Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA

Disusun Oleh :
Nama :RIZAL SIMARMATA
NIM : 2011515024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2021
A. DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis


yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan (Arif, 2000).Dyspepsia merupakan kumpulan gejala
atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa
penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

Sedangkan menurut Purnamasari.2017, dyspepsia merupakan


gangguan yang kompleks, mengacu pada kumpulan gejala seperti sensasi
nyeri atau tak nyaman di perut bagian atas, terbakar, mual muntah rasa penuh
dan kembung.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari


rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer A edisi III, 2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari


kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas,
perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas
kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam
dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan


Setiowulan, (2008).Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis
yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan.
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit
acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong
ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang
dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa
obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.
Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia
secara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)


b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan


organiksebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis,
pankreastitis,kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :


a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
(Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta
dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian
akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita
yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau
tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat
badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani
pemeriksaan.

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.

E. PATHWAY

DISPEPSIA

Dispepsia Fungsional
epsia Organik

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL di
Lambung

HCL kontak dengan Ansietas


mukosa gaster
Mual

Perubahan pada
Muntah Nyeri
status kesehatan

Hipovolemia Nyeri Akut


Defisit Pengetahuan

utrisi Nausea
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISPEPSIA
1. Stress
2. Keteraturan makan
3. Makanan dan minuman iritatif

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab
organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada
dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda,
serologihelicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter
pylori1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan
bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang
disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan


generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na
bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid
jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa
nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar
akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia


organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan
famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium


akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil


(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam
lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas
(SCBA).

6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid.Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,
2007).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang


keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas
dan depresi (Sawaludin, 2005).Sedangkan penatalaksanaan Non
Farmakologinya adalah sebagai berikut:

 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.


 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang

dilakukan yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan

menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi

adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu

makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan

perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A,

2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang

terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai

dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),

regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia,


mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all,

1996).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d.kehilangan cairan aktif
4. DefisitNutrisi b.d.ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrient
5. Ansietas b.d.krisis situasional

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/w
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan
aktu

Nausea b.d. iritasi NOC: NIC :


lambung
- Nausea - Nausea management
- Fluid volume, risk for a. Tanyakan pada
dificient pasien penyebab
Setelah dilakukan mual
tindakan keperawatan b. Observasi asupan
selama … mual pasien makanan dan cairan
teratasi dengan kriteria c. Anjurkan pasien
hasil: untuk makan
makanan yang
a. Pasien menyatakan
kering, lunak
penyebab mual dan
d. Berikan obat anti
muntah
mual sesuai yang
b. Pasien mengambil langkah
diresepkan
untuk mengatasi episode e. Ajarkan tehnik
mual dan muntah relaksasi dan bantu
c. Pasien mengingesti zat gizi pasien untuk
yang cukup untuk menggunakan tehnik
mempertahankan tersebut selama
kesehatan waktu makan
d. Pasien mengambil langkah f. Pada saat mual
untuk meyakinkan nutrisi mereda anjurkan
yang adekuat pada saat untuk makan
mual reda makanan yang
e. Pasien mempertahankan berlebih
berat badan dalam rentang
tertentu yang diharapkan
- Fluid/ Electrolit
Management
a. Berikan terapi IV
sesuai dengan
anjuran
b. Berikan obat
antimetic sesuai
anjuran
c. Pantau tanda-tanda
vital, bila diperlukan
d. Pantau makanan dan
cairan yang
dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
setiap hari, jika
diperlukan
e. Pantau status hidrasi
(misalnya membrane
mukosa lembab,
keadekuatan nadi,
tekanan darah
ortostatik) jika
diperlukan
- Medication
Management
a. Memantau
efektivitas modalitas
administrasi
pengobatan
b. Memantau pasien
untuk efek terapi
obat
c. Pantau tanda – tanda
dan gejala dari
keracunan obat
d. Memonitor efek
samping obat
e. Memonitor interaksi
obat nontherapeutic

Nyeri Akut b.d. NOC : NIC :


agen pencedera - Pain management
- Pain level,
fisiologis a. Lakukan pengkajian
- Pain control,
nyeri secara
- Comfort level
komperehensif
Setelah dilakukan tindakan
termasuk lokasi,
keperawatan selama …. pasien
karakteristik, durasi,
tidak mengalami nyeri, dengan
frekuensi, kualitas
kriteria hasil:
dan faktor presipitasi
a. Mampu mengontrol nyeri b. Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik c. Evaluasi
nonfarmakologiuntuk pengalaman nyeri
mengurangi nyeri, mencari masa lampau
bantuan) d. Pilih dan lakukan
b. Melaporkan bahwa nyeri penanganan nyeri
berkurang dengan (farmakologi, non
menggunakan manajemen farmakologi, dan
nyeri interpersonal)
c. Mampu mengenali nyeri e. Ajarkan tentang
(skala, intensitas, frekuensi tehnik non
dan tanda nyeri) farmakologi
d. Menyatakan rasa nyaman f. Evaluasi keefektifan
setelah nyeri berkurang control nyeri

- Analgesic
administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemeberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
e. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala.
Hipovolemia b.d. NOC : NIC :
kehilangan cairan
- Fluid balance - Fluid management
aktif
- Hydration a. Pertahankan catatan
- Nutritional status: Food and intake dan output
Fluid Intake yang akurat
Setelah dilakukan tindakan b. Monitor status
keperawatan selama… hidrasi (kelembaban
kekurangan cairan dapat membrane mukosa,
teratasi dengan kriteria hasil: nadi adekuat,
a. Mempertahankan urine tekanan darah
output sesuai dengan usia ortostatik), jika
dan BB, BJ urine normal, diperlukan.
HT normal c. Monitor vital sign
b. Tekanan darah, nadi, suhu d. Monitor masukan
tubuh dalam batas normal makanan/ cairan dan
c. Tidak ada tanda dehidrasi, hitung intake kalori
elastisitas turgor kulit baik, harian
membrane mukosa e. Kolaborasikan
lembab, tidak ada rasa pemberian cairan IV
haus yang berlebihan f. Monitor status
nutrisi
g. Dorong masukan
oral
h. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
i. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
j. Atur kemungkinan
transfuse
k. Persiapan transfuse
- Hypovolemia
management
a. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk
menambah intake
oral

Defisit Nutrisi b.d. Setelah dilakukan asuhan NIC :


ketidakmampuan selama.... diharapkan ada - Nutrition management
mencerna peningkatan BB pada a. Kaji adanya alergi
makanan dan pasien dan tidak ada makanan
mengabsorbsi tanda-tanda malnutrisi b. Kolaborasi dengan
nutrien dengan kriteria hasil: ahli gizi untuk
a. Adanya peningkatan berat menunjukkan
badan sesuai dengan tujuan jumlah kalori dan
b. Berat badan ideal sesuai nutrisi yang
dengan tinggi badan dibutuhkan pasien
c. Mampu mengidentifikasi c. Berikan makanan
kebutuhan nutrisi yang terpilih (sudah
d. Tidak ada tanda-tanda dikonsultasikan
malnutrisi dengan ahli gizi)
e. Menunjukkan peningkatan d. Monitor jumlah
fungsi pengecapan dari nutrisi dan
menelan kandungan kalori
f. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti - Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam
batas normal
b. Monitor adanya
penurunan berat
badan
c. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor mual dan
muntah
f. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht.
g. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
h. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
i. Monitor kalori dan
intake nutrisi
Ansietas b.d. NOC : NIC :
krisis situasional
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction
- Anxiety level (penurunan kecemasan)
- Coping a. Gunakan pendekatan
Setelah dilakukan tindakan yang menenangkan.
keperawatan selama… pasien b. Nyatakan dengan
tidak mengalami masalah pada jelas harapan
nafasnya dengan kriteria hasil: terhadap pelaku
pasien.
a. Klien mampu
c. Jelaskan semua
mengidentifikasi dan
prosedur dan apa
mengungkapkan gejala
yang dirasakan
cemas.
selama prosedur.
b. Mengidentifikasi,
d. Temani pasien untuk
mengungkapkan dan
memberikan
menunjukkan teknik untuk
keamanan dan
mengontrol cemas.
mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas
e. Dengarkan penuh
normal
perhatian.
d. Postur tubuh, ekspresi
f. Identifikasi tingkat
wajah, bahasa tubuh dan
kecemasan
tingkat aktivitas
g. Bantu pasien
menunjukkan
mengenal situasi
berkurangnya kecemasan.
yang menimbulkan
kecemasan.
h. Dorong pasien
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.
i. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangai
kecemasan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi
keperawatan oleh perawatterhadap pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:

EGC

Doengoes. E. M, et al.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:

EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015 – 2017 Edisi 10.EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika

aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan,

W.1999.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.Edisi 1.Jakarta: Media

Aesculapius
Price & Wilson.1994.Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Purnamasari, Lina. 2017. Faktor Resiko, Klasifikasi dan Terapi Sindrom

Dispepsia. Semarang : Continuing Medical Education

Rumalolas, Mariyani. 2018. Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap

Sindrom Dispepsia Pada Remaja Di Smp Negri 13 Makasar. Makasar:

Universitas Muhammadiyah

Suryono Slamet, et al.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator DiagnostikEdisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

PPNI

Anda mungkin juga menyukai