Kelas : C/Reguler
Npm : 17.4301.103
Matkul : Hukum Perbankan
Dosen : H. Asep Rozali. S.H.,M.H.
a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan
(fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan Nasabah
Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi’ah);
b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan;
c. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
lain dalam syariah;
d. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
e. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
- Asas-asas
Asas kepercayaan
Asas kehati hatian
Administrasi kredit
Unsur keagamaan
- Akad Produk
Akta notaris dan di bawah tangan;
Akad wadiah/simpanan;
Akad syirkah/bagi hasil;
Akad tijarah/jual beli;
Akad ijarah/sewa;
Akad ajr wal umullah/jasa keuangan.
- Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui mekanisme penyelesaian
sengketa alternatif di luar pengadilan seperti musyawarah, mediasi, dan arbitrase syariah
merupakan langkah yang tepat dan layak untuk diapresasi. Akan tetapi, masalah muncul
ketika Pengadilan Negeri juga diberikan kewenangan yang sama dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah. Semenjak tahun 2006, dengan
diamendemennya UU No. 7 Tahun 1989 dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama, kewenangan Peradilan Agama diperluas. Di samping berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang perkawaninan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan
shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah [Pasal 49 ayat [1] UU No. 3 Tahun
2006]. Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah
‘perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain
meliputi: (a) bank syariah; (b) lembaga keuangan mikro syari’ah; (c) asuransi syariah; (d)
reasuransi syariah; (e) reksa dana syariah; (f) obligasi syariah dan surat berharga
berjangka menengah syariah; (g) sekuritas syariah; (h) pembiayaan syariah; (i) pegadaian
syariah; (j) dana pensiunan lembaga keuangan syariah; dan (k) bisnis syariah.”
- Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang mendapat persetujuan atau ditunjuk oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia) untuk dapat melakukan kegiatan usaha bidang perbankan dalam valuta asing.
Bank devisa memiliki kelebihan yaitu bisa menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan
dengan mata uang asing tersebut. Contohnya: transfer uang ke luar negeri, transaksi ekspor
dan impor, jual beli valuta asing dan lainnnya.