PENDAHULUAN
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMA’ATUL MUSLIMIN
1. UMAT ISLAM
A. Menurut Bahasa
Umat menurut bahasa adalah kaum, jama’ah dan golongan manusia.
Raghib Al-Ashfahany mengatakan : “umat adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh satu
hal, satu zaman, satu agama atau satu tempat, baik faktor pemersatu itu dipaksakan maupun
berdasarkan suatu pilihan”.
B. Secara Geografis
Titik tolak pembebasan umat Islam dimulai dari kawasan Darul ‘Adl yaitu Darul Islam. Darul
Islam itu sendiri mungkin menjadi Darul Baghyi yang dikuasai para pemberontak, atau
mungkin menjadi Darur Riddah yang dikuasai oleh orang-orang murtad, atau mungkin
menjadi Darul Bid’ah yang dikuasai oleh orang-orang ahli bid’ah.
Negeri-negeri yang disebut Darul Islam ini berhadapan dengan Darul Harb yang dikuasai
oleh non-muslim (kafir) maupun sekuler. Negara yang disebut sebagai Negara Islam yang
sebenarnya ialah Negara yang dikuasai oleh kekuasaan Negara keadilan (Al Adl), yaitu
Negara yang menegakkan Islam dan melindungi hukum-hukumnya serta dipimpin oleh
seorang khalifah pemegang imamah ‘uzhma.
Batas-batas tanah air Islam ini meluas sesuai meluasnya kekuasaan Darul ‘Adl dan
menjangkau Darul Harb melalui jihad dan fath (penaklukkan). Karena sesunggunya seluruh
wilayah bumi ini pada asalnya adalah milik kaum muslimin dan karenanya setiap
pendudukan oleh ahlul bathil terhadap sebagian bumi ini merupakan perampasan secara tidak
sah akan umat Islam.
Kedua,Dimulai dengan bi’tsah Nabi Muhammad, pada tahun ini dimulai da’wah beralih dari
rangka ke rangka ke kauman yang terbatas , menjadi kerangka kekauman yang bersifat
umum.
E. Pembagian Umat
Umat dibagi menjadi dua:
Pertama,umat yang menyambut dan menerima da’wah Rasulullah yang masuk Islam secara
Kaffah. Golongan ini disebut umat Muhammad SAW yang menerima da’wah.
Kedua, golongan yang tidak mau menyambut dan menerima da’wah Muhammad SAW dan
tidak masuk ke dalam Islam secara kaffah. Inilah golongan yang harus dida’wahi, karena
sejatinya ia wajib menerima da’wah, sehingga umat islam harus memasukkannya ke dalam
dien Allah.
F. Karakteristik Umat Islam
Ciri Khas Pertama : Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan dan pengakuan
terhadap keesaan Allah dalam Uluhiyah dan Rububiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Ciri Khas Kedua : Aqidah yang bersifat komprehensif dan menyeluruh
Ciri Khas Ketiga : Manhaj umat Islam bersifat Rabbani secara murni karena ia diturunkan
dan dipelihara oleh Allah.
Ciri Khas Keempat : Kesempurnaan manhajnya, bebas dari hawa nafsu dan kelemahan
manusia dan yang menjadikan umat islam lurus dan kokoh dalammencapai tujuannya
Ciri Khas Kelima : Prinsip pertengahan dan keadilan dalam setiap persoalan.
Sayyid Quthb menyebutkan hal-hal yang membuat Islam menjadi “umat pertengahan” adalah
:
a. Pertengahan dalam masalah pandangan dan keyakinan,
b. Pertengahan dalam pengorganisasian dan konsolidasi,
c. Pertengahan dalam segi pikiran dan perasaan,
d. Pertengahan dalam berbagai hubungan dan keterikatan,
e. Pertengahan dalam zaman, dan
f. Pertengahan dalam letak kawasan.
2. SYURA (MUSYAWARAH)
A. Syura menurut Bahasa dan Kedudukannya di Dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan
diketahui berbagai aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan.
Syura secara bahasa :
- Meminta keluarkan
- Menguji sesuatu untuk mengetahui ihwalnya.
Syura berfungsi sebagai ahlul aqdi wal hilli (dewan perwakilan rakyat).
Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari para ahli tentang suatu masalah, meminta
penjelasan, dan menguji berbagai masalah dengan pendapat orang lain.
Majelis Syura ialah majelis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan Negara.
D. Hukum Syura
Kedudukan syura dalam alqur’an dan assunnah, disamping perannya yang amat besar dalam
mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan masyarakat dan memadukan urusan rakyat,
dengan cepat maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas penguasa
Islam di setiap tempat dan setiap zaman.
G. Prinsip Mayoritas
Prinsip mayoritas ini dilakukan setelah mengetahui arti, kedudukan dan haikat syura dalam
Islam. Pendapat mayoritas merupakan suatu kepastian pengambilan salah satu pendapat yang
diperselisihkan oleh Majelsi Syura.
Berdasarkan sunnah Nabi SAW Nampak jelas bahwa beliau senantiasa mengambil pendapat
mayoritas, ketika terjadi perselisihan di antara para anggota majelis syura.
Pendapat yang harus dikuatkan dan dipegang sesuai dengan banyak dalil yang disampaikan.
Sementara kelompok minoritas wajib mengikutinya, sekalipun amir berada pada pihak
minoritas.
Di dalam Islam, tidak ada syura menyangkut masalah yang ada nash-nya, dan tidak ada
artinya pendapat mayoritas di hadapan nash.
3. IMAMAH ‘UZMA
A. Lintasan Sejarah Khilafah
Sejarah panjang kepemimpinan umat Islam dimuali dari Nabi Adam as, kemudian anak
keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. NabiMuhammad
saw hadir sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia. Sepeninggal Nabi
Muhammad saw, umat Islam dipimpin oleh khalifah,dst, yang sebagaimana disebutkan
Rasulullah saw.
“Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah saw, Basyir
adalah seorang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata,
“Wahai Basyir bin Sa’d, apakah kamu hafal hadits Rasulullah saw tentang para penguasa?”
Maka Hudzaifah tampil seraya berkata, “Aku hafal khutbahnya.” Lalu AbuTsa’labah duduk
mendengarkan Hudzaifah berkata: Rasulullah saw bersabda:
(1) Muncul kenabian ditengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian
Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khalifah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang
dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(3) Kemudian muncul “raja yang menggigit” selama masa yang dikehendak Allah, kemudian
Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(4) Kemudian akan muncul “raja yang diktator” selama masa yang dikehendaki Allah,
kemudian Ia akan mencabutnya ketiaka Ia menghendakinya.
(5) kemudian akan muncul (lagi) khilafah sesuai dengan sistem kenabian …” (HR Ahmad)
Menurut para ulama, sekarang merupakan periode keempat, yaitu periode “raja yang
diktator”. Namun kita tidak tahu kapan Allah akan mencabutnya, sehingga munculah kembali
kekhalifaan uamt Islam.
B. Definisi Imamah
1. Imam Menurut Bahasa dan Al Qur’an
Imam menurut bahasa ialah :
- setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada di jalan yang lurus ataupun
sesat.
- benang yang diletakkan di atas bangunan, pada waktu membangunnya, untuk memelihara
kelurusannya.
- orang yang menggiring unta, sekalipun ia berada di belakangnya.
B. Tujuan Umum
a. Supaya manusia menyembah Rabb yang Maha Esa
b. Menjalankan prinsip amar ma’ruf nahi munkar
c. Menyampaikan da’wah Islam kepada seluruh manusia
d. Menghapus fitnah (kemusyrikan) dari muka bumi
e. Menaklukan Roma, Ibu Kota Italia. Karena di dalamnya terkandung pengukuhan terhadap
kenabian Muhammad saw.
f. Memerangi semua manusia hingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
BAGIAN DUA
JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. HUKUM-HUKUM ISLAM
A. Tidak Ada Sektorisasi Hukum Islam
a. Sejak awal Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani seuai dengan keperluan jama’ah, dan tuntutan tahapan yang
dihadapi oleh jama’ah.
b Namun hal itu tidak berlaku sekarang, karena pengarahan-pengarahan rabbani dan sunnah
nabawi yang sudah turun secara sempurna. Sehingga muslim dituntut melaksanakan seluruh
pengarahan rabbani dan sunnah nabawiyah dengan utuh tanpa adanya sektoralisasi.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam ?
Individu atau jama’ah boleh menerapkan hukum Islam seuai dengan tuntutan keadaan dan
posisinya dalam kehidupan dan perkembangan kehidupannya, dengan syarat individu atau
jama’ah tersebut meyakini akan semua hukum Islam dan keberlangsungannya.
Yang dimaksud “jama’ah dari umat Islam” yang dimaksud disini adalah kelompok atau
golongan yang membawa da’wah untuk menegakkan Jama’atul Muslimin pada masa
ketiadaannya, yaitu ada pemerintah yang memerintah umat dengan Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya. Dan apabila pemerintah (khalifah) ini telah terwujud, Islam melarang adanya
lebih dari jama’ah atau partai.
Adapun ketentuan untuk menentukan titik tolak dalam melakukan konfrontasi bersenjata
melawan kebathilan adalah :
Pertama : Indepensi Tempat Tegaknya Jama’ah.
Artinya, bahwa jama’ah tersebut harus berkuasa penuh terhadap bumi tempat berpijak dan
melaksanakan aktivitasnya.
Kedua : Jumlah Yang Memadai
Maksudnya, angggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah atau
prosentase tertentu dibandingkan tentara musuh.
IV. RAMBU KEEMPAT DALAM SIRAH NABI SAW : SIRRIYAH DALAM KERJA
MEMBINA JAMA’AH
A. Pengertian Sirriyah
Maksud sirriyah dalam kerja membina jama’ah ialah membatasi pengetahuan program kerja
pada lingkungan pimpinan, setiap individu tidak boleh mengetahui tugas anggota yang lain
untuk mencegah kebocoran tugas.
B. Kesalahan Memahami Sirriyah
Pertama, memasukkan ajaran-ajaran Islan yang harus disebarluaskan sebagai sesuatu yang
harus dirahasiakan.
Kedua, “mengobral” segala sesuatu di setiap tempat dan kepada siapa saja.
C. Pemahaman yang Dangkal Tentang Sirriyah
Sesungguhnya sirriyah adalah sifat yang lekat atau tak terpisahkan dari dakwah Rasulullah
SAW dalam semua tahapannya sepanjang kehidupannyanya, baik di Mekkah maupun di
Madinah (bukan hanya tiga tahun saja sebagaimana banyak dituliskan oleh ahli sejarah).
D. Kesimpulan Rambu Ini
Kesimpulan rambu ini : Sirriyah merupakan ‘kotak’ tempat menyimpan program amal
jama’i dan ‘tirai’ yang menutupi dan melindungi program tersebut, dan merupakan hal yang
penting serta harus dipegang teguh sepanjang gerakan pembinaan jama’ah.
Sirriyah di sini hanya menyangkut aspek penataan (tanzhim) saja, bukan menyangkut aspek
pemikiran atau nilai-nilai Islam yang harus dikemukakan.
BAGIAN KEEMPAT
TABI’AT JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
A. Memahami Tabiat Jalan
Tabiat jalan pertama yakni jalan ujian dan cobaan, namun akhirnya adalah surga (QS
AlBaqarah 2:214, Ali Imran 3:142, At Taubah 9:16 dan Al Ankabut 29:2-3).
Tabiat jalan kedua adalah jalan kemenangan dan kekuasaan. Pada sisi inilahbanyak kaum
muslimin yang merasa berat untuk bergerak, lebih tertarik kepada aspek duniawi, kemewahan
dan kenikmatan materi.
Menyikapi dua tabiat jalan ini, sikap Rasulullah SAW adalah bersabar dan tegar.
B. Macam-macam Tabiat Jalan
Tabiat jalan banyak dibicarakan dalam Al Qur’an , tetapi bila disimpulkan hanya ada dua
kategori jalan, yakni : jalan kebaikan dan jalan keburukan (QS Al Anbiya 21:35)
C. Tujuan Tabiat Ini
Tujuan dibalik tabiat jalan dakwah ini yaitu mengantarkan manusia kepada kualitas kerja
terbaik (QS Al Kahfi 18:7 dan Al Mulk :2).
D. Tabiat Jalan : Salah Satu Sunnatullah
Allah menjelaskan tabiat jalan ini sebagai salah satu sunnah-Nya, dan berlaku pada kaum
muslimin secara umum, terutama manusia-manusia pilihan dari para Nabi dan Rasul,
kemudian orang-orang yang derajat keimanannya di bawah mereka, dan seterusnya.