2017-2018
I. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut
pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
II. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama
pada pasien dengan perdarahan hebat.
A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut
pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
B. KLASIFIKASI
Klasifiksi DHF menurut WHO
1) Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif)
2) Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3) Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20
mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4) Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
C. ETOLOGI
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
1.Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
2.Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3.Penyedaiaan air bersih yang langka.
D. MANIFESTASI KLINIS
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan gejala
lain adalah :
1. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
2.Asites
3.Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
4.Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
1. Meningkatnya suhu tubuh
2. Nyeri pada otot seluruh tubuh
3. Suara serak
4. Batuk
5. Epistaksis
6. Disuria
7. Nafsu makan menurun
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarahan gusi
12. Muntah darah
13. Hematuria masif
14. Melena
E. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada
system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF
dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama
pada pasien dengan perdarahan hebat.
F. PENATALAKSANAAN
Medik
DHF tanpa Renjatan
1. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg
IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/
Kg BB.
4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
DHF dengan Renjatan
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg
BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau
kejang-kejang.
2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif,
kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
3. Panas disertai perdarahan
4. Panas disertai renjatan.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C
DENGAN DHF GRADE II
DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. E.C
Umur : 9 thn
Alamat : Tambak Asri 23/27 Surabaya
Agama : Kristen
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan :
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD Grade II
Pengkajian tanggal : 13 Desember 2001
2. Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam
anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03
pagi keluar darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa
ke IRD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit
DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil,
sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum
dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada
tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan
wilayah belum pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu
mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak
mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Persistem
1) Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka,
harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat
nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
2) Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik.
3) Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur,
BAB dari malam belum ada.
4) Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas
tambahan tidak terdengar.
5) Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap.
Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak
terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
6) Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan
7) Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan.
8) Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat
perdarahan spontan pada kulit.
9) Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10. Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B.ANALISA DATA
1.No
2.Data
3.Etiologi
4.Masalah
S : Klien mengatakan badanya terasa panas, pusing
: Akral dingin
Panas hari ke 2 panjang.
TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt, TD : 100/60, RR 25x/mnt.
S : Klien mengatakan tidak suka minum dan perut terasa kenyang minum terus.
: Turgor kulit baik
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.
S : Klien menyatakan tidak mau makan, tetapi tidak mual.
: KU lemah
Makan pagi hanya mau 3 sendok
Proses infeksi virus dengue
Ô Viremia
Ô Thermoregulasi
Ô Volume plasma berkurang
Ô Penurunan volume cairan
Ô Intake nutrisi tidak adekuat
Ô Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Rencana Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan
gastrointestinal.
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi
muntah.
5. Beri makanan kesukaan klienRasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih
banyak
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.
Implementasi
1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
2. Mengobservasitanda – tanda vital paling sedikitsetiap 4 jam
3. Monitor tanda – tanda meningkat nya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun –
ubun cekung, produksi urine menurun
4. Mengobservasi dan mencatat intake dan output
5. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
6. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
7. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
8. Memonitor dan mencatat berat badan
9. Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
10. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
11. Perfusi jaringan Adekuat
12. Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi,
tekanan darah , Capillary Refill )
13. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
14. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin ,
nyeri , pembengkakan kaki )
15. Kebutuhan nutrisi adekuat
16. Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencana kan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
17. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkat kan kualitas
intake nutrisi
18. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tetapi sering
19. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang
sama
20. Mempertahankan kebersihan mulut pasien
21. Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
22. Mempertahankan suhu tubuh normal
23. Ukur tanda – tanda vital suhutubuh
24. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
25. Lakukan “ tapid sponge” (seka) dengan air biasa
26. Tingkatkan intake cairan
27. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
Evaluasi
1. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi pasien merasa lebih baik
2. Kebutuhan nutrisi adekuat pasien terpenuhi dan suhu badan pasien normal
3. Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
1.Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
2.Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap
bersih, mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
B. SARAN
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari
kita terjangkit virus DBD.