Diet Pada Penyakit Ginjal
Diet Pada Penyakit Ginjal
PENDAHULUAN
Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal
penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal, namun
baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.
Seperti gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal
terminal), sindroma nefrotik dan batu ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu,
penatalaksanaan diet difokuskan pada pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein,
cairan dan elektrolit natrium, kalium, kalsium dan fosfor.
1
BAB II
DIET PADA PENYAKIT GINJAL
Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi
regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih.
Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat
kimia asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya
adalah gagal ginjal.
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang
terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan produk sisa
nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang
dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa
jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau
kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh
adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein
atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi
penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu
ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.
Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal, intrarenal
dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya aliran darah yang
mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau
trauma. Faktor intrarenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi,
racun, obat atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal.
Sedangkan faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor
yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada
saluran kencing.
2
Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini:
Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes melitus dan
hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal kronis. Kondisi lain
yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya inflamasi (radang),
immunological (autoimmun) atau penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada
beberapa kasus, pasien dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai
laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi
glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut membagi
penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
3
Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal ginjal.
Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting
dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level elektrolit,
akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut.
Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium
serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat
membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi dapat berdampak
pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunan
GFR ketika aktivitas dari hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit
dibatasi atau berlebihan.
2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari hormon
paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi
menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon ini juga dapat
menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin
D di dalam ginjal.
3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR ginjal
sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa
gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan
sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada
neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi
lainnya akibat dari uremia adalah:
4
Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat berakibat
pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar glukosa darah
dan metabolisme zat gizi.
Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain hipertensi,
peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak normal.
Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang
rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan
kematian pada pasien.
Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat
atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan penurunan fungsi ginjal secara
bertahap dan irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak menunjukkan
gejal-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul
setelah ginjal mengalami penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian
klinik sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat
membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat. Sebagian besar individu dengan
stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal
5
sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan
komplikasi lebih lanjut.
Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal. Nilai ini
dianjurkan dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus MDRD (modification of diet in renal
diseases).
(140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita)
(ml/menit) 72 x Kreatinin Serum
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x (0,742 jika
wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk
penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan meliputi terapi penyakit ginjal , pengobatan penyakit
penyerta, penghambatan penurunan fungsi ginjal, pencegahan dan pengobatan penyakit
kardiovaskular, pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta
terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.
Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan serum leptin dan
serum mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini
dihubungkan dengan anorexia dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal
ginjal. Selain itu, uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya
nafsu makan dan intake makanan.
Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya
kehilangan zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12
gram, 2-3 gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien
akan mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan
ini meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis
7
peritoneal akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis.
Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis diobati.
Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk
check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan
protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh.
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri
pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien
dengan dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus.
Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya
reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin
dari hati dan meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor
tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil
penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-proteasome akan menyebabkan proteolitik
pada jaringan otot yang merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Asidosis pada
pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan aktiovitas
osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.
Pada dialisis dengan menggunakan dialyzer, efek merugikan yang dapat ditimbulkan
antara lain infeksi pada pembuluh darah, penjendalan darah, hipotensi akibat aliran darah
ditarik keluar menuju dialyzer, kram pada otot terutama pada tangan, kaki dan lutut. Selain
itu, anemia juga dapat terjadi pada pasien dengan hemodialisis akibat hilangnya darah di
dalam dialyzer. Efek merugikan lainnya adalah beberapa pasien merasa pusing, lemah,
nausea, vomiting dan berkunang-kunang.
9
2.4 KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL
1. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan
hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney
Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi
metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis
dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose dalam larutan
diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal
akan mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan
kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data
NHANES II apabila berat pasien <95%> 115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan
perhitungan rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat
badan perkiraan adalah sebagai berikut:
berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8 gram
per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak mengalami
dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per
kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3
gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute
catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per
10
kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5
gram per kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada
pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari
per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi
ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary
Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal
kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH harus dilakukan
pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D.
Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D <75>
Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:
11
Zink 15 mg/hari
b. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari
darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat
menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar
fosfat yang tinggi yaitu :
Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
Kacang kacangan, selai kacang
Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung
fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas
cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar
pemasukan yang diinginkan.
12
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk mengikat
fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan
dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan
saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman daripada
penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun
dapat mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan
memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi
banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging
babi,dan ikan. Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap
penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang
membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu
tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal
ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi.
Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut
ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
Makanan jenis fast food
13
th) th) th) termasuk
kalori dari
dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3 25-30
(g/kg/hr) 50% HBV 50% HBV 50% HBV
Fat (% total 30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA, 1.3-1.5
kcal) 250-300 mg kolesterol/hari Inisial 1.0
untuk
penjagaan
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi
Dibatasi
K (mg/hr) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000- Tidak dibatasi
Dibatasi nilai lab (8-17 4.000 (8-17
mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidak 1200 ≤2000 dari ≤2000 dari 1200
Dibatasi diet dan obat diet dan obat
P (mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1000 800-1000 Tidak dibatasi
Dibatasi nilai lab sampai
diindikasi
harus dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak 1000+Output 1.500-2.000 Tidak dibatasi
Dibatasi dibatasi Urin sampai
dengan diindikasi
output urin harus dibatasi
normal
1. TUJUAN DIET
Gagal Ginjal Akut :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum darah.
14
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan.
1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar
pasien dapat melakukan aktivitas normal.
2. SYARAT DIET
Gagal Ginjal Akut :
2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Pada
katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2
g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB.
3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5
g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.
15
4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi
penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni.
6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500
ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin B6,
C, A dan K.
2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak
jenuh ganda.
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C,
dan D.
16
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan
jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat
badan, harus dilakukan secara berangsur (250 – 500 g/minggu) untuk mengurangi
risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass).
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
(HD.
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
(HD)
3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin
(CAPD)
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.
17
10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air
seperti asam folat, vitamin B6, dan C.
Apabila pasien makan per-oral, semua bahan makanan boleh diberikan ; batasi
penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan
buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg
Bahan Makanan berat (g) urt
Beras 150 3 gls tim
telur ayam 50 1 btr
Ayam 50 1 ptg sdg
Ikan 50 1 ptg sdg
Tempe 25 1 ptg sdg
1
Tahu 50 /2 bh bsr
1
sayuran 150 1 /2 gls
buah 300 3 ptg sdg pepaya
1
minyak 25 2 /2 sdm
gula pasir 40 4 sdm
madu 30 3 sdm
susu 200 1 gls
kue RP*) 100 2 porsi
Nilai Gizi
Energi 1801kkal Besi 17,1mg
18
Protein 51g (11% energi total) Vitamin A 26449RE
Lemak 58g (28% energi total) Tiamin 1mg
Karbohidrat 286g (61% energi total) Vitamin C 245mg
Kalsium 623mg
Pagi Siang/malam
beras 50 g = 1gls tim nasi 50 g = 1gls tim
telur ayam 50 g = 1btr ikan/ayam 50 g = 1ptg sdg
1
sayuran 50g = /2gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1ptg sdg
1
minyak 5 g = /2sdm sayuran 50 g = 1/2gls
susu 200 g = 1gls tim sayuran 150 g = 11/2ptg sdg pepaya
gula pasir 10 g = 1sdm minyak 150 g = 1sdm
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60
kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65
kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan
berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam
amino essensial murni.
19
nasi
telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
1 ptg
daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 sdg
sayuran 100 1 gls 150 11/2 gls 150 11/2 gls
2 ptg
pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 sdg
minyak 35 31/2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm
gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm
susu
bubuk 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm
kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi
madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm
agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi
Tabel 7. Nilai Gizi
30 g protein 35 g protein 40 g protein
Energi (kkal) 1729 2086 2265
Protein (g) 30 35 41
Lemak (g) 57 70 75
Karbohidrat (g) 263 327 356
Kalsium (mg) 262 336 385
Besi (mg) 10 11 11.7
Vitamin A (RE) 27403 32999 33085
Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5
Vitamin C (mg) 182 191 192
Fosfor (mg) 497 623 702
Natrium (mg) 195 216 275
Kalium (mg) 1277 1387 1590
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Diet Rendah Protein 40
Pagi Siang
beras 50 g = 3/4 gls nasi Beras 50 g = 3/4 gls nasi
telur ayam 50 g = 1 btr Daging 50 g = 1 ptg sdg
sayuran 50g =1/2 gls Sayuran 50 g = 1/2 gls
minyak 10 g = 1 sdm Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
gula pasir 10 g = 1 sdm Minyak 15 g = 11/2 sdm
madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm
susu bubuk 20 g = 4 Sdm
Pukul 10.00/21.00 Malam
Kue RP 50 g = 1 porsi Beras 50 g = 3/4 gls nasi
gula pasir 20 g = 2 sdm Ayam 25 g = 1 ptg kcl
Sayuran 50 g = 1/2 gls
Pukul 16.00 Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
20
Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 11/2 sdm
gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm
21
Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan
pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.
Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:
1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg
2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg
3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg
Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium
dan cairan).
22
Kalium (mg) 2156 2156 2288
Mala
m beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi
ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg
3 3 3
sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls
pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm
23
2.6 DIET SINDROMA NEFROTIK
PENGERTIAN SINDROMA NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia
(kurang dari 3 g/dl), edema, hiperlipidemia, lipiduria, hiperkoagulabilitas. Berdasarkan
etiologinya, SN dapat dibagi menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan
kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan
oleh penyakit tertentu.Saat ini gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T diduga
menjadi penyebab SN. Hal ini didukung oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin
serum dan rasio neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer
pasien SN yang mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai sel T.
Pada anak-anak (<> (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% <> (30%-
50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN
idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom
nefrotik sekunder pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes mellitus.
Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau melakukan biopsi
ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum memulai terapi. Selain itu terdapat
perbedaan dalam regimen pengobatan SN dengan respon terapi yang bervariasi dan sering
terjadi kekambuhan setelah terapi dihentikan.
24
1. TUJUAN DIET
Tujuan Diet Sindroma Nefrotik adalah untuk :
1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigiserida.
4. Mengontrol hipertensi.
5. Mengatasi anoreksia.
2. SYARAT DIET
Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :
2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
3. Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak
jenuh, lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1 : 1 : 1.
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah
500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
25
Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara individual pula dengan
menyatakan banyak protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.
Pendidikan Pasien
Prinsip diet tinggi protein, rendah natrium dan diet rasional
Pasien harus dianjurkan untuk makan 2 – 3 sajian daging, ikan, ayam atau leguminosa
(untuk anak-anak 56,6 – 84,9 g persajian, dan untuk remaja serta dewasa 113,2 –
141,5 g), dan 3 – 4 sajian susu, keju, atau yoghurt setiap hari. Untuk mengurangi
masukan kolesterol dan lemak jenuh dianjurkan untuk makan daging tanpa lemak,
ikan dan ayam yang sudah dibuang kulitnya, dan menggunakan susu skim. Daging
segar yang belum diproses dengan garam, keju tidak asin ini dapat digunakan untuk
mengurangi natrium pada diet. Pasien harus diterangkan bahwa keinginan akan
makanan asin akan menurun setelah 3 bulan mengikuti diet dengan pembatasan
natrium.
Pemantauan retensi
Pasien harus diajarkan untuk memeriksakan berat badannya setiap hari, serta
memeriksa adanya odema, terutama pada tungkai bawah dan sekitar mata.
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi
regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih.
Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat
kimia asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya
adalah gagal ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka
waktu yang lama (kronis).
Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki
asupan energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit.
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa faktor (multifaktor).
Penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab dari malnutrisi pada pasien.
Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (<50>). Karena gejala penyakit
bersifat individual, diet disusun secara individual pula dengan menyatakan banyak protein
dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.
27
28