Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fauziah Nur Aini Dosen Pengampu : Dr. Latief Awaludin, MA.

Prodi/Semester : PAI 5D Mata Kuliah : Fiqih Aktual


NIM : 18.03.2018 (Tugas Resume)

Resume ke-1
Fiqih aktual (Fiqhul Nawazil) adalah fiqih yang hidup di masyarakat muslim hari
ini berbeda dengan fiqih pada umumnya. Kata fiqih sendiri secara bahasa dari kata
faqiha, yafqohu, fiqhan artinya secara mendalam, dalam QS. At-taubah: 122 juga
dalam QS. At-Taha: 25-28 (do’a Nabi Musa). jadi fiqih dalam arti luas sama dengan
ilmu/pengetahuan dan tidak terbatas dalam masalah agama, tetapi secara
perkembangannya fiqih identik dengan pengetahuan agama.
Definisi fiqih, fiqih artinya pengetahuan tentang hukum syara’ bersifat amaliah
yang diambil dari dalil-dalil terperinci (Al-Qur’an dan Hadits), jadi fiqih kajian tentang
ilmu hukum agama, dan ilmu ini berkaitan dengan amaliah. Amaliah itu ada 3,
amaliatul qolbi, amalitulisan, amalul jawarih. Atau fiqih itu adalah kumpulan hukum-
hukum syari’at yang diambil dari dalil-dalil yang rinci, maka mencakup tentang
hukum wajib, sunnah, haram, mubah, makruh, hukum yang berkaitan dengan
individu, hukum keluarga, wasiat, wakaf, waris, dan yang lainnya. Dan fiqih ini
diterapkan dengan kaidah-kaidah ushul. Objek kajiannya adalah perbuatan mukalaf
yang dilihat dari sisi apa yang harus ditetapkan bagi seorang hamba dari hukum-
hukum syari’at itu.
tujuan dari mempelajari ilmu fiqih adalah menerapkan hukum syari’at kepada
perbuatan-perbuatan hamba, dan fiqih ini menjadi rujukan orang-orang yang
berilmu, hakim, dan ahli fatwa untuk mengetahui hukum syari’at yang lahir dari
kehidupan manusia berupa perbuatannya, perkataan, kejadian, perselisihan.
Fiqih aktual adalah ilmu tentang hukum syari’at yang sifatnya praktis mengenai
masalah-masalah yang baru, ada juga yang memberikan pengertian fiqih aktual
adalah mengetahui hukum Allah yang ada dalam al-qur’an dan sunnah dan
bagaimana penerapannya kepada peristiwa yang baru (masalah kontemporer). jadi
fiqih aktual itu problemnya belum terumuskan dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadits, fiqih itu terbagi ke dalam 4 bidang yang pertama berkaitan dengan
ibadah, yang kedua dengan muamalat, yang ketiga pernikahan, yang keempat hukum
pidana dan hukum pengadilan.

Resume ke-2
Fiqih lahir dalam proses ijtihad, ijtihad itu adalah upaya ahli hukum (mujtahid)
untuk memperoleh hukum syara’ yang sifatnya berdasarkan penelitian yang kuat, apa
saja yang mendukung tentang ilmu mujtahid kontemporer? Yang pertama ushul fiqih
berupa kaidah-kaidah, maka yang menentukan hukum itu adalah ushul fiqih yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, yang kedua kaidah fiqiyah yaitu kaidah-kaidah
yang berdasarkan beberapa kasus yang dijadikan sebuah kaidah. Ada adatul
muakamah (kebiasaan/adat) yang baik bisa menjadi pertimbangan hukum, ada juga
ilmu maqosid yaitu ilmu tentang tujuan hukum islam, semua syari’at itu mengacu
kepada 5 penjagaan yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga
harta, dan menjaga keturunan.
Menentukan hukum itu harus tau Tarikh Tasri (sejarah perundang-undangan
/sejarah hukum islam) seorang mujtahid kontemporer juga harus tau kajian hadits
dan kaidah tafsir, juga harus memahami siasah syar’iyyah (politik hukum) yang
melahirkan undang-undang, dan harus mengetahui ilmu lainnya seperti sosiologi,
ekonomi, ilmu hukum dan politik.
Ijtihad itu terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu:
1. Ijtihad bayani (pendekatan kebahasaan), ada kaidah amr, nahyi, am, khos,
mutlaq, muqoyyad, hakiki, majazi, mujmal, bayan.
2. Ijtihad yang menggunakan pendekatan qiyas (analogi).
3. Ijtihad yang menggunakan pendekatan istislahi (mencari maslahat).

