Anda di halaman 1dari 7

Dasar Hukum Pembentukan Koperasi, Syarat dan Tata Cara Pembentukan

Koperasi, Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi, dan Struktur


Inter Organisasi Koperasi

NAMA ANGGOTA
KELAS G AKUNTANSI

1. I Made Merta Yasa (02/1902622010360)


2. I Wayan Yoga Pratama Putra (30/1902622010388)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020/2021
1.1 Dasar Hukum Pembentukkan Koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi, perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya. Dasar hukum
Koperasi Indonesia adalah UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Di dalamnya
mengatur tentang fungsi, peran, dan prinsip koperasi. Undang-undang ini disahkan di Jakarta pada
tanggal 21 Oktober 1992, di tandatangani oleh Presiden RI Soeharto, Presiden RI pada masa itu
dan di umumkan pada Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 116. Dan demikian dengan
terbitnya UU Nomor 25 Tahun 1992 maka UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian, Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 23 dan Tambahan Lembaran Negara RI
Tahun 1967 Nomor 2832, yang sebelumnya dipergunakan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Koperasi Indonesia berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan usaha yang
dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh anggota-
anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan ekonomi anggotanya.
A. Dasar-Dasar Hukum Koperasi Indonesia
1. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
3. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah
4. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan
Pinjam oleh Koperasi
5. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.
6. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PPK No. 36/Kep/MII/1998 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi
7. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000
tentang Pedoman kelembagaan dan Usaha Koperasi
8. Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

1.2 Syarat dan Tata Cara Pembentukan Koperasi

A. Syarat Pembetukan Koperasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 10 Tahun 2015 tentang
Kelembagaan Koperasi pada pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa pembetukan koperasi
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Koperasi Primer dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang
yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama;
b. Koperasi Sekunder dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) badan hukum
koperasi;
c. Pendiri Koperasi Primer sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah warga negara
Indonesia, mampu melakukan perbuatan hukum dan memiliki kegiatan ekonomi
yang sama;
d. Pendiri Koperasi Sekunder adalah pengurus koperasi yang diberi kuasa dari
masing-masing koperasi untuk menghadiri rapat pembentukan Koperasi Sekunder;
e. Nama koperasi terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) kata;
f. Melaksanakan kegiatan usaha yang langsung memberi manfaat secara ekonomis
kepada anggota;
g. Mengelompokkan usaha koperasi menjadi usaha utama, usaha pendukung dan
usaha tambahan yang dicantumkan dalam anggaran dasar;
h. Para pendiri menyetorkan modal sendiri yang terdiri dari simpanan pokok dan
simpanan wajib sebagai modal awaluntuk melaksanakan kegiatan usaha yang
jumlahnya sesuai kebutuhan yang diputuskan oleh rapat pendirian koperasi.

B. Tata Cara Pembetukan Koperasi


a. Penyuluhan Persiapan Pembentukan Koperasi
Dalam penyuluhan persiapan pembentukan koperasi dihadiri minimal 20 orang yang
mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama dan wajib memahami
pengertian, nilai dan prinsip-prinsip koperasi
b. Rapat Persiapan Pembentukan Koperasi
Rapat persiapan dan pembentukan koperasi didahului dengan penyuluhan pejabat dari
instansi yang membidangi koperasi kepada para pendiri, dengan ketentuan:
1. Rapat dipimpin oleh seorang atau kuasa pendiri dan dihadiri oleh pejabat yang
membidangi koperasi sesuai tingkatannya.
2. Materi pokok bahasan antara lain nama koperasi, keanggotaan, usaha yang
dijalankan, permodalan,pengurus/pengawas yang pertama dalam pengelolaan
usaha, dan penyusunan anggaran dasar/ anggaran rumah tangga.
c. Menghadap Notaris Pembuat Akta Koperasi
Dalam menghadap Notaris pembuat akta koperasi, menyertakan alat bukti tertulis dan
otentik sebagai bukti telah dilakukannya suatu pembuatan hukum tertentu dalam
proses pendirian, dan akta-akta lain yang terkait dengan koperasi untuk dimohonkan
pengesahannya kepada pejabat yang berenang.
d. Pengajuan Permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Melalui P2T
Para pendiri /penguasa mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada
pejabat dinas/ kantor yang membidangi koperasi dengan melampirkan :
1. 2 salinan akta pendirian koperasi bermaterai cukup
2. Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandantangani oleh notaries
3. Surat bukti tersedianya modal dengan jumlah sekurang-kurangnya sebesar
simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi oleh para pendiri
4. Rencana kegiatan usaha koperasi minimal dua tahun ke depan dan rencana
anggaran belanja dan pendapatan koperasi
5. Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
e. Penelitian Data Administrasi Oleh Pejabat
Setelah permohonan pengesahan akta pendirian koperasi di ajukan, maka pejabat
yang berwenang akan melakukan penelitian/verifikasi terhadap persyaratan pendirian
koperasi dan materi anggaran dasar yang disahkan.
f. Penelitian Lapangan Oleh Pejabat
Setelah melakukan penelitian/verifikasi terhadap persyaratan pendirian koperasi dan
materi anggaran dasar yang disahkan, kemudian pejabat melakukan penelitian
lapangan terkait dengan domisili, kepengurusan, usaha, keanggotaan pengesahan akta
pendirian koperasi selambat lambatnya 7 hari terhitung sejak diterima pengesahan
secara lengkap.
g. Penyerahan Akta Pendirian Koperasi
Tahap terakhir yaitu penyerahan akta pendirian koperasi (badan hukum koperasi oleh
pejabat).
1.3 Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi
Menurut keanggotaannya inilah dapat ditentukan tingkatan-tingkatan koperasi, yaitu:

A. Koperasi Primer:
Primary Society (Koperasi Primer) sekurang-kurangnya dapat dibentuk oleh 20 orang
perorangan (individual) yang masing-masing memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Mampu Untuk Melakukan Tindakan Hukum,


2. Menerima Landasan Idiil, Azas Dan Sendi Dasar Koperasi,
3. Sanggup Dan Bersedia Melakukan Kewajiban-Kewajiban Dan Hak Sebagai Anggota,
Sebagaimana Tercantum Dalam Uu No. 12 Tahun 1967, Anggaran Dasar Dan Anggaran
Rumah Tangga Serta Peraturan Koperasi Lainnya.

Daerah kerja Koperasi Primer terbatas pada satu lingkungan tempat tinggal (pedesaan) atau
lingkungan tempat bekerja (perkantoran, pabrik, kampus, sekolah, dan lain sebagainya). Dengan
demikian merupakan suatu pelanggaran peraturan kalau dalam satu lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan tempat kerja terdapat 2 atau lebih koperasi yang sejenis atau yang sama
usahanya. Terdapatnya 2 atau lebih Koperasi Primer yang sejenis dalam satu daerah kerja (desa,
perkantoran dan lain-lain) dapat menimbulkan beberapa kesulitan (dampak negatif), antara lain:

1. Dapat Menimbulkan Persaingan Yang Akan Menjadikan Usaha Koperasi Itu Tidak
Sehat;
2. Dapat Menimbulkan Terpecah-Pecahnya Potensi Ekonomi Dan Produksi Yang
Terdapat Dalam Satu Daerah Kerja, Sehingga Efektivitas Dan Efisiensi Sulit Atau
Bahkan Tidak Akan Mungkin Tercapai.

B. Koperasi Pusat, Gabungan dan Induk:

Tentang tingkatan koperasi ini sangat berkaitan dengan keanggotaan koperasi yang terdiri
dari badan-badan hukum koperasi, yaitu:

1. Sekurang-kurangnya 5 Koperasi Primer yang telah berbadan hukum dapat membentuk


suatu Pusat Koperasi. Dalam satu kesatuan perjuangan efisiensi akan dapat lebih
terjamin.
2. Sekurang-kurangnya 3 Pusat Koperasi yang telah berbadan hukum dapat membentuk
Gabungan Koperasi;
3. Sekurang-kurangnya 3 Gabungan Koperasi yang tekah berbadan hukum dapat
membentuk Induk Koperasi.

Dalam tingkatan-tingkatan ini, sehubungan dengan dimilikinya kebijaksanaan yang


mengikat antara koperasi tingkat bawah dengan koperasi tingkat atasnya secara timbal-balik
tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah untuk mengawasi koperasi tingkat atasnya,
merupakan kewajiban dan wewenang koperasi tingkat atasnya untuk memberikan bimbingan
dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawahnya, hal demikian dimaksudkan agar
koperasi yang sehat dapat terjaga pertumbuhannya. Adapun tanggungjawab mengenai
jalannya koperasi bawahan tetap pada koperasi bawahan yang bersangkutan.
Mengenai daerah kerja suatu badan hukum koperasi pada dasarnya harus cukup memiliki
potensi ekonomi bago perkembangan koperasi yang bersangkutan, ini berarti agar tercegah
tugas-tugas operasional yang saling bertabrakan dikarenakan terjadinya kompetisi antara
koperasi yang sejenis. Jelasnya untuk Koperasi Primer pada umumnya harus berada di wilayah
adminstrasi pemerintahan yang terendah, yaitu desa, Koperasi Pusat daerah kerjanya meliputi
Kabupaten/Kotamadya, Koperasi Gabungan meliputi satu provinsi dan Koperasi Induk
mempunyai daerah kerja meliputi seluruh Indonesia. Kesemuanya ini hanya berlaku pada tiap-
tiap jenis koperasi, jadi pada suatu desa kemungkinan untuk berdirinya 2 atau 3 Koperasi
Primer yang berlainan jenis tetap saja terbuka, karena tugas-tugasnya berlainan dan tidak akan
bertabrakan. Jelasnya sebagai berikut:

1. Di Pedesaan ada: Koperasi Primer Kopra, dan Koperasi Primer Batik.


2. Di Kabupaten ada: Koperasi Pusat Perkantoran dan Koperasi Pusat Pembatikan.
3. Di Provinsi ada: Koperasi Gabungan Perkopraan dan Koperasi Gabungan Pembatikan.
4. Di Indonesia ada: Koperasi Induk Perkopraan dan Koperasi Induk Pembatikan.

Menurut Pasal 16 UU no. 12 Tahun 1967, daerah kerja koperasi Indonesia pada dasarnya
didasarkan pada ketentuan wilayah adminstrasi pemerintahan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi, di dalam hal di mana ketentuan tersebut tidak dapat dipenuhi, menteri
menentukan lain. Dalam hal ini kita perhatikan misalnya KUD yang merupakan koperasi serba
usaha yang mempunyai sub unit peternakan, sub unit sayur mayur (palawija), sub unit susu
(sapi), yang kemungkinan masing-masing sub unit berada pada desa-desa tertentu, maka
daerah kerjanya tentu akan lebih luas, lazimnya meliputi daerah kecamatan.

1.4 Struktur Inter Organisasi Koperasi


Struktur Internal Organisasi Koperasi melibatkan perangkat organisasi di dalam organisasi
itu sendiri. Perangkat organisasi koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengawas, dan
pengelola. Di anatara rapat anggota, penggurus, dan pengelola terjalin hubungan perintah dan
tanggung jawab. Sedangkan pengawas hanya memiliki hubungan satu arah, yaitu bertanggung
jawab terhadap rapat anggota, tanpa memberikan perintah pada pengakat organisasi lainnya.
Adapun struktur internal organisasi koperas meliputi :

1. Anggota: setiap orang yang terdaftar sebagai peserta pemilik koperasi sesuai dengan
persyaratan dalam anggaran dasar.
2. Rapat Anggota: pemegang kekuasan tertinggi dalam organisasi koperasi.
3. Pengurus: melaksanakan keputusan keputusan yang ditetapkan oleh rapat anggota untuk
menggerakkan roda organisasi dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan.
4. Pengawas: bertugas melaksanakan pengawasan atas pekerjaan pengawasannya.
5. Pengelola: pelaksana harian kegiatan koperasi yang diangkat oleh pengurus koperasi atas
persetujuan rapat anggota.
DAFTAR PUSTAKA
http://affafyaqutul.blogspot.com/2016/12/dasar-hukum-syarat-dan-tata-cara.html
https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/05/tingkatan-koperasi-dan-daerah-
kerja.html#:~:text=Jelasnya%20untuk%20Koperasi%20Primer%20pada,daerah%20kerja%20me
liputi%20seluruh%20Indonesia.
http://dimasyanuar30.blogspot.com/2018/11/struktur-organisasi-koperasi.html
http://diskopukm.jatimprov.go.id/web-bo/file
content/53_60_tata%20cara%20pendirian%20koperasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai