Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini penggunaan energi listrik sangat dibutuhkan bahkan hampir menjadi kebutuhan
pokok dalam kelangsungan pergerakan aktivitas manusia sehari – hari. Perkembangan
teknologi dan gaya hidup manusia juga adalah salah satu alasan kenapa energi listrik
sangat dibutuhkan pada saat ini. Penggunaan energi listrik yang semakin bertambah
membuat beban listrik yang semakin bertambah pula. Sesuai data yang dimiliki oleh
UPT Madiun dimana dalam tahun terakhir terjadi peningkatan beban sebesar
20.690.000 watt dari tahun sebelumnya. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan listrik
yang semakin bertambah maka PT. PLN (Persero) selaku perusahaan penyedia tenaga
listrik dituntut dapat menyediakan pasokan tenaga listrik yang handal dan mampu
dijangkau dari berbagai daerah.
Saluran transmisi yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) disistem ketenagalistrikan harus
mampu menyalurkan energi listrik secara kontinu kepada daya yang tersambung pada
sistem tersebut. Namun, panjangnya saluran transmisi di lapangan memungkinkan
sering terjadinya masalah gangguan pada penghantar atau saluran transmisi sehingga
mampu menyebabkan adanya energi yang tidak tersalurkan secara kontinu atau adanya
energy not serve yang timbul karena gangguan.
Gangguan pada saluran transmisi merupakan keadaan yang tidak normal yang dapat
merusak sistem atau mempengaruhi kinerja sistem. Gangguan satu fasa ke tanah yang
terjadi selama rentan tahun 2017 – 2020 yaitu sebanyak 83 gangguan yang disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu misalnya terjadi karena alam dan hewan. Salah satu
gangguan satu fasa ke tanah yang nantinya dianalisa yaitu sistem di antara Gardu Induk
Ponorogo sampai Gardu Induk Trenggalek dengan panjang penghantar pada rute
tersebut sangat panjang yaitu 38,800 km sehingga menyebabkan petugas kesulitan
untuk menentukan titik gangguan pada penghantar. Proses penemuan titik gangguan ini
yaitu selama 210 menit dapat mempengaruhi kinerja unit dalam hal TLOD
(Transmission Lines Outage Duration) adalah lamanya gangguan rata – rata pada
jaringan transmisi setiap 100 kms dalam suatu periode. (PT PLN (Persero) P3B JB,
2010)
Dimana untuk target TLOD pada periode bulan maret yaitu 0.22 jam/100 kms tetapi
dalam kondisi nyatanya belum memenuhi target karena jumlah TLOD yang terhitung

Politeknik Negeri Bali I-1


yaitu mencapai 0.30 jam/100 kms. Proteksi utama penghantar adalah relay distance
ternyata kurang akurat untuk menentukan letak titik gangguan secara akurat pada
penghantar dengan tegangan 70 kV pada gangguan satu fasa ke tanah.
Penentuan titik gangguan atau posisi gangguan pada relay distance tidak akurat
dikarenakan prinsip dari fault locator yang terdapat pada relay distance yaitu
membandingkan impedansi gangguan dengan impedansi penghantar. Sehingga untuk
gangguan fasa – fasa, besar resistansi gangguan biasanya cukup kecil bahkan dianggap
nol sehingga hasil perhitungan fault locator pada relay distance cukup akurat. Namun,
pada gangguan satu fasa ke tanah di penghantar seperti gangguan – gangguan yang
pernah terjadi memiliki resistansi gangguan yang besar sehingga hasil perhitungan fault
locator pada relay distance tidak sesuai. Dengan adanya kekurangan tersebut maka
dilakukan perhitungan titik atau lokasi gangguan dengan metode perbandingan arus
milik UPT Madiun yang berdasarkan prinsip perbandingan arus gangguan, metode ini
tidak terpengaruh oleh besar resistansi gangguan. Maka dari itu penulis membuat tugas
akhir ini dengan judul “Analisis Penentuan Titik Gangguan Satu Fasa ke Tanah
pada SUTT 70 KV Menggunakan Metode Perbandingan Arus”
Diharapkan dengan diterapkannya metode perbandingan arus ini dapat mempermudah
untuk menentukan dan menemukan lokasi gangguan pada penghantar 70 kV sehingga
dapat membantu dan meningkatkan kinerja dari regu pemeliharaan PT. PLN (Persero)
agar gangguan dapat lebih cepat diatasi dan memperkecil kemungkinan adanya energi
yang tidak tersalurkan serta mampu meminimalisir kerugian yang dapat terjadi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan oleh penulis, adapun masalah yang
akan dianalisis dalam tugas akhir ini adalah :
1. Dapatkah metode perbandingan arus diterapkan pada saluran transmisi 70 kV untuk
penentuan titik gangguan?
2. Berapakah perbedaan hasil yang terbaca pada fault locator di relay distance dengan
perhitungan menggunakan metode perbandingan arus dalam penentuan titik
gangguan satu fasa ke tanah ?
3. Bagaimana cara membuktikan ketepatan dari perhitungan menggunakan metode
perbandingan arus dan hasil yang terbaca pada relay distance ?
1.3. Batasan Masalah

Politeknik Negeri Bali I-2


Berkaitan dengan perumusan masalah serta waktu penulis yang terbatas dan untuk
menghindari dari meluasnya pembahasan di luar permasalahan, maka pembatasan
masalah sebagai berikut :
1. Saluran transmisi yang dianalisis merupakan saluran transmisi dengan tegangan
sistem 70 kV arah Gardu Induk Ponorogo sampai Gardu Induk Trenggalek di
wilayah UPT Madiun.
2. Perhitungan yang dilakukan dengan metode perbandingan arus hanya untuk
gangguan satu fasa ke tanah.
3. Hanya membandingkan hasil perhitungan metode perbandingan arus dengan
pembacaan fault locator relai distance numerik.
4. Hanya untuk jenis penghantar sama yang digunakan dalam sistem.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui bagaimana cara metode perbandingan arus dapat menentukan titik
gangguan satu fasa ke tanah di saluran transmisi 70 kV.
2. Dapat mengetahui perbandingan hasil perhitungan letak gangguan menggunakan
metode perbandingan arus dengan hasil yang terbaca pada fault locator di relay
distance dalam menentukan letak titik gangguan.
3. Dapat membuktikan hasil perhitungan dari metode yang digunakan dalam
menentukan letak titik gangguan yang lebih mendekati hasil sebenarnya.
1.5. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil analisa penentuan titik gangguan dengan metode
perbandingan arus ini nantinya dapat menemukan titik gangguan pada saluran transimsi
70 kV dan menemukan solusi recovery sistem arah Gardu Induk Ponorogo sampai
Gardu Induk Trenggalek lebih tepat atau lebih dekat dengan titik gangguan sebenarnya
pada sistem sehingga dapat meningkatkan kinerja sistem dan mampu mengurangi energi
yang tidak tersalurkan dan dapat mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.
1.6. Sistematik Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, sistematika penulisan diklasifikasikan ke dalam 5


(lima) Bab yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan


Penulisan Tugas Akhir, Manfaat Penulisan Tugas Akhir, dan Sistematika Penulisan.

Politeknik Negeri Bali I-3


BAB II: LANDASAN TEORI

Menguraikan tentang teori-teori dasar yang menunjang dalam pembasahan dan analisa.

BAB III: PEMBAHASAN

Menguraikan tentang pembahasan menggunakan sistem matematis dalam


menyelesaikan permasalahan yang diangkat.

BAB IV: ANALISA

Menguraikan hasil analisa yang di diperoleh dari pembahasan tugas akhir.

BAB V: PENUTUP

Berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran dari


permasalahan yang di kembangkan.

Politeknik Negeri Bali I-4

Anda mungkin juga menyukai