Anda di halaman 1dari 16

Universitas Pamulang by : Team Teaching

PERTEMUAN KE- 13

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mengerti :

1. Apa yang dimaksud anggaran overhead;


2. Mengapa perlu menyusun anggaran overhead;
3. Penyusunan Anggaran overhead;
4. Unsur dan faktor yang mempengaruhi anggaran overhead

A. PENGERTIAN OVERHEAD PABRIK

Beban overhad pabrik merupakan pengeluaran – pengeluaran manufaktur


dibayarkan bagi pemroduksian terkecuali pengeluaran – pengeluaran untuk bahan dan
pekerja langsung.

Terlalu besarnya pengeluaran overhead pabrik akan mempengaruhi harga pokok


produksi, mempertinggi harga jual dan pada akhirnya akan memperkecil tingkat
keuntungan yang akan diproleh perusahaan.

B. DASAR PEMBEBANAN OVERHEAD PABRIK KE PRODUK

Sebagian besar industri, menggunakan rata – rata yang luas untuk membebankan
overhead pabrik ke produk. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki dua departemen:
departemen dan departemen perakitan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan
mendasar dalam operasi. Operasi departemennya, banyak perusahaan semacam itu,
menggunakan tarif pembebanan overhead tunggal untuk seluruh pabrik. Lebih jauh,
survei secara konsisten telah menunjukan bahwa banyak sekali pabrikan (dalam banyak
survei lebih dari 90%) menggunakan jam tenaga kerja langsung atau rupiah tenaga
kerja langsung sebagai dasar pembebanan mereka. Mengapa menggunakan tarif

Penganggaran Perusahaan 204


Universitas Pamulang by : Team Teaching

overhead yang berbeda untuk tiap-tiap departemen? Karena tarif yang berbeda
memungkinkan kaitan yang lebih teliti sumber-sumber yang sesungguhnya digunakan
pada saat produk melewati berbagai departemen. Perhatikan, misalnya, penggunaan
mesin-mesin otomatis yang menyebabkan overhead memepunyai proporsi yang lebih
tinggi dalam total biaya produksi dan tenaga kerja langsung mempunyai proprsi yang
lebih kecil. Beberapa perusahaan memandang tarif overhead pabrik mereka sebagai
presentasi dari biaya tenaga kerja langsung yang melonjak dari 20% dalam tahun 1940-
an menjadi 1.500% dan lebih tinggi lagi dalam tahun 1980-an. Karena itu, banyak
perusahaan mengembangkan lebih banyak lagi dasar overhead departemntal dan lebih
banyak tarif pembebanan overhead dalam tiap-tiap departemen. Karena komputer
membantu mengurangi biaya pengumpulan data yang lebih rinci, beberapa tarif
overhead diberlakukan dalam setiap departemen. Beberapa langsung yang digunakan,
satu tarif overhead yang dikaitkan ke bobot atau biaya bahan langsung yang digunakan,
satu tarif terpisah yang dikaitkan ke tenaga kerja langsung yang digunakan dan satu tarif
terpisah yang dikaitkan ke jam mesin yang terpakai.

C. KARAKTER BIAYA

Sebelum sebuah korporasi merencanakan dan mengawasi biaya diperlukan


terlebih dahulu mengetahui karakter dari para biaya tersebut. Lazimnya, ada tiga
karakter biaya, yaitu :

1. Biaya tetap adalah pengeluaran – pengeluaran yang karakteristiknya sama dan


kontiniu dari suatu periode ke periode berikutnya, tidak dipengaruhi banyaknya
aktifitas korporasi, menggunakan metode – metode spesifik yakni : aturan
manajemen, kurun waktu dan sebagainya. Pengeluaran – pengeluaran yang
digolongkan pengeluaran tetap, antara lain :

 Upah

 Pajak penghasilan

Penganggaran Perusahaan 205


Universitas Pamulang by : Team Teaching

 Premi pertanggungan

 Penyusutan.

