576-Article Text-1309-1-10-20190715

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

ISSN 2087-3352

PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA


OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR

Immasyari Amruroh & Diana Anggraeni

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila


Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
E-mail: dachsp@cbn.net.id

ABSTRAK Masalah gizi kurang dan gizi buruk saat ini masih menjadi salah satu masalah di
Indonesia. Puskesmas Bojonggede sebagai unit pelayanan kesehatan di wilayah
kecamatan Bojonggede telah melakukan upaya penanggulangan dengan memberi-
kan informasi mengenai gizi seimbang secara informatif. Namun saat ini Puskesmas
Bojonggede melalui pemasaran sosial Peduli Gizi Balita bermaksud mempersuasi
khalayak sasaran (ibu) dan meningkatkan kesadaran ibu dalam hal pemberian ma-
kanan bergizi pada balitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
komunikasi pada pemasaran sosial Peduli Gizi Balita yang dilakukan oleh Puskesmas
Bojonggede di RW 06 Desa Rawa Panjang, Bogor. Landasan konsep penelitian ini
terdiri atas konsep pemasaran sosial, kampanye perubahan sosial, dan komuni-
kasi pemasaran sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis
deskriptif untuk memberikan gambaran secara detail mengenai proses komunikasi
pada pemasaran sosial Peduli Gizi Balita di RW 06 Desa Rawa Panjang, Bogor. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa proses komunikasi pada pemasaran sosial Peduli
Gizi Balita dapat meningkatkan pengetahuan target adopter mengenai gizi seim-
bang. Namun, belum mampu membentuk kesadaran target adopter agar secara
sukarela memberi makanan bergizi bagi anaknya. Hal ini disebabkan oleh terbatasn-
ya sarana dan lokasi penyebaran informasi mengenai gizi seimbang, faktor ekonomi
target adopter, dan kesibukan masing-masing target adopter.

Kata Kunci: Strategi, gizi buruk, pemasaran sosial, komunikasi pada pemasaran
sosial, kampanye perubahan sosial

ABSTRACT Malnutrition’s problem is still one of the problems in Indonesia. Puskesmas
Bojonggede as a health service unit in Bojonggede sub-district has made efforts to
overcome by providing information about balanced nutrition informatively. Through
the social marketing Care for Nutrition Toddlers Puskesmas Bojonggede intends to
persuade the target audience and increase mother awareness in terms of giving
nutritious food on her toddler. This study aims to describe the communication
process on the social marketing of Nutrition Care of Toddlers conducted by
Bojonggede Public Health Center in RW 06 Village Rawa Panjang, Bogor. Concept
in this research consists of social marketing concepts, social change campaigns,
and social marketing communications. This research using a qualitative descriptive
research to give a detailed description about communication process on social
marketing of Child Nutrition Care at RW 06 Village Rawa Panjang, Bogor. Results
of this study indicate that the communication process on the social marketing
CoverAge: of Nutritional Care of Toddlers can improve the knowledge of target adopter on
balanced nutrition. But it has not been able to shape the awareness of adopter
Journal of Strategic targets to voluntarily provide nutritious food for their children. This is due to the
Communication limited means and location of information dissemination on balanced nutrition,
Vol. 7, No. 2, Hal. 69-83 target adopter economic factors, and preoccupation of each target adopter.
Maret 2017 Fakultas Ilmu
Keywords:
Komunikasi, Strategy, malnutrition, social marketing, communication on social mar-
keting, social change campaigns
Universitas Pancasila

Diterima 18 Desember 2016


Disetujui 1 Januari 2017
70 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

