PERTEMUAN KE- 13
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Sebagian besar industri, menggunakan rata – rata yang luas untuk membebankan
overhead pabrik ke produk. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki dua departemen:
departemen dan departemen perakitan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan
mendasar dalam operasi. Operasi departemennya, banyak perusahaan semacam itu,
menggunakan tarif pembebanan overhead tunggal untuk seluruh pabrik. Lebih jauh,
survei secara konsisten telah menunjukan bahwa banyak sekali pabrikan (dalam banyak
survei lebih dari 90%) menggunakan jam tenaga kerja langsung atau rupiah tenaga
kerja langsung sebagai dasar pembebanan mereka. Mengapa menggunakan tarif
overhead yang berbeda untuk tiap-tiap departemen? Karena tarif yang berbeda
memungkinkan kaitan yang lebih teliti sumber-sumber yang sesungguhnya digunakan
pada saat produk melewati berbagai departemen. Perhatikan, misalnya, penggunaan
mesin-mesin otomatis yang menyebabkan overhead memepunyai proporsi yang lebih
tinggi dalam total biaya produksi dan tenaga kerja langsung mempunyai proprsi yang
lebih kecil. Beberapa perusahaan memandang tarif overhead pabrik mereka sebagai
presentasi dari biaya tenaga kerja langsung yang melonjak dari 20% dalam tahun 1940-
an menjadi 1.500% dan lebih tinggi lagi dalam tahun 1980-an. Karena itu, banyak
perusahaan mengembangkan lebih banyak lagi dasar overhead departemntal dan lebih
banyak tarif pembebanan overhead dalam tiap-tiap departemen. Karena komputer
membantu mengurangi biaya pengumpulan data yang lebih rinci, beberapa tarif
overhead diberlakukan dalam setiap departemen. Beberapa langsung yang digunakan,
satu tarif overhead yang dikaitkan ke bobot atau biaya bahan langsung yang digunakan,
satu tarif terpisah yang dikaitkan ke tenaga kerja langsung yang digunakan dan satu tarif
terpisah yang dikaitkan ke jam mesin yang terpakai.
C. KARAKTER BIAYA
Upah
Pajak penghasilan
Premi pertanggungan
Penyusutan.
Pemakaian tenaga
Ongkos perawatan
Pengeluaran perbaikan
Disamping menggolongkan biaya dalam kelompok biaya di atas, korporasi juga bisa
menggolongkan pengeluaran berdasarkan pengendalian biaya agar menghasilkan
penggolongan yang berbeda, yaitu :
Ketika menetapkan banyaknya beban mesti dianggarkan bagi anggaran BOP tergambar
tiga masalah utama yang penting, yaitu :
3. Pengendalian BOP
a. Departemen produksi
Keluaran hasil
Ongkos bahan
b. Departemen jasa
Lazimnya, anggaran ovehead pabrik dibuat untuk pedoman kerja, pengkoordinasian dan
mengawasi pekerjaan. Terkadang ada juga yang mengkhususkan membuat anggaran
overhead pabrik agar pemanfaatan biaya dipakai efisien, ketepatan menghitung harga
pokok, kesesuaian pembebanan overhead pabrik selaras terhadap pabrik yaitu
pengalokasian dan pengendalian overhead pabrik.
G. CONTOH SOAL
a. overhead pabrik:
Catatan : Pembulatan pada unit paling kecil ke puluhan, kecuali soal no. 3 (Tarif
BOP)
Hitunglah :
1. Jumlah BOP tiap – tiap dept produksi sesudah menerima BOP dari dept Jasa.
2. BOP Netto tiap – tiap Dept Jasa sesudah membebankan dan mendapat
3. Tarif BOP tiap – tiap dept Produksi di masing – masing unit aktifitas
1. BOP Netto tiap dept jasa sesudah membebankan dan mendapatkan jasa:
Departemen I Departemen I
Mengalokasikan biaya overhead dari dept jasa ke dept produksi mesti tepat dan sesuai
supaya bisa mendapatkan harga pokok produksi yang tepat dan sesuai juga, dimana
ketepatan dan kesesuaian tersebut mesti dikaitkan pada relasi :
1. Sebab akibat
2. Beban keuntungan
Metode pengalokasian overhead pabrik dept jasa ke dept produksi pada umumnya
terdiri dari dua metode, yaitu :
1. Pembebanan langsung
Misalnya :
1 50% 45%
2 30% 30%
3 20% 25%
Dari contoh diatas tampak bahwa departemen jasa tidak memakai jasa
sendiri, sehingga kedua departemen jasa tidak terbebani biaya overhead
pabrik. Clean consept dapat pula dipakai dalam kasus dimana diantara
departemen jasa itu sendiri terjadi tukar menukar jasa.
Dimana :
X = BOP dari seksi jasa 1 setelah menerima BOP dari seksi jasa 2
Y = BOP dari seksi jasa 2 setelah menerima BOP dari seksi jasa 1
a1 = BOP dari seksi jasa 1 sebelum menerima BOP dari seksi jasa 2
a2 = BOP dari seksi jasa 2 sebelum menerima BOP dari seksi jasa 1
I. SOAL LATIHAN
Pemberian Jasa
Pemakaian Jasa
Jasa 1 Jasa 2
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi 1993, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta
Soemarso, S. R. (2015). Akuntansi Suatu Pengantar (Edisi 5, Buku 2). Jakarta: Salemba
Empat.
Walter T. Harrison jr., Charles T. Horngren., C. William Thomas., & Themin Suwardy.
(2016). Akuntansi Keuangan (Edisi IFRS) (Edisi 8, Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Subramanyam, K. R. & John J. Wild. (2017). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 14,
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.