut bersifat baku dan diakui oleh “undang-undang Tuhan” [qanun ilahi] :
permanen dan tidak dapat diubah. Qanun ilahi ini, diundangkan oleh negara atau
tidak, ia harus ditegakkan sebagai suatu yang berwatak “buatan tuhan”. Namun, ada
Produk-produk hukum yang mengatur tentang Islam sudah banyak, tak lepas
dari Al-Qur’an dan Haditsnya sedangkan di Indonesia produk hukum itu sendiri
adalah kompilasi hukum Islam (KHI) yang dasar pemikirannya adalah kumpulan-
kumpulan pendapat ulama fiqh yang mengatur tentang perkawinan, waris, wakaf,
zakat, dll. Salah satu masalah dalam keluarga yang menyangkut hak dan kewajiban
seseorang yang meninggal adalah hal masalah peninggalan harta atau waris yang
1
Yayan sopyan, Islam-Negara, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2011), h. 1
1
2
Dalam definisinya waris adalah salah satu bagian dari hukum perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris
sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia
pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum
hak dan kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang, diatur oleh hukum waris. 2
Waris dalam KHI sudah di atur dalam pasal 171 Buku II tentang hukum
kewarisan, hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
Dalam pembagiannya siapa saja yang mendapatkan pewaris juga diatur dalam
7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
2
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 1
3
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
3
bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan. 4
Begitu pula dalam Kompilasi Hukum Islam juga di jabarkan pada pasal 174
dengan pewaris terhadap orang yang pada saat meninggal dunia, beragama Islam dan
tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. 6 Itu adalah syarat seseorang
mendapatkan hak waris dari harta peninggalan si pewaris. Tetapi di Indonesia banyak
sekali gejala-gejala sosial dalam kewarisan. Karena segala apa yang kita kira, kita
dugaan) dan perbedaan paham antara ahli dalam bidang ini jauh lebih besar daripada
yang biasa ditemui oleh para ahli hukum dalam lingkungannya. Penyelidikan tentang
4
Kementrian Agama, Al-qur’an, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia,2011)
5
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.57
6
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
4
periode tertua dari umat manusia ini, dikeruhkan pula oleh ideology subyektif dan
keyakinan keagamaan. 7 contoh dalam hal hak waris anak yang murtad, dapat kita
ketahui bahwa sesorang yang telah murtad akan menjadi penghalang dalam hak
kewarisannya.
telah diutus oleh Rasulullah SAW kepada seorang laki-laki yang kawin dengan isteri
Seperti dalam pengertian ahli waris itu sendiri orang yang berhak
mendapatkan hak waris adalah seorang muslim. Karena berlainan agama adalah
perbedaan agama yang menjadi kepercayaan antara orang yang mewarisi dengan
orang yang mewariskan. Para ahli hukum Islam (Jumhur Ulama) sepakat bahwa
orang nonislam (kafir) tidak dapat mewarisi harta orang Islam lantaran status orang
nonislam (kafir) lebih rendah. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam surah An-
141. Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
7
A.Pitlo dan J .E. Kasdrop, Hukum Waris menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Belanda, (Jakarta: Intermasa, 1994), cet. Ke-4, h. 9
8
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1992), h. 115
5
Apabila seorang ahli waris yang berbeda agama beberapa saat sesudah
bagikan maka seorang ahli waris yang baru masuk Islam itu tetap terhalang untuk
mewarisi, sebab timbulnya hak mewarisi tersebut adalah sejak adanya kematian
orang yang mewariskan, bukan saat kapan dimulainya pembagian harta peninggalan.
Padahal pada saat kematian si pewaris, ia masih dalam keadaan nonislam (kafir).
Muslim dan orang murtad untuk mewarisi dari Muslim, namun tidak menghalangi
Muslim untuk mewarisi dari non-Muslim dan murtad. Maka, bila seorang non-
anaknya itu menghalangi ahli waris lainnya yang non-Muslim untuk mendapatkan
warisan. 10
Dalam pasal 172 KHI dijelaskan ahli waris dipandang beragama Islam apabila
diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan
9
Moh. Muhubbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
cet ke-2, h. 78
10
Muhammad Abu Zuhrah, Hukum Waris Menurut Imam Ja’far Shadiq, (Jakarta: Lentera,
2001 ), cet ke-1, h. 83
6
bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya
atau lingkungannya. 11
Dalam kenyataan ahli waris yang murtad dapat bagian waris, melalui wasiat
wajibah anak murtad dapat bagi waris dan pengertian wasiat wajibah itu sendiri
adalah wasiat yang pelaksanaannya tidak pengaruhi atau tidak bergantung pada
Putusan Pengadilan Agama. Hal ini sejalan dengan kepada Putusan Pengadilan
Agama. Hal ini sejalan dengan Yurispudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor :
368. K/AG/1995, tanggal 16 Juli 1998, tanggal 29 September 1999. Disini terlihat
murtad, karena pada KHI, hadits, dan ulama fiqih sangat menutup kesempatan anak
murtad untuk mendapatkan hak waris karena seseorang muslim yang hanya
menerima hak waris dari orang muslim. Selain itu jika dilihat dari kacamata HAM
seseorang hanya keluar dari agama yang dianut bukan suatu kejahatn yang disamakan
dengan orang yang membunuh atau memfitnah. Karena manusia mempunyai hak
untuk hidup, hak beragama dan hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan
dihadapan hukum. 12
Di lihat dari latar belakang yang ada, ditakutkan akan ada kasus-kasus
semacam ini di ranah masyarakat dikarenakan kelalaian hakim dalam mengutus suatu
11
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.57
12
http://www.hukor.depkes.go.id “Undang-undang No.39 tahun 1999 tentang HAM”,
(diakses pada 27 Desember 2013)
7
perkara. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan
mencoba menganalisis putusan majelis hakim Pengadilan Jakarta Utara dalam karya
1. Pembatasan Masalah
batasan masalah yang akan dibahas. Adapun pembatasan masalah yang akan dibahas
sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas sesuai dengan permasalahan yang
2. Perumusan Masalah
Menurut dalil fikih dalam kitab Al-Tirkah wal Mirats fil Islam dimana
dikatakan tidak ada saling mewarisi antara orang muslim dengan non muslim.
Tetapi dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara anak murtad justru
8
putusan tersebut?
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Institusi
4. Bagi Universitas
pengetahuannya.
10
D. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
yang diperoleh meliputi transkip interview, catatan lapangan, dokumen pribadi dan
lain-lain, kemudian menganalisa isi putusan, untuk melihat sejauh mana proses
penyelesaian para hakim dalam menyelasaikan perkara hak waris anak murtad.