PENDAHULUAN pembangunan, LSM, perguruan tinggi, organisasi


profesi, dan organisasi kemasyarakatan. Dengan
kata lain, melalui Gerakan 1000 HPK, pemerintah
Setiap tahun, lebih dari sepertiga kematian anak mencoba menggalakkan upaya penanggulangan
di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi yang gizi buruk di setiap lini kesehatan, terutama di
dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap puskesmas yang merupakan lini terdepan unit
penyakit (UNICEF, 2010: 73). Berdasarkan data yang pelayanan kesehatan di wilayah Kecamatan.
diperoleh dari World Health Organization (WHO),
Seperti kebanyakan daerah di Indonesia,
ada sekitar 3,1 juta anak di seluruh dunia yang
wilayah kerja Puskesmas Bojonggede tidak luput
meninggal akibat kekurangan gizi setiap hari dan
dari banyaknya kasus balita gizi kurang dan gizi
kebanyakan dari mereka berusia di bawah 5 tahun
buruk. Berdasarkan laporan hasil validasi gizi buruk
(http://m.tempo.co.id/read/news/). Tingginya
bulan Januari 2015 di wilayah kerja Puskesmas
kasus gizi kurang dan gizi buruk juga dialami di
Bojonggede, masih terdapat 59 balita dengan
Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
kategori status gizi buruk dari 14.436 balita. Dasar
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kasus
penilaian Puskesmas Bojonggede menetapkan
gizi kurang pada balita menunjukkan fakta yang
seorang balita merupakan penderita gizi buruk yaitu
memprihatinkan karena kasus tersebut justru
dilihat dari Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB)
meningkat dari 18,4% di tahun 2007 menjadi 19,6%
balita tersebut. Hal ini merupakan standar penilaian
di tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2013: iv).
yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita Moeloek Bogor serta merupakan standar penilaian yang
yang menyatakan bahwa saat ini Indonesia telah ditetapkan oleh WHO. Menurut laporan hasil
masuk dalam zona darurat gizi, karena sebanyak validasi gizi buruk Bulan Januari 2015 di wilayah
19% anak Indonesia meyandang status gizi kurang kerja Puskesmas Bojonggede, wilayah terbanyak
yang dapat memicu gizi buruk (http://m.republika. dengan balita yang digolongkan menderita gizi
co.id/berita/nasional/umum). Dilandasi oleh hal buruk berdasarkan BB/TB-nya adalah di RW 06 Desa
tersebut, sejak tahun 2013 Pemerintah Indonesia Rawa Panjang, dengan jumlah total 9 balita dengan
mencanangkan Gerakan Nasional Percepatan kategori kurus dan kurus sekali.
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama
Puskesmas Bojonggede sebagai lini terdepan
Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) atau yang dikenal
unit pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab
sebagai gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) pada
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
tataran global.
wilayah kecamatan Bojonggede telah melakukan
Pada Pedoman Perencanaan Program Gerakan beberapa upaya berkesinambungan dalam
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka mendukung Gerakan 1000 HPK dan mengurangi
Seribu Hari Pertama Kehidupan-Gerakan 1000 kasus balita gizi kurang serta gizi buruk tersebut,
HPK (2013: 1) dijelaskan bahwa Gerakan 1000 HPK seperti melakukan penyuluhan dan edukasi
bukanlah inisiatif institusi maupun pembiayaan kesehatan, pelacakan gizi buruk, mengadakan
baru melainkan meningkatkan efektivitas dari kunjungan rumah balita gizi buruk disertai dengan
inisiatif yang telah ada yaitu meningkatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa
koordinasi termasuk dukungan teknis, advokasi susu dan biskuit atau pemberian Makanan
tingkat tinggi, dan kemitraan inovatif, dan Pendamping ASI (MP-ASI), pengobatan terhadap
partisipasi untuk meningkatkan kesadaran gizi dan penderita gizi buruk dengan penyakit penyerta, dan
kesehatan masyarakat, dan pembangunan. rujukan penderita ke rumah sakit sehingga dapat
Sejalan dengan hal tersebut, maka penanganan mempermudah pelayanan kesehatan bagi warga
masalah gizi tidak bisa hanya oleh pemerintah kurang mampu.
saja, namun perlu keterlibatan dan dukungan Selama ini upaya perbaikan gizi yang telah
dari pemangku kepentingan lain, seperti mitra dilakukan Puskesmas Bojonggede masih terbatas
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 71

