Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada

TRAUMA KEPALA
setiap tahun. Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak
Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak 19.3/100.000 orang. Pada umumnya trauma kepala disebabkan oleh
atau otak. kecelakaan lalu lintas atau terjatuh.
Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral,
termasuk gangguan kesadaran. Jenis Trauma Kepala :
Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu : 1. Robekan kulit kepala.
1. Segera setelah injury. Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma
2. Dalam waktu 2 jam setelah injury kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah
3. rata-rata 3 minggu setelah injury. dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma
Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini
langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi adalah infeksi.
dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk
secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status 2. Fraktur tulang tengkorak.
neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan Fraktur tulang tengkoran sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa
kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak :
disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh. a. Garis patahan atau tekanan.
Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya b. Sederhana, remuk atau compound.
intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, c. Terbuka atau tertutup.
menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan
terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP. kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan

1
kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, Concussion/commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya
moentum, trauma langsung atau tidak. sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran,
Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya tidak
berhubungan dengan CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan
(CSF keluar dari mata). oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi
Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau secara nyata tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan kesadaran
hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya sebagai akibat saat adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular
positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi
positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu cairan elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi hanya
ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat beberapa detik atau beberapa jam.
darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas,
kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign). pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan
Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu
intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan
otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital dimana cairan CSF disekitar seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.
periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan
ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), Contusio serebral
perdarahan konjunctiva atau edema periorbital. Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi
perdarahan vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami
kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya asam laktat
dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.
Commotio serebral :

2
Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral
dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral
puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi Komplikasi :
penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat Epidural hematoma.
kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi Sebagai akibat perdarahan pada lapisan otak yang terdapat pada
banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula permukaan bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai
terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral. keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan
dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar,
Diffuse axonal injury. sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematoma
Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung
tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal
terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk
berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila kedalam ruang epidural. Bila terjadi perdarahan arteri maka
hidup dengan keadaan persistent vegetative. hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan kesadaran,
nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan
Injury Batang Otak peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih
Walaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar mudah.
midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan
injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil,
gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas. Subdural Hematoma.

3
Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi
meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat subarachnoid hemorrhage.
adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada
permukaan otak masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya Collaborative Care.
subdural hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik
kerusakan vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna
disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural mengetahui kondisi oksigen dan CO2.
hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik. Okdigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan
Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. metabolisma serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan
Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan
yaitu bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit
menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala. Pupil dilatasi. diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi
Subakut biasanya terjadi dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury. yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.
Kronik subdural hematoma terjadi beberapa minggu atau bulan setelah injury. CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya
Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah diffuse axonal injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal
kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma. functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.
Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 – 2 jam di
Intracerebral Hematoma. bagian emergensi. Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2
Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi.
injury. Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan
ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan

4
Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit Diagnosa keperawatan :
dan dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Coma atau
menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak. perdarahan masuk kedalam jalan nafas.
Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat Tujuan :
diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti Klien akan mempertahankan jalan nafas tetap efektif, ditandai :
mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral. 1. Jalan nafas bagian atas bebas dari sekresi.
Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi 2. Pernafasan teratur (16-22)
tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan 3. bunyi perbafasan jelas pada kedua dasar paru.
infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk 4. Gerakan dada simetris.
mensegah konraktur dan mempertahankan mobilitas. 5. Tidak ada dispnea, agitasi, confusio.
6. AGD normal ( PO2 diatas 90 mmHg dan PCO2 antara 30 – 35
Asuhan keperawatan : mmHg..
Pengkajian riwayat terjadinya injury akan membantu guna memahami trauma
craniocerebral. Mengetahui jika klien kehilangan kesadaran akan membantu
perawat untuk merencanakan tindakan keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien pada phase akut biasanya difukuskan pada Implementasi :
mempertahankan pengaliran udara dan pola nafas. Asuhan keperawatan ditujukan 1. Pertahnkan jalan udara bebas.
untuk mengkaji secara terus menerus dan memonitoring fungsi neurologis 2. Pertahankan jalan nafas tetap bebas.
pengaruhnya terhadap berbagai sistem tubuh. 3. Lakukan suction oropharynx dan trachea setiap 1 –2 jam.
Banyak diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan dengan hematoma 4. Kaji RR setiap 1 –2 jam.
intracranial atau sebagai akibat peningkatan ICP. 5. Cek bunyi nafas dan gerakan dada.
6. Monitor AGD.

5
7. Posisi baring semi prone/posisi lateral. 4. Cata respon verbal, gerakan tungkai, dorsiflexion dan plantar flexion
8. Berikan oksigen humidified. setiap 1 – 4 jam.
9. Bantu atau pertahankan endotracheal tube, tracheostomy, dan mechanical 5. Jika klien tidak sadar, catat gerekan spntan atau upaya menghindari
ventilation (bila diperlukan). nyeri setiap 1 – 4 jam.
6. Laporkan jika ada kelainan/kemunduran yang terjadi.
Diagnosa keperawatan : 7. Monitor temperatur setiap setiap 2 jam, pertahankan temperatur batas
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipotensi/intracranial normal denganpemberian obat antiperetika.
hemorrhage/hematoma/atau injury lain. 8. Monitor kondisi kardiovaskular dan pernafasan.
Tujuan : 9. Cata vital sign setiap 1 – 4 jam.
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat, ditandai dengan : 10. Pertahankan posisi kepala 30 derajat dan pertahankan posisi kepala
1. LOC stabil atau meningkat. secara netral dengan memasang bantal pasir.
2. GCS nilai 9 atau lebih. 11. Monitor input dan output urin.
3. Temperatur kurang dari 38.5C. 12. Lakukan massage setiap 2- 4 jam untuk mencegah adanya tekanan
4. refleks pupil terhadap cahaya baik. pada tonjolan tulang.
5. Respon motorik stabil atau peningkatan(gerakan lengan dan tungkai). 13. Robah posisi setiap 2 jam.
6. ICP kurang dari 15 mmHg.
7. tekanan sistolik diatas 90 mmHg.

Implementasi :
1. Kaji LOC.
2. Kaji lebarnya pupil setiap 1 – 4 jam.
3. Kaji gerakan ekstraokuler setiap 1 – 4 jam.

6
DAFTAR KEPUSTKAAN

Alexander (1995). Care of the patient in Surgery. (10 th ed.), St Louis ; Mosby. P :
855 – 930.
Doenges, Moorehouse & Geisser (1993). Nursing Care Plans ; Guidelines for
planning and dokumenting patient care. (3rd ed) philadelphia ; F.A.Davis
Company. p : 271 – 290.

Lemone & burke. (1996). Medical-Surgical Nursing ; critical thinking in client


care. California : Addison-Wesley. p : 1720 - 1728

Lewis, Heitkemper & Dirkssen (2000). Medical –Surgical Mursing ; Assessment


and management ofg clinical problems. St.louis : Mosby. P : 1720 –
171624 – 1630.

Luckman (1996). Core principles and practice of medical-surgical nursing.


Philadelphia : W.B.Sauders Company. p ; 341 – 354

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
TRAUMA KEPALA
(HEAD INJURY)

Disampaikan pada perkuliahan Akper Depkes makassar


Kelas Khusus Puskesmas Tana Toraja
Oktober 2001

Anda mungkin juga menyukai