Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Mengenai Sidang Perceraian Di Pengadilan Agama

Ditujukan untuk memenuhi tugas Hukum Islam Lanjut

Dosen : Drs. Sofyan Mei Utama, M. Si.

Disusun Oleh:

Fadillah Rahmadhianto (4301.17.091)

Fawwaz Firjatullah. H (4301.17.193)

Ahmad Haryo(4301.17.122)

Doli Prima (4310.17.143)

Rangga Sadih L (4301.17.117)

Rama Ramadhan (4301.17.151)

Indra Saepul. L (4301.17.162)

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG


DAFTAR ISI

 
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB 2 . PEMBAHASAN

A. Pengertian Perceraian
B. Dalil-dalil Tentang perceraian
C. Hukum Perceraian atau Talak
D. Jenis-Jenis Perceraian
E. Jenis-jenis Talak
F. Iddah
G. Rukun Perceraian atau Talak
H. Faktor Faktor Perceraian
I. Kiat Kiat Menghindara Perceraian
J. Lampiran Putusan Pengadilan Agama

BAB 3 . PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

 
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kompilasi Hukum Islam merumuskan bahwa tujuan perkawinan
(pernikahan) adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah, yaitu rumah tangga yang tenteram, penuh kasih sayang,
serta bahagia lahir dan batin. Rumusan ini sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
(Q.s.Ar-ruum :21)
Tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat
biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi
lebih luas, meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun
batiniah. Sejalan dengan tujuannya, perkawinan memiliki sejumlah hikmah atau
keuntungan bagi orang yang melakukannya.

B.     Rumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya aspek-aspek ihwal perceraian, maka di makalah ini
kami membatasi pembahasan sebagai berikut :
1.      Bagaimana tinjauan konseptual mengenai perceraian?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan maraknya perceraian?
3.     Apa kiat untuk menghindari (mencegah) perceraian?
4. Bagaimana hasil kunjungan ke Pengadilan Agama

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memahami tinjauan konseptual mengenai perceraian
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya perceraian.
3.      Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari (mencegah) perceraian

4. Untuk mengetahui hasil putusan perceraian di Pengadilan Agama

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perceraiaan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, perceraian diartikan sebagai:
1.      Pisah
2.      Putusnya hubungan suami istri
3.      Talak
   Secara harfiah, pengertian perceraian (talak) adalah pemutusan terhadap
ikatan pernikahan secara agama dan hukum. Sedangkan secara istilah syara’
adalah melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz
yang menunjukkan talak atau perceraian. Dalam syariah cerai atau talak adalah
melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan antara suami
dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya. Dalam islam, perceraian
merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh islam tetapi dibolehkan dengan alasan
den sebab-sebab tertentu, perceraian boleh dilakukan dengan cara talak, fasakh
dan khuluk atau tebus talak.
B.     Dalil-dalil Tentang Perceraiaan
      Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di
antara sesama muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rosulullah S.A.W.
yang akanlah kita mendapat pahala jika melakukannya. Namun ketika pernikahan
tersebut membuat seseorang atau masing-masing pasangan yang menikah merasa
tersiksa secara lahir dan bathin akibat sebuah ikatan bersama, maka dihalalkan
bagi mereka untuk melakukan perpisahan rumah tangga.

Dalil tentang perceraian diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Allah telah berfirman yang artinya : "Talak (yang dapat dirujuk kembali itu) dua
kali. Sesudah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan
dengan cara yang baik." (Al Baqarah: 229)

Artinya :
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika
kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-
hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
itulah orang-orang yang zalim ( Q.s.al-baqarah : 229)
2. Firman Allah SWT di surah At-Talak ayat 2 yang artinya : 
"Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan
cara yang baik pula" 
3.  Rasulullah SAW pernah bersabda: “Talak (perceraian) adalah suatu yang halal
yang paling dibenci Allah.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
4. Juga Hadits Rasulullah SAW : “Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah
kesungguhan (serius) dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius),
yaitu perceraian, nikah dan rujuk.” (HR. Abu Hanifah).
Adapun landasan hukum positif (Negara) mengenai perceraian diatur dalam
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-undang
Perkawinan ini tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus.
Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara kelas menyatakan
bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah
ditentukan. Definisi perceraian di Pengadilan Agama itu, dilihat dari putusnya
perkawinan.
Putusnya perkawinan di UUP dijelaskan, yaitu:
1.      Karena kematian
2.      Karena perceraian
3.      Karena putusan pengadilan.

C.    Hukum Perceraian atau talak


Hukum talak atau perceraian itu beragam yaitu bisa wajib, sunnah,
makruh, haram, mubah. Dengan rincian sebagai berikut:
1.      Perceraiannhukumnyanwajib 
Apabila suami isteri tidak dapat didamaikan lagi, dua orang wakil daripada pihak
suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumah tangga
mereka. Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik,
Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.
2.      Perceraian hukumnya haram, apabila :
a.       Suami menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas.
b.      Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.
c.       Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada
menuntut harta pusakanya.
d.      Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi
disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih.
3.      Perceraian hukumnya sunah, apabila :
a.       Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b.      Isterinya tidak menjaga martabat dirinya
4.      Perceraian hukumnya makhruh, apabila suami menjatuhkan talak kepada istrinya
yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama.
5.      Perceraian hukumnya mubah, apabila suami lemah keinginan nafsunya atau
istrinya belum datang haid atau telah putus haidnya.

D.    Jenis-jenis Perceraiaan
Dalam islam terdapat beberapa jenis perceraian yaitu seperti berikut :   
1. Talak
Talak merupakan kalimat bahasa arab yang bermaksud "menceraikan" atau
"melepaskan". Berdasarkan istilah syara' ialah : Melepaskan ikatan pernikahan
atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang menunjukkan talak atau
perceraian. Jika suami melafadzkan kalimat ini ke atas istrinya, maka dengan
sendirinya mereka berdua telah terpisah dan istrinya dan berada dalam keadaan
ibadah.
Dan Jika semasa isteri di dalam Iddah dan kedua pasangan ingin berdamai,
mereka boleh rujuk semula tanpa melalui proses pernikahan. Sebagaimana firman
Allah swt di surah At-Talak ayat 2 yang bermaksud : "Maka rujukilah mereka
dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik pula"
2.      Cerai Ta'lik
Ta'lik artinya mensyaratkan atau menggantungkan sesuatu kepada sesuatu yang
lain. Cerai ta'lik ini berlaku dalam beberapa hal : 
a.       Ta'lik yang diucapkan suami di hadapan Kadi dan saksi setelah ijab kabul
sebagaimana yang termaktub di dalam akta pernikahan. Perceraian seperti ini
hanya boleh ditetapkan oleh Hakim di dalam perbicaraan. Perkara ini berlaku jika
isteri ingin menuntut perceraian di hadapan Hakim, sementara suami tidak mahu
menceraikan isterinya dan belum melafazkan talak kepadanya. Isteri dikehendaki
menbuktikan bahwa suaminya telah melanggar perjanjian (Ta'lik) yang telah
dibuat sewaktu bernikah dahulu. Jika Hakim dapati suami telah melanggar ta'lik
dengan bukti-bukti yang jelas, yang dikemukakan oleh isteri di dalam perbicaraan,
maka Hakim berhak memisahkan kedua pasangan dan menghukumkan jatuh talak
ke atas isteri. 
b.      Ta'lik yang diucapkan oleh suami kepada isterinya sebagai contoh : "Jika kamu
keluar rumah ini, maka jatuhlah talak satu kepadamu!" Jika isteri tetap keluar dari
rumah tersebut setelah memahami ucapan yang dibuat oleh suaminya, maka
jatuhlah talak ke atasnya. Tetapi jika ada lafaz tambahan umpama kalimat "hari
ini" di dalam lafaz yang diucapkan oleh suami, maka jika isteri keluar dari rumah
pada esok hari, lusa atau sebagainya maka tidaklah jatuh talak ke atasnya.
3.   Fasakh
Fasakh berarti memutuskan pernikahan, perkara ini hanya boleh diputuskan
apabila pihak isteri membuat pengaduan kepada Pengadilan dan Hakim
menetapkan setelah persidangan. Fasakh bisa berlaku dengan beberapa sebab,
diantaranya : 
a.       Suami telah menngabaikan pemberian nafkah atau tidak memberi nafkah
untuknya selama tiga bulan. 
b.      Suami telah dihukum penjara selama tiga tahun atau lebih dan hukuman itu telah
menjadi ketetapan.
c.       Suami tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang suami
terhadap isterinya selama satu tahun dengan tanpa sebab yang jelas (syar’i).
d.      Suami lemah syahwat (impoten) pada masa pernikahan dan terus-menerus begitu.
e.       Suami gila atau menghidap penyakit parah (akut) dalam butuh waktu yang
panjang untuk menyembuhkannya atau tidak ada harapan sembuh dan jika
diteruskan perhubungan suami-isteri akan mengganggu kesehatan isteri.
f.       Suami berlaku kejam terhadap isteri.

4. Khulu’
Khulu' berarti tanggal. Menurut pengertian syara' Khulu' adalah : 
Perceraian yang diminta oleh isteri kepada suaminya dengan memberi uang atau
sebagainya sebagai dispensasi perceraian. Di kalangan masyarakat Melayu,
Khulu' juga membawa maksud "tebus talak". Perkara ini berlaku disebabkan
beberapa hal yang tidak disenangi oleh isteri tersebut terhadap suaminya. 

E.     Jenis-jenis Talak
Terdapat beberapa jenis talak di dalam perceraian, jenis-jenis talak ini bisa
dikategorikan seperti berikut : 
1.      Talak Raj'ie 
Talak Raj'ie membawa maksud talak yang boleh dirujuk kembali semasa
isteri di dalam Iddah dengan lafaz-lafaz tertentu, dan pasangan tidak dikehendaki
melalui majlis ijab dan kabul. Talak yang dilafazkan oleh suami hanya disebut
Raj'ie jika ia merupakan talak yang pertama atau talak yang kedua. 
2.     Talak Battah 
Talak Battah adalah talak yang dilafazkan oleh suami kepada isterinya
untuk selama-lamanya, umpamanya perkataan suami kepada isterinya : “aku
ceraikan kau buat selama-lamanya”. Menurut pandangan Imam Syafi’e, talak
seperti ini hanya jatauh menurut niatnya, jika suami berniat satu, maka talak
hanya disabitkan satu, tetapi jika dia berniat tiga maka talak dikra jatuh tiga.
3.     Talak Bain 
Talak bain dibagi menjadi 2 yaitu:
a.     Talak Bain Kubra adalah talak yang telah berlaku kepada pasangan tersebut
sebanyak tiga kali, yaitu suami telah menceraikan isterinya sebanyak tiga kali.
Pasangan ini tidak boleh rujuk atau menikah semula untuk selama-lamanya,
melainkan isteri tersebut menikahi lelaki lain dan mereka hidup sebagai suami
isteri yang sah. Jika ditakdirkan isteri ini berpisah dengan suaminya yang kedua,
atau suami keduanya meninggal dunia, maka barulah suami pertamanya berhak
menikahi bekas isterinya ini.
b.    Talak Bain Sughra adalah talak yang telah diucapkan oleh suami kurang dari tiga
kali, tetapi pasangan tidak boleh "Rujuk" kembali melainkan dengan pernikahan
yang baru, walaupun isterinya di dalam Iddah.
4.     Menjatuhkan talak tiga sekaligus
Di zaman Nabi saw dan Abu Bakar ra, talak yang dijatuhkan tiga dalam satu
waktu dihukum hanya jatuh sekali saja. Tetapi semasa Sayyidina Umar Ibnu
Khattab ra menjadi Khalifah, beliau telah menghukumkan jatuh ketiga-tiga talak
sekaligus. Keputusan ini dibuat oleh Sayyidina Umar kerana pada zamannya itu
masyarakat amat mempermudah lafaz talak yang dibuat. Bila berlaku perkara
seperti ini, Hakim pengadilan akan membicarakan ke pasangan tersebut dan
memutuskan hukum talaknya.
5.     Talak Sunni 
Talak Sunni adalah talak yang mengikut sunnah Nabi saw, yaitu seorang suami
menceraikan isterinya di saat ia telah suci dari haid dan sebelum mereka bersatu,
lalu suami melafazkan talak di hadapan dua orang saksi.

6.     Talak Bid'i
Talak Bid'i adalah talak yang diucapkan oleh suami ketika isteri dalam keadaan
berikut : 
1.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri uzur (haid).
2.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam nifas.
3.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam keadaan suci tetapi suami telah
bersatu dengannya.

F.     Iddah
Iddah adalah masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari
kata (‫ َّدة‬J‫ )ال ِع‬yang bermakna perhitungan. Dinamakan demikian karena seorang
menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya
masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama
suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan
setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan
menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya
beberapa bulan yang sudah ditentukan.
1.     Iddah Talak adalah Iddah disebabkan perceraian. Isteri-isteri yang telah ditalak
oleh suami mereka terbahagi kepada empat golongan :
a.  Isteri-isteri yang telah dicampuri suaminya tetapi belum habis haid, maka Iddah
mereka adalah sebanyak tiga kali suci.
b.      Isteri-isteri yang masih dicampuri suami mereka, tetapi sudah putus haid kerana
sudah tua, Iddah mereka adalah selama tiga bulan sepuluh hari.
c.  Isteri-isteri yang belum baligh, maka Iddah mereka tiga bulan.
d.  Isteri-isteri yang belum dicampuri oleh suami mereka, maka tiada Iddah bagi
mereka.

2.     Iddah Hamil 
Iddah Hamil adalah Iddah bagi isteri yang diceraikan semasa sedang hamil. Iddah
isteri ini adalah sampai dia melahirkan anak.

3.      Iddah Wafat 
Iddah Wafat adalah Iddah bagi seorang isteri yang kematian suaminya, Iddahnya
adalah empat bulan sepuluh hari. 

4.      Al-Ihdad 
Al-Ilhdad bermaksud membatasi diri (seorang isteri) dari memakai perhiasan,
pakaian yang bagus-bagus atau harum-haruman sewaktu kematian suami atau
anaknya atau mereka-mereka yang akrab. Jika beliau kehilangan suami, maka
Iddahnya adalah selama empat bulan sepuluh hari dan jika yang meninggal adalah
anaknya atau ahli keluarganya yang akrab, maka waktunya selama tiga hari.
G.    Rukun Perceraian atau Talak
Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada
syarat sahnya perceraian
1.      Rukun talak bagi suami :
a.       Berakal sehat
b.      Baligh
c.       Dengan kemauan sendiri
2.      Rukun talak bagi istri :
a.       Akad nikah sah
b.      Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya

Lapadz talak :
1.      Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
2.      Dengan sengaja dan bukan paksaaan

H.    Faktor-Faktor Penyebab Perceraiaan


Permasalahan di dalam rumah tangga sering kali terjadi, mungkin memang sudah
menjadi bagian dalam lika-liku kehidupan didalam rumah tangga, dan dari sini
kita akan mengambil contoh yaitu kasus “Perceraian ” yang kerap kali menjadi
masalah dalam rumah tangga. Beberapa faktor sebagai berikut:
1.    Kesetian dan Kepercayaan
2.    Komunikasi
3.    Ekonomi 
4.    Pernikahan Tidak Dilandasi Rasa Cinta 
5.    Harapan Tidak Realistis. 
6.     ‘Power’ Dalam Perkawinan
7.    Konflik Peran
8.    Cinta Meredup. 
9.     Seks 
10. Affair (Orang Ketiga). 

I.       Kiat-Kiat Menghindari Perceraian


     Proses menghindari perceraian adalah sesuatu yang harus dimulai pada awal
dari sebuah hubungan. Banyak orang mencari topik seperti ini, karena
bagaimanapun juga banyak orang yang merasa takut kehilangan pasangan mereka.
Apalagi jika sudah mempunyai anak, bukan hanya suami atau istri yang jadi
korban akan tetapi anaklah yang menjadi korban terberat akibat perceraian rumah
tangga. Dalam sebuah keluarga tidak lepas dari suatu masalah. Dari permasalahan
itu banyak orang yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka atau
bercerai. Kebanyakan pada saat itu hanya ego yang mereka gunakan, tanpa
melihat dampak buruk dari perceraian itu sendiri. Untuk itu kita harus waspada
dan segera mungkin mencari langkah-langkah untuk menghindari sikap dan
perilaku yang dapat menyebabkan perceraian.
Cara untuk Menghindari Perceraian, yaitu:
1.      Tanamkan pada diri dan keluarga anda bahwa perkawinan adalah komitmen yang
serius dan tidak bisa dianggap enteng.
2.      Pastikan bahwa pasangan anda tahu bahwa mereka adalah prioritas utama dalam
hidup.
3.      Menjaga Komunikasi antar pasangan. Keterbukaan dalam segala hal membantu
anda dalam menghindari permasalahan dalam keluarga.
4.      Kesampingkan ego pribadi, Jangan merasa diri selalu benar dan selalu
menyudutkan pasangan.
5.      Ingat anak, cobalah ingat anak-anak, buah cinta kasih.
6.      Jika mengalami keretakan, cobalah untuk mengenang dan memunculkan memori
pada saat menikah dulu.
7.      Cemburu dan selingkuh, Bukan barang baru bahwa banyak perselisihan terjadi
gara-gara rasa cemburu, yang lebih sering berakar dari salah tafsir dan kurangnya
keterbukaan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Perceraian adalah putusnya perkawinan antara suami dengan istri karena tidak
terdapat kerukunan dalam rumah tangga atau sebab lain. Perceraian bukan hanya
sebuah keputusan, itu hanya mempengaruhi pernikahan dari dua orang , tetapi ,
juga memiliki dampak yang kuat pada keluarga mereka. Anak merupakan korban
yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Situasi
konflik menjelang perceraian, tanpa disadari orangtua sering melibatkan anak
dalam konflik tersebut. Keterlibatan anak di tengah konflik orangtua dapat
menyebabkan dampak yang merugikan bagi perkembangan psikologis anak.
Kemungkinan setelah bercerai anak seyogyanya tetap memiliki hubungan yang
baik dengan kedua orangtua. Tiap anak bereaksi secara berbeda pada berita
perceraian kedua orang tuanya. Awalnya, mereka mungkin melampiaskan
kemarahan, takut atau duka luar biasa. Sebagian mungkin bertingkah tidak peduli
atau tidak terjadi apa-apa. Ada pula yang merasa malu dan menyembunyikan
kenyataan ini dari teman-temannya dan berpura-pura tidak terjadi. Sebagian
bahkan meresa lega karena tidak ada lagi pertengkaran di rumah. Pada akhirnya ,
perceraian merupakan pengalaman emosional yang menyakitkan bagi semua yang
terlibat , terutama anak-anak.

B.Saran

Solusi dari kasus perceraian yaitu harus mempertimbangkann lagi apakah


benar-banar harus bercerai, harus di fikir secara matang-matang akan kerugian
yang akan didapatnya nanti. Perceraian akan memberikan dampak buruk pada
psikologi ank,seharusnya orang tua mempentingkan nasib anaknya ketimbang
egonya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,khoirum. 2010. Perceraian dalam pandangan


islam(online)https://dreamlandaulah.wordpress.com/2010/01/24/perceraian-
dalam-pandangan-islam/.Diakses pada hari senin 22 desember 2014.
Salim, Hadiyah. 1983. Terjemah Mukhtarul hadits. Bandung : Al Ma;arif
Yunus. 2013. Hukum perceraian atau talak dalam sudut islam ( online )
http://eduside.blogspot.com/2013/10/hukum-perceraian-atau-talak-dalam-
sudut.html Diakses hari senin 22 desember 2014

Anda mungkin juga menyukai