pada upaya penanggulangan secara kuratif yaitu penyampaian pesan kesehatan seputar gizi
tindakan yang dilakukan setelah terjadi kasus balita dilakukan secara informatif saja melalui
balita gizi kurang dan gizi buruk. Selain itu, pesan- pemasangan poster gizi seimbang di Puskesmas
pesan mengenai kesehatan seputar gizi balita yang Bojonggede. Berdasarkan pra penelitian yang
disampaikan Puskesmas Bojonggede pun masih dilakukan, peneliti mengidentifikasi adanya potensi
bersifat informatif, yang bertujuan hanya untuk masalah terkait pemilihan media dan lokasi
memberitahu informasi mengenai kesehatan dan penyebaran informasi mengenai gizi balita yang
gizi pada balita melalui pemasangan poster gizi dilakukan oleh Puskesmas Bojonggede karena
seimbang di Puskesmas Bojonggede. Sedangkan
penyampaian informasi kesehatan menggunakan
apabila dilihat dari faktor penyebab terjadinya
media poster ternyata belum mampu memberi
kasus tersebut, sebagian besar kasus balita gizi
dampak signifikan terhadap penurunan angka kasus
kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
balita gizi buruk di wilayah Bojonggede.
Bojonggede terjadi karena kurangnya kesadaran
dan pengetahuan ibu ketika memberikan makanan Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada
kepada balitanya. program Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita sebagai
Berdasarkan hal tersebut, tidak cukup apabila upaya memengaruhi sikap dan membangun
upaya perbaikan gizi hanya dilakukan melalui upaya perubahan perilaku ibu dalam hal pemberian
kuratif maupun pemberian pesan secara informatif makanan bergizi pada balitanya, Puskesmas
saja, namun juga memerlukan upaya pencegahan Bojonggede menggunakan dua media penyampaian
melalui pendekatan dan komunikasi yang persuasif informasi mengenai gizi balita yaitu menggunakan
untuk menumbuhkan kesadaran sehingga nantinya poster Gizi Seimbang yang disebarkan di Posyandu
terjadi perubahan sikap dan perilaku khalayak dan pengadaan Kelas Ibu Peduli Gizi Balita (Ibu
dalam rangka mengatasi masalah sosial yang Pelita) sebagai strategi memasarkan produk
terjadi. Seringkali solusi untuk mengatasi masalah- sosialnya.
masalah sosial dilakukan dengan meluncurkan
Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik
suatu program pemasaran sosial untuk mengubah
untuk mengetahui dan mengamati bagaimana
perilaku dan tingkah laku publik. Hal ini sesuai
strategi dan proses komunikasi yang terdapat pada
dengan pendapat Pudjiastuti (2002: 76) yang
pemasaran sosial Peduli Gizi Balita yang dilakukan
menyatakan bahwa pemasaran sosial merupakan
oleh Puskesmas Bojonggede terutama di RW 06
suatu upaya atau strategi untuk mengubah sikap
dan perilaku khalayak dalam rangka mengatasi Desa Rawa Panjang yang merupakan wilayah
berbagai masalah sosial seperti pergaulan bebas, terbanyak dengan balita penderita gizi buruk.
kekurangan gizi, kesehatan, maupun lingkungan Selain itu, alasan lainnya penulis tertarik untuk
hidup. mengangkat hal ini juga didasari oleh kesadaran
bahwa kasus gizi buruk yang terjadi merupakan
Menyadari pentingnya penanganan kasus
salah satu hal krusial yang memerlukan penanganan
gizi buruk, Puskesmas Bojonggede berinisiatif
melakukan suatu program pemasaran sosial dengan yang cepat, tepat dan berkesinambungan dari
mengusung tema Peduli Gizi Balita sebagai upaya semua lini masyarakat.
preventif untuk mengatasi permasalahan gizi pada Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun
balita di wilayah kerjanya. Kegiatan ini bertujuan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:
untuk memengaruhi sikap dan membangun 1. Bagaimana strategi pemasaran sosial pada
perubahan perilaku ibu dalam hal pemberian Kampanye Peduli Gizi Balita yang dilakukan oleh
makanan bergizi pada balitanya, sehingga Puskesmas Bojonggede?
diharapkan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk
2. Bagaimana proses komunikasi pada pemasaran
dapat dicegah sedini mungkin.
sosial Peduli Gizi Balita yang dilakukan oleh
Upaya penanggulangan kasus balita gizi buruk Puskesmas Bojonggede di RW 06 Desa Rawa
di wilayah kerja Puskesmas Bojonggede melalui Panjang, Bogor?
72 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

