Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan.
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan
peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan
peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta
didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada
anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan
penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah
yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana
solusinya ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.

1
BAB II 
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga
mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan
memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai
buku karangan.
Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan
cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget.
Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan
orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya
terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa
bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu
bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau
pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya.
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan
kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan
proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di
lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif,
yaitu :

2
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Tahap ini seperti Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai
gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.

c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)


Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak
mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang
konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal,
yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan
masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a.Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun,
sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi
atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan
dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut
Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam
periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu
dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-
kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan
sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi
anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase
ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik.

3
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun
objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Subfase
fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh
kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun
rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat
menggambar manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari
bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan
melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang
bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan
objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan
objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum
dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran
itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala
sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi
pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk
memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain
berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini
disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan
mengetahui sesuatu.
1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan
pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi kedua
kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
2. Masa Kanak-kanak Akhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek- objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak

4
akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan
normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode
sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya
pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi –
operasi, yaitu :
a) Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara
benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu
keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan
tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki
struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia
sendiri bertindak secara nyata.
KEMAJUAN KOGNITIF
1. Pemikiran spasial
dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang
lain.
2. Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum
mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang membuat perbedaan.
3. Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis. Contoh : elena
dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau keduanya. Dia
mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan
kelas yang menjadi induknya (bunga).
4. Seriasi dan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan
antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina dapat mengatur kumpulan
tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang paling panjang, dan dapat memasukkan
tongkat berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih
panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga, maka
tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.

5
5. Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi
khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas tersebut. Dan
penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari premis umum tentang
sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa anggota dari
kelas tersebut. Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan
mengetahui bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu)
memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif
(didasarkan kepada premis umum).

POKOK BAHASAN KOGNITIF


1. Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi dari
sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan informasi
menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:
a) Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki penampungan”
perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita saksikan, bayi pun memilii
ingatan sensoris.
b) Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi
yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah informasi
yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
c) Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama.
2. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan
secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja
informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan
evaluatif.
3. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah. 4.
Perkembangan Bahasa. Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
a) Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan. Umumnya pada usia ini, tugas
komunikasi menjadi kompleks dan sulit, sehingga anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk
memahami perasann orang lain, lalu anak-anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu
mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum
mampu dikomuikasikan pada anak-anak.

6
b) Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.
3. Masa Remaja
a) Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu
dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan
remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan
untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks
berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,
yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau
deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman
mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa
kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar
dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil
kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun
intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi
untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat
tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar
terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan
penalaran yang benar-benar abstrak.
b) Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda dengan

7
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu
penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja
sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat
memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu
memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat
membahayakan dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak
sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang
sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan
metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak
kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja
seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap
perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c) Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai
mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah,
menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-
pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai
dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang
menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.
D. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya
satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem
klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata
memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang
dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan mengelompokkan
siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan dan sharing.
c. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi
bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.

8
BAB III 
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.

9
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya. Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2
November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November
2010)

10

Anda mungkin juga menyukai