2. Biaya Variabel adalah pengeluaran – pengeluaran dimana jumlahnya mengikuti


pergerakan – pergerakan yang searah dan setara terhadap pergeseran volume
transaksi.. Setiap pelaksanaan aktivitas korporasi disebutkan ke unit kegiatan
misalnya jam kerja langsung, lamanya pengoperasian peralatan pemroduksian,
dan satuan barang (kilogram, liter dan sebagainya). Pengeluaran – pengeluaran
yang digolongkan pengeluaran variabel meliputi :

 Pengeluaran untuk bahan langsung

 Pengeluaran untuk pekerja langsung

 Pemakaian tenaga

3. Biaya Semivariabel adalah pengeluaran – pengeluaran tak berciri variabel.


Pengeluaran ini mengikuti pergerakan, namun belum selaras dengan pergeseran
volume transaksi. Pengeluaran – pengeluaran digolongkan pengeluaran
semivariabel meliputi :

 Pengeluaran pekerja tak langsung

 Ongkos perawatan

 Pengeluaran perbaikan

 Pembelian bahan tak langsung dan sebagainya..

Disamping menggolongkan biaya dalam kelompok biaya di atas, korporasi juga bisa
menggolongkan pengeluaran berdasarkan pengendalian biaya agar menghasilkan
penggolongan yang berbeda, yaitu :

1. Pengeluaran bisa dikendalikan

2. Pengeluaran tak bisa dikendalikan

Penganggaran Perusahaan 206


Universitas Pamulang by : Team Teaching

Pengeluaran yang bisa dikendalikan biasanya disebut dengan pengeluaran yang


dipengaruhi oleh keputusan – keputusan top manajemen. Namun perlu kehati – hatian
ketika menggolongkan pengeluaran yang bisa dikendalikan atau tak bisa dikendalikan,
disebabkan persoalannya berkaitan erat terhadap pertanggungjawaban dan waktu.
Misalnya beban supervisi dalam manufaktur, adalah pengeluaran bisa dikendalikan
untuk departemen produksi, disebabkan beban supervisi lazimnya dibuat oleh top
manajemen. Karenanya, bila dilihat melalui struktur korporasi secara meluas,
pengeluaran supervisi adalah pengeluaran bisa dikendalikan. Perumpamaan diatas
dilihat melalui pertanggungjawaban biaya. Melalui sisi waktu, bisa diambil
perumpamaan biaya depresiasi. Lazimnya disebut pengeluaran bisa dikendalikan untuk
beban depresiasi memakai durasi singkat, namun dengan durasi yang lebih lama adalah
pengeluaran tak bisa dikendalikan.

D. PERENCANAAN BESARNYA ANGGARAN BOP

Ketika menetapkan banyaknya beban mesti dianggarkan bagi anggaran BOP tergambar
tiga masalah utama yang penting, yaitu :

1. Persoalan pertanggungjawaban perencanaan biaya

Dalam hal pertanggungjawaban biaya, penting ditegakkan adanya kaedah


pertanggungjawaban atau ketetapan pengeluaran departemen langsung. Agar
kaedah ini bisa diaktualisasikan, dibagilah departemen menjadi dua, yakni :

a. Departemen produksi (Procdution Departemen) adalah bagian yang


mengoperasikan pemroduksian dimana kegiatannya mengelola barang
mentah ke dalam bahan jadi sehingga pengeluaran overhead pabrik yang
muncul dinamakan dengan pengeluaran overhead pabrik langsung.

b. Departemen Jasa (Services Departemen) adalah departemen yang takkan


mengoperasikan pemroduksian, namun mendukung lancarnya
pemroduksian, sehingga pengeluaran overhead pabrik yang muncul

Penganggaran Perusahaan 207


Universitas Pamulang by : Team Teaching

dinamakan dengan pengeluaran overhead pabrik tak langsung. Yang


termasuk dalam departmen jasa adalah departemen pemeliharaan dan
perbaikan, departemen pembelian, departemen pembangkit listrik,
deprtemen administrasi pabrik, dll.

2. Penghitungan tarif BOP

Penghitungan BOP diberikan terhadap masing - masing bagian yang persetujuan


nya dilaksanakan oleh penanggung jawab departemen tersebut dengan seizin top
manajemen. Permasalahan yang ditampilkan dalam penghitungan tarif BOP
yaitu sifat biaya.

Berdasarkan sifat biaya, maka biaya dapat dikelompokan menjadi 3(tiga)

1. Biaya tetap adalah biaya yang cenderung tetap dari waktu ke


waktu tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan. (Misalnya:
balas jasa, premi pertanggungan dan sebagainya.

2. Pengeluaran variabel adalah pengeluaran yang jumlahnya terkena


pergerakan dimana jumlahnya setara pergeseran transaksi
(Misalnya: Biaya listrik, biaya pemeliharaan, biaya bahan
pembantu, dll).

3. Biaya semivariabel yakni pengeluaran – pengeluaran terkena


perubahan, namun belum setara terhadap mutasi volume
transaksi.

3. Pengendalian BOP

Seperti halnya dengan biaya-biaya lain,BOP pun membutuhkan pengendalian


serius supaya sepadan terhadap apa yang di rencanakan.

Dalam merencanakan dan mengendalikan BOP persoalan penting yaitu


pemilihan ukuran secara tepat untuk keluaran hasil masing – masing sentral

Penganggaran Perusahaan 208


Universitas Pamulang by : Team Teaching

pertanggungjawaban. Barometer yang digunakan acapkali disebut dengan dasar


aktifitas.

Dasar kegiatan yang sering digunakan untuk masing-masing pusat tanggung


jawab adalah:

a. Departemen produksi

 Keluaran hasil

 Ongkos bahan

 Pengeluaran pekerja langsung

 Waktu pengoperasian peralatan.

b. Departemen jasa

 Direct repair house

 Departemen pembangkit listrik (KwH)

 Direct labour house (DLH)

Pemelihan dasar kegiatan yang tepat untuk setiap departemen merupakan


tanggung jawab menajer pabrik bersama-sama dengan kontroler dan manajer
budget.

Kesalahan dalam memilih dasar kegiatan menyebabkan kesalahan dalam


pembebanan BOP pada setiap bagian. Selanjutnya akan menyebabkan kesalahan
dalam menentukan harga pokok produksi.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam rangka


pengendalian overhead, salah satu persoalan yang terjadi bagaimana
mengalokasikan pengeluaran Dept pelayanan terhadap Dept produksi. Biaya
yang ditimbulkan Dept jasa selain untuk keperluan bagian itu sendiri juga
terutama untuk keperluan departemen produksi.

Penganggaran Perusahaan 209


Universitas Pamulang by : Team Teaching

E. MAKSUD PEMBUATAN ANGGARAN OVERHEAD PABRIK

Lazimnya, anggaran ovehead pabrik dibuat untuk pedoman kerja, pengkoordinasian dan
mengawasi pekerjaan. Terkadang ada juga yang mengkhususkan membuat anggaran
overhead pabrik agar pemanfaatan biaya dipakai efisien, ketepatan menghitung harga
pokok, kesesuaian pembebanan overhead pabrik selaras terhadap pabrik yaitu
pengalokasian dan pengendalian overhead pabrik.

Penyusunan biaya anggaran melingkupi keterangan rinci terhadap :

1. Jumlah output yang dikeluarkan


2. Jumlah bahan yang diolah
3. Tempat pengalokasian biaya
4. Pembebanan tarif overhead pabrik untuk satuan aktifitas
5. Kapan pemroduksian dilakukan.

F. UNSUR – UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM ANGGARAN BOP

1. Anggaran barang diproduksi.


2. Kebijakan mutu yang sudah ditentukan korporasi
3. Teknis penggajian dibayarkan oleh korporasi.
4. Penyusutan khususnya terhadap aktiva berwujud

G. CONTOH SOAL

PT SEDERHANA memproduksi 2 produksi, yakni X dan YY. Keduanya diolah melalui


2 departemen produksi dan 2 departemen jasa. Tarif BOP ditentukan berdasarkan
rencana kegiatan tahunan.

Penganggaran Perusahaan 210


Universitas Pamulang by : Team Teaching

a. overhead pabrik:

b. Pembebanan Departemen Jasa:

Catatan : Pembulatan pada unit paling kecil ke puluhan, kecuali soal no. 3 (Tarif
BOP)

Hitunglah :
1. Jumlah BOP tiap – tiap dept produksi sesudah menerima BOP dari dept Jasa.
2. BOP Netto tiap – tiap Dept Jasa sesudah membebankan dan mendapat
3. Tarif BOP tiap – tiap dept Produksi di masing – masing unit aktifitas

Penganggaran Perusahaan 211


Universitas Pamulang by : Team Teaching

BOP dept produksi sesudah menerima BOP dept jasa:


Departemen I Departemen I

Rp. 12.000.000 Rp. 9.000.000


Anggaran BOP
Alokasi BOP
Rp. 1.614.433,5 Rp. 1.435.052
Dept. Jasa 1
Rp. 1.028.350,75 Rp. 1.322.165,25
Dept. Jasa 2
Rp. 14.642.784,25 Rp. 11.757.217,25
BOP netto

1. BOP Netto tiap dept jasa sesudah membebankan dan mendapatkan jasa:

Departemen I Departemen I

Anggaran BOP Rp. 3.000.000 Rp. 2.400.000


- Menerima Rp. 587.630 Rp. 538.145
- Memberi (Rp. 538.145) (Rp. 587.630)

BOP netto Rp. 3.049.485 Rp. 2.350.515

Penganggaran Perusahaan 212


Universitas Pamulang by : Team Teaching

2. Tarif BOP tiap dept produksi:

Dept. Prod. 1 = Rp 14.642.784,25 = Rp 232,43 / DMH


63.000 DMH
Dept. Prod. 2 = Rp 11.757.217,25 = Rp 356,28 / DMH
33.000 DMH

H. TEHNIK MEMBUAT ALOKASI BIAYA OVERHEAD

Mengalokasikan biaya overhead dari dept jasa ke dept produksi mesti tepat dan sesuai
supaya bisa mendapatkan harga pokok produksi yang tepat dan sesuai juga, dimana
ketepatan dan kesesuaian tersebut mesti dikaitkan pada relasi :

1. Sebab akibat

2. Beban keuntungan

Metode pengalokasian overhead pabrik dept jasa ke dept produksi pada umumnya
terdiri dari dua metode, yaitu :

1. Pembebanan langsung

Pembebanan langsung overhead pabrik dept jasa dibebankan ke masing –


masing dept produksi yang memanfaatkannya. Pembebanan langsung dipakai
bilamana hasil dikeluarkan dept jasa hanya dirasakan dept produksi saja. Belum
ada dept jasa yang menggunakan hasil dept jasa lainnya. Dalam pengalokasian
departemen jasa dipergunakan suatu cara pembebanan yang dikatakan “clean
concept”. Tehnik ini merupakan salah satu cara pembebanan yakni biaya
overhead departemen jasa secara langsung dialokasikan kepada departemen –
departemen produksi, sesuai beban penggunaan jasa tiap – tiap departemen
produksi.

Penganggaran Perusahaan 213


Universitas Pamulang by : Team Teaching

Misalnya :

a. Alokasi biaya overhead departemen jasa pada departemen produksi.

Selama produksi dalam tahun 2008, biaya overhead pabrik departemen


jasa Rp. 2.000.000, jasa yang dihasilkan digunakan untuk tiga dept
produksi yakni Dept A, dept B, dan dept C dengan proporsi penggunaan
sebagai berikut : 40%, 30%, dan 30%.

Berdasarkan proporsi tersebut, alokasi BOP tiap – tiap dept produksi


adalah :

Dept produksi A = 40% x 2.000.000 = Rp. 800.000

Departemen produksi B = 30% x 2.000.000 = Rp. 600.000

Departemen produksi C = 30 % x 2.000.000 = Rp. 600.000

b. Alokasi biaya overhead departemen jasa pada depertemen produksi dan


departemen jasa lainnya.

Selama tahun 2008 PT Karno memperkirakan biaya overhead yang


timbul adalah sebagai berikut :

Departemen produksi 1 = Rp. 12.000.000

Departemen produksi 2 = Rp. 20.000.000

Departemen produksi 3 = Rp. 10.000.000

Unit dari departemen jasa

Jasa 1 = Rp. 2.500.000

Jasa 2 = Rp. 5.000.000

Unit jasa yang dipakai oleh ketiga bagian produksi adalah :

Penganggaran Perusahaan 214


Universitas Pamulang by : Team Teaching

Dep. Produksi Jasa 1 Jasa 2

1 50% 45%

2 30% 30%

3 20% 25%

Berdasarkan proporsi pemakaian jasa diatas, biaya overhead bagian


departemen jasa :

Alokasi BOP untuk departemen produksi 1

Dari departemen jasa 1 = 50% x 2.500.000 = 1.250.000

Dari departemen jasa 2 = 45% x 5.000.000 = 2.250.000

Alokasi BOP untuk departemen produksi 2

Dari departemen jasa 1 = 30% x 2.500.000 = 750.000

Dari departemen jasa 2 = 30% x 5.000.000 = 1.500.000

Departemen produksi Departemen jasa


Uraian
1 2 3 1 2

BOP 12.000.000 20.000.000 10.000.000 2.500.000 5.000.000

Jasa 1 1.250.000 750.000 500.000 - -


2.500.000

Jasa 2 2.250.000 1.500.000 1.250.000 - -


5.000.000

jumlah 15.500.000 22.500.000 11.750.000 0 0

Penganggaran Perusahaan 215


Universitas Pamulang by : Team Teaching

Dari contoh diatas tampak bahwa departemen jasa tidak memakai jasa
sendiri, sehingga kedua departemen jasa tidak terbebani biaya overhead
pabrik. Clean consept dapat pula dipakai dalam kasus dimana diantara
departemen jasa itu sendiri terjadi tukar menukar jasa.

2. Metode alokasi bertahap

a. Pengalokasian memasukkan hubungan saling memberi dan menerima


antar dept – dept jasa. Dimasukkan dalam model ini yaitu :

 Model pembebanan kontiniu yakni pengeluaran overhead dept


pendukung produksi yang saling menyerahkan jasa dibebankan
setiap saat sampai pengeluaran overhead pabrik yang menunggu
dibebankan menjadi tidak berarti

 Model matematika. Sesuai model ini pengeluaran biaya dept jasa


ditulis dalam formula matematika.

b. Pengalokasian tak memasukkan hubungan saling memberi dan menerima


antar dept jasa. Model pengalokasian dikategorikan dalam golongan ini
yaitu daftar pengalokasian yang disusun. Clean concept dapat juga
digunakan dalam kasus dimana diantara departemen jasa itu sendiri
terjadi tukar menukar jasa.

c. Misalnya ditemukan suatu kasus dalam sebuah perusahaan pabrik yaitu :

Departemen jasa meliputi departemen kelistrikan dan departemen


pemeliharaan. Departemen kelistrikan memakai separuh jasa departemen
pemeliharaan untuk memperbaiki peralatan diesel. Kebalikannya
departemen pemeliharaan memakai departemen kelistrikan untuk
menjalankan mesin - mesinnya. Artinya pada kedua departemen tersebut
berlangsung saling memberi dan menerima jasa.

Penganggaran Perusahaan 216


Universitas Pamulang by : Team Teaching

Cara gampang untuk membebankan pengeluaran departemen jasa


bilamana berlangsung tukar menukar jasa antar departemen jasa adalah
dengan menggunakan metode aljabar. Pembebanan overhead dept jasa
ke dept produksi mesti tepat dan sesuai sehingga menciptakan harga
pokok produksi yang tepat dan sesuai juga.

Pengalokasian model ini biaya overhead pabrik yang muncul di tiap -


tiap dept jasa disebutkan dalam formula matematika sebagai berikut :
X1 = a1 + b1Y : Y = a2 + b2X

Dimana :

X = BOP dari seksi jasa 1 setelah menerima BOP dari seksi jasa 2

Y = BOP dari seksi jasa 2 setelah menerima BOP dari seksi jasa 1

a1 = BOP dari seksi jasa 1 sebelum menerima BOP dari seksi jasa 2

a2 = BOP dari seksi jasa 2 sebelum menerima BOP dari seksi jasa 1

b1 = Prosentase penggunaan seksi jasa 2 oleh jasa 1

b2 = prosentase penggunaan seksi jasa 1 oleh jasa 2

Setelah kita mendapat persamaan seperti format diatas maka langkah


selanjutnya adalah menentukan BOP Netto untuk masing – masing
departemen jasa.

Jasa yang dimiliki oleh departemen jasa digunakan atau didistribusikan


untuk departemen produksi disamping juga digunakan oleh departemen
jasa itu sendiri. Jika nilai X atau Y lebih besar dari BOP masing –
masing jasa X dan jasa Y maka itu berarti ada penambahan BOP.
Penambahan seksi jasa 1 (X) bersumber dari departemen jasa lainnya (Y)
maka untuk menghitung BOP Netto jasa X kalu dia menerima dari
departemen jasa Y maka BOP nya bertambah dan sebaliknya kalau

Penganggaran Perusahaan 217


Universitas Pamulang by : Team Teaching

departemen jasa X mendistribusikan ke jasa Y, maka BOP departemen


jasa X akan berkurang

I. SOAL LATIHAN

Perusahaan Sentosa merencanakan BOP setahun sebagai berikut :


Departemen Kegiatan Jumlah BOP

Produksi 1 Percetakan 10.000.000

Produksi 2 Penghalusan 5.000.000

Jasa 1 Pembangkit listrik 2.000.000

Jasa 2 Bengkel 1.000.000

Rencana pemakaian jasa dari jasa 1 dan jasa 2

Pemberian Jasa
Pemakaian Jasa
Jasa 1 Jasa 2

Dep Produksi 1 45% 35%

Dep Produksi 2 $0% 45%

Dep Jasa 1 - 20%

Dep Jasa 2` 15% -

Dari soal diatas saudara diminta untuk menghitung BOP Neto


departemen jasa setelah saling memberi dan menerima jasa

Penganggaran Perusahaan 218


Universitas Pamulang by : Team Teaching

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi 1993, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta

Nuryatno Amin, Muhammad dkk 2019, Praktikum Penganggaran Perusahaan, Mitra


Wacana Media, Bogor

Soemarso, S. R. (2015). Akuntansi Suatu Pengantar (Edisi 5, Buku 2). Jakarta: Salemba
Empat.

Walter T. Harrison jr., Charles T. Horngren., C. William Thomas., & Themin Suwardy.
(2016). Akuntansi Keuangan (Edisi IFRS) (Edisi 8, Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Kuswadi, (2015). Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan


Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Subramanyam, K. R. & John J. Wild. (2017). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 14,
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Penganggaran Perusahaan 219

Anda mungkin juga menyukai