Resume ke-3
-Thaharah-
Thaharah disini berbicara tentang wudhu, mandi wajib, tayamum, adab buang air
besar dan buang air kecil. Bagaimana beristinja menggunakan tisu? Bagaimana
hukum mengusap kerudung (Jilbab)? bagaimana mengusap khuf (kaos kaki dan
sepatu)?
Yang pertama terkait hukum bagaimana beristinja menggunakan tisu? Kita
ketahui ketika kita buang air besar harus membersihkan dubur kalau buang air kecil
kita harus membersihkan qubul, dulu di zaman rosulullah ada 2 alat untuk
membersihkan yaitu air dan batu, sekarang penemuan zaman modern adalah tisu.
Kalau diteliti dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan istinja syaratnya adalah yang
pertama membersihkan tempat najis sampai najis tersebut tidak tersisa, dulu zaman
rosul jumlah batu minimal 3 buah, dalam sebuah hadits “barangsiapa yang
beristijmar dengan batu hendaklah dengan angka ganjil” ada juga dalam hadits lain
“dengan menggunakan 3 batu, dalam beristijmar tidak boleh menggunakan kotoran
binatang yang kering tulang atau sesuatu yang lain seperti lembaran buku” itu
ketentuan fiqih pada zaman dulu, adapun menghilangkan najis dengan tisu maka
tidak masalah, ketika ada air sangat dianjurkan menggunakan air tetapi ketika tidak
ada air seorang muslim dapat menggunakan kain, tisu, atau benda lainnya, tetapi ada
catatan diharuskan menggunakan air jika najis itu menyebar mengenai tubuh lainnya,
kalau menggunakan tisu ketentuannya harus bersih tidak kurang dari 3 helai karna di
qiyaskan kepada hadits yang tadi.
Yang kedua terkait hukum kaum perempuan ketika berwudhu tidak mau melepas
kerudungnya, bolehkah berwudhu hanya mengusap kerudung? Disini para ulama
berbeda pendapat, jumhur ulama mengatakan ini tidak dibenarkan karena dalilnya
dalam QS. Al-Maidah: 6 artinya tidak dibenarkan mengusap selain kepala dan tidak
pula ada kesulitan bagi seorang muslimah untuk melepas jilbabnya. Adapun
pendapat ulama dibenarkan seorang perempuan mengusap kerudungnya karna ada
sebuah riwayat dari ummu salamah bahwa ia pernah mengusap kerudungnya (dalam
kitab al-mushonaf), tapi demi kehati-hatian seorang muslimah hendaklah tetap
mengutamakan rambutnya kecuali dalam keadaan mendesak seperti ketika tempat
wudhu nya di satukan dengan laki-laki karna takut auratnya terlihat. Kalau di
nisbahkan kepada ibnu taimiyyah “Jika seorang muslimah merasa sangat kedinginan
atau hal lain, boleh mengusap kerudungnya” seperti halnya ummu salamah.
Yang ketiga terkait hukum mengusap sepatu dan kaos kaki? Disini perlu ada
rincian, jika seseorang memakai sepatu dan tidak menggunakan kaos kaki ia tidak sah
mengusap sepatunya saat wudhu, karna sepatu yang dipakainya tidak menutupi
bagian kaki yang harus dicuci saat wudhu, harus diteliti dulu khawatir ada najis dan
sebagainya, kalau orang itu menggunakan sepatu dan kaos kaki maka sama dengan
kaos kaki, jadi seakan penutup kaki dan tentu saat berwudhu dia boleh khuf dengan
catatan kakinya bersih. Dan ada perbedaan waktu antara musafir dan mukim,
seorang musafir itu boleh khuf selama 3 hari 3 malam kalau seorang mukim hanya
sehari semalam, dan dihitungnya sejak pertama kali mengusap.

