Anda di halaman 1dari 5

P : Assalamu’alaikum wr.

wb

J : Wa’alaikumsalam wr.wb

P : disini pak, saya akan mewawancarai bapak mengenai faktor-faktor


penyebab pernikahan usia dini pada perempuan di wilayah ini, desa
tinggede selatan kecamatan marawola. Nah, kalau menurut bapak, yang
bapak ketahui mengenai pernikahan dini itu seperti apa pak?

J : kalau yang saya tahu.. untuk pernikahan dini di desa itu terjadi pada
teman-temannya bias, kalau seandainya yang perempuan yang satuu itu
kawin umur dibawah, jelas teman yang lain “ih itu so boleh kawin,
padahal saya satu umur dengan dia(menunjuk kearah penanya seolah-olah
memperagakan), berarti saya bisa kawin juga” itu kan pengaruh
lingkungan itu, kalau mo bilang pengaruh pendidikan, boleh ia boleh
tidak, seperti orang yang di dusun yang dibelakang rumahnya (sambil
menunjuk ke arah belakang) ya mungkin orangtuanya tidak mampu
menyekolahkan anaknya ya terpaksa anak itu.. tamat SD atau tamat SMP
stop, karena faktor ekonomi, karena apa saya bilang ekonominya
masyarakat disini jelas ekonomi lemah banyak

Disini ee.. mungkin kamu lihat lokasi disini ini tanah sawah gunung,
sawah gunung itu semua padi yang tumbuh, tapi sekarang kering, yang
tumbuh sekarang yang banyak BTN yang tumbuh karena pengaruh air
tidak ada, sehingga masyarakat cari jalan turun dibawah di sungai, mata
pencaharian masyarakat saya yang sakrang ini yang banyak di sungai dan
di pasar. Kemudian selebihnya itu tukang atau buruh bangunan.

P : berarti karena ekonomi dengan lingkungan ya pak?

J : iya, karena itu..itu yang paling besar itu lingkungan, karena biasanya
begitu anak-anak “masa dia satu umur dengan saya, saya tidak bisa”
sehingga orang di warga saya ada berapa orang tidak mau KUA yang ba
catat, “tidak boleh dicatat ini orang” karena umur masih dibawah tapi
orang sudah begini kan (memperagakan seperti orang hamil menggunakan
kedua tangannya) ya biar, nah akhirnya ada beberapa orang yang belum
tercatat sekarang tapi sudah di nikah. jadi kalo memang dia sudah begini
sudah mengandung, ya katakan lagi nanti nanti pernikahan kedepan kan
nantidicatat lagi, kalau sudah sampai umurny dicatat itu, karena tidaak
boleh tidak ada buku nikah, kalau tidak ada buku nikah bagaimana dia mo
urus akte lahir anaknya? itu saya paksakan “kamu harus ada bukuh
nikahnya nanti kalau sudah sampe umurmu, jadi kalau boleh kamu
sementara ini jangan dulu mengandung jangan dulu hamil”

P : kalo selain itu ada faktor lainnya ?

J :kalo faktor lain tidak ada, Cuma itu, ekonomi yang banyak

P : kalau pola asuh orangtua apakah ada kaitannya ?

J : kalau orangtua..begini, seperti saya saya orangtua juga ( sambil


menunjuk dirinya sendiri) saya sampaikan anak saya, biar bagaimanapun
kita menyampaikan kepada anak kalau memang itu sudah takdirnya akan
jadi itu, karena kita tidak bisa menolak takdir itu karena takdir dari Allah,
pada waktu kita keluar eee..ee..ee (memperagakan bayi menangis) sudah
ditakdirkan kamu, kamu kawin nanti umur sekian, kamu mati umur sekian,
kamu miskin jatuh ee..mungkin pernah kaya nanti pada umur sekian, dan
itu takdir semua itu

P : kemudian kalo di desa ini apakah ada dasar hukum pemberian ijin
menikah usia dini?

J : kalau hukum di desa, tidak ada dasar hukum tapi kalo orang sudah begini
(memperagakan seperti orang hamil menggunakan kedua tangannya)
sudah hamil. Jelas orang kawinkan daripada anak lahir tidak ada bapaknya

P : jadi harus tetap dinikahkan ?

J : iya, jadi dinikahkan walaupun saya lapor disana (KUA) tidak menerima,
tetap dinikahkan untuk menjaga anak sebelum lahir itu supaya ada
orangtuanya, jangan nanti anak lahir kemari tidak ada bapaknya.

P : kalau daampak dari pernikahan usia dini itu sendiri menurut bapak ?

J : kalau yang berdampak saya kira tidak,tidak ada.

P : kenapa pak?

J : yaa karena mereka sudah...begitu kawin sudah baku bawaa sampe


sekarang

P : barangkali dari segi ekonomi atau bagaimana?

J : kalo ekonomi itu ya... ( sambil berfikir) itu itu saya bilang tadi kalau
orang disini jelas mata pencahariannya jadi petani, buruh, kalau dia sudah
pegawai memang ya..
P : kalau yang bagi petani, buruh itu apakah mencukupi keuangan mereka
yang menikah usia dini ini pak?

J : intinya, untuk cukup dan tidaknya ya..walaupun itu dikatakan pas-pasan,


hari itu juga untuk hari itu, besok dicari lagi. kalau untuk cari hari ini
sampai bertahan besok, tidak mencukupi.

P : berarti hari itu untuk rejeki hari itu, besok lin lagi ya pak ?

J : iyo, itu itu saya bilang kalau hari itu untuk hari itu, besok cari lagi

P : kalau misalnya besoknya tidak ada, dapat bantuan darimana biasanya?

j : nah kalau misalnya besoknya kecuali dia barangkali sakit, tidak dapat
uang. Kalau dia tidak sakit pasti dapat uang. Karena begini, karena di
tinggede selatan ini, begitu buka mata kita mungkin sarapaan di rumah,
ambil skop duduk saja di pangkalan, kalau sudaah duduk di pangkalan
yang penting kamu sabar menunggu mobil pasti dapat uang itu, karena
mobil banyak, karena bangunan banyak, apalagi sekarang pasca gempa ini
banyak pekerjaan.

P : mungkin ada bantuan juga dari keluarga ?

J : ya itu umpama kalo dia ada rejeki ya jelas ada keluarganya, barangkali
dia minta “ kasi dulu saya uang berapa” itu kan urusan keluarga toh? Tapi
kalau untuk mencari ini hari jelas untuk ini hari, mo di simpan untuk
besok, tidak ada.. syukur-syukur kalau ada.

P : apakah ada solusi untuk mencegah atau mengurangi pernikahan usia dini
pada perempuan ini pak ?

J : solusi untuk mengurangi pernikahan usia dini itu ya... tergantung kita
oraangtua saja, disampaikan, diarahkan saja anak kita sebenarnya, kalau
kita mencari solusi datang dari orang lain barangkali susah, kita sendiri
sebenarnya sampaikan anak kita “kalau belum umur nak, lebih baik kawin
ee..lebih baik sekolah dulu” kan begitu toh? Cuma.. namanya juga
orangtua saya so bilang tadi faktor ekonomi mungkin, sudah tamat SD
atau tamat SMP sudah ta stop, karena orangtuanya tidak mampu lagi
membiayai, dia paksakan juga nanti di minta-minta ada SPPnya di
sekolah, itu Kn kendala semua itu itu.. anunya orang tua semua itu,
dimintakan SPP tidak ada ee sudah, apalagi SPP tidak lunas tidak
diikutkan ujian, kan begitu di sekolah toh? Nah, sampai anak-anak biasa
pulang menangis karena sudah mo ujian SPP tidak dibayar, tidak ikut
ujian. Kalau tidak ikut ujian percuma kita duduk dari kelas 1 2 3, 3 tahun
kita duduk dibangku kon tidak diikitkan ujian hanya gara-gara SPP.

P : Kalau dari bapak sendiri, apakah pernah kerja sama mungkin dengan
pihak sekolah atau bidang lainnya untuk melakukan penyuluhan
pernikahan usia dini?

J :ee..kaau itu saya belum sampaikan ke pihak sekolah tapi kalau di dokter
saya sudah sampaikan itu juga, saya bilang “bagaimana ini bu, ee yang
kaum-kaum usia dini ini, kita tidak kawinkan mereka pacaran tiap malam
ketemu, kalau tiap malam ketemu jelas sudah setan yang tidak bagus
datang itu. Akhirnya karena sudah begitu-begitu akhirnya terjadi, tidak mo
dikawinkan juga orangtua berdosa juga karena anak sudah hamil bariu kit
tidah nikah, kawinkan saja walaupun KUA tolak, nanti begitu sampai
umurnya

P : mau tidak mau harus dikawinkan ya pak?

J : iya mau tidak mau harus, begitu nanti 19 baru dicatat, kalo 18 lebih
tidak mau dia (KUA) catat, harus 19 pas, itu aturannya. Tapi kalau
aturan dulu itu 16 tahun, banyak kawin 16 tahun

P : sekarang sudah ada aturan baru ya pak ?

J : sekarang ada aturan baru, ya itu anak-anak kawin masih umur 17, 18
tahun karena mereka tidak tahu peraturan ini mereka tahunya aturan 16
tahun.

P : kalau pandangan bapaak sendiri tentang pernikahan usia dini perempuan


diwilayah ini bagaimana pak?

J : kalo pandangan saya, saya rasa saya tidak dibilang bagaimana-bagaimana


karena kalo saya campur umpama saya bilang anaknya masih kecil, nanti
orangtuanya juga nanti dibilang ikut campur

P : kalau seandainya orngtuanya tidak tahu, menurut bapak bagaimana ?

J : kalau seandainya orangtuanya tidak tahu, kita harus sampaikan ke


orangtunya, katakan orangtua tidak ada disitu tapi kita harus caritahu
dimana keberadaan orangtuanya itu, kalau ada hpnya mari saya telepon,
kit tidak boleh menikahkan orang pe anak, kalau dia lapor ke polisi bisa
kita ditangkap. Karena itu perkara semua itu walaupun kita kasi selamat
anaknya tapi urusan juga dengan orangtuanya. “komiu mentang-mentang,
kenapa komiu tidak lapor sama saya, itu kan anak saya, yang besarkan
saya tidak boleh langsung dikawinkan” (mencontohkan sikap orangtua
dari anak yang hendak dinikahkan tanpa sepengatahuannya) jadi kita
koordinasi, komunikasi dengan orang jangan putus. Tapi kalo dia bilang
sudah kawinkan saja, oe kita atur bagaimanapun modelnya, mau diterima
di KUA atau tidak kita sampaikan di KUA, saya begitu kalo ada orang
kawin, sebelumnya saya sampaikan dulu sama KUA “bagaimana pak, ini
sekian tahun, belum bisa ini pak”. Oke, kita tidak bisa kesana tapi
dikampung kita laksanakan

P : berarti nanti sudah cukup umur baru catat di KUA ya pak?

J : iya, karena dia sudah hamil, tidak boleh tidak dikawinkan, kan orang
bilang “ini berzina terus nanti dorang ini” jadi kita koordinasi dengan pak
imam saja. Kalau pak imam langsung kawinkan saja, daripada berdosa,
nanti sampai umurnya baru diuruskan N1, kan mereka urus N1 disini, N
1,2,3 dan 4, jadi masuk disana baru nanti dipanggil KUA mereka
diarahkan, kan dia tanya nanti, umpama toh “bagaimana pak so kawin?
Sudah

P : apa itu N 1,2,3,4 pak ?

J : itu persetujuan orang tua, asal-usul orang tua, pesetujuan calon suami-
istri

P : ooh berarti harus ada persetujuan dari semua keluarga ya pak ?

J : iya, kalau orang kawin datang kemari itu bikin N1, pokoknya kalo bikin
N1 dikasitahu saja bawa KTP orangtuamu, karena itu asal-usul orangtua
adaa, persetujuan orangtua ada, persetujuan calon suami-istri ada. N
1,2,3,4 itu.

P : baik, ada komentar lain pak?

J : yah barangkali cukup, nanti kalau kesana nanti (ke rumah perempuan
yang menikah usia dini) tunggu dulu sebentar nanti akan saya antar ke
rumahnya

P : baik pak terima kasih atas waktunya bapak

J : iya sama-sama

Anda mungkin juga menyukai