2. Pendekatan
lain dimasyarakat
a. Data primer
b. Data sekunder
4. Analisis Data
5. Teknik penulisan
E. Kerangka Teori
Dalam definisinya waris adalah salah satu bagian dari hukum perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris
sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia
12
pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum
hak dan kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang, diatur oleh hukum
waris. 13
Tujuan waris dalam Islam untuk membantu keluarga yang akan ditinggal oleh
si pewaris dan digunakan dengan baik, selain itu untuk sebagai titipan atau amalan
Pada Waris dalam KHI sudah di atur dalam pasal 171 Buku II tentang hukum
kewarisan, hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
Definisi dari ahli waris adalah di pandang beragama Islam apabila diketahui
dari kartu identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi
13
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 1
14
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
13
yang baru lahir atau anak yang belum dewasa beragama menurut ayahnya atau
15
lingkungannya.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan memberikan gambaran mengenai hal
apa saja yang akan dilakukan maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat
Penulisan.
Bab Kedua menjelaskan tentang tinjauan umum tentang hak waris anak
murtad yang terdiri dari, pengertian waris, pengertian anak murtad, dasar hukum,
gambaran umum Pengadilan Agama Jakarta Utara yang berkaitan dengan sejarah dan
struktur organisasinya.
15
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
14
Bab Kelima adalah bagian akhir dari penulisan skripsi ini, yang didalamnya
akan berisikan kesimpulan dan saran yang bersifat kontribusi membangun dunia
akademis.
`
BAB II
A. Hukum Waris
1. Pengertian Waris
Secara umum pengertiann waris adalah a person who has the legal to receive
the property of someone who dies. 1 Menurut pelaksanaan hukum waris dikalangan
umat Islam Indonesia, Hukum Waris adalah hukum yang mengatur peralihan
menjadi ahli waris, menentukan berapa bagiannya, masing-masing ahli waris, dan
kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta
Dalam hukum kewarisan tidak lepas dari harta peninggalan dan ahli waris,
karena dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171b menyatakan bahwa pewaris adalah
1
http://www.merriam-webster.com/dictionary/heir, (di akses 14 November 2014)
2
Muchith A Karim, Pelaksanaan Hukum Waris di Kalangan Umat Islam Indonesia, (Jakarta:
Malaho Jaya Abadi Press, 2010), hlm 11.
3
Muchith A Karim, Pelaksanaan Hukum Waris di Kalangan Umat Islam Indonesia, (Jakarta:
Malaho Jaya Abadi Press, 2010), hlm 11.
15
16
orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan
putusan peradilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. 4
Harta peninggalan dalam bahasa hukum islam disebut tirkah. Dan dalam
pembahasan tesis ini akan dipergunakan istilah harta peniggalan, sebab istilah harta
peninggalan sebagai obyek dari keseluruhan system kewarisan dalam hukum Islam
Yang antara lain harta peninggalan itu sebagai obyek wasiat, karena itu
sejauhmana cakupan dan ruang lingkup dari harta peninggalan tersebut dalam kontek
system kewarisan Islam. 6 Hukum Waris dalam ajaran Islam disebut istilah “Faraid”.
Kata faraid adalah bentuk jamak dari faridah yang berasal dari kata fardu yang
Harta peninggalan adalah segala sesuatu benda atau yang bernilai kebendaan yang
dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang dibenarkan
oleh syara’ dan dapat diwarisi oleh para ahli waris. Segala sesuatu benda atau yang
bernilai kebendaan harus diartikan dalam cakupan yang lebih luas yaitu:
4
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
5
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia), hlm 27.
6
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia), hlm 27.
7
Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm
49.
17
1. Kebedaan atau sifat yang bernilai kebendaan, seperti benda tetap, benda
bergerak, piutang orang yang mati yang menjadi tanggunan orang lain, dan
lain sebagainya.
2. Hak-hak kebendaan, seperti hak paten terhadap karya seni, buku, merek, dan
lain sebagainya.
4. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain, seperti benda yang
sedang digadaikan, benda maskawin yang terhutang, barang yang dibeli dan
telah dibayar tetapi barangnya belum diterima ketika mati, dan lain
sebagainya. 8
Untuk mengetahui, siapa-siapa yang memperoleh bagian tertentu itu, maka perlu
diteliti terlebih dahulu ahli-ahli waris yang ditinggalkan. Kemudian baru ditetapkan,
siapa di antara mereka yang mendapat bagian dan yang tidak mendapat bagian. Di
dalam faraid dibahas hal-hal yang berkenan dengan warisan (harta peninggalan), ahli
9
waris , ketentuan bagian ahli waris dan pelaksanaan pembagiannya.
8
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm 27.
9
M. Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam, (Jakarta: Pt Bulan Bintang, 1996), hlm 10.
18
1. Al-qur’an
- Tuntutan ibadah
- Sejarah
2. Hadist
keterangannya.
3. Ijtihad
19
Hukum kewarisan islam pada dasarnya bersumber kepada beberapa ayat Al-
Qur’an sebagai Firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW dan Hadis Rasul yang terdiri dari ucapan, perbuatan dan hal-hal yang
didiamkan Rasul. Yang paling banyak ditemui dasar atau sumber hukum
pembantu. 11
An-Nisaa ayat 7 :
An-Nisaa ayat 8 :
10
Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Darunnajah Production House, 2007), hlm
6-7
11
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1992), hlm 46
20
8. dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang baik.
An-Nisaa ayat 10 :
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka). 12
Kitab udang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), terutama pasal
ketentuan dari pasal 584 KUH Perdata menyangkut hak waris sebagai salah satu cara
untuk memperoleh hak kebendaan, oleh karenanya ditempatkan dalam Buku Ke-II
KUH Perdata ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan ahli hukum, karena
mereka berpendapat bahwa dalam hukum kewarisan tidak hanya tampak sebagai
hukum benda saja, tetapi tersangkut beberapa aspek hukum lainnya, misalnya hukum
Menurut staatsblad 1925 nomor 415 jo 447 yang telah diubah ditambah dan
sebagainya terakhir dengan S. 1929 No. 221 pasal 131 jo pasal 163, hukum kewarisan
12
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1992), hlm 74-75
13
Ibid., hlm 74
21
yang diatur dalam KUH Perdata tersebut diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan
Dengan staatsblad 1917 nomor 129 jo staatsblad 1924 nomor 557 hukum
Tionghoa. Dan berdasarkan staatsblad 1917 nomor 12, tentang penundukan diri
Jepang;
Menurut KUH Perdata, ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu :
“testamentair” 15
14
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1992), hlm 74-75
22
Hukum Islam (KHI) yang secara de facto maupun de jure menjadi pegangan
keadilan. Hukum kewarisan diatur dalam Buku III Kompilasi Hukum Islam yang
Buku II Kompilasi Hukum Islam, yang memuat hukum kewarisan, ini terdiri
atas VI Bab dan 44 Pasal, yakni mulai Pasal 171 sampai 214. Buku II KHI pada
dasarnya mengatur ihwal ketentuan umum (Bab I Pasal 171), ahli waris (Bab II
Pasal 172-175), besarnya bagian [masing-masing ahli waris] (Bab III Pasal 176-
191), auld dan rad (Bab IV Pasal 192-193), wasiat (Bab V Pasal 194-209), dan
a. Hak-hak yang dapat dikeluarkan sebelum harta waris dibagikan kepada ahli
waris
15
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1992), hlm 74-75
16
Muhamad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), hlm 99
17
Ibid., hlm 100
23
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian waris yang harus
dipenuhi secara tertib, sehingga apabila hak yang pertama atau yang kedua
meghabiskan semua harta waris maka tidak ada lagi pindah kepada hak-hak yang
lain. 18
utama dari harta peninggalan itu harus diambil hak-hak yang segera dikeluarkan
Tahjiz adalah sesuatu yang diperlukan oleh seseorang yang meninggal dunia
Para ahli hukum Islam berpendapat bahwa biaya yang diperlukan untuk hal
wajar. 21
2) Melunasi Utang
Utang merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh orang yang meninggal,
18
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai pembaharuan Hukum
Positif di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011).h. 51
19
Ibid.,hlm. 51
20
Ibid.,hlm. 51
21
Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis),
(Jakarta, Sinar Grafika, 1995). h.40.