Resume ke-4
-Thaharah-
Tentang parfum yang mengandung alkohol boleh atau tidak? Dalam hal ini ada 2
pendapat para ulama, jumhur ulama berpendapat bahwa khamr, darah mengalir, air
seni najis baik secara fisik maupun non fisik karna setiap benda yang terkena khamr
maka itu terkena najis, pendapat kedua ada sebagian ulama diantaranya adalah
Robi’ah Al-Ra’yi gurunya Imam Malik, Al-Muzani dikalangan Syafi’i serta Daud Ath-
Thohiri mengatakan bahwa sekalipun disebutkan najis secara ma’nawi namun
fisiknya tetap suci sehingga tidak wajib mencuci sesuatu yang terkena benda yang
dilarang tadi, jadi ketika terkena khamr tidak najis termasuk ini juga didukung oleh
ulama kontemporer termasuk pendapat dewan hisbah Persis bahwa alkohol itu
haram diminum tapi ia tidak najis karna ayat tentang haramnya khamr tidak
menunjukan kenajisan khamr, hanya menunjukan keharamannya sehingga harus di
jauhi, tidak boleh di konsumsi.
Tayamum di kereta api atau di pesawat boleh atau tidak? Pada dasarnya debu di
pesawat dan di kereta api pasti ada, maka dibenarkan apabila bertayamum di
pesawat atau di kereta maka ini termasuk kategori sho’idan thoyyiban dalam posisi
darurat, maka berdasarkan hadits dan dalil-dalil umum mengenai kedaruratan situasi
dan kondisi maka boleh.
Bagaimana hukumnya pakaian non muslim termasuk peralatan dapur non
muslim? Pakaian non muslim itu pada dasarnya suci, tetapi para ulama ketika kita
mengenakan pakaian bekas mereka harus disucikan dulu (dibersihkan) walaupun
tetap pakaian bekas yang belum dicuci jika tidak bersentuhan langsung dengan aurat
mereka maka boleh langsung dipakai karna hukum asalnya tetap bersih, apabila
pakaian bekas itu sudah dipakai dan bersentuhan langsung dengan auratnya tentu
dianjurkan demi kehati-hatian untuk dibersihkan dulu, dan intinya najis untuk orang
non muslim itu adalah najis ma’nawi bukan fisik, termasuk peralatan dapur non
muslim.

Resume ke-5
-Sholat-
Bagaimana hukumnya bermakmum kepada ahli bid’ah? Pelaku bid’ah dikalangan
para ulama itu ada 2 jenis ada yang disebut dengan masturhal
(orang-orang yang tidak dikenal sebagai pelaku bid’ah) tetapi tidak diketahui juga dia
itu ada sebagai pelaku sunnah, maka para ulama sepakat membolehkan sholat
dibelakang mereka yang penting kita sudah mempunyai penilaian bahwa dia seorang
muslim, kata ibnu taimiyah pokok-pokok keimanan dalam manhaj ahlusunnah wal
jama’ah adalah mereka konsekuen (istiqomah) melaksanakan sholat jum’at, ied,
fardu dengan berjama’ah, berbeda dengan kelompok-kelompok sempalan seperti
syi’ah atau yang lainnya jika seorang imam tidak dikenal sebagai pelaku bid’ah semua
imam sepakat membolehkan seorang menjadi ma’mumnya, jadi intinya tidak ada
seorang ulama yang melarang mereka menjadi imam sholat ini diperkuat oleh realitas
kaum muslimin setelah rosulullah saw wafat. Yang kedua seorang imam yang dikenal
sebagai penyeru dan pengusung perbuatan bid’ah tapi tidak keluar dari millah, Imam
bukhori pernah membahas tentang bab hukum berimam kepada ahli bid’ah, beliau
mengatakan intinya sholatlah di belakangnya dan dia yang menanggung perbuatan
bid’ah nya. Sholatnya tetap sah, Tetapi kaum muslimin wajib memilih seorang imam
yang alim dan sesuai dengan sunnah baik dari segi perilaku ataupun keyakinannya.
Jadi yang menjadi catatan itu kita tidak boleh bermakmum kepada seorang ahli
bid’ah yang sudah keluar dari islam.
Bagaimana hukum meninggalkan sholat jum’at karena alasan pekerjaan? Kita
ketahui bahwa sholat jum’at itu diwajibkan atas laki-laki, mukalaf, dan sudah
terpenuhi syarat sholat jum’at yang lainnya. Ada konsekuensi ketika meninggalkan
sholat jum’at, dalam sebuah hadits “barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at
3kali dengan sengaja tanpa ada udzur syar’i, Allah akan mengunci hatinya”, para
ulama berijtihad bahwa sholat jum’at itu tidak boleh ditinggalkan kecuali ada udzur
syar’I, para ulama membagi 2 udzur syar’I. ada pekerjaan yang mengandung
maslahat/manfaat besar dan tidak boleh ditinggalkan sekalipun dalam waktu singkat
maka pekerjaan tersebut menjadi alasan, boleh meninggalkan sholat jum’at dan
diganti dengan dzuhur contohnya dokter jaga yang menangani pasien yang hampir
meninggal, lalu petugas satpam dan polisi yang menjaga harta kaum muslimin dari
tindakan pencurian, yang kedua ada pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan
bagi seseorang dan tidak memiliki pendapatan lain untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya maka dibolehkan meninggalkan sholat jum’at.

