Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fawwaz Firjatullah Hidayat

Kelas : C/Reguler
Npm : 17.4301.103
Matkul : Hukum Perbankan
Dosen : H. Asep Rozali. S.H.,M.H.

1. Arsitektur Perbankan Indonesia, pengaturan Tentang Perlindungan Nasabah:


a. Bentuk perlindungan hukum nasabah bank menurut para pakar:
- perlindungan hukum nasabah (MARULAK PARDEDE)
 Perlindungan secara implisit (Perlindungan yang menghasilakn memlalui
pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, dalam kerangka menghindari
kegagalan bank)
 BMPK
 KAP
 PPAP
 CAR
 GWM
 Perlindungan secara Ekplisit (Lembaga dapat menjamin nasabah Bank atas
kegagalan suatu bank):
 LPS
- perlindungan hukum nasabah (HERMANSYAH)
 Perlindungan Secara tidak langsung:
 Prinsip kehati hatian
 BMPK
 Kewajiban mengumumkan neraca dan perhintungan laba rugi
 Merger
 Perlindungan secara langsung:
 Hak preferen nasabah
 Hak menerima informasi
 Lembaga penjaminan simpanan
b. Ketentuan umum
- PBI berlakukan untuk bank umum dan BPR yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
- Bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan nasabah bank dan menetapkan kebijakan
dan prosedur penerimaan, penanganan, dan pemantauan penyelesaian pengaduan.
c. Tahapan tahapan perlindungan nasabah bank:
 Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah;
- Menetapkan persyaratan minimum mekanisme pengaduan nasabah
- Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan yang mengatur mekanisme
pengaduan nasabah
 Membentuk lembaga mediasi independen;
- Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan
 Menyusun transparansi informasi produk;
- Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi informasi produk bank
- Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan yang mengatur transparansi
informasi produk
 Mempromosikan edukasi untuk nasabah
- Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada nasabah mengenai produk-
produk finansial
- Meningkatkan efektifitas kegiatan edukasi masyarakat mengenai perbankan syariah
melalui Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES)

d. Undang-undang Perlindungan Konsumen dengan Perlindungan Nasabah Bank;


- PBI 7/6/2005 TENTANG TRANSPARANSI PRODUK
- PBI 7/7/2005 TENTANG PENGADUAN NASABAH
- PBI 8/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN

2. FRAUD lembaga Perbankan


 Modus Operandi
 Bidang Kredit
- Mark up nilai proyek yang dibiayai
- Mark up nilai jaminan
- Jaminan palsu / bermasalah
- Document yang dipersaratkan palsu (perizinan, kontrak, SPK)
- Analisa kredit tidak akurat
- Analisa yang berorientasi untuk meloloskan pemberian kredit
- Pemberian kredit melanggar ketentuan / prosedur perkreditan (internal, BI,OJK)
- Kerjasama oknum petugas Kredit dengan debitur
- Penggunaan kredit tidak sesuai dengan peruntukan
- Putusan kredit bersifat Top Down
- Memberikan kemudahan terhadap prosedur dan syarat kredit
- Kredit fiktif, topengan, tempelan
 Bidang Simpanan
- Penyalahgunaan Password
- Pelayanan yang berlebihan
- Melakukan error corection dengan tujuan untuk menarik tunai / memindahkan dana
untuk kepentingan pribadi
- Penyimpangan prosedur operational
- Memanfaatkan kelemahan pada saat perubahan sistem operational
- Pencurian uang di berangkas (kluis) dan ATM
 Bidang Logistik
- Pemecahan pengadaan dengan tujuan agar dapat dilakukan penunjukan langsung /
tampa izin atasan yang berwenang
- Pengadaan tanpa tender terbuka
- Mark up harga pengadaan
- Harga perkiraan sendiri (HPS) tanpa patokan jelas
- Memenangkan vendor tertentu
- Membuat document tander yang mengarah kepada Vendor / Merk tertentu
- Kualitas barang/ jasa tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
- Mengabaikan prosedur pengadaan dengan alasan waktu yang mendesak
- Pelaksanaan lelang kepada Vendor yang sama tanpa mempertimbangkan calon
vendor yang baru
 ASPEK HUKUM DIBIDANG TINDAK PIDANA KORUPSI
 Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun
2001 :
1. Setiap orang
2. Yang secara melawan hukum
3. Melakukan perbuatan
4. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
5. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
 Pasal 3;
- Setiap orang
- Yang dengan tujuan
- Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
- Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau ada karena sarana yang
jabatan atau kedudukan ada padanya
- Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
 Aspek Hukum Perdata;
- Faktor Intern Bank Kreaditur
- Faktor Ketidaklayakan Debitur
- Faktor Ekstren
 Aspek Hukum Adminitrasi Negara;
- Kejahatan ekonomi MRPK White Collar Crime yaitu kejahatan yang
dilakukan oleh orang yang dihormati dan mempunyai status sosial tinggi
dalam pekerjaan.
- Tanpa kekerasan, licik, pemalsuan, penipuan, dan kecurangan.