24
Kompilasi Hukum Islam pasal 175 ayat 1, kewajiban ahli waris terhadap
pewaris adalah:
22
Ahmad Rofiq, Hukum Mawaris, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.38
23
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo, 1995), h.98
25
Sedangkan dalam pasal 175 ayat 2, tanggung jawab ahli waris terhadap
hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah atau nilai harta
peninggalannya.
Wasiat ialah pesan seseorang utuk memberikan sesuatu kepada orang lain
The Islamic will is called al-wasiyya. a will is a transaction which comes into
operation after the testator’s death. The will is executed after payment of funeral
expenses and any outstanding debts. The one who makes a will (wasiyya) is called a
testator (al-musi). the one on whose behalf a will is made is generally referred to as a
legatee (al-musa lahu). Technically speaking the term "testatee" is perhaps a more
b. Rukun Mewarisi
Rukun waris adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan bagian
harta waris di mana bagian harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada rukun-
rukunnya. 26
24
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai pembaharuan Hukum
Positif di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011).h. 55
25
http://www.islam101.com/sociology/wills.htm, di akses pada tanggal 14 November 2014
26
Komite Fakultas syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, (Jakarta Selatan,
Senayan Abadi Publishing 2004), h.27.
26
unsur tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan. Unsur-unsur ini dalam kitab
fiqh dinamakan rukun, dan persyaratan itu dinamakan syarat untuk tiap-tiap
rukun. 27
mayit yang akan dipusakai atau dibagi oleh para ahli waris setelah diambil
peninggalan dalam kitab fiqh biasa disebut tirkah yaitu apa-apa yang
2. Pewaris atau orang yang meninggalkan harta waris (muawarrits) adalah orang
disebut muwarist.28
27
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.15
28
Ibid.,hlm.15
27
a. Mati haqiqy (sejati) ialah hilangnya nyawa seseorang yang semula nyawa
itu sudah berwujud padanya. Kematian ini dapat disaksikan oleh panca
b. Mati hukmy, ialah suatu kematian yang disebabkan oleh adanya vonis
dalam dua kemungkinan antara hidup dan mati. Sebagai contoh orang
yang telah divonis mati, padahal ia benar-benar masih hidup. Vonis ini
selama tiga hari dia tiada bertaubat, harus dibunuh. Demikian juga vonis
matinya. Jika hakim telah menjatuhkan vonis mati terhadap dua jenis
dapat diwarisi oleh ahli warisnya sejak tanggal yang termuat dalam vonis
itu. 29
c. Mati taqdiry ialah kematian yang bukan haqiqy dan bukan hukmy, tetapi
29
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.15
28
perut ibunya atau pemaksaan agar ibunya minum racun. Kematian tersebut
yang lain, namun kuatnya perkiraan atas akibat perbuatan semacam itu.
3. Ahli waris (waarist) adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan si
Pengertian ahli waris di sini adalah orang yang mendapat harta waris, karena
keluarga dari pewaris dinamakan (termasuk) ahli waris. Demikian pula orang
yang berhak menerima (mendapat) harta waris mungkin saja di luar ahli
waris. 30
c. Syarat Mewarisi
harta benda antara orang yang telah meninggal dunia dengan orang yang masih
30
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.15
29
Para ahli waris yang benar-benar masih hidup di saat kematian muwarrits,
baik matinya itu secara haqiqy, hukmy, ataupun taqdiryi berhak mewarisi harta
peninggalannya.
menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
para pewaris.
telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara
31
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.15
30
b. Sebab-sebab Mewariskan
seseorang itu mendapat warisan dari si mayit (ahli waris) dapat diklarifikasikan
sebagai berikut: 32
1. Perkawinan
tersebut, yang termasuk dalam klarifikasi ini adalah suami atau istri dari si
mayit. 33
keduanya telah berlangsung akad nikah yang sah, yaitu nikah yang telah
dilaksanakan dan telah memenuhi rukun dan syarat pernikahan serta terlepas
kelamin).
32
Suhawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis),
(Jakarta, Sinar Grafika, 1995), h.53
33
Ibid, h.53
31
tentang kewarisan terhadap seorang suami yang sudah melakukan akad nikah,
maskawinnya. 34
telah diputuskan dengan talak raj’i bagi seseorang istri belum selesai.
berjalan, suami masih mempunyai hak penuh untuk menuju’ kembali bekas
2. Kekerabatan
Salah satu sebab beralihnya harta, seseorang yang telah meninggal dunia
kepada yang masih hidup adalah adanya yang disebabkan oleh kelahiran. Heirs
referred to as primary heirs are always entitled to a share of the inheritance, they are
never totally excluded. These primary heirs consist of the spouse relict, both parents,
34
Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Alma’arif, 1971), h.17
35
Ibid, h.17
32
the son and the daughter. All remaining heirs can be totally excluded by the presence
of other heirs. But under certain circumstances, other heirs can also inherit as
b. Ushul, yaitu leluhur (pokok atau asli) yang menyebabkan adanya si mayit.
ikatan antara dirinya dengan orang yang memerdekakannya dan ahli warisnya
yang mewarisi dengan bagian ‘ashobah dengan sebab dirinya (ashobah bin
nafsi) seperti ikatan antara orang tua dengan anaknya, baik dimerdekakan
36
http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_inheritance_jurisprudence, di akses pada tanggal 14
November 2014
37
Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Alma’arif, 1971), h.17
33
secara sukarela atau karena wajib seperti karena nadzar atau zakat atau
meninggal dunia tidak memiliki ahli waris, maka harta warisannya itu
diserahkan kepada perbendaharaan umum atau yang disebut Baitul Maal yang
akan digunakan oleh umat Islam. Dengan demikian, harta orang Islam yang
38
Asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Ilmu Waris, (tegal, Ash-Shaf, 2007),
h.27
39
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
34
2. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan
5. Wasiat Wajibah
Tidak ada definisi secara formal mengenai wasiat wajibah dalam sistem
unsur yang dinyatakan dalam pasal 209 Kompilasi Hukum Islam, yaitu:
1. Subjek hukumnya adalah anak angkat terhadap orang tua angkat atau
2. Tidak diberikan atau dinyatakan oleh pewaris kepada penerima wasiat akan
Wasiat wajibah dalam pasal 209 Kompilasi Hukum Islam timbul untuk
Di negara Islam di daerah Afrika seperti Mesir, Tunisia, Maroko dan Suriah,
40
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
41
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
35
pergantian tempat. 42
Pengadilan Agama. 43
Islam. Secara yuridis formil ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam khususnya
pasal 209 memahami bahwa wasiat wajibah hanya diperuntukan bagi anak angkat
dan orang tua angkat. Kompleksitas masyarakat Indonesia membuat hakim harus
42
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
43
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
36
keluar dari yuridis formil yang ada yaitu dengn menggunakan fungsi rechtsvinding
44
yang dibenarkan oleh hukum positif apabila tidak ada hukum yang mengatur.
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Selain itu Kompilasi Hukum Islam
dalam pasal 229 juga memberikan kewenangan hakim untuk menyelesaikan perkara
sebagai rechtsvinding atau dalam hukum Islam disebut ijtihad sebagai alternatif.
Dalam hal wasiat wajibah yang sempit pada anak angkat dan orang tua angkat maka
menjadi sulit untuk menjalankan yuridis formil dalam Kompilasi Hukum Islam
terhadap orang-orang dekat pewaris di luar anak angkat dan orang tua angkat. Justru
apabila hakim tidak melakukan rehtvinding karena tidak ada hukum yang mengatur
(ius coria novit) maka hakim dapat diberikan sanksi (pasal 22 Algemen Bepallingen
44
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 201445
46
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diunduh pada tanggal 9 maret 2014
37
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan
antara seorang perempuan dan seorang laki-laki merupakan cikal bakal lahirnya suatu
generasi baru. 47
Murtad adalah keluar dari agama Islam dan pindah ke agama lain, atau ia
pindah ke sesuatu yang bukan agama. Murtad yang dapat kena had adalah murtad
yang dilakukan oleh orang yang balig, berakal, bisa membedakan, dan sukarela atau
tanpa paksaan. 48
Secara istilah anak murtad adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan
antara seorang perempuan dan seorang laki-laki yang merupakan cikal bakal lahirnya
suatu generasi baru yang pindah dari agama yang dianut dan yang diajarkan oleh
In Islam, the rejection in part (of any of the pillars, or individual principles of
Islam), or discarding the faith as a whole, amounts to apostasy.[ The punishment for
apostasy in the Islamic faith is death. Though it may be argued that this is not clear
through the Qur'an alone, scholars have found justification for the penalty
47
http://andibooks.wordpress.com/definisi-anak diunduh pada tanggal 30 Maret 2015
48
Asadulloh Al FAruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam,(Bogor: Ghalia Indonesia,
2009), hlm 39
38
changed his Islamic religion, then kill him'”, and it was also one of only three reasons
dengan agama orangtuanya tidak termasuk murtad, begitu pula orang gila. Orang
yang karena terpaksa harus meninggalkan keyakinan lantaran yang diancam dan
menyelamatkan diri memeluk agama lain, juga tidak termasuk golongan riddah. 50
Dengan alasan, walaupun dia hidup dan berada pada sistem yang berlaku di
lingkungan pemeluk agama lain dan secara formal menjadi anggota yang sah dari
Jika pada suatu saat ada peluang untuk mewujudkan keyakinan yang diyakininya,
yaitu keyakinan yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran Islam ia akan berupaya
mewujudkannya. 51
49
http://wikiislam.net/wiki/Islam_and_Apostasy#Definitions, di unduh pada tanggal 14
November 2014
50
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet ke 2, hlm 73
51
Ibid., hlm 73
39
2. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan sanksi hukum riddah dalam Alquran di
antaranya Surah Al-Baqarah ayat 217, An-Nahl ayat 106 dan Surah An-Taubah ayat
12 sebagai berikut.
217. mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
106. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang
52
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm
65
40
dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya
untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.
12. jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka
karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang)
seorang muslim tidak dianggap keluar dari agama Islam (murtad) kecuali apabila
yang bersangkutan menyatakan atau melakukan sesuatu yang menyebabkan dia kufur
serta diyakininya dalam hati adapun pernyataan atau perbuatan yang menyebabkan
kiamat, dan mengingkari wajibnya shalat lima waktu, zakat, puasa, dan haji.
53
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm
66
41
4. Mencaci dan menghina Nabi Muhammad SAW., atau pun para Nabi yang
lainnya.
terkandung di dalamnya.
D. Sanksi Hukum
1. Sanksi Hukum
Dari ayat alqur’an yang dijadikan dasar hukum di atas, dapat diketahui bahwa
sanksi terhadap orang yang murtad adalah dibunuh. Sanksi hukum dimaksud,
disepakati oleh pakar hukum Islam Klasik bagi kaum pria sedangkan sanksi terhadap
perempuan yang murtad ada perbedaan pendapat. Menurut Abu Hanifah sanksinya
adalah dipenjara bukan dibunuh, sedangkan jumhur fuqaha (mayoritas ahli fiqh),
54
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm
65-66
55
Ibid, hlm 65-66
42
menolak pendapat Abu Hanifah dan sepakat bahwa hukuman mati terhadap orang
Konskuensi hukum secara moral terhadap orang murtad sama dengan orang
hubungan suami-istri, pertalian darah, dan pembagian harta warisan. Yang disebutkan
terakhir itu, adalah tidak boleh saling mewarisi antara anak dengan ayah, ibu, suami
Ulama ahli tafsir, hadits, dam fikih bersepakat bahwa perbedaan pendapat
agama pewaris dan ahli waris menjadi penghalang untuk mendapatkan harta
warisan. Hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW yang berbunyi :
– ق ﺑ ُْﻦ إِﺑ َْﺮ ا ِھﯿ َﻢ – َواﻟﻠﱠ ْﻔﻆُ ﻟِﯿَﺤْ ﯿَﻰ ُ َﺣ ﱠﺪ ﺛَﻨَﺎ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ ﺑ ُْﻦ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ َوأَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑ ُْﻦ أَ ِﺑﻲ َﺷ ْﯿﺒَﺔَ َوإِ ْﺳ َﺤﺎ
ﻋ َْﻦ َﻋﻠِ ﱢﻲ ﺑ ِْﻦ،اﻟﺰ ْھ ِﺮيﱢ َﺣ ﱠﺪ ﺛَﻨَﺎ – اﺑ ُْﻦ ُﻋﯿ ْﯿﻨَﺔَ ﻋ َِﻦ ﱡ: وﻗَﺎ َل اﻵ َﺧ َﺮا ِن، أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧَﺎ: ﻗَﺎ َل ﯾَﺤْ ﯿَﻰ
ُ ))ﻻَ ﯾَ ِﺮ: ﺎل
ث َ َﺻ ْﻠ َﻌ َﻢ ﻗ
َ ﻲ أَ ﱠن اﻟﻨﱠ ِﺒ ﱠ، ﻋ َْﻦ أُ َﺳﺎ َﻣﺔَ ﺑ ِْﻦ َز ْﯾ ٍﺪ، َ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ْﺑ ِﻦ ُﻋ ْﺸ َﻤﺎن،ُﺣ َﺴﯿ ٍْﻦ
.((ث ْاﻟ َﻜﺎﻓِ ُﺮ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻢ
ُ َوﻻَ ﯾَ ِﺮ، ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ ْاﻟ َﻜﺎﻓِ َﺮ58
Yahya bin yahya, Abu Bakar bin Abu Syaibah, dan Ishaq bin Ibrahim
menyampaikan kepada kami dengan lafaz milik Yahya – Yahya menggunakan
lafaz akhbarana, sedangkan dua perawi lain menggunakan lafaz haddatsana –
dari Ibnu Uyainah, dari az-Zuhri, dari Ali bin Husain, dari Amr bin Utsman, dari
56
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet ke 2, hlm 77
57
Ibid, hlm 77
58
Muslim bin al-Hajjjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 4; Shahih Muslim 2,
(Jakarta: Almahira, 2012), cet ke 1, hlm 57.
43
Usamah bin zaid bahwa Nabi bersabda, “Seorang Muslim tidak mewarisi orang
kafir dan orang kafir juga tidak mewarisi orang muslim.”
Dalam konteks hukum Islam di Indonesia, keberadaan hadits tersebut telah
dimentahkan oleh KHI, yakni jika dalam kitab-kitab fikih diberi judul mawani al-
irts, sedangkan dalam KHI tidak diatur jika seseorang terhalang hak waris karena
berbeda agama atau murtad dapat ditentukan menurut putusan hakim yang
Hal ini terdapat dalam pasal 173 KHI yang menyatakan bahwa : seseorang
terhalang menjadi ahli waris, apabila dengan putusan hakim yang telah
60
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena.
tidak termasuk kelompok penghalang, maka logika hukumannya sama dengan yang
diatur dalam hukum Adat dan Perdata B.W. Jika perbedaan agama bukan merupakan
59
Habiburrahman, Rekonstruksi HUKUM KEWARISAN ISLAM di Indonesia, Cet.I, (Jakarta:
KEMENTRIAN AGAMA RI, 2011), h.75-78
60
Habiburrahman, Rekonstruksi HUKUM KEWARISAN ISLAM di Indonesia, Cet.I, (Jakarta:
KEMENTRIAN AGAMA RI, 2011), h.75-78
44
kepda adat dan berarti juga menerima teori receptive Snouck Hurgronje dan Van
Vollenhoven. Karena hukum kewarisan menurut hukum adat dan hukum Perdata
Barat B.W. tidak mengenal perbedaan agama. Padahal pandangan yang demikian
merupakan kebalikan dari teori receptive a contrario Sajuti Thalib yang sangat
tanggal 29 September 1999, bahwa seorang beda agama atau murtad masih bisa
mendapatkan warisan melalui wasiat wajibah dan apabila semasa hidupnya pewaris
ialah berupa cucu yang kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dalam hal ini
wasiat adalah pemberian sejumlah harta sebesar yang diterima oleh ayah atau ibunya
jika mereka masih hidup dengan jumlah maksimal 1/3 harta warisan, sedangkan
pelaksanaan tersebut harus di penuhi beberapa persyaratan yaitu, cucu tersebut belum
pernah menerima wasiat atau hibah dan wasiat wajibah ini dilaksanakan sebelum
61
Ibid., hlm.84-85
62
Arsip Pengadilan Agama Jakrta Utara, Putusan Nomor : 84/Pdt.P/2012/PA.JU
45
waris lain. 63
63
Muchit A. Karim, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, cet I,
(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), h.268.
BAB III
Agama Nomor 63 tahun 1963, yang pada waktu itu bernama Kantor Cabang
Pengadilan Agama Jakarta Utara dan berkantor di Jalan Taman Fatahillah, Jakarta
Agama Istimewa Jakarta Raya (sekarang Pengadilan Agama Jakarta Pusat). Pada
waktu itu Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya mempunyai dua cabang, yaitu:
Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara dan Cabang Pengadilan Agama Jakarta
Tengah. 1
semula eksistensi dan kewenangan absolutnya berdasarkan Stbl. 1882 No. 152 dan
Stbl. 1937 No. 116 dan 610, berada di bawah Mahkamah Islam Tinggi Surakarta.
Pengadilan Agama Jakarta Utara berada di bawah Cabang Mahkamah Islam Tinggi
1
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
46
47
1985) dan berubah menjadi Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, yang realisasinya baru
Agama Jakarta Utara, dan ditingkatkan statusnya menjadi pengadilan agama yang
berdiri sendiri dan tidak sebagai cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta
Raya lagi. 3
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 3 dinyatakan bahwa
profesionalisme. Kemudian prinsip akuntabilitas ditegaskan lagi dalam visi, misi dan
program membangun Indonesia yang aman, adil dan sejahtera melalui program
2
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
3
ibid
4
ibid
48
Agama Jakarta Utara merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap tahun, disusun
dengan mengacu pada Surat Edaran Menteri Negara Pendayaguna Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor : PER/ 09/ M.PAN/ 05/ 2007, tentang Pedoman
waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah
5
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
6
ibid
7
ibid
49
dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107 ayat
(2) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo.
Agama.
50
hijriyah. 8
depan yang diinginkan untuk mewujudkan tercapainya tugas pokok dan fungsi
Jakarta Utara”
efisien
8
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
9
ibid
10
ibid
51
Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Surat Keputusan Ketua
Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan KMA Nomor 5
Drs. Sarbiati, SH
Dra. Haulillah, MH
11
Admin, PA Jak-Ut, ”Struktur Organisasi” artikel diakses pada 26 Juni 2014 dari http://
http://www.pa-jakartautara.go.id/yoo/index.php/profil-pengadilan/struktur-organisasi-pengadilan-
agama-jakarta-selatan
52
4. Panitera/Sekretaris : Sufyan, SH
2. Nony Salmy, SH
3. Idris M. Ali, SH
4. Turchmun Ichwannudin, SH
5. Nurlaelah, SH
8. Rifa’i, SH
Jakarta Utara, Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas 146,66
batas-batas: di sebelah utara membentang pantai Laut Jawa dari Barat sampai ke
Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur, di sebelah timur berbatasan dengan
Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kabupaten Tangerang
berkisar 28,97oC pada tahun 2010. Rata-rata curah hujan 191,21mm3 dengan
maksimal curah hujan pada bulan Januari (572,2 mm3) dan kelembaban udara rata-
rata 77,9 persen. Sepanjang tahun 2010 rata-rata kecepatan angin di wilayah Jakarta
12
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
13
Geografi dan Iklim Jakarta Utara, diakses pada tanggal 26 Juni 2014 melalui
http://www.jakartautara.co/2012/11/geografi-dan-iklim-jakarta-utara.html
54
D. Yuridiksi Pengadilan
Kota Jakarta Utara, terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 35 (tiga puluh lima)
14
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Utara
BAB IV
1. Bahwa, pada tanggal 30 Juli 2011 dan telah meninggal dunia karena sakit, nama:
Penduduk WNI dari Kelurahan Pela Mampang Kec. Mampang Prapatan Jakarta
“Almarhum/Pewaris”;
1
Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara
56
57
3. Bahwa ibu Almarhum/Pewaris yang bernama Raden Ayu Sukirah binti Fulan
Soewati binti Partono pada tahun 1950 yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kota Bandung, Jawa Barat dan telah meninggal dunia
lebih dahulu pada tanggal 2 Agustus 1969 karena sakit. Dari pernikahan tersebut
telah dikaruniai 4 empat orang anak bernama Inglesjz Kemalawarto (L), Ingresjz
Kemudian Almarhum menikah lagi dengan Filma Sophia Dotulong pada tanggal
20 Juli 1972, yang tercatat oleh pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, dengan nomor 525/1972, dan
telah meninggal pada tanggal 21 Juni 1996. Dari pernikahan tersebut telah
jejaka;
Sebidang tanah seluas lebih kurang 579 M2, berikut bangunan rumah di
dengan fotokopi Sertipikat Hak Milik No. 223 tanggal 24 Februari 1972.
Agama Jakarta Utara berkenan menetapkan para pemohon sebagai ahli waris
sesuai dengan hukum Islam untuk keperluan balik nama sertipikat dan penjualan
2
Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara
60
seadil-adilnya. 3
ahli waris yang mustahak dari almarhum Kemal Fachrudin Sumartono, yang
tertulis P.1 sampai dengan P.19 serta menghadirkan 2 (dua) orang saksi yang
3
Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara
61
dengan Fima Sarah Dotulong adalah suami isteri yang menikah pada
- Bukti P.5 dan P.6 membuktikan bahwa isteri almarhum Kemal Fachrudin
Agustus 1969;
Trimuljani;
Sumartono yang bernama Irnesjz Gazi telah meninggal dunia pada tanggal
24 September 2001;
- Bukti P.11, P.12, P.13, P.14, dan P.15 membuktikan bahwa Inglesjz
- Bukti P.16, P.17, dan P.18 bahwa Iglesjz Gazi Kemal, Inesjz Sucihati,
Sumartono;
- Bukti P.19 membuktikan bahwa sebidang tanah seluas 597 M2, berikut
Sumartono;
lihat, dengar dan dialami sendiri secara langsung dan saling bersesuaian
dengan keterangan saksi yang lain, dapat diterima sebagai alat bukti;
bukti-bukti yang telah diajukan oleh Pemohon I, maka telah dapat ditemukan
orang anak laki-laki kandung, serta 1 (satu) orang cucu sebagai ahli waris
III);
V);
Hal ini didasarkan kepada bukti P.5, P.6, P.7, P.8, P.9, P.10, P.11, P.12,
P.13, P.14, dan P.15 serta keterangan para saksi yang dihadirkan oleh
Pemohon I;
64
oleh Pemohon I;
- Bahwa Iglesjz Gazi Kemal (Pemohon VI) dan Inesyz Yunizaf Sucihati K
Sumartono. Hal ini didasarkan kepada bukti P.16, P.17, P.18 dan
4. Fakta-fakta tersebut di atas, maka telah terbukti dan dapat ditetapkan bahwa
ahli waris yang mustahak dari almarhum Kemal Fachrudin Sumartono yang
meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 2011 adalah 3 (tiga) orang anak laki-
laki kandung, serta 1 (satu) orang cucu sebagai ahli waris pengganti dari anak
Hal ini sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 174 ayat (2) jo
pasal 185 ayat (1) jo dalil fikih dalam Kitab Taisir al-Ma’sur fi’ilmi al-faraidh,
اِ َذ اﺟْ ﺘَ َﻤﻊ َﺟ ِﻤﯿْﻊ اﻟﺬ ُﻛﻮْ ُر َو ْاﻻُﻧﺎث ﻓَﺎﻟ ِﺬ ْﯾﻦَ ﯾ ُِﺮﺛُﻮنَ ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ ًﺧ ْﻤ َﺴﺔ َوھُ َﻮ اﻷَبُ َواﻷُ ُم
ْ َواﻷﺑﻦ
واﻟﺒِ ْﻨﺖ َواﻟّ َﺰوْ ج اَوْ اﻟ ﱠﺰو َﺟﺔ
warisnya yang non muslim. Hal ini sejalan dengan dalil fikih dalam kitab Al
Tirkah wal Mirats fil Islam, karangan DR. Muhammad Yusuf Musa, halaman
menerima harta dengan jalan wasiat wajibah. Wasiat wajibah adalah wasiat
66
Trimuljani (Pemohon IV), tidak dapat ditetapkan sebagai ahli waris dari
Hukum Islam Pasal 185 ayat (1), ahli waris yang meninggal dunia terlebih
8. Iglesjz Gazi Kemal (Pemohon VI) dan inesyz Yunizaf Sucihati K (Pemohon
VII), tidak dapat ditetapkan sebagai ahli waris dari almarhum Kemal
9. Meskipun Iglesjz gazi Kemal (Pemohon VI) dan Inesyz Yunizaf Sucihati K
(Pemohon VII), tidak dapat ditetapkan sebagai ahli waris dari almarhum
atas, namun Iglesjz Gazi Kemal dan Inesyz Yunizaf Sucihati K masih dapat
hidupnya tidak ada memberikan wasiat, maka Iglesjz Gazi Kemal dan Inesyz
Yunizaf Sucihati K dapat menerima harta degan jalan waasiat wajibah. Hal ini
10. Permohonan para pemohon agar dinyatakan penetapan ini digunakan untuk
84/Pdt.P/2012/PA.JU
Dalam putusan ini banyak faktor yang mempengaruhi majelis hakim dalam
merupakan dasar dasar hukum dalam mengambil putusan seperti aturan hukum
menjunjung rasa keadilan diantaranya yang dilihat dari hati nurani hakim. 5 Selain itu
ada beberapa faktor yang paling menonjol sebagai pertimbangan hakim yakni
wajibah apabila pewaris ketika masih hidup tidak ada memberikan wasiat”.
• Ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 174 ayat (2) jo pasal 185 ayat (1) jo
dalil fikih dalam kitab Tafsir al-Ma’sur fi’ilmi al-Faraidh, halaman 4 yang
(dalam suatu pewarisan), maka yang berhak menerima harta warisan ada
lima orang, yaitu : bapak, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan suami
atau isteri;
• Serta dengan dalil fikih dalam kitab Al Tirkah wal Mirats dil Islam, karangan
DR. Muhammad Yusuf Musa, halaman 169, yang bermakna : “Tidak ada
Dari dalil-dalil fikih maka majelis hakim mempertimbangkan hal tersebut dan
Dalam putusan dijelaskan bahwa pemohon mohon ditetapkan ahli waris yang
mustahak dari almarhum Kemal Fachruddin, yang digunakan keperluan balik nama
6
Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara
69
Juli 2011 dengan meninggalkan ahli waris 4 (orang laki-laki kandung, serta 1 (satu)
orang cucu sebagai ahli waris pengganti dari anak yang bernama Ingresjz
Kemalawarto.
Kemalawarta beragama non muslim, maka meskipun sebagai ahli waris, namun
Sumartono.
dapat menerima harta warisan dari almarhum Kemal Fachrudin Sumartono dengan
jalan wasiat. Apabila alamarhum ketika masih hidupnya tidak ada memberikan
wasiat, maka Ignesjz Kemalawarta dapat menerima harta dengan jalan wasiat
pertimbangan hakim dalam memutus masalah waris khususnya anak murtad Terjadi
1998 disebutkan jadi sebagai kompensasi yang sebenarnya Islam itu tidak membeda-
bedakan tetapi, kemudian dari agamanya tidak membatasi dia untuk mendapatkan hak
waris murni sehingga oleh Mahkamah Agung di beri porsi berupa wasiat wajibah dan
pembagianya itu disamakan dengan ahli waris yang lain dalam arti sama dengan porsi
wasiat wajibah yang lainnnya dan tidak membedakan porsi dalam kelamin contoh
perempuan dan laki-laki. 7 Oleh sebab itu maka putusan Mahkamah Agung jangan
disalah artikan terlebih mendapat waris. Karena seorang berhak mendapat waris
apabila adanya perkawinan dan hubungan nasab jadi hubungan keperdataan bukan
Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa apa yang telah di putus majelis
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Selain itu dalam
Agung atau disebut dengan yurisprudensi dan yang harus dipentingkan yakni rasa
keadilan.
E. Analisis Penulis
Kasus ini adalah permohonan penetapan ahli harta waris atas peninggalan
7
Hasil wawancara dengan hakim, ibu Sarbiati pada tanggal 17 Juni 2014 pada jam 14.25 –
14.33 WIB
71
dunia pada tanggal 30 Juli 2012. Perlu diketahui pewaris selain meninggalkan ahli
waris juga meninggalkan harta yang berupa sebidang tanah dan bangunan diatasnya
dengan luas tanah 597 M2, sesuai Sertifikat Hak Milik No. 223 tanggal 24 Februari
Harjoharsojo (almarhum) yang belum dibuatkan aktanya kepada ahli waris. Para
kewarisan Islam.
hidupnya menikah 1 (satu) kali yaitu dengan Soewarti binti Partono dan dikaruniai
empat (4) anak yaitu Inglesjz Kemalawarto (L), Ingresjz Kemalawarto (L) telah
meninggal dunia dalam usia 48 tahun, dengan meninggalkan seorang isteri yang
dengan Filma Sophia Dotulong pada tanggal 20 Juli 1972, yang tercatat oleh pegawai
Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta
selatan, dengan nomor 525/1972, dan telah meninggal pada tanggal 21 Juni 1996.
Dari pernikahan tersebut tidak dikaruniai anak, namun ada mengadopsi 3 (tiga) orang
72
anak yaitu Iglesjz Gazi Kemal (L), Irnesjz Gaji Kemal (L), telah meninggal dunia
dalam usia 28 tahun, pada tanggal 24 September 2001 dalam keadaan masih jejaka,
Kemalawarta dan anak angkat almarhum Kemal Fachrudin Sumartono yang bernama
Iglesjz Gazi Kemal beragama Kristen. Maka satu anak kandung dan satu anak angkat
yang bernama Ignesjz Kemlawarta dan Iglesjz Gazi Kemal tidak mempunyai
mempusakai orang kafir dan kafir tidak mempusakai orang muslim (HR. Muttafaq
yang diperlukan dalam persidangan yaitu foto copy KTP para ahli waris, foto copy
surat kematian atas nama pewaris, foto copy surat keterangan kematian surat istri
pewaris, foto copy bukti kepemilikan harta atas nama pewaris, para
8
Habiburrahman, Rekonstruksi HUKUM KEWARISAN ISLAM di Indonesia, Cet.I, (Jakarta:
KEMENTRIAN AGAMA RI, 2011), h.191.
9
Pasal 122 HIR
73
persidangan.
waris yang didalamnya ada ahli waris yang non muslim mendapatkan bagiannya
seperti ahli waris muslim, berdasarkan penetapan No. 84/ Pdtp.P/ 2012/ PA-JU di
Pengadilan Agama Jakarta Utara, penulis akan memaparkan hasil pandangan penulis
Pada dasarnya putusan dituntut untuk menciptakan suatu keadilan, dan untuk
itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap peristiwa dan fakta-fakta.
Hal ini dapat dilakukan lewat pembuktian, mengklarifikasi antara yang penting dan
tidak, dan menanyakan kembali pada pihak lawan mengenai keterangan saksi dan
fakta-fakta yang ada. Maka dalam putusan hakim, yang perlu diperhatikan adalah
perkara waris ini, dengan penetapan pembagian harta waris anak murtad bahwa anak
murtad mendapat hak waris melalui wasiat wajibah dalam pandangan ini ada yang
mengatakan boleh bahwa anak murtad mendapatkan waris melalui wasiat wajibah
dan ada yang mengatakan tidak tetapi dalam putusan tersebut menjelaskan
membolehkan orang non muslim mendapatkan waris melalui wasiat wajibah dengan
10
R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata, cet. IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 79
74
isinya menetapkan anak yang murtad itu sebagai ahli waris di sebutkan juga kadar
wasiat wajibah itu tidak boleh melebihi 1/3 sehingga di putusan ini anak murtad
anak murtad terjadi diskriminasi merupakan konsekuensi bahwa anak tersebut murtad
tanggal 16 Juli 1998 disebutkan jadi sebagai kompensasi yang sebenarnya Islam itu
tidak membeda-bedakan tetapi, kemudian dari agamanya tidak membatasi dia untuk
mendapatkan hak waris murni sehingga oleh Mahkamah Agung di beri porsi berupa
wasiat wajibah dan pembagianya itu disamakan dengan ahli waris yang lain dalam
arti sama dengan porsi wasiat wajibah yang lainnnya dan tidak membedakan porsi
Hakim bukan sebagai corong undang-undang bahwa apa yang tertuang dalam
undang-undang itu dikuti karena secara yuridis bahwa itu tidak dicantumkan dalam
pasal dan anak murtad itu mendapat wasiat wajibah. Hanya hakim melihat dari
beberapa segi nilai dalam memutus, nilai sosiologis, nilai keadilannya, nilai
manfaatnya, nilai keselerasannya. Sehingga oleh hakim di kaji nilai-nilai itu dalam
filosofisnya kemudian bahwa anak itu merupakan darah dagingnya dari orang tua
yang sama, apabila tidak diberikan atau ditetapkan itu bagaimana secara undang-
undang menyatakan secara jelas anak murtad tidak dapat hak waris akhirnya dengan
75
bahwa anak murtad mendapatkan hak waris sama dengan saudaranya yang muslim
sehingga dimungkinkan untuk memberikan hak waris anak murtad melalui wasiat
wajibah. 11 Yang diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat yang tidak memperoleh
bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu halangan syara. 12
Jadi berdasarkan apa yang diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa pembagian
waris dan siapapun yang berhak menerima hak waris terdapat perbedaan pendapat
antara putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara dengan ketentuan hukum kewarisan
islam menyebutkan bahwa dalam hadist Rasulullah saw bersabda: “orang muslim
tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim” (HR.
Bukhari dan Muslim) dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang sebelumnya sudah
diuraikan oleh penulis dalam pasal 171 huruf (c) yang menyatakan bahwa ahli waris
adalah orang yan pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam dan tidak terhalang karena
hukum untuk menjadi ahli waris. Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada
ahli waris berbeda agama dengan pewaris adalah dengan pemberian hibah, wasiat
oleh pewaris, atau dengan wasiat wajiibah melalui penetapan Pengadilan, seperti
11
Wawancara Pribadi dengan Sarbiati. Jakarta, 17 Juni 2014
12
Muchit A. Karim, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, cet I,
(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), h.268.
76
yang menentukan bahwa anak kandung yang tidak beragama Islam mendapat wasiat
wajibah. 13
kepada ahli waris anak murtad, dalam reinterpretasi patut dihargai sebagai suatu hasil
bidang social, budaya, hukum maupun agama. Agar hukum Islam tidak kehilangan
jati dirinya dan selalu eksistensinya dapat dirasakam oleh masyarakat Indonesia.
13
Cyntia Limantra, “Perlindungan Hukum Bagi Ahli Waris Beda Agama di Tinjau Dari
Hukum Islam” artikel
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
84/Pdt.P/2012/PA.JU berdasarkan.
c. Melihat hal tersebut sangat tidak adil apabila seseorang anak yang
77
78
dan merupakan dasar hukum dalam mengambil putusan ialah aturan hukum
terpenting menjunjung rasa keadilan diantaranya yang dilihat dari hati nurani
hakim.
3. Hak waris setelah keluarnya putusan Pengadilan Agama Jakarta Utara Nomor
waris, karena murtad maka terhalang untuk mendapatkan harta waris. Namun
memberikan wasiat, maka hak waris anak murtad masih mendapatkan harta
B. Saran
1. Bagi para orang tua, harusnya memberikan pendidikan agama Islam yang
lebih sejak dini, demi mencegah penyimpangan anak yang keluar dari agama
Islam yaitu dengan cara mengikuti pendidikan sekolah yang berbasis agama
2. Peran ulama dan ustadz sangatlah penting dalam hal ini, melalui pengajian
dan khutbah rutin yang diadakan di masjid demi terciptanya insan yang
mempunyai iman dan akhlak yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
3. Bagi majelis hakim agar dapat lebih teliti dan bijaksana dalam menangani
perkara sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Dan juga
4. Bagi pemerintah, diharapkan mampu membuat aturan yang lebih jelas lagi
Abu Zuhrah, Muhammad. 2011. Hukum Waris Menurut Imam Jafar Shadiq. Jakarta:
Lentera
Al-Faruq, Assadulloh. 2014. Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor:
Ghalia Indonesia
Arief, Saifuddin. 2007. Hukum Waris Islam. Jakarta: Darunnajah Production House
Hasan, M. Ali. 1996. Hukum Warisan Dalam Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, Jakarta Selatan:
Senayan Abadi Publishing
Lubis, Suhrawadi K. dan Komisi Simanjuntak. 1995. Hukum Waris Islam (lengkap
dan Praktis). Jakarta: Sinar Grafika
Muhubbin, Moh dan Abdul Wahid. 2011. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Sinar
Grafika
Muhubbin, Moh dan Abdul Wahid. 2011. Hukum Kewarisan Islam Sebagai
Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
80
81
Nasution, Amin Husein. 2012. Hukum Kewarisan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Parman, Ali. 1995. Kewarisan dalam Al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Pitlo. A dan J.E Kasdrop. 1994. Hukum Waris Menurut Kitab Undang-undang
Hukum Perdata Belanda. Jakarta: Intermasa
Suma, Muhammad Amin. 2013. Keadilan Hukum Waris Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Suma, Muhammad Amin. 2011. Pidana Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Firdaus
Tono, Sidik. 2012. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan.
Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia
Tim Redaksi Fokusmedia. 2007. Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Tim Redaksi
Fokusmedia
http://mariotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-
kewarisan.html. di unduh pada tanggal 9 Maret 2014
Hasil wawancara dengan salah satu hakim Pengadilan Agama Jakarta Utara,
Ibu Sarbiati Pada tanggal 17 Juni 2014 pada jam 14.25-14.33 WIB
Berikut beberapa pertanyaan yang diajukan kepada beliau serta jawaban dan
tanggapan dari beliau, diantara sebagai berikut:
Pada umumnya anak murtad tidak mendapatkan hak waris, karena yang saling
mewarisi itu adalah sesama muslim itu yang menjadi pandangan dasarnya,
jadi intinya bahwa anak murtad itu tidak mendapatkan waris dan yang saling
murtad?
hak waris melalui wasiat wajibah dalam pandangan ini ada yang mengatakan
boleh bahwa anak murtad mendapatkan waris melalui wasiat wajibah dan ada
September 1999 yang isinya menetapkan anak yang murtad itu sebagai ahli
waris di sebutkan juga kadar wasiat wajibah itu tidak boleh melebihi 1/3
103
sehingga di putusan ini anak murtad ditetapkan sebagai ahli waris dengan
agamanya tidak membatasi dia untuk mendapatkan hak waris murni sehingga
oleh Mahkamah Agung di beri porsi berupa wasiat wajibah dan pembagianya
itu disamakan dengan ahli waris yang lain dalam arti sama dengan porsi
wasiat wajibah yang lainnnya dan tidak membedakan porsi dalam kelamin
Hakim bukan sebagai corong undang-undang bahwa apa yang tertuang dalam
undang-undang itu dikuti karena secara yuridis bahwa itu tidak dicantumkan
dalam pasal dan anak murtad itu mendapat wasiat wajibah. Hanya hakim
melihat dari beberapa segi nilai dalam memutus, nilai sosiologis, nilai
kaji nilai-nilai itu dalam rangka mempersamakan hak anak itu sehingga kita
darah dagingnya dari orang tua yang sama, apabila tidak diberikan atau
104
murtad tidak dapat hak waris akhirnya dengan kajian-kajian dan nilai-nilai
bahwa anak murtad mendapatkan hak waris sama dengan saudaranya yang
dengan waris?
Karena seperti tadi hakim dalam memutus suatu perkara tidak secara normatif
tapi dilihat dari berbagai aspek dan nilai-nilai terkandung didalamnya dengan
perkara tidak melihat nilai sosial dan aspek-aspek dalam kehidupan anak
no 4 tahun 194 tentang perkawinan dan lain-lain. Kalau dari semua undang-
undang hakim tidak menemukan hak waris dari anak murtad dan tidak
mendapatkan separuh dari hak waris laki-laki tetapi dalam kasus lain tidak
dari berbagai aspek. Sering kali mendapatkan kasus yang sama tetapi
outputnya beda maka para hakim harus mengkaji dan setiap kajian dari hakim
satu dengan yang lain berbeda tetapi yang penting ada acuannya walaupun
hukum adat yang sebagai acuannya. Terkadang hukum adat bisa mengalahkan
hukum formil, sehingga hakim harus melihat keadilan dari berbagai sisi.