Resume ke-6
-Shaum-
Bagaimana menentukan waktu 1 Ramadhan dan 1 Syawal? Terdapat 2 madzhab
dikalangan para ulama dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, yang pertama
madzhab global yang memandang jika di Makkah dan Madinah sudah diketahui hilal
untuk 1 Ramadhan maupun 1 Syawal maka semua negara muslim mengikutinya dan
madzhab ini tidak mengakui adanya matla’ (Perbedaan waktu) tetapi ini pendapat
yang lemah, karna sebenarnya dalam Al-Qur’an dan Hadits banyak dalil-dalil yang
menunjukkan mawaqit linnas adanya perbedaan matla’ sehingga bisa jadi antara 1
Ramadhan dan 1 Syawal di Makkah Madinah dengan di luar itu seperti di Indonesia
tidak bisa disamakan, makannya madzhab yang kedua mengakui adanya perbedaan
waktu (matla’) madzhab ini bisa diterima dan lebih Rojih (Kuat), kenapa terjadi
perbedaan? Karena metodologi antara lembaga hisab itu berbeda-beda ada yang
wujudul hilal ada yang imkanur rukyat, zaman dulu itu menentukan 1 Ramadhan
berdasarkan keputusan imam (Ulil Amri) jadi pada dasarnya dalam hadits nabi itu
yang namanya satu Ramadhan harus 1 matla’, bahkan dalam hadits riwayat Abu
Daud dan At-Tirmidzi “Rosulullah SAW bersabda: Iedul Fitri adalah hari saat kalian
semua berbuka, dan Iedul Qurban adalah hari saat kalian semua berqurban” maka
dengan hadits ini para ulama menyimpulkan seyogianya ketika berhari raya itu
dilakukan secara bersama-sama dengan kaum muslimin lainnya, jangan sampai di 1
daerah berbeda hari iedul fitrinya.

Resume ke-7
-Imsak-
Imsak ini disebut ke hati-hatian, tetapi batas waktu sahur atau tanda mulainya
shaum itu pada waktu sholat shubuh diterangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 187,
jadi sah sah saja kalau ada orang yang masih makan dan minum ketika waktu imsak
karna imsak itu hanya sebatas kehati-hatian. Ukuran puasa itu adalah terbitnya fazar
shodiq yaitu biasanya berdekatan pada waktu adzan shubuh.
Adapun tradisi buka bersama yang seolah-olah itu menjadi ada motif ibadah
bahkan menjadi suatu ritual. Bagaimana tradisi buka bersama ini dinilai dari sisi fiqh?
Menurut ilmu ushul fiqh ini termasuk Al-urf, atau bisa dikatakan Al-urf As Sholih
karna tergantung maqosidnya jadi bisa dikatakan buka bersama itu menjadi mubah
dan sunnah, ketika dalam acara buka bersama itu ada amalan-amalan baik seperti
sebar takjil atau memberi makan kepada orang yang kelaparan atau ada tausiyah
maka itu menjadi sunnah yang baik, adapun menjadi ajang silaturahmi itu menjadi
suatu amalan baik juga karna itu sebagai pesan dari Rosulullah saw dalam haditsnya.
Tentunya dalam buka bersama harus menjaga kaidah-kaidah pergaulan yang islami,
jadi hukum buka bersama ini tergantung pada kepentingan dan target.