TINJAUAN PUSTAKA c. Target adopters (khalayak sasaran), adalah


individu, kelompok, atau populasi yang
dijadikan sasaran perubahan sosial.
Pemasaran Sosial
d. Channels (saluran), adalah saluran komunikasi,
Berdasarkan Journal of Social Marketing Vol.1 distribusi, dan tempat terjadinya pertukaran
No.1 (Lefebvre, 2011: 55), istilah pemasaran sosial pengaruh dan tanggapan yang dikirimkan antara
pertama kali diperkenalkan oleh Philip Kotler dan agen perubahan dengan pengguna saluran.
Gerald Zaltman pada tahun 1971 yang ditujukan
e. Change strategy (strategi perubahan), adalah
untuk menjabarkan manfaat penggunaan prinsip-
pengaturan dan program yang diambil oleh
prinsip dan teknik pemasaran komersial dalam
change agent untuk memberi efek perubahan
mengembangkan tujuan sosial, ide atau perilaku.
perilaku dan sikap target adopter.
Menurut Kotler dan Lee (2008: 7), “Social marketing
is a process that applies marketing principles
and techniques to create, communicate, and Pemasaran sosial menggunakan empat strategi
deliver value in order to influence target audience pemasaran yang ada pada pemasaran komersial
behaviors that benefit society (public health, safety, atau yang sering disebut dengan bauran pemasaran
the environment, and communities) as well as the (marketing mix). Menurut Kotler dan Lee (2008: 40)
target audience.” bauran pemasaran sosial terdiri dari:
Dalam buku Social Marketing, Influence a. Product (Produk), yang merupakan segala
Behaviors for Good (Kotler and Lee, 2008: 8), Alan sesuatu yang ditawarkan kepada pasar yang
R. Andreasen (1994) menjelaskan pemasaran dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan
sosial sebagai berikut: “Social Marketing is the mereka (Kotler dan Lee, 2008: 205).
application of commercial marketing technologies
b. P r i c e ( H a r g a ) . M e r u p a k a n b i a y a a t a u
to the analysis, planning, execution, and evaluation
pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh
of programs designed to influence the voluntary
individu untuk mengadopsi perilaku yang
behavior of target audiences to improve their
ditawarkan
personal welfare and that of their society.”
c. Place (Tempat). Di mana dan kapan khalayak
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan
sasaran dapat menjangkau produk tersebut.
bahwa pemasaran sosial merupakan penerapan
Pemilihan tempat menjadi salah satu hal yang
konsep pemasaran pada aktivitas non-komersial
penting dalam pelaksanaan sebuah program
yang digunakan sebagai upaya untuk mengubah
pemasaran sosial karena dapat memudahkan
sikap dan perilaku khalayak dalam rangka
khalayak sasaran dalam menerima produk sosial
mengatasi permasalahan sosial agar menuju
yang ditawarkan.
kehidupan yang lebih baik.
d. Promotions (Promosi) yang terdiri dari
Terdapat 5 elemen dalam pemasaran sosial
beberapa bentuk strategi komunikasi
menurut Kotler dan Roberto (1989: 17), yaitu:
untuk mempromosikan produk sosial dan
a. Cause (alasan/maksud), adalah suatu tujuan meningkatkan adopsi produk kepada target
sosial yang dipercaya oleh change agent (agen adopter.
perubahan) akan menjawab permasalahan
Pada tipe produk sosial berupa ide terdapat
sosial yang ada. tiga jenis ide sosial yaitu kepercayaan (beliefs) yang
b. Change agent (agen perubahan), adalah merupakan persepsi tentang suatu fakta tanpa
individu, organisasi atau kerjasama yang mengevaluasinya, sikap (attitude) yang merupakan
akan membawa perubahan sosial dalam evaluasi positif atau negatif tentang orang, obyek,
hubungannya dengan kampanye perubahan ide atau peristiwa, dan nilai (value) yang merupakan
sosial. semua ide tentang apa yang benar atau salah.
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 73