3. Perbankan Bank Syariah Indonesia


- Latar Belakang;
Bank Syariah merupakan lembaga keungan layaknya Bank Konvensional tetapi
menggunakan prinsip syariah yaitu keadilan, keseimbangan dan kemaslahatan. Kegiatan
utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat umum dalam bentuk pinjaman atau kredit. Dalam
dunia perbankan, selain bank umum atau bank konvensional, terdapat juga bank syariah
yang banyak berkembang di indonesia. Dalam bank konvensionalpenentuan harga
selalu didasarkan dengan bunga, sedangkan bank syariah didasarkan pada konsep Islam
yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil baik untung maupun rugi. Tujuan utama Bank
Syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspekkehidupan
ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah
ini bersumber dari adanya riba yang secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Diantara ayat-ayat tentang dilarangnya riba, salah satunya terdapat pada surat Al-Baqarah
ayat 275 yang menjelaskan bahwa seseorang yang memakan riba diancam dengan neraka
sebagai hukumannya. Perbankan syariah sebagai bagian dari perbankan nasional telah
menjadi motor penggerak perekonomian nasional.Berkembanya bank syariah di indonesia
dimulai pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia (BMI) adalah bank syaiah pertama yang berdiri pada tahun 1991 dan mulai
beroperasi pada tahun 1992. Perbankan syariah adalah salah satu bank yang mampu bertahan
pada masa krisis moneter yang pernah di alami oleh Indonesia pada tahun 1998 telah
menginspirasi tumbuh pesatnya perbankan syariah. Perbankan syariah mengalami
perkembangan yang pesat setelah lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang
perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU ini
terdapat perubahan yang memberikan peluang yang besar dan landasan hukum yang lebih
kuat bagi pengembangan perbankan syariah serta memberikan kesempatan yang luas
untuk mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui izin pembukaan
Kantor cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional.2Undang-undang No. 10 tahun 1998
disempurnakan kembali dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008. Dengan diberlakukannya
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 maka pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebihcepat lagi.
- Pengaturan Bank Syariah

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menegaskan bahwa


kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang
tidak mengandung unsur:

a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan
(fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan Nasabah
Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi’ah);
b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan;
c. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
lain dalam syariah;
d. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
e. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

UU 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah juga menindaklanjuti implementasi fatwa


yang dikeluarkan MUI ke dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank
Indonesia dibentuk komite perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas
perwakilan dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat yang
komposisinya berimbang.

- Asas-asas
 Asas kepercayaan
 Asas kehati hatian
 Administrasi kredit
 Unsur keagamaan

- Akad Produk
 Akta notaris dan di bawah tangan;
 Akad wadiah/simpanan;
 Akad syirkah/bagi hasil;
 Akad tijarah/jual beli;
 Akad ijarah/sewa;
 Akad ajr wal umullah/jasa keuangan.

- Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui mekanisme penyelesaian
sengketa alternatif di luar pengadilan seperti musyawarah, mediasi, dan arbitrase syariah
merupakan langkah yang tepat dan layak untuk diapresasi. Akan tetapi, masalah muncul
ketika Pengadilan Negeri juga diberikan kewenangan yang sama dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah. Semenjak tahun 2006, dengan
diamendemennya UU No. 7 Tahun 1989 dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama, kewenangan Peradilan Agama diperluas. Di samping berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang perkawaninan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan
shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah [Pasal 49 ayat [1] UU No. 3 Tahun
2006]. Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah
‘perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain
meliputi: (a) bank syariah; (b) lembaga keuangan mikro syari’ah; (c) asuransi syariah; (d)
reasuransi syariah; (e) reksa dana syariah; (f) obligasi syariah dan surat berharga
berjangka menengah syariah; (g) sekuritas syariah; (h) pembiayaan syariah; (i) pegadaian
syariah; (j) dana pensiunan lembaga keuangan syariah; dan (k) bisnis syariah.”

4. Lembaga lembaga Perbankan;


- Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat
(funding) dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit (lending), bank umum juga berfungsi sebagai agent of trust, agent of equity,
dan agent of development.
Bank umum menurut para ahli perbankan di negara-negara maju adalah sebagai institusi
keuangan yang berorientasi pada laba. Untuk mencapai tujuannya tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karna bank umum diizinkan mengumpulkan dana
berbentuk deposito, bank umum juga disebut sebagai lembaga keuangan depositori. Bank
umum juga disebut sebagai bank umum pencipta uang (giral) karena berdasarkan
kemampuannya menciptakan uang (giral).

- Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang mendapat persetujuan atau ditunjuk oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia) untuk dapat melakukan kegiatan usaha bidang perbankan dalam valuta asing.
Bank devisa memiliki kelebihan yaitu bisa menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan
dengan mata uang asing tersebut. Contohnya: transfer uang ke luar negeri, transaksi ekspor
dan impor, jual beli valuta asing dan lainnnya.

Anda mungkin juga menyukai