Resume ke-8
-Zakat-
Apakah objek zakat berkembang atau tidak? Objek zakat itu ada 2, yang pertama
itu ada zakat nafs (jiwa) yang dikeluarkan setahun sekali yaitu zakat fitrah dan ini
diwajibkan bagi orang yang mempunyai kelebihan makanan yang dikeluarkan sekitar
2,5% dan orang yang dikenai tanggungan seperti bayi dalam kandungan dan orang
gila itu juga dikenai zakat. Yang kedua ada zakat mal (harta) zakat mal ini objeknya
yang pertama yaitu zakat tijaroh (perdagangan) yang kedua zakat pertanian hasil
perkebunan, lalu ada zakat peternakan, zakat perhiasan, dan barang temuan. Lima
objek zakat tersebut dijelaskan dalam nash. Yang pertama emas dan perak haditsnya
jelas bahwa rosulullah pernah menyampaikan dari sahabat Ali riwayat Abu Daud dan
Baihaqi yang artinya “tidak wajib atasmu mengeluarkan zakat emas kecuali bila
sampai 20 dinar, bila engkau telah memiliki 20 dinar emas dan telah sampai haulnya
maka zakatnya 2 kali setengah dinar.” 20 dinar itu jika di konfersi bisa mencapai
90gram. Selanjutnya juga perak satu paket karna itu juga sebagai barang yang bisa
menjadi investasi. Lalu ada zakat perdagangan ini tidak jelas haulnya maka
disamakan nisabnya dengan zakat perhiasan. Lalu ada zakat peternakan, kalo jumlah
untanya 20-25 ekor maka yang harus di zakatkan 1 unta, kalo 40-120 ekor kambing
zakatnya 1 ekor kambing. Selanjutnya kekayaan yang terpendam itu zakatnya
sebesar 2,5%.
Yang menjadi masalah dizaman ulama dulu yaitu zakat perhiasan, yaitu
perhiasan yang dipakai perempuan apakah itu dikenakan zakat atau tidak? Umumnya
perempuan ini mempunyai perhiasan, ada perselisihan diantara para ulama yang
pertama bahwa zakat perhiasan itu ada ketetapannya itu dalam hadits aisyah, jadi
ada yang berpendapat bahwa 20 dinar ini nilai batas minimal zakat emas dan perak
tetapi ini kurang tepat, bahwa hadits yang lain menjelaskan Rosulullah Saw
menyuruh mengeluarkan zakat perhiasan yang dipakai dan itu tidak sampai 20 dinar,
pendapat ini kuat tidak dhoif. Ulama-ulama persis termasuk dewan hisbah
menjelaskan perlu ada penelitian karna demi kehati-hatian, namun daripada kehati-
hatian perlu mengeluarkan zakat 2,5% dan itu hanya sekali pakai.
Dalil tentang zakat perhiasan:
Hadis No. 640 dalam kitab Bulughul Maram
‫ َوفِي يَ ِد‬،‫ت اَلنَّبِ َّي صلى اهلل عليه وسلم َو َم َع َها اِ ْبنَةٌ ل ََها‬
ِ َ‫َن اِ ْمرأَةً أَت‬ ِ ِِ ٍ ‫َو َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َع ْي‬
َ َّ ‫ َع ْن َجدِّه; ( أ‬،‫ َع ْن أَبيه‬،‫ب‬

‫س ُّر ِك أَ ْن يُ َس ِّو َر ِك اَللَّهُ بِ ِه َما َي ْو َم‬ ِ ِ َ‫اِبنَتِ َها ِمس َكت‬


ٍ ‫ان ِم ْن ذَ َه‬
ُ َ‫ "أَي‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬. ‫ اَل‬:‫َت‬ َ ‫ "أَُت ْعط‬:‫ال ل ََها‬
ْ ‫ين َز َكاةَ َه َذا? قَال‬ َ ‫ َف َق‬،‫ب‬ ْ ْ
ِ ‫ ِمن ح ِد‬:‫ص َّححهُ اَلْحاكِم‬
‫يث َعائِ َشة‬ ُ َ‫ َوإِ ْسن‬،ُ‫ ) َر َواهُ اَلثَّاَل ثَة‬.‫اَل ِْقيَ َام ِة ِس َو َاريْ ِن ِم ْن نَا ٍر? فَأَلْ َق ْت ُه َما‬
َ ْ ُ َ َ َ ‫ َو‬.‫ي‬ ّ ‫ادهُ قَ ِو‬
Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa
seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersama
putrinya yang mengenakan dua gelang emas ditangannya. Lalu beliau bertanya:
"Apakah engkau mengeluarkan zakat gelang ini?" Dia menjawab: Tidak. Beliau
bersabda: "Apakah engkau senang pada hari kiamat nanti Allah akan menggelangi
kamu dengan dua gelang api neraka?" Lalu perempuan itu melepaskan kedua gelang
tersebut. (Riwayat Imam Tiga dengan sanad yang kuat. Hadis shahih menurut Hakim
dari hadis 'Aisyah.)

Resume ke-9
-Bank-
Kelahiran lembaga keuangan syariah baik itu Bank syariah ataupun lembaga
keuangan micro seperti BMT tidak terlepas dari fatwa-fatwa tentang haramnya
bunga, haramnya bunga disamakan dengan riba nasyia’ah yang tentunya
diharamkan, pemicu adanya bank syari’ah ketika adanya lembaga fatwa di seluruh
dunia. Tahun 2004 MUI mengeluarkan fatwa tentang lembaga bank, menyikapi
bunga bank itu terjadi perdebatan ada yang mengharamkan karna alasan bahwa
bunga itu sama dengan riba, artinya pinjaman yang diambil manfaat kelebihan,
sedangkan yang kedua mengatakan bahwa bunga bank itu bukan riba yang dilarang
karna bunga bank itu tidak ada itulah pendapat A. Hassan tokoh persis dulu
membolehkan bunga bank dengan alasan bahwa bunga yang diambil itu sangat kecil
dan itu tidak mengakibatkan kedzaliman, tetapi pendapat ini dikritik karna bunga
bank itu syubhat tidak diketahui kehalalannya. Tetapi setelah di telaah oleh lembaga
fatwa dunia bahwa bunga bank itu sebagai riba. Akhirnya dari berbagai lembaga
fatwa dunia dan dari berbagai ormas islam berpendapat bahwa harus melepaskan
sistem bunga bank karna haram. Maka dari itu lahirlah lembaga keuangan syari’ah
seperti bank syari’ah, dan BMT.

Resume ke-10
-Pengantar Fiqh Muammalah-
Fiqh muammalah di definisikan oleh para ahli ada dua, yang pertama secara luas
yang kedua secara sempit. Secara luas artinya ketentuan-ketentuan hukum syari’at
yang berkaitan dengan urusan duniawi termasuk di dalamnya urusan maliyah, urusan
pernikahan, urusan zinayyah, urusan siyasah urusan waris, dan segala urusan
duniawi. Sedangkan secara sempit adalah hukum-hukum syari’ah yang sifatnya
praktis yang berkaitan dengan harta dan objeknya itu ada 4 : yaitu ketentuan harta
yang berkaitan dengan jual beli, kedua hukum muammalah yg berkaitan dengan
kemitraan, ketiga berkaitan dengan pinjaman, dan yang terakhir berkaitan dengan
tukar menukar.
Fiqh muammalah terbagi kepada 2 bagian yaitu : yang pertama fiqh
muammalah al-madiyyah ini objeknya adalah bendanya apakah halal, haram atau
syubhat. Sedangkan fiqh muammalah al-adabiyyah yang berkaitan dengan adab,
etika. Lalu selanjutnya cara pandang islam dalam muammalah ini ada 4 : yang
pertama aturan muammalah itu untuk memberikan kemaslahatan kepada
masyarakat, lalu yang kedua fiqh muammalah yang bersifat universal, yang ketiga
aturan muammalah itu sangat terkait dengan aqidah dan akhlak, dan yang keempat
muammalah itu sangat terkait dengan maksud dan tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai