“KAMPUS MERDEKA”
OLEH :
PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat penyertaan-Nya sehingga
penyusunan laporan magang kampus merdeka tahap III matakuliah “NUTRISI TERNAK
RUMINANSIA” Peternakan sapi di Desa Buha,Kec.Mapanget, Kab.Kota Manado,
Prov.Sulawesi Utara ini boleh selesai dengan baik. Juga buat teman-teman yang telah
membantu dalam proses pembuatan laporan ini disampaikan terima kasih.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritikan
dan saran dari dosen pembibing dan semua pembaca yang bersifat membanggun selalu di
harapkan di kesempatan laporan ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. Latar belakang ........................................................................................................................... 4
1.2. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
1.3. Manfaat ....................................................................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 5
BAB 3. PEMELIHARAAN SAPI POTONG/PO DI TINJAU DARI ASPEK KEBUTUHAN
PAKAN .................................................................................................................................................. 7
1. Keadaan umum Desa/Kelurahan ................................................................................................ 7
2. Profil Peternakan .......................................................................................................................... 7
3. Pemberian dan Pemenuhan kebutuhan pakan .......................................................................... 9
BAB 4. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 10
BAB 5. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 11
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia pada dasarnya adalah mempelajari tentang kebutuhan
nutrisi untuk ternak ruminansia mulai dari lahir, pertumbuhan, produksi (daging maupun
susu) dan masa kering. Sumber pakan dan cara pemberiannya serta sistem pencernaan ternak
ruminansia secara teori telah dijelaskan selama enam belas (16) kali perkuliahan. Disamping
itu juga dijelaskan metabolisme nutrient dan kelainan-kelainan yang terjadi akibat gangguan
pencernaan dan metabolisme. Respon produksi ternak merupakan fungsi dari jenis pakan dan
proporsinya yang dikonsumsi oleh ternak. Keragaman respon pakan tersebut di atas
disebabkan karena sifat fisik maupun komposisi kimia pakan yang berbeda. Oleh karena itu,
Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia lebih merupakan seni menyeimbangkan antara konsumsi
pakan dan kecernaan dengan kebutuhan ternak secara relative.
Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan, yakni terjadinya perubahan fungsi
lahan yang sebelumnya sebagai sumber tumbuhnya hijauan pakan menjadi lahan pemukiman,
lahan untuk tanaman pangan, dan tanaman industri. Salah satu langkah untuk mengurangi
keterbatasan hijauan dan pakan adalah dengan pemanfaatan limbah pertanian dan hijauan yang
tumbuh di lahan perkebunan. Dengan demikian, perlu dicari potensi hijauan asal limbah
pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ternak ruminansia. Hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ialah
tanaman jagung, padi, singkong, kakao serta tanaman di lahan perkebunan karet, kelapa dalam,
dan kelapa sawit berpotensi sebagai hijauan yang berupa jerami jagung, jerami padi, daun
singkong, kulit buah kakao, rumput lapang yang ada dilahan perkebunan karet, kelapa dalam,
dan kelapa sawit, serta pelepah daun kelapa sawit. Nilai nutrisi yang dimiliki seperti serat kasar
(SK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), Abu, BETN dan TDN dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Hijauan asal pertanian dan perkebunan merupakan
sumber energi dan protein yang dibutuhkan untuk menunjang produktivitas ternak ruminansia.
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan
yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas.
1.2. Tujuan
Mahasiswa mempelajari ilmu beternak yang baik di lapangan dan Mampu menghitung
pakan ternak ruminansia, mengetahui pakan ternak dalam satu hari, dan juga mampu
mengetahui tentang rasio pakan hijauan ternak.
1.3. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui kebutusan konsumsi ternak sapi.
5
Sapi Potong
Sapi potong sebagai komoditas sumber pangan hewani yang bertujuan untuk
mensejahterakan manusia, memenuhi kebutuhan selera konsumen dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup dan mencerdaskan masyarakat (Santosa dan Yogaswara, 2006).
Pengembangan usaha sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan peternak (Suryana, 2009).