Sebagaimana yang disampaikan oleh Kotler Dalam hubungannya dengan pemasaran sosial,
dan Lee (2008: 296) bahwa saluran media massa Kotler dan Roberto (1989: 6) menjelaskan bahwa
seperti iklan, koran, majalah, atau radio dibutuhkan kampanye perubahan sosial merupakan suatu
jika target adopter merupakan kelompok massa usaha terorganisir yang dilakukan oleh change
yang luas yang membutuhkan informasi secara agent (agen perubahan) yang bertujuan untuk
cepat. Sedangkan saluran media komunikasi selektif mempersuasi target adopter (khalayak sasaran)
seperti direct mail, flyers, brosur, poster, special agar menerima, mengubah, atau meninggalkan
events dan telemarketing dapat digunakan dalam beberapa ide, sikap, praktik, dan perilakku tertentu.
kasus di mana target adopter dapat dijangkau Beberapa jenis kampanye oleh Charles U. Larson
dengan lebih efektif melalui saluran media khusus (1992) dalam bukunya yang berjudul Persuasion,
dan mereka membutuhkan informasi yang lebih Reception, and Responsibility seperti yang dikutip
lengkap daripada yang tersedia di media massa. oleh Ruslan (2008: 25), yaitu:
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan a. Product – Oriented Campaigns, kampanye
bahwa dalam pelaksanaan program pemasaran ini berorientasi pada produk, dan biasanya
sosial, selain menggunakan strategi pemasaran dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye
diperlukan suatu rancangan proses komunikasi promosi pemasaran suatu peluncuran produk
yang efektif dalam mengirimkan atau memasarkan yang baru.
produknya. Gregory (2004: 9) menyatakan bahwa
b. Candidate – Oriented Campaigns, merupakan
komunikasi membantu untuk menjelaskan lebih
kampanye yang berorientasi bagi calon
lanjut tujuan-tujuan strategik suatu organisasi
(kandidat) untuk kepentingan kampanye politik
karena organisasi memerlukan dukungan dari
(political campaigns).
berbagai kelompok atau publik utama. Dalam hal
ini komunikasi berperan penting dalam proses c. Ideological or Cause – Oriented Campaigns,
interaksi pada target adopter dan lingkungan jenis kampanye yang bertujuan bersifat khusus
organisasi agar pesan yang disampaikan dapat dan berdimensi perubahan sosial (social change
dengan mudah diterima dan diadopsi oleh target campaigns), misalnya kegiatan kampanye sosial
adopter. Salah satu upaya dalam melakukan bersifat non-komersial seperti Anti HIV /AIDS.
komunikasi pemasaran sosial adalah melalui Berdasarkan jenis kampanye di atas, maka
kampanye perubahan sosial. kampanye pemasaran sosial dapat digolongkan
pada jenis ideological or cause oriented campaigns
karena kampanye pemasaran sosial mempunyai
Kampanye Perubahan Sosial
tujuan yang bersifat khusus dan berdimensi
Salah satu upaya dalam melakukan komunikasi perubahan sosial. Kampanye diperlukan dalam
pemasaran sosial yang persuasif adalah melalui pemasaran sosial karena karena usaha memasarkan
kampanye. Pfau dan Parrot (1993) seperti yang gagasan yang memberikan manfaat sosial bukanlah
dikutip oleh Venus (2010: 29) mengatakan bahwa masalah yang mudah. Ide atau gagasan yang ingin
persuasi secara inheren terkandung dalam disampaikan melalui pemasaran sosial biasanya
kampanye. Dengan demikian setiap tindakan merupakan hal yang baru dan sulit untuk diterima,
kampanye pada prinsipnya adalah tindakan karena setiap individu yang menjadi khalayak
persuasi. sasaran mempunyai perbedaan pandangan, sikap,
Pengertian secara umum tentang istilah keyakinan terhadap isu yang diangkat melalui
kampanye sudah dikenal sejak 1940-an (Ruslan, kegiatan kampanye.
2008: 23). Leslie B. Snyder (2002) yang dikutip oleh
Venus (2010: 8) mengatakan bahwa kampanye
komunikasi adalah tindakan komunikasi yang Komunikasi Pemasaran Sosial
terorganisasi, yang diarahkan pada khalayak Ruben dan Stewart (2006: 17) menjelaskan
tertentu, pada periode waktu tertentu guna bahwa komunikasi merupakan proses di mana
mencapai tujuan tertentu. individu-individu dalam suatu hubungan,
74 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

grup, organisasi, dan lingkungan membuat dijadikan senjata ampuh dalam menyerang
dan menggunakan informasi yang dapat lawan.
menghubungkan lingkungan yang satu dan yang Teknik-teknik komunikasi persuasif tersebut
lainnya. Komunikasi merupakan suatu proses dapat digunakan oleh change agent untuk
penyampaian pesan dengan menggunakan memasarkan pesannya apabila target adopter-
informasi dan simbol-simbol tertentu oleh seorang
nya sudah ditetapkan dan cara bagaimana
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
berkomunikasi sudah ditentukan sehingga tujuan
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku agar
program pemasaran sosial dapat tercapai sesuai
suatu pesan dianut secara sama.
dengan yang diharapkan dan memberikan dampak
Dalam kegiatan pemasaran sosial, komunikasi yang signifikan pada target adopter. Effendy, (2011:
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan 31) menyatakan, terdapat dua jenis komunikasi
dalam mempersuasi target adopter dan berdasarkan sifatnya sehubungan dengan cara
menyampaikan pesan pemasaran sosial dalam bagaimana berkomunikasi, yaitu:
rangka mengatasi permasalahan sosial yang terjadi.
a. K o m u n i k a s i t a t a p m u k a ( f a c e - t o - f a c e -
Komunikasi bersifat informatif dan persuasif.
commu n i ca t i o n), d i p ergu n a ka n a p a b i l a
Komunikasi informatif bertujuan hanya untuk
komunikator mengharapkan perubahan tingkah
memberitahu, sedangkan komunikasi persuasif
laku (behavior change) dari komunikan.
bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan
perilaku. Komunikasi yang bersifat persuasif ini yang b. K o m u n i k a s i b e r m e d i a ( m e d i a t e d
diperlukan untuk memasarkan produk sosial pada communication), pada umumnya banyak
target adopter. Menurut Effendy (2014:22) terdapat digunakan untuk komunikasi informatif karena
beberapa teknik komunikasi persuasif yang dapat tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah
dipilih dalam proses menyampaikan pesan, yaitu: laku namun dapat mencapai jumlah komunikan
yang besar.
a. Teknik asosiasi, merupakan penyajian pesan
komunikasi dengan cara mengaplikasikannya Proses komunikasi dalam buku Pengantar Ilmu
pada suatu objek atau peristiwa yang sedang Komunikasi, Cangara (2011: 24) menjelaskan bahwa
terjadi untuk menarik perhatian khalayak. proses komunikasi terdiri dari beberapa unsur,
b. Teknik integrasi, didasari oleh kemampuan seperti berikut ini:
komunikator untuk menyatukan diri secara a. Sumber, yang merupakan peristiwa komunikasi
komunikatif dengan komunikan. akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
c. Teknik ganjaran, dilakukan untuk memengaruhi pengirim informasi. Sumber sering disebut
orang lain dengan cara mengiming-imingi pengirim, komunikator atau dalam bahasa
hal yang menguntungkan atau menjanjikan Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
harapan. Untuk itu seorang sumber harus memiliki
beberapa kriteria (Cangara, 2011: 93-97), antara
d. Teknik tataan, digunakan dengan menyusun
lain:
pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga
enak didengar atau dibaca serta termotivasi 1) Kepercayaan/ Kredibilitas (credibility), yaitu
untuk melakukan sebagaimana yang disarankan seperangkat persepsi tentang kelebihan-
pesan tersebut. kelebihan yang dimiliki sumber sehingga
diterima atau diikuti oleh penerima.
e. Teknik red herring, adalah seni seorang
komunikator untuk meraih kemenangan dalam 2) Daya tarik (attractiveness) yang dimiliki
perdebatan dengan mengelakkan argumentasi oleh sumber seperti kesamaan demografis
yang lemah untuk kemudian mengalihkannya (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai
perlahan-lahan ke aspek yang dikuasainya guna (liking) dan fisiknya (physic).
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 75

