Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang artinya kebakaran itu di luar

kemampuan dan keinginan manusia. Menurut Kepmen PU RI NO.26 Tahun 2008,

Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan

derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap

dan gas yang ditimbulkan. Menurut teori segi tiga api (fire triangel) kebakaran terjadi

karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api yaitu bahan bakar (fuel), sumber panas

(heat) dan oksigen (oxygen). 1

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

kejadian bencana diindonesia selama 10 tahun terakhir mencapai 2.163 kasus. Khusus

kebakaran, tercatat 980 kasus kebakaran dari tahun 2011-2017 di Indonesia. Kebakaran

rumah sakit di Indonesia diantaranya kebakaran di Rumah Sakit Umum Dokter Sardjito

Yogyakarta pada 6 Agustus 2007, kebakaran di Rumah Sakit Asih Serang, Banten

akibat arus pendek listrik pada 29 Juli 2009, kebakaran Rumah Sakit TNI angkatan laut

Mintoharjo, Jakarta pada bulan Maret 2016 akibat korsleting listrik yang menyebabkan

4 orang tewas.2

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja meyatakan

bahwa setiap tenaga kerja maupun setiap orang yang berada ditempat kerja harus terjamin

keselamatannya yang salah satu syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk mencegah,

mengurangi dan memadamkan kebakaran. Kebakaran ditempat kerja merupakan suatu

bentuk bencana yang dapat menjadi kecelakaan kerja dan membawa dampak yang

merugikan banyak pihak baik pengusaha, tenaga kerja maupun masyarakat luas. Semua

kejadian kebakaran, salah satunya yang sering ditempat kerja yaitu Puskesmas.3

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru adalah salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan di Kota Pekanbaru dan gambaran situasi kesehatan di wilayah Puskesmas


Limapuluh dan diterbitkan setiap tahunnya. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1979 dan

kini berakreditasi Utama. Puskesmas Limapuluh mencakup empat kelurahan yaitu,

Kelurahan Rhu, Kelurahan Pesisir, Kelurahan Rintis dan Kelurahan Sekip dengan jumlah

penduduk pada Tahun 2019 sebanyak 49.456 jiwa serta luas wilayah kerja 4,1 km 2. Pos

UKK pada Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru ada 3 yaitu satu pos UKK di Kelurahan

Tanjung Rhu (Pelabuhan Sungai Duku) dan dua pos di Kelurahan Pesisir ( Pelabuhan Jaya

dan Poskesdes Pesisir). Kegiatan dilakukan satu bulan sekali yang di lakukan oleh satu

dokter umum, satu bidan puskesmas dan satu perawat puskesmas. Target kegiatan pos

UKK yaitu buruh angkat.4

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru mengacu pada Permenkes No.52 tahun 2018, mengatur

tentang kesehatan dan keselamatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)

sebagai acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 secara optimal, efektif,

efisien, dan berkesinambungan. Aspek SMK3 di Puskesmas Limapuluh belum secara

optimal dilakukan baik dalam segi pengetahuan maupun penerapan nya termasuk dalam

SOP Tanggap Darurat Kebakaran dan cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan

(APAR).5

Puskesmas Limapuluh memiliki 3 buah APAR yang terbagi 1 buah di lantai 1 dan

2 buah di lantai 2. Peletakan APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya

kebakaran, tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau. Untuk cara penggunaan

APAR setiap sumber daya manusia Fasyankes harus mampu menggunakan APAR sesuai

standar prosedur operasional yang didapatkan melalui pelatihan. Namun, Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru hanya sekali melakukan pelatihan tentang tanggap darurat

kebakaran termasuk penggunaan APAR. 4

Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

mengalami kendala dalam hal penerapan penggunaan APAR dikarenakan kurangnya

sosialisasi tentang tanggap darurat kebakaran. Penerapan SMK3 nya tidak terdokumentasi
dengan baik. Untuk itu kami mengangkat topik mengenai Sosialisasi tanggap darurat

kebakaran dengan menggunakan APAR di Puskesmas Limapuluh Pekanbaru .

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah Optimalisasi Sistem Manajemen Kesehatan

Keselamatan Kerja di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :

1. Identifikasi permasalahan-permasalah belum optimalnya SMK3 di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru.

2. Ditentukannya prioritas masalah mengenai belum optimalnya SMK3 di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Dilakukan analisis mengenai penyebab masalah belum optimalnya sistem

tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota pekanbaru .

4. Didapatnya beberapa alternatif kegiatan dalam mengatasi masalah belum

optimalnya sosialisasi tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota

pekanbaru.

5. Dilaksanakanya kegiatan sosialisasi Sistem Manajemen Kesehatan Kerja di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

6. Dilakukan evaluasi kegiatan pemecahan masalah dalam sosialisasi tanggap

kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota pekanbaru

7. Standarisasi penggunaan APAR sebagai alat tanggap kebakaran di Puskesmas

Limapuluh Kota pekanbaru.

1.2.3 Manfaat kegiatan

Manfaat dari kegiatan ini bagi :


1. Petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

Mendapatkan infomasi mengenai Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru dalam rangka mencegah kecelakaan dan

penyakit..

2. Kepala Puskesmas

Dibantunya Sosialisasi Tanggap Darurat Kebakaran dalam rangka menunjang

akreditasi puskesmas dibidang K3.

3. Dokter Muda IKM-KK FK UNRI

Menambah wawasan mengenai implementasi K3 di Fasyankes layanan primer.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 SMK3 di Fasyankes Primer

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan disebut SMK3 di Fasyankes adalah bagian dari sistem

manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam rangka

pengendaliaN risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,

aman dan nyaman. Adapun tujuan dari SMK3 di Puskesmas yaitu

memberikan acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 di

Fasyankes dan menciptakan fasyankes yang sehat, aman, nyaman bagi SDM

di Fasyankes, pasien, pengunjung, maupun lingkungan Fasyankes melalui

penyelenggraan K3 secara optimal, efektif, efesien dan berkesinambungan,

sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar. Dengan cakupan SMK3

yakni Pimpinan dan manajemen di Fasyankes, SDM di Fasyankes, P asien,

Pengunjung atau pemgantar pasien. Puskesmas adalah Unit Pelaksaan Teknis

Sistem Manajemen Puskesmas merupakan bagian sistem manajemen

Puskesmas yang meliputi Struktur organisasi, Perencanaan, Sumber daya

yang dibutuhkan, Tanggung jawab, Pelaksaan prosedur dan program,

Pengkajian, Monitoring dan evaluasi. Prinsip dari Manajemen Kesehatan

Kerja meliputiperencanaan, dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang

efektif, melibatkan pengambilan keputusan, fokus memenuhi kebutuhan,

terorganisir, motivasi, komunikasi yang efektif, pengendalian. Manajemen

pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara penetapan kebijakan

K3 di Fasyankes, perencanaan K3 di Fasyankes, pelaksanaan rencana K3 di


Fasyankes, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Fasyankes dan, peninjauan dan

peningkatan kinerja K3 di Fasyankes.5

2.2 Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.6

Tanggap darurat merupakan elemen penting dalam Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), untuk menghadapi setiap

kemungkinan yang dapat terjadi untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang

tidak diinginkan. Namun demikian, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang

ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap

darurat guna mengantisipasi berbagai kemungkinan seperti kecelakaan,

kebakaran/peledakan, bocoran bahan kimia atau pencemaran.6

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.6

Tanggap darurat kebakaran adalah tindakan segera dengan mengarahkan

sumber daya yang tersedia, sebelum bantuan dari luar datang. Tanggap darurat

adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana

misalnya dalam suatu proses kebakaran atau ledakan dilingkungan industri.

Tindakan tersebut meliputi:7

a. Memadamkan kebakaran atau ledakan

b. Menyelamatkan manusia dan korban


c. Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting

Tujuan dari kesiapsiagaan adalah meminimalkan dampak dari kondisi darurat

dan bencana baik internal maupun eksternal yang dapat menimbulkan kerugian fisik,

material, jiwa, bagi SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung,

masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes, maupun sistem operasional di

Fasyankes. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan Bencana Langkah-langkah dalam

melakukan kesiapsiagaan bencana.7

1. Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana

Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari

aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk dan jasa. Contoh dari keadaan

darurat yang mungkin terjadinya adalah gempa bumi, banjir, kebakaran,

peledakan, keracunan, huru hara, dan pandemi.

2. Analisis Risiko Kerentanan Bencana

Analisis risiko kerentanan bencana merupakan penilaian terhadap bencana yang

paling mungkin terjadi. Analisis kerentanan bencana terkait dengan bencana alam,

teknologi, manusia, penyakit/wabah dan hazard material.

3. Pengendalian kondisi darurat atau bencana

a) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana

b. Menyusun juknis tanggap darurat atau bencana

c. Menyusun standar prosedur operasional tanggap darurat atau bencana

antara lain:

1. kedaruratan keamanan (penculikan bayi, pencurian, kekerasan pada

petugas kesehatan).
2. kedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran, gedung roboh).

3. tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

4. kegagalan peralatan medik dan non medik (kebocoran rontgen, gas meledak,

AC sentral).

d) Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil

identifikasi, antara lain: 1)rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu

darurat. 2)jalur evakuasi. 3)Titik kumpul (assembly point). 3)APAR

e) Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan untuk mendapatkan alat

keadaan darurat oleh petugas/SDM Fasyankes yang berkompeten dan berwenang.

f) Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

g) Simulasi kondisi darurat atau bencana

Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa risiko

kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan, antara lain: 1)Penculikan

bayi. 2)ancaman bom. 3)tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3).3)Gangguan keamanan. 4)Melakukan uji coba (simulasi)

kesiapanpetugas/SDM Fasyankes yang bertanggung jawab menangani

keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali pada setiap gedung.

2.3 Kebakaran

Kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang

menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida,

karbondioksida, atau produk dan efek lainnya Reaksi dari oksigen yang terpapar oleh

energi panas yang berlebihan dapat menyebabkan nyala api dan menyebar dengan cepat

karena adanya benda yang mudah terbakar disekitar api tersebut.8

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008, bahaya

kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat

terkena pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan
asap dan gas.8

Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan macam-macam kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya. Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar

memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Menurut Peraturan

Menteri No.04/MEN/1980, kebakaran diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:9

1. Kelas A : Suatu kejadian kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat

kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah bahan bakarnya tidak mengalir

dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam bentuk bara, seperti

contohnya kayu, kertas dan plastik.

2. Kelas B : Kebakaran benda bahan bakar cair atau gas, kebakaran terjadi karena

diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas tersebutlah yang terbakar.

Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat

lainnya. Contohnya bensin, LPG dan minyak.

3. Kelas C : Sebuah kebakaran yang disebabkan oleh suatu instalasi listrik yang

rusak atau korslet, contohnya braker listrik, peralatan alat elektronik.

4. Kelas D : Kebakaran pada benda-benda logam, seperti magnesium, aluminium,

natrium.
Kebakaran tidak terjadi secara tiba-tiba, terdapat faktor-faktor yang

menyebabkan kebakaran yaitu : 1)Faktor teknis. Faktor teknis adalah faktor

yang berhubnbungan dengan instalasi listrik,mesin,peralatan listrik seperti

pembangkit tenaga listrik dan evaluator. 2)Faktor manusia. Faktor manusia

adalah faktor yang berhubungan dengan perilaku penghuni dengan cara kerja

yang tidak aman dan kegiatan yang dilakukan oleh penghuni atau pengelola

gedung.9

2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Permenakertrans PER.04/MEN/1980, Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) adalah alat yang ringan dengan berat maksimal 16 kg serta

mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula

kebakaran.9

Menurut Rijanto (2011), alat pemadam api ringan diklasifikasikan untuk

menunjukkan kemampuannya menangani kelas dan ukuran kebakaran itu.

Klasifikasi alat pemadam api kebakaran dibagi beberapa kelas, yaitu:10

1. Kelas A: untuk kebakaran biasa pada semua benda padat kecuali

logam, seperti kayu, kertas, plastik, dan tekstil.

2. Kelas B: untuk kebakaran cairan dan gas mudah terbakar, seperti oil,

bensin, cat, kimia cair.

3. Kelas C: untuk kebakaran pada kabel dan peralatan listrik akibat arus

listrik.

4. Kelas D: untuk kebakaran logam, seperti magnesium, potassium,

serbuk aluminium, seng, sodium, titanium, sirkonium, litium.


Jenis APAR berdasarkan media yang digunakan:

1. APAR dengan media air

APAR jenis ini membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan yang

berfungsi untuk menekan air keluar.

2. APAR dengan media busa

APAR jenis ini juga membutuhkan gas CO2 ata N2 yang bertekanan

untuk menekan busa keluar.

3. APAR dengan serbuk kimia

APAR dengan serbuk kimia terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil yang berisi gas

bertekanan CO2 atau N2 sebagai pendorong serbuk kimia.

b. Tabung berisi serbuk kimia yang gas bertekanan langsung

dimasukkan ke dalam tabung bersama serbuk kimia. Pada bagian luar

tabung terdapat indikator tekanan gas untuk mengetahui apakah

kondisi tekanan di dalam tabung masih memenuhi syarat atau tidak.

4. APAR dengan media gas

Tabung gas biasanya dilengkapi dengan indikator tekanan pada bagian

luarnya. Khusus untuk tabung yang berisi gas C2 corong semprotnya

berbentuk melebar, berfungsi untuk merubah CO2 yang keluar menjadi

bentuk kabut bila disemprotkan.

2.4.1 Persyaratan Penempatan APAR

a) Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau titik dalam

bangunan harus tidak lebih dari 25 m.


b) Mudah terlihat, termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda

identifikasinya.

c) Mudah dicapai (tidak terhalang oleh peralatan atau material-material).

d) APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong yang menuju exit.

e) APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya kebakaran,

akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh sambaran api

f) Tempatkan APAR sesuai dengan karakteristik tempat.

g) Hindari tempat yang menyebabkan korosif.

h) Jika di luar ruangan, APAR terlindungi dari kerusakan.

i) Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah terbakar di dalam

ruangan yang kecil atau tempat tertutup, tempatkan APAR di luar ruangan.

j) Kapasitas APAR minimal 2 kg dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1

(satu) buah APAR untuk ruangan tertutup dengan luas tidak lebih dari

25m2 dan minimal 2 (dua) buah APAR kimia untuk luas tempat parkir

tidak melebihi 270 m2.

k) Setiap SDM Fasyankes mampu menggunakan APAR sesuai standar

prosedur operasional yang tersedia di tabung APAR dan melakukan

pemantauan kondisi dan masa pakai secara berkala minimal 2 kali dalam

setahun.

l) Pemasangan APAR ditentukan sebagai berikut:

1 Dipasang pada dinding atau dalam lemari kaca disertai palu pemecah

dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan.


2 Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada

ketinggian maksimum 120 cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis

CO2 dan bubuk kimia kering (dry powder) penempatannya minimum 15

cm dari permukaan lantai.

3 Tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan yang mempunyai

temperatur lebih dari 49C dan di bawah 40C.

APAR dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh setiap orang yang

berada dan melihat kebakaran. Karena itu dirancang untuk mudah digunakan

oleh setiap orang. Cara penggunaan biasanya tercantum disetiap badan APAR.

Penggunaan APAR secara mudah adalah dengan menggunakan teknik

“PASS” yaitu sebagai berikut:10

1. Pull the Pin (cabut pin)

Langkah pertama adalah menarik pin atau pengaman yang ada di bagian

atas. Kunci ini besi atau kawat kecil yang diberi rantai. Jika pin

terpasang, maka katup tidak bisa digerakkan.

2. Aim (arahkan ke api)

Api diarahkan ke pangkal api sebagai sasaran pemadaman. Perhatikan

arah angin dan sebaiknya berada diatas angin agar pemadaman dapat

efektif dan tidak terkena semburan media pemadam.

3. Squezee the hendle (pijit katup)

APAR dilengkapi dengan katup atau pemegangnya yang jika dipijit,

maka akan membuka saluran media pemadam, sehingga baham pemadam

akan keluar dari ujung penyemprot.

4. SWEEP (kibaskan ke kiri dan kanan)


Selanjutnya, slang penyalur dikibaskan kekiri dan kanan atau menurut

arah api sampai api berhasil dipadamkan. Pemadam sebaiknya dimulai

dari pangkal api dan diarahkan menurut kobaran api.

Hidran

Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, Hidran adalah alat yang

dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air

bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.8

Menurut Boedi Rijanto, berdasarkan lokasi penempatannya, setiap

bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran

halaman sebagai berikut:11

a. Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan sistem

serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan/gedung

tersebut.

Hidran gedung harus berbentuk kotak yang letaknya harus mudah dilihat

dan

dijangkau dan kotak hidran tidak boleh dalam keadaan terkunci. Pipa

hidran dan kotak hidran harus dicat warna merah. Pipa pemancar (nozzle)

juga harus sudah terpasang pada ujung selang.

b. Hidran halaman

Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, hidran halaman adalah

hidran yang terletak diluar bangunan/gedung dan alat yang dilengkapi

dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan,

yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan di


halaman bangunan gedung. Hidran halaman harus di cat warna merah dan

biasanya hidran harus dihubungkan dengan pipa induk uang ukuran

diameternya minimal 4-6 inchi. Penempatan hidran halaman juga harus

mudah dicapai kendaraan petugas kebakaran.8


BAB III

SOSIALISASI PROTOKOL TANGGAP KEBAKARAN DI PUSKESMAS

LIMAPULUH KOTA PEKANBARU

3.1 Deskripsi keadaan

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru adalah salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru. Yang beralamat di jalan Sumber Sari no.

15 kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru. Puskesmas

Limapuluh berakreditasi Utama, mencakup 76 RT, 18 RW, serta empat kelurahan

yaitu, Kelurahan Tanjung Rhu, Kelurahan Pesisir, Kelurahan Rintis dan

Kelurahan Sekip, dengan Luas wilayah kerja seluruhnya mencapai 4,1 Km2 dan

terdapat 49.456 Jiwa di tahun 2019.

Puskesmas Limapuluh merupakan bangunan tetap yang pada mulanya

dibangun 1 lantai, lalu pada tahun 2004 Puskesmas ini diperbesar menjadi 2

lantai. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru mengacu pada Permenkes No.52 tahun

2018 termasuk tentang mencegah dan menanggulangi kebakaran di fasyankes.

Namun, Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru belum optimal dalam melakukan

sosialisasi secara rutin tentang tanggap darurat kebakaran.

3.2 Plan

Kegiatan plan dilaksanakan pada tanggal 13-18 Juli 2020 yaitu melakukan

wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab K3 sementara di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru dan diskusi dengan pembimbing.


3.2.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah diperoleh melalui:

1. Pertanyaan melalui Whatsapp dengan Kepala Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru tentang SMK3 dan permasalahan, diperbolehkan bertanya melalui

Whatsapp di karenakan kesibukan. (lampiran wawancara no.1)

2. Wawancara terpimpin dengan Penanggung Jawab K3 sementara Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru tentang pembenahan SMK3 dan SOP serta

sosialisasi tanggap darurat pada pegawai-pegawai di Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru. (lampiran wawancara no.2 )

3. Berdasarkan hasil observasi lapangan tentang rambu-rambu jalur evakuasi dan

identifikasi risiko kerja tiap ruangan di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru. (lampiran observasi lapangan no.3)

4. Telaah dokumen atau arsip mengenai bukti penerapan K3 tanggap darurat

kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. (lampiran no.4).


Tabel 3.1 Identifikasi masalah belum optimalnya sosialisasi K3 tentang

tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh

Aspek yang Masalah Evidence Based

dinilai
Belum optimalnya 1. Belum adanya 1. Hasil wawancara dengan Kepala
Puskesmas, belum terbentuknya tim K3
penerapan K3 sosialisasi K3 tanggap kebakaran yang baru sehingga
pengganti penanggung jawab belum
tanggap kebakaran tanggap kebakaran mengikuti kepelatihan tanggap
kebakaran di Puskesmas, serta kurang
di Puskesmas di Puskesmas mengerti tentang penggunaan APAR.
(lihat Lampiran no.1 )
Limapuluh Kota Limapuluh Kota
2. Hasil wawancara terpimpin dengan
Pekanbaru Pekanbaru Penangggung jawab K3 belum adanya
sosialisasi terbaru tentang
penanggulangan kebakaran yang
terakhir dilakukan pada tahun 2018,
serta kurang mengerti tentang cara
penggunaan APAR.
Lanjutan tabel 3.1

Aspek yang Masalah Evidence Based

dinilai
2. Belum optimalnya 1. Belum adanya titik kumpul tanggap
pengendalian darurat kebakaran.
teknis terhadap
faktor risiko 2. Observasi Lapangan, untuk
kebakaran di penerapan rambu-rambu K3 seperti
Puskesmas petunjuk jalur evakuasi, tanda penunjuk
Limapuluh Kota naik-turun tangga, belum tepat
Pekanbaru penempatannya. (lihat lampiran no.3)
3. Sementara itu, penerapan yang belum
bagus yakni peletakan APAR yang
belum tepat. (lihat lampiran no.3)
lanjut tabel 3.1

Aspek yang Masalah Evidence Based

dinilai
3. Belum optimalnya 1. Hasil wawancara dengan Kepala
pengendalian Puskesmas, belum adanya SOP
Administratif tanggap kebakaran. (lihat Lampiran
terhadap faktor no.1)
risiko kebakaran
dan belum adanya 2. Hasil telaah dokumen atau arsip,
SOP belum ditemukan tentang SOP
penanggulangan tanggap kebakaran. (lihat lampiran
kebakaran.di no.4)
Puskesmas
Lanjutan tabl 3.1

Aspek yang Masalah Evidence Based

dinilai
4. Belum optimalnya 1. Berdasarkan hasil observasi
penyediaan, lapangan, didapatkan peletakan
penggunaan, dan APAR yang tidak tepat yaitu
pengelolaan Alat dibawah tangga.
Pemadam Api
Ringan. 2. Berdasarkan hasil observasi
lapangan, didapatkan
pengecekan APAR tidak
dilakukan secara rutin (setiap 6
bulan dalam 1 tahun).
3. Berdasarkan hasil wawancara
terpimpin, didapatkan
kurangnya pengetahuan tentang
cara penggunaan APAR.

3.2.2 Penentuan prioritas masalah


Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yangmenggunakan

dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota

mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3) yaitu :

1. Urgensi atau kepentingan

- nilai 1 tidak penting

- nilai 2 penting

- nilai 3 sangat penting

2. Solusi

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan mengubah

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

- nilai 1 tinggi

- nilai 2 sedang

- nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total

skordari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu

masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas

masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya.Penetuan prioritas masalah dibuat

ke dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut:


Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada pegawai Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru

Kriteria Masalah
Urgensi Solusi Kemampuan Biaya
No Masalah Total Rank
Mengubah
1. Belum adanya

sosialisasi K3 tanggap

kebakaran di Puskesmas 3 3 3 2 54 I

Limapuluh Kota

Pekanbaru
2. Belum optimalnya

pengendalian teknis

terhadap faktor risiko 3 2 2 2 24 II

kebakaran di Puskesmas

Limapuluh Kota

Pekanbaru
Lanjutan tabel 3,2

Kriteria Masalah

Urgensi Solusi Kemampuan biaya Total Rank


mengubah

3. Belum optimalnya

pengendalian

Administratif terhadap 2 2 2 2 16 III


faktor risiko kebakaran

dan belum adanya SOP

penanggulangan

kebakaran di Puskesmas
4. Belum optimalnya

penyediaan,

penggunaan, dan 3 2 2 1 12 IV

pengelolaan Alat

Pemadam Api Ringan.

3.3 Analisa penyebab masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi diatas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu method,

material,dan market yang diperoleh melalui hasil wawancara Adapun analisis

masalah dijelaskan pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Analisa penyebab masalah


Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
Sosialisasi a. Man 1. Berdasarkan wawancara dengan

tanggap 1. Penanggung jawab Kepala Puskesmas Limapuluh

kebakaran pada K3 yang bertugas di dan Observasi yang dilakukan

pegawai luar gedung. oleh dokter muda IKM-KK,

Puskesmas didapatkan Penanggung jawab

Limapuluh Kota K3 bertugas di Puskesmas

Pekanbaru. Pembantu Kelurahan Pesisir

Kota Pekanbaru. Beliau hanya

berada di Puskesmas apabila ada

agenda rapat.

2. Belum ada Tim K3 2. Berdasarkan wawancara dengan

evakuasi tanggap Kepala Puskesmas Limapuluh,

kebakaran belum adanya tim K3 evakuasi

Puskesmas tanggap kebakaran Puskesmas

Limapuluh Kota Limapuluh Kota Pekanbaru.

Pekanbaru.
b. Methode 1. Berdasarkan hasil wawancara,

1. Belum pernah observasi, dan telaah dokumen

dilakukan sosialisasi yang dilakukan oleh dokter

tanggap kebakaran. muda IKM-KK, didapatkan

2. Belum ada program hasil bahwa belum adanya SOP

K3 tanggap kebakaran tanggap kebakaran.


Puskesmas

Limapuluh.
Material 1. Berdasarkan observasi yang

1. Belum adanya dilakukan oleh dokter muda

identifikasi faktor IKM-KK, didapatkan bahwa

risiko kebakaran belum ada pencatatan risiko

disetiap unit kerja. kebakaran dengan lengkap pada

setiap unit di Puskesmas

Limapuluh Kota pekanbaru.

2. Belum adanya SOP 2. Berdasarkan hasil wawancara,

tanggap kebakaran. observasi, dan telaah dokumen

yang dilakukan oleh dokter

muda IKM-KK, didapatkan

hasil bahwa belum adanya SOP

tanggap kebakaran.

Market

Kurangnya pengetahuan 1. Berdasarkan hasil wawancara

tentang penggunaan dengan Penanggung jawab K3

APAR pada pegawai sementara dan Petugas

Puskesmas Limapuluh Kesehatan yang dilakukan oleh

Kota Pekanbaru. dokter muda IKM-KK,

didapatkan hasil bahwa pegawai

belum banyak mengetahui

tentang cara penggunaan APAR


di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.
3.2.4 Fishbone Ishikawa

Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan fishbone ishikawa pada gambar 3.1

(1) Penanggung jawab K3 yang


bertugas di luar gedung.
Kurangnya pengetahuan tentang cara (2) Belum ada Tim K3 evakuasi
penggunaan APAR pada pegawai tanggap kebakaran Puskesmas
Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Limapuluh Kota Pekanbaru.

Market Man

Belum Optimalnya sosialisasi


tanggap kebakaran di
Puskesmas Limapuluh Kota
Pekanbaru

Method Material
(1) Belum pernah dilakukan sosialisasi (1) Belum adanya identifikasi faktor
tanggap kebakaran. risiko kebakaran disetiap unit kerja.
(2) Belum ada program K3 tanggap (2) Belum adanya SOP tanggap
kebakaran Puskesmas Limapuluh. kebakaran.

Gambar 3.1 Fishbone Ishikawa


No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
1. Man Ke Jangka Pendek
(1) Penanggung Merekomendasikan Agar monitoring
pala Puskesmas Dokter Diterimanya rekomendasi
jawab K3 yang kepada Kepala evaluasi dalam
Puskesmas Limapuluh Muda oleh Kepala Puskesmas
bertugas di luar Puskesmas untuk pelaksanaan SMK3
gedung penunjukan di Puskesmas Limapuluh Pekanbaru IKM-KK Jangka Panjang
Puskesmas Penanggung Jawab K3 Limapuluh Kota
Pekanbaru FK UR Adanya Penanggung Jawab
Limapuluh Kota di dalam gedung Pekanbaru lebih
K3 di dalam gedung
Pekanbaru Puskesmas Limapuluh optimal
Kota Pekanbaru Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
1. Man (lanjutan) Ke Jangka Pendek

(2) Belum ada Tim Merekomendasikan Agar monitoring pala Puskesmas Dokter Diterimanya rekomendasi
K3 evakuasi kepada Kepala evaluasi dalam
Puskesmas Limapuluh Muda oleh Kepala Puskesmas
tanggap darurat Puskesmas pelaksanaan sistem
Limapuluh Pekanbaru IKM-KK Jangka Panjang
kebakaran pembentukan Tim K3 tanggap darurat
Puskesmas evakuasi tanggap kebakaran di Pekanbaru FK UR Adanya Tim K3 evakuasi
Limapuluh Kota darurat kebakaran Puskesmas
tanggap kebakaran di
Pekanbaru Puskesmas Limapuluh Limapuluh Kota
Puskesmas Limapuluh Kota
Kota Pekanbaru. Pekanbaru lebih
optimal Pekanbaru
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
2. Method Pe Jangka Pendek
(1) Belum pernah Melakukan Sosialisasi Agar pegawai gawai Puskesmas Dokter Dilaksanakan sosialisasi
dilakukan tentang tanggap mengetahui dan Puskesmas Limapuluh Muda tentang tanggap kebakaran
Sosialisasi kebakaran kepada menerapkan tentang Limapuluh Pekanbaru IKM-KK kepada Pegawai Puskesmas
tentang tanggap Pegawai Puskesmas darurat kebakaran di Pekanbaru FK UR Limapuluh Kota Pekanbaru.
kebakaran. Limapuluh Kota tiap unit kerja Jangka Panjang
Pekanbaru. Adanya pengetahuan dan
penerapan yang baik tentang
tanggap darurat kebakaran.
2. Method (lanjutan) Ke Jangka Pendek
(2) Belum ada Merekomendasikan Agar penerapan dan pala Puskesmas Dokter Diterimanya rekomendasi
program k3 program K3 tanggap monitoring lebih Puskesmas Limapuluh Muda program K3 tanggap
tanggap kebakaran Puskesmas optimal Limapuluh Pekanbaru IKM-KK kebakaran Puskesmas
kebakaran di Limapuluh Kota Pekanbaru FK UR Limapuluh Kota Pekanbaru.
Puskesmas Pekanbaru. Jangka Panjang
Limapuluh Kota Adanya pengetahuan dan
Pekanbaru penerapan yang baik tentang
tanggap kebakaran.

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
3. Material Pe Jangka Pendek
1. Belum adanya Membantu pemetaan Agar pegawai gawai Puskesmas Dokter Menyerahkan denah jalur
identifikasi identifikasi faktor mengetahui faktor Puskesmas Limapuluh Muda evakuasi Puskesmas
faktor risiko risiko kebakaran risiko kebakaran Limapuluh Pekanbaru IKM-KK Limapuluh Kota Pekanbaru.
kebakaran disetiap unit kerja disetiap unit kerja Pekanbaru FK UR Jangka Panjang
disetiap unit Adanya pengetahuan tentang
kerja identifikasi faktor risiko
kebakaran disetiap unit kerja.

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a


Masalah Kegiatan
3. Material Pe Jangka Pendek
(lanjutan) Membantu pembuatan Agar pelaksanaan gawai Puskesmas Dokter Menyerahkan SOP tanggap
2. Belum adanya SOP tanggap darurat tanggap kebakaran Puskesmas Limapuluh Muda kebakaran Puskesmas
SOP tanggap sesuai dengan SOP Limapuluh Pekanbaru IKM-KK Limapuluh Kota Pekanbaru.
kebakaran Pekanbaru FK UR Jangka Panjang
Terlaksananya tanggap
kebakaran sesuai SOP
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu a

Masalah Kegiatan
4. Market Pe Jangka Pendek
Kurangnya Melakukan Sosialisasi Agar pegawai gawai Puskesmas Dokter Dilaksanakan sosialisasi
pengetahuan tentang tanggap mengetahui dan Puskesmas Limapuluh Muda tentang tanggap kebakaran
tentang cara kebakaran kepada menerapkan tentang Limapuluh Pekanbaru IKM-KK kepada Pegawai Puskesmas
penggunan APAR Pegawai Puskesmas tanggap kebakaran Pekanbaru FK UR Limapuluh Kota Pekanbaru.
pada pegawai Limapuluh Kota di tiap unit kerja Jangka Panjang
Puskesma Pekanbaru. Adanya pengetahuan dan
Limapuluh Kota penerapan yang baik tentang
Pekanbaru tanggap kebakaran.
3.2.6 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang

digunakan dalam Sosialisasi Tanggap Kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

1. Melaksanakan sosialisasi tentang tanggap kebakaran adalah dokter muda

IKM-KK melakukan sosialisasi dengan cara mengajarkan teori dan tanya

jawab pada hari Senin, 03 Agustus 2020.

2. Merancang dan memberikan SOP tanggap darurat kepada pihak Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru. Dokter muda IKM-KK merancang rencana SOP

tanggap darurat dan memberikannya kepada Kepala Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru pada hari Senin,03 Agustus 2020.

3. Merancang dan memberikan media informasi berupa denah jalur evakuasi

yang berisi petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul tanggap darurat

kebakaran pada Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Dokter muda IKM-

KK membuat dan memberikan media informasi berupa denah jalur evakuasi

pada petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru yang dapat menjadi

bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi pada hari Senin, 03 Agustus

2020.

4. Merancang dan memberikan media informasi berupa poster yang berisi

informasi tentang tanggap darurat kebakaran pada Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru adalah dokter muda IKM-KK membuat dan memberikan media

informasi berupa poster pada pegawai Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

yang dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi pada hari

Senin,03 Agustus 2020.

46
47

5. Merancang pembuatan dan memberikan bahan penyuluhan berupa power

point mengenai Sosialisasi tanggap kebakaran pada pegawai Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru adalah dokter IKM-KK merancang power point

kemudian menjelaskan dan memberikan kepada pihak Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru sebagai bahan penyuluhan selanjutnya yang dilakukan pada

hari Senin, 03 Agustus 2020.

3.2 Do

Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Tanggap Kebakaran terdapat rangkaian

kegiatan sesuai Plan of Action (POA).

Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Tanggap Kebakaran di Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru dapat dilihat dalam tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Do dalam kegiatan Sosialisasi Tanggap Darurat Kebakaran di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

No Kegiatan Waktu Keterangan


1. Melaksanakan Sosialisasi 03 Agustus Terlaksana sesuai

tanggap kebakaran kepada 2020 PoA

petugas Puskesmas Kota

Pekanbaru
2. Merancang dan memberikan 03 Agustus Terlaksana sesuai

SOP tanggap darurat kepada 2020 PoA

pihak Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru
3. Merancang dan memberikan 03 Agustus Terlaksana sesuai

media informasi berupa denah 2020 PoA


48

No Kegiatan Waktu Keterangan


jalur evakuasi yang berisi

petunjuk jalur evakuasi dan titik

kumpul di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru


4. Merancang dan memberikan 03 Agustus Terlaksana sesuai

media informasi berupa poster 2020 PoA

yang berisi informasi tentang

tanggap darurat kebakaran di

Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru
5. Merancang pembuatan dan 03 Agustus Terlaksana sesuai

memberikan bahan penyuluhan 2020 PoA

berupa power point mengenai

Sosialisasi tanggap kebakaran

3.4 Check

Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana

keadaan sesudah intervensi.

Tabel 3.5 Check dalam kegiatan sosialisasi protokol tanggap kebakaran di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

Deskripsi keadaan Deskripsi keadaan


NO Intervensi
sebelum intervensi sesudah intervensi
Penyuluhan langsung
Belum adanya Melakukan sosialisasi
sosialisasi mengenai protokol dilakukan di Aula
1 tanggap
protokol tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh
49

Puskesmas Limapuluh pada tanggal 03 Agustus


darurat pada petugas Kota Pekanbaru
Puskesmas Limapuluh 2020 pada pukul 11.00-
Kota Pekanbaru 12.30 WIB dengan
dihadiri 21 orang petugas
Puskesmas Limapuluh.
Rekomendasi telah
Belum adanya SOP Merekomendasikan
tanggap darurat dan pembuatan SOP kepada dipertimbangkan oleh
2
tanggap kebakaran di Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas
Puskesmas Limapuluh limapuluh
Limapuluh.

Belum tersedia media Mencetak dan


informasi mengenai memberikan Sudah tersedianya denah
3 media
petunjuk jalur evakuasi informasi berupa denah jalur evakuasi tanggap
jalur evakuasi
kebakaran dalam rangka
optimalisasi K3
Puskesmas Limapuluh

Belum tersedia media Mencetak dan


informasi mengenai Sudah tersedianya poster
4 memberikan media
protokol tanggap informasi berupa poster mengenai protokol
kebakaran mengenai protokol
tanggap kebakaran dalam
tanggap kebakaran
rangka optimalisasi K3
Puskesmas Limapuluh

Belum tersedia media Membuat, menjelaskan Sudah tersedianya power


5 informasi mengenai dan memberikan media
protokol tanggap point mengenai tanggap
informasi berupa power
kebakaran point mengenai kebakaran dalam rangka
protokol tanggap
optimalisasi K3
kebakaran pada petugas
Puskesmas Limapuluh Puskesmas Limapuluh
Kota Pekanbaru

Kegiatan yang pertama adalah sosialisasi mengenai protokol tanggap

darurat kebakaran, penyuluhan dihadiri oleh 21 orang petugas Puskesmas

Limapuluh. Sebelum dilakukan penyuluhan, dilaksanakan pretest untuk

mengetatui tingkat pengetahuan petugas terhadap protokol tanggap darurat


50

kebakaran. Berdasarkan data yang telah diolah didapatkan rerata skor

pengetahuan petugas adalah 58. Jumlah proporsi petugas dengan tingkat

pengetahuan baik adalah7 orang (33,3%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 13

orang (61,9%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (4,8%).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan petugas

Puskesmas Limapuluh terhadap protokol tanggap darurat kebakaran adalah cukup.

Berdasarkan data tersebut diharapkan setelah diberikan penyuluhan mengenai

protokol tanggap darurat kebakaran, petugas lebih memahami bagaimana tanggap

darurat apabila terjadi kebakaran dengan baik. Saat kegiatan, petugas terlihat

sangat semangat dan antusias mengikuti kegiatan penyuluhan serta sangat

berperan aktif pada sesi tanya jawab.

Setelah dilakukan sosialisasi dan pengisian kuisioner post test, terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan petugas. Setelah dilakukan sosialisasi didapatkan

rerata skor pengetahuan petugas adalah 77,2 dengan proporsi tingkat pengetahuan

baik sebanyak 17 orang (81%) dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 4 orang

(19%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

skor pengetahuan petugas Puskesmas Limapuluh terhadap tanggap darurat

kebakaran

Tabel 3.6 Hasil Pre Test dan Post Test

Variabel N Median P

Pengetahuan Pre Test 21 60 0,002

Pengetahuan Post Test 21 80


51

Tabel 3.7 Hasil Analisis Data

PRE TEST POST TEST


Variabel N % N %

Kurang 1 4,8 0 0
Cukup 13 61,9 4 19
Baik 7 33,3 17 81

3.5 Action
Alternatif pemecahan masalah pada makalah ini berupa sosialisasi

mengenai tanggap kebakaran, memberikan SOP tanggap darurat, denah jalur

evakuasi, poster dan power point mengenai protokol tanggap kebakaran, ditinjau

dari indikator jangka pendek yang sudah tercapai, serta jangka panjang sudah

dapat dijadikan sebagai standarisasi. Selain itu dengan merekomendasikan

kuisioner tanggap kebakaran, kepribadian, pengetahuan, dan sikap mengenai

protokol tanggap kebakaran di


52

Puskesmas, ditinjau dari indikator jangka pendek yang sudah tercapai,

serta jangka panjang sudah dapat dijadikan sebagai standarisasi. Sedangkan

alternatif pemecahan masalah lainnya belum dapat dinilai karena memerlukan

waktu untuk menilai keberhasilannya sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih

lanjut oleh pihak Puskesmas Limapuluh


53

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melakukan protokol tanggap

kebakaran pada petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Berdasarkan

hasil rekapan data kuesioner tanggap kebakaran dan hasil wawancara dengan

Kepala Puskesmas Limapuluh, Dokter Muda IKM-KK menemukan sebagian

besar petugas kurang mengetahui tentang protokol tanggap kebakaran, kemudian

belum adanya media informasi mengenai hal tersebut serta kurangnya

pengetahuan terkait penggunaan APAR dan sikap terhadap tanggap kebakaran.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah, Dokter Muda IKM-KK

merekomendasikan kepada Kepala Puskesmas untuk melakukan kebijakan terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu Sosialisasi protokol tanggap kebakaran.

Hal ini sesuai dengan pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang

dikeluarkan oleh International Labor Organization (ILO) pada tahun 2013 yang

mengatakan bahwa dalam suatu lingkungan tempat kerja diperlukan suatu

kebijakan yang harus ditetapkan melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses

konsultasi antara pengurus kebijakan dengan perwakilan dari pekerja.12

Kendala pada proyek peningkatan mutu ini adalah adanya keterbatasan

waktu Dokter Muda IKM-KK sehingga hanya meneliti dan mempelajari tentang

sosialisasi protokol tanggap kebakaran, sedangkan di Puskesmas Limapuluh

memiliki banyak aktivitas yang membutuhkan tenaga dan pikiran yang dilakukan

oleh petugas.
54

Adapun alternatif pemecahan masalah belum adanya media informasi

tentang protokol tanggap kebakaran, maka Dokter Muda IKM-KK telah

menyediakan poster yang berisi protokol tanggap kebakaran sebagai media

informasi yang edukatif untuk petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Limapuluh, didapatkan hasil bahwa

belum pernah dilakukan sosialisasi dengan menggunakan media informasi berupa

poster terkait protokol tanggap darurat di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

Poster yang digunakan adalah berupa protokol tanggap kebakaran karena

mudah dibaca dan dilakukan secara mandiri. Poster merupakan media informasi

yang menyajikan dalam bentuk visual dan menstimulasi indera penglihatan.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan

informasi lebih sering diingat apabila mereka membaca informasi dalam bentuk

yang menarik, mudah dimengerti, dan dapat dijadikan pengingat.13 Apabila

seseorang membaca poster berkali-kali maka informasi yang disampaikan di

poster tersebut dapat dipahami dan diharapkan selain mempengaruhi pengetahuan

juga memotivasi seseorang dalam protokol tanggap darurat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati Atikah tentang

Pengaruh Sosialisasi dengan menggunakan Media Poster tentang tanggap darurat

kebakaran di PT Jakarta Setia Budi Internasional didapatkan hasil tingkat

pengetahuan karyawan tentang mekanisme evakuasi tanggap darurat kebakaran.14

Adapun media informasi yang digunakan dalam penyuluhan adalah media

elektronik berupa presentasi dengan menggunakan powerpoint. Media informasi

ini penting karena menjadi salah satu sumber pengetahuan dasar tentang protokol

tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Sosialisasi yang


55

diberikan berisi macam-macam bencana, protokol tanggap darurat, teknik

pemadaman api secara sederhana, cara penggunaan, pemasangan dan

pemeliharaan APAR.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah kurangnya pengetahuan terkait

protokol tanggap kebakaran dan pengelolaan APAR, maka Dokter Muda IKM-

KK melakukan sosialisasi protokol tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru. Tingkat pengetahuan pada petugas dapat dilihat dari hasil

rekapan data kuesioner tanggap kebakaran yang dilakukan oleh Dokter Muda

IKM-KK dan didapatkan tingkat pengetahuan terbanyak adalah tingkat

pengetahuan cukup (61,9%). Dengan dilakukannya sosialisasi protokol tanggap

kebakaran didapatkan antusias petugas dalam mengikuti kegiatan sosialisasi

sehingga diharapkan petugas mampu mengetahui protokol tanggap kebakaran dan

pengelolaan APAR. Alternatif pemecahan masalah dengan sosialisasi ini dinilai

dengan skor yang didapatkan dari Pre Test dan Post Test dimana didapatkan

peningkatan pengetahuan berdasarkan nilai rata-rata 60 menjadi 80. Berdasarkan

dari p value = 0,002 (<0,005) yang berarti terdapat perbedaan bermakna, Hal ini

menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan oleh responden. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuada Nadia dkk yang menyatakan bahwa

sosialisasi dapat meningkatkan pengetahuan pada responden.15 Penelitian yang

dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh penelitian dilakukan oleh Idawati

tentang pengaruh simulasi pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan

tanggap darurat bencana kebakaran di RSUD Polewali didapatkan peniingkatan

pengetahuan setelah dilakukannya sosialisasi.16

BAB V
56

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Puskesmas diketahui

permasalahan adalah belum adanya sosialisasi protokol tanggap kebakaran.

Sosialisasi protokol tanggap kebakaran diangkat menjadi prioritas masalah.

Penyebab timbulnya masalah adalah belum adanya sosialisasi mengenai protokol

tanggap kebakaran, belum adanya SOP protokol tanggap darurat, belum adanya

denah jalur evakuasi dan belum tercukupinya media informasi berupa poster dan

power point untuk protokol tanggap kebakaran di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

Alternatif pemecahan masalah untuk optimalisasi protokol tanggap

kebakaran yaitu dengan melakukan sosialisasi dalam upaya serta pemberian

poster, power point, dan denah jalur evakuasi pada Pegawai Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru. Pelaksanaan pemecahan masalah dilakukan sesuai

dengan alternatif pemecahan masalah yaitu terlaksananya sosialisasi protokol

tanggap kebakaran pada pegawai Puskesmas Limapuluh dalam upaya optimal nya

sistem kesehatan dan keselamatan kerja, pemberian poster, power point, dan

denah jalur evakuasi sebagai media informasi yang mudah untuk diingat petugas

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Evaluasi terhadap keberhasilan kegiatan

sosialisasi protokol tanggap kebakaran diukur dari pembagian kuisioner pre dan

post penyampaian materi. Sementara untuk evaluasi kegiatan pemberian media

informasi berupa poster, power point, dan denah jalur evakuasi tentang protokol

tanggap kebakaran ditinjau dari indikator jangka pendek yang sudah tercapai
57

sedangkan untuk jangka panjang belum dapat dinilai karena memerlukan waktu

untuk menilai keberhasilannya. Action berupa sosialisasi, memberikan media

informasi seperti poster, power point, dan denah jalur evakuasi yang edukatif

mengenai protokol tanggap darurat Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

5.2 Saran

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat

diberikan adalah:

1. Kepada pihak Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru untuk memberikan

sosialisasi berkesinambungan yang terjadwal mengenai protokol tanggap

kebakaran serta mempertimbangkan penerbitan sop protokol tanggap darurat

pada pegawai Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru yang sudah dokter muda

IKM-KK rekomendasikan.

2. Kepada Petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru diharapkan

mengimplementasikan mengenai protokol tanggap kebakaran secara

individual.

3. Dokter Muda IKM-KK FK UNRI periode selanjutnya agar dapat mengevalusi

rekomendasi yang telah diberikan.


58

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramli, S. Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management). Dian Rakyat.


Jakarta. 2010

2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Data Bencana Kebakaran 2017.


Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 10 Januari 2018.

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI N0.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 1999

4. Buku Profil Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru, Hal 10. 2018

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.PER.52/MEN/2018 tentang Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2018

6. Undang-undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan


Bencana. Jakarata. 2007

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI N0.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 1999

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis


Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 2008

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 04/MEN/1980 tentang


Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. 1980

10. Rijanto, B. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Mitra Wacana Media.


Jakarta. 2011

11. Rijanto, B. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. Mitra Wacana Media. Jakarta.
2010

12. ILO, psychosocial risk and work releated stress.2016.

13. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. 2012.

14. Atikah W. Pengaruh sosialisasi terhadap tingkat pengetahuan tentang mekanisme


evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran di gedung P.T Jakarta Setiabudi
International Tbk.[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul.
2011.
15. Fuada N, Wahyuni I, Kurniawan B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja
pada perawat kamar bedah Instalasi Bedah Sentral RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Vol.5, no.5 , hal 6-
7. Oktober 2017.
16. Idawati, pengaruh simulasi pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan tanggap darurat bencana kebakaran di RSUD Polewali,Makasar, 2017.
59

Lampiran 1

Wawancara dengan Anggota Pemadam Api ( Ibu Erna)


Pewawancara : Mitha Kartika Sari
Kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 12.15 – 12.25 Wib
Lokasi : Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

1. Apakah diterapkan nya TUPOKSI pada tanggap kebakaran ?


“saya tidak mengetahui”
2. Apakah mendapatkan pelatihan Tanggap kebakaran?
“iya, pelatihannya dilakukan pada tahun 2019 1 kali di area belakang
Puskesmas”.
3. Apakah Ibu mengetahui Protokol apa yang seharus nya dilakukan
pada tanggap kebakaran?
“lagkah pertama pada saat ada api “teriak”, tetapi saya sekarang lupa
nomor telpon daruratnya, jika dibutuhkan cara tradisional memakai goni
basah, jika api terlalu besar menggunakan APAR”
60

Wawancara dengan PJ Alat Medis (Ibu Megawati)


Pewawancara : Afiata Jazila
Kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 11.45 – 12.30 Wib
Lokasi : Puskesmas LimaPuluh

1. Sudah ada tim tanggap darurat tentang Kebakaran?


“Ada”
2. Apakah sudah ada SOP tentang Tanggap Kebakaran dan penggunaan
APAR?
“belum ada”.
3. Sudah adakah Pelatihan mengenai Tanggap Kebakaran?
“sudah ada.dilakukan oleh petugas BPBD yang disimulasikan ke semua pegawai
Puskesmas”

4. Alat medis apa yang ibu selamatkan terlebih dahulu saat terjadinya
kebakaran ?

“seperti obat psikoterapi dan narkotika”


61

Wawancara dengan PJ Evakuasi Pasien ( dr Sri Hartati )


Pewawancara : M. Arifandi
Kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 10.30 – 11.00 Wib
Lokasi : Puskesmas LimaPuluh

1. Sudah ada tim tanggap darurat untuk Kebakaran?


“sudah ada, tetapi yang tertera di tempel hanya untuk akreditasi di tahun 2019”
2. Apakah sudah ada SOP tentang Tanggap Kebakaran dan penggunaan
APAR?
“sampai sekrang belum ada SOPnya”
3. Sudah adakah Pelatihan mengenai Tanggap Darurat?
“sudah ada, di jelaskan dan di simulasi kepada petugas cara menggunakan
APAR”
62

Wawancara dengan PJ Evakuasi Dokumen ( Endriani, SKM )


Kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 13.00 - 13.30 WIB
Lokasi : Puskesmas LimaPuluh

1. Sudah ada tim tanggap darurat tentang Kebakaran?


“sudah ada, tetapi sekarang saya sudah lupa cara menggunakan APAR”
2. Apakah sudah ada SOP tentang Tanggap Kebakaran dan penggunaan
APAR?
“belum ada”.
3. Sudah adakah Pelatihan mengenai Tanggap Kebakaran?
“sudah ada 1 kali di tahun 2018 ”
63

Lampiran 2

Hasil obseravasi lapangan

Penerapan yang baik Penerapan yang belum bagus

Penerapan yang kurang bagus dikarenakan


keteledoran bagi petugas saat selesai kegiatan tidak
mencabut three way
64

Penerapan yang baik Penerapan yang belum bagus

Tidak adanya pembagian


untuk jadwal tugas
65
66

Penerapan yang baik Penerapan yang belum bagus


67

Lampiran 3

Telaah dokumen
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81

Lampiran 4

Petugas-petugas Puskesmas dan CS

1.Wawancara dengan PJ KK ( Mutri)


Pewawancara :
kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 11.30 – 11.45 Wib
Lokasi : Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

1. Apakah diterapkan nya TUPOKSI pada Tanggap Kebakaran?


“ tidak tahu “
2. Apakah mendapatkan pelatihan Tanggap Kebakaran?
“tidak ada”
3. Apakah Ibu mengetahui Protokol apa yang seharus nya dilakukan pada tanggap
Kebakaran?
“tidak tahu”

2. Wawancara dengan petugas Laboratorium ( Tri Putri KH, Amd,AK)


82

Pewawancara : M. Arifandi
Kamis, 30 Juli 2020
Pukul : 12.15– 12.25 Wib
Lokasi : Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

4. Apakah diterapkan nya TUPOKSI pada tanggap Kebakaran?


“saat ini belum ada TUPOKSI untuk Tanggap kebakaran, karena di tahun 2018 hanya
sosialisasi langsung turun ke lapangan”
5. Apakah mendapatkan pelatihan Tanggap Kebakaran?
“iya, pelatihannya dilakukan pada tahun 2018 1 kali di area belakang Puskesmas”.
6. Apakah Ibu mengetahui Protokol apa yang seharus nya dilakukan pada tanggap
Kebakaran?
“lagkah pertama pada saat ada api “teriak”, tetapi saya sekarang lupa nomor telpon
daruratnya, jika dibutuhkan cara tradisional memakai goni basah, jika api terlalu
besar menggunakan APAR”

Wawancara dengan petugas Lab Wawancara dengan CS

Wawancara dengan Poli anak dan


UGD

Anda mungkin juga menyukai