Pengembangan usaha sapi potong perlu beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu budidaya
ternak sapi potong tergantung dengan ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas,
memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, produksi sapi potong memiliki
nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, dan dapat membuka lapangan
pekerjaan (Mersyah, 2005). Usaha ternak sapi akan efisien jika manajemen pemeliharaan
diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak itu sendiri (Kariyasa dan
Kasryno 2004). Sumber utama daging sapi nasional masih tergantung pada usaha pembibitan
di dalam negeri yang berupa peternakan rakyat sehingga peternakan sapi potong rakyat
merupakan tulang punggung bagi perkembangan peternakan sapi di Indonesia (Hadi dan
Ilham, 2002). Kendala yang dijumpai dalam pengembangan ternak sapi potong adalah
penyempitan lahan penggembalaan, kualitas sumberdaya rendah, 5 produktivitas rendah,
modal usaha, dan pengetahuan teknologi masih rendah (Wiyatna, 2002). 2.2.
Pakan
Pakan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, apabila ternak kekurangan
pakan dapat menyebabkan pertumbuhan ternak tersebut terhambat, namun sebaliknya apabila
pakan yang dikonsumsi berlebih maka bobot badan ternak dapat meningkat karena
kebutuhannya terpenuhi (Tillman et al., 1998). Ternak membutuhkan nutrien dalam pakan
meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Sumber pakan sapi dapat
disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat yang memiliki kandungan nutrien berupa
kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral (Sarwono, 2002).
Komposisi kimia bahan pakan ternak sangat beragam karena bergantung pada varietas,
kondisi tanah, pupuk, iklim, lama penyimpanan, waktu panen dan pola tanam (Mangguli,
2014). Konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar (SK) rendah dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1998).
Fungsi konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai nutrisi pada bahan pakan lain
yang nilai nutrisinya rendah (Yunson, 2013). Masalah kekurangan pakan hijauan dapat
diatasi dengan pakan alternatif, salah satunya yaitu pemanfaatan jerami padi (Martawijaya,
6
2003). Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi oleh pembatasan
lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan
tanaman pangan (Sajimin et al., 2000).
Konsumsi Bahan Kering dan Efisiensi Pakan
Konsumsi bahan kering (BK) dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi daya cerna dan
palatabilitas serta faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi
kesehatan ternak (Lubis, 1992). Konsumsi bahan kering merupakan indikator untuk
mengetahui kebutuhan nutrien yang diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan
produksi. Konsumsi ransum pada sapi potong dalam BK sebanyak 3 - 4% dari bobot
badannya (Tillman et al., 1998). Tingkat konsumsi ransum pada ruminansia sangat
dipengaruhi oleh faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) dan faktor eksternal (lingkungan)
seperti palatabilitas ransum, sistem tempat, dan pemberian ransum serta kepadatan kandang
(Masyhurin et al., 2013). Suhu lingkungan tinggi dapat menyebabkan konsumsi pakan
menurun (Dahlen dan Stoltenow, 2012). Perbedaan jenis pakan yang menyusun ransum juga
dapat menyebabkan perbedaan kandungan nutrien dan palatabilitas yang pada akhirnya
menyebabkan perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak (Suwignyo et al., 2004).
Palatabilitas bisa lebih penting dari nutrien, sebab palatabilitas mempengaruhi jumlah pakan
yang dikonsumsi (Mucra, 2005). Efisiensi penggunaan pakan untuk sapi rata-rata berkisar
7,52 - 11,29% (Siregar, 2008). Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan hidup
pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan (Sagala, 2011).
Sapi Peranakan Ongole
Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini
tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto dan Saparinto, 2010). Sapi
PO merupakan sapi hasil program ongolisasi sapi-sapi di pulau Jawa dengan sapi Ongole.
Program tersebut menghasilkan sapi PO dengan postur tubuh maupun bobot badan lebih kecil
dibandingkan dengan sapi Ongole, punuk dan gelambir kelihatan kecil atau tidak sama sekali.
Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya putih atau putih keabu-abuan
(Siregar, 2008). Sapi PO memiliki nilai rata-rata untuk S/C terkecil adalah 1,29 kali dan
terbesar adalah 2,23 kali, S/C semakin mendekati angka 1 menunjukkan bahwa IB semakin
bagus. Jarak beranak terpendek adalah 13,75 bulan dan terpanjang 20,30 bulan, nilai kawin
setelah beranak paling cepat 97,80 hari dan paling lambat 309,00 hari (Astuti, 2003). Sapi PO
mencapai pubertas pada umur 12 sampai 18 bulan (Partodihardjo 1987). Hasil penelitian
Yanhendri (2007) terhadap 10 sapi PO memiliki nilai S/C 1,54 kali dan CI 16,97 bulan. Hasil
penelitian Nuryadi dan Wahjuningsih (2011) menyatakan bahwa sapi PO di Kabupaten
Malang memiliki nilai S/C 1,28 kali, DO 130,27 hari, CI 414,97 hari dan CR 75,34%. Sapi
PO lebih toleran pada lingkungan tropis dengan temperatur yang panas dan kelembaban yang
tinggi serta pakan yang terbatas, sebaliknya kondisi ini tidak mendukung keberhasilan
perkawinan sapi persilangan Simmental. Kandungan darah Simmental (Bos taurus) yang
semakin tinggi akan mengakibatkan jumlah perkawinan sampai terjadi kebuntingan akan
semakin lama (Yanhendri,2007).
7
2.2. Peternakan sapi milik Bapak Sinyo Masloman yang ada di Desa Buha ini adalah
berjenis ternak sapi ongole berjumblah 60 ekor sapi,dan ada 4 ekor yang di beri tanda
untuk mengukur bobot badan.Selanjutnya di uraikan dalan sajian tabel berikut ini :
➢ Semi Intensif
Selain itu peternakan sapi milik bapak Sinyo Masloman ini ada yang berjumlah 32
ekor yang berada di lahan peternakan di samping lahan ternak sapi lepas yang di
gembalakan.Setiap hari di padang pengembalaan yaitu dengan cara di ikat setiap
pagi untuk mendapatkan sumber makanan di padang pengembalaan dan pada sore
hari di beri minum disungai terdekat kemudian di kumpulkan kembali ke tempat
pengumpulan ternak sapi.
➢ Feed Lot
Selain di gembalakan di padang pengembalaan, ternak sapi ini juga mendapatkan
pemberian pakan tambahan yaitu rumput gaja dan jerami jagung yang di ambil di
kebun.Pemberian pakan hijauan tersebut dilakukan 1 minggu 2x , karena kurangnya
tenaga kerja dan lokasi pengambilan rumput sedikit jauh dari lahan peternakan
sehingga pemberian pakan tambahan ini diberikan pada ternak sapi hanya 2x dalam
seminggu.
Pakan tambahan untuk ternak sapi Rumput gajah dan Jerami jagung
9
Menurut saya pribadi ,berdasarkan uraian tabel di atas bahwa kebutuhan ternak sapi PO
milik bapak Sinyo Masloman di Desa Buha sudah lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan
sumber pakan. Dan selain ternak sapi yang digembalakan di ladang pengembalaan untuk
makan sendiri, ada juga pakan tambahan yang disediakan yaitu pakan hijauan Rumput gaja,
gamal, Rumput australi, daun ubi kayu dan jerami jagung.Dengan tujuan, agar dapat
mempercepat pertumbuhan dan penambahan bobot badan ternak sapi.
10
BAB 4. KESIMPULAN
Pemeliharaan peternakan Bapak Sinyo Masloman berlokasi di Desa Buha, menurut saya
magang di tempatnya, cara pemeliharaan sudah sangat baik,tapi kendalanya tidak mempunyai
kandang,dan sapi hanya di ikat atau dilepas di lading pengembalaan. Dan juga tidak ada
pengolahan limbah contohnya untuk diolah menjadi biogas maupun pupuk,kotoran sapi
tersebut hanya terjatuh begitu saja di tanah.
11
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/23681d67e6acb17cd46f2f373b4e33
17.pdf
http://eprints.undip.ac.id/50826/3/Bab_II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/53988/3/Bab_II.pdf