Saat ini penggunaan energi listrik sangat dibutuhkan bahkan hampir menjadi kebutuhan pokok dalam kelangsungan pergerakan aktivitas manusia sehari – hari. Perkembangan teknologi dan gaya hidup manusia juga adalah salah satu alasan kenapa energi listrik sangat dibutuhkan pada saat ini. Penggunaan energi listrik yang semakin bertambah membuat beban listrik yang semakin bertambah pula. Sesuai data yang dimiliki oleh UPT Madiun dimana dalam tahun terakhir terjadi peningkatan beban sebesar 20.690.000 watt dari tahun sebelumnya. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin bertambah maka PT. PLN (Persero) selaku perusahaan penyedia tenaga listrik dituntut dapat menyediakan pasokan tenaga listrik yang handal dan mampu dijangkau dari berbagai daerah. Saluran transmisi yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) disistem ketenagalistrikan harus mampu menyalurkan energi listrik secara kontinu kepada daya yang tersambung pada sistem tersebut. Namun, panjangnya saluran transmisi di lapangan memungkinkan sering terjadinya masalah gangguan pada penghantar atau saluran transmisi sehingga mampu menyebabkan adanya energi yang tidak tersalurkan secara kontinu atau adanya energy not serve yang timbul karena gangguan. Gangguan pada saluran transmisi merupakan keadaan yang tidak normal yang dapat merusak sistem atau mempengaruhi kinerja sistem. Gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi selama rentan tahun 2017 – 2020 yaitu sebanyak 83 gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu misalnya terjadi karena alam dan hewan. Salah satu gangguan satu fasa ke tanah yang nantinya dianalisa yaitu sistem di antara Gardu Induk Ponorogo sampai Gardu Induk Trenggalek dengan panjang penghantar pada rute tersebut sangat panjang yaitu 38,800 km sehingga menyebabkan petugas kesulitan untuk menentukan titik gangguan pada penghantar. Proses penemuan titik gangguan ini yaitu selama 210 menit dapat mempengaruhi kinerja unit dalam hal TLOD (Transmission Lines Outage Duration) adalah lamanya gangguan rata – rata pada jaringan transmisi setiap 100 kms dalam suatu periode. (PT PLN (Persero) P3B JB, 2010) Dimana untuk target TLOD pada periode bulan maret yaitu 0.22 jam/100 kms tetapi dalam kondisi nyatanya belum memenuhi target karena jumlah TLOD yang terhitung
Politeknik Negeri Bali I-1
yaitu mencapai 0.30 jam/100 kms. Proteksi utama penghantar adalah relay distance ternyata kurang akurat untuk menentukan letak titik gangguan secara akurat pada penghantar dengan tegangan 70 kV pada gangguan satu fasa ke tanah. Penentuan titik gangguan atau posisi gangguan pada relay distance tidak akurat dikarenakan prinsip dari fault locator yang terdapat pada relay distance yaitu membandingkan impedansi gangguan dengan impedansi penghantar. Sehingga untuk gangguan fasa – fasa, besar resistansi gangguan biasanya cukup kecil bahkan dianggap nol sehingga hasil perhitungan fault locator pada relay distance cukup akurat. Namun, pada gangguan satu fasa ke tanah di penghantar seperti gangguan – gangguan yang pernah terjadi memiliki resistansi gangguan yang besar sehingga hasil perhitungan fault locator pada relay distance tidak sesuai. Dengan adanya kekurangan tersebut maka dilakukan perhitungan titik atau lokasi gangguan dengan metode perbandingan arus milik UPT Madiun yang berdasarkan prinsip perbandingan arus gangguan, metode ini tidak terpengaruh oleh besar resistansi gangguan. Maka dari itu penulis membuat tugas akhir ini dengan judul “Analisis Penentuan Titik Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada SUTT 70 KV Menggunakan Metode Perbandingan Arus” Diharapkan dengan diterapkannya metode perbandingan arus ini dapat mempermudah untuk menentukan dan menemukan lokasi gangguan pada penghantar 70 kV sehingga dapat membantu dan meningkatkan kinerja dari regu pemeliharaan PT. PLN (Persero) agar gangguan dapat lebih cepat diatasi dan memperkecil kemungkinan adanya energi yang tidak tersalurkan serta mampu meminimalisir kerugian yang dapat terjadi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan oleh penulis, adapun masalah yang akan dianalisis dalam tugas akhir ini adalah : 1. Dapatkah metode perbandingan arus diterapkan pada saluran transmisi 70 kV untuk penentuan titik gangguan? 2. Berapakah perbedaan hasil yang terbaca pada fault locator di relay distance dengan perhitungan menggunakan metode perbandingan arus dalam penentuan titik gangguan satu fasa ke tanah ? 3. Bagaimana cara membuktikan ketepatan dari perhitungan menggunakan metode perbandingan arus dan hasil yang terbaca pada relay distance ? 1.3. Batasan Masalah
Politeknik Negeri Bali I-2
Berkaitan dengan perumusan masalah serta waktu penulis yang terbatas dan untuk menghindari dari meluasnya pembahasan di luar permasalahan, maka pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Saluran transmisi yang dianalisis merupakan saluran transmisi dengan tegangan sistem 70 kV arah Gardu Induk Ponorogo sampai Gardu Induk Trenggalek di wilayah UPT Madiun. 2. Perhitungan yang dilakukan dengan metode perbandingan arus hanya untuk gangguan satu fasa ke tanah. 3. Hanya membandingkan hasil perhitungan metode perbandingan arus dengan pembacaan fault locator relai distance numerik. 4. Hanya untuk jenis penghantar sama yang digunakan dalam sistem. 1.4. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui bagaimana cara metode perbandingan arus dapat menentukan titik gangguan satu fasa ke tanah di saluran transmisi 70 kV. 2. Dapat mengetahui perbandingan hasil perhitungan letak gangguan menggunakan metode perbandingan arus dengan hasil yang terbaca pada fault locator di relay distance dalam menentukan letak titik gangguan. 3. Dapat membuktikan hasil perhitungan dari metode yang digunakan dalam menentukan letak titik gangguan yang lebih mendekati hasil sebenarnya. 1.5. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil analisa penentuan titik gangguan dengan metode perbandingan arus ini nantinya dapat menemukan titik gangguan pada saluran transimsi 70 kV dan menemukan solusi recovery sistem arah Gardu Induk Ponorogo sampai Gardu Induk Trenggalek lebih tepat atau lebih dekat dengan titik gangguan sebenarnya pada sistem sehingga dapat meningkatkan kinerja sistem dan mampu mengurangi energi yang tidak tersalurkan dan dapat mengurangi kerugian yang mungkin terjadi. 1.6. Sistematik Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, sistematika penulisan diklasifikasikan ke dalam 5
(lima) Bab yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan
Penulisan Tugas Akhir, Manfaat Penulisan Tugas Akhir, dan Sistematika Penulisan.
Politeknik Negeri Bali I-3
BAB II: LANDASAN TEORI
Menguraikan tentang teori-teori dasar yang menunjang dalam pembasahan dan analisa.
BAB III: PEMBAHASAN
Menguraikan tentang pembahasan menggunakan sistem matematis dalam
menyelesaikan permasalahan yang diangkat.
BAB IV: ANALISA
Menguraikan hasil analisa yang di diperoleh dari pembahasan tugas akhir.
BAB V: PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran dari