3) Kekuatan (power), kepercayaan diri atau khalayak sehingga mereka dapat mengikuti
kekuasaan yang dimiliki oleh sumber pesan-pesan tersebut.
sehingga khalayak dengan mudah menerima 5) H u m o r i o u s a p p e a l , m e r u p a k a n t e k n i k
suatu pendapat atau ide. penyusunan pesan yang disertai dengan humor,
b. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim sehingga dalam penerimaan pesan khalayak
pada penerima. Pesan dapat disampaikan tidak merasa jenuh.
dengan cara tatap muka atau melalui c. Media yang digunakan sebagai alat untuk
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu memindahkan pesan dari sumber kepada
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, penerima.
atau propaganda. Pada penyampaian pesan
d. Penerima sebagai pihak yang menjadi sasaran
pemasaran sosial melalui media, terdapat tiga
pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa
tipe eksekusi pesan (Kotler dan Roberto, 1989:
terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
195-201), yaitu:
bentuk kelompok, partai, atau negara.
1) Eksekusi rasional (rational execution), pesan
e. P e n g a r u h a t a u e f e k a d a l a h p e r b e d a a n
yang disampaikan berfokus pada fungsi
antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dan kebutuhan serta keinginan target
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
adopter terhadap suatu produk sosial yang
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada
memberikan penekanan pada manfaat
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.
produk sosial tersebut.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
2) Eksekusi emosional (emotional execution), perubahan atau penguatan keyakinan pada
merupakan penyampaian pesan yang pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
berhubungan dengan psikologis target sebagai akibat penerimaan pesan.
adopter. f. T a n g g a p a n b a l i k s e b a g a i u m p a n b a l i k
3) Elemen-elemen nonverbal (nonverbal sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada
elements), disampaikan melalui media pengaruh yang berasal dari penerima.
yang memuat objek berupa gambar yang g. Lingkungan sebagai faktor-faktor tertentu yang
memiliki elemen-elemen nonverbal seperti dapat memengaruhi jalannya komunikasi,
ekspresi wajah, pergerakan tubuh, kontak seperti faktor lingkungan fisik (geografis), faktor
mata, dan tampilan fisik model yang lingkungan (sosial budaya, ekonomi dan politik),
digunakan pada gambar tersebut. faktor lingkungan psikologis (kejiwaan), dan
Cara yang digunakan dalam penyusunan pesan faktor dimensi waktu (situasi yang tepat untuk
yang bersifat persuasif (Cangara, 2011: 119), di melakukan kegiatan komunikasi).
antaranya adalah sebagai berikut: Berdasarkan penjelasan di atas mengenai
1) Fear appeal, metode penyusunan atau komunikasi pemasaran sosial, maka penulis
penyampaian pesan dengan menimbulkan rasa memahami bahwa komunikasi pemasaran sosial
ketakutan kepada khalayak (ancaman). merupakan suatu proses penyampaian pesan sosial
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu
2) Emotional appeal, cara penyusunan atau
oleh seorang kepada orang lain yang terdiri dari
penyampaian pesan dengan berusaha
berbagai unsur-unsur komunikasi yang digunakan
menggugah emosi khalayak.
sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam
3) Reward appeal, merupakan cara penyusunan mempersuasi khalayak sasaran dan menyampaikan
atau penyampaian pesan dengan menawarkan pesan pemasaran sosial dalam rangka mengatasi
janji-janji kepada khalayak. permasalahan sosial yang terjadi. Komunikasi
4) Motivational appeal, teknik penyusunan pesan pemasaran sosial yang dilakukan bersifat persuasif
yang dibuat bukan berdasarkan janji-janji, tetapi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat
disusun untuk menumbuhkan internal psikologis dan perilaku khalayak sasaran.
76 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

METODE oleh Puskesmas Bojonggede sebagai bentuk


dukungan terhadap Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama
Penelitian ini menggunakan paradigma Kehidupan (1000 HPK) dan sebagai upaya preventif
konstruktivis. Menurut Sugiyono (2011:8), penanggulangan kasus balita gizi kurang dan gizi
paradigma konstruktivis memandang realitas buruk di wilayah kerjanya. Dengan pesan utama
sosial sebagai sesuatu yang bersifat holistik/utuh, “Ibu Cermat, Balita Sehat”, kampanye ini bertujuan
kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan untuk memengaruhi sikap dan membangun
yang bersifat interaktif. Pendekatan yang digunakan perubahan perilaku ibu dalam hal pemberian
adalah kualitatif deskriptif dengan tujuan yang ingin makanan bergizi pada balitanya.
dicapai yaitu untuk mengetahui dan mengambarkan
Kegiatan yang dilakukan Puskesmas Bojonggede
secara mendalam mengenai strategi dan proses
dalam pelaksanaan kampanye ini meliputi
komunikasi pada pemasaran sosial Peduli Gizi Balita
penyebaran poster Gizi Seimbang, serta pengadaan
yang dilakukan oleh Puskesmas Bojonggede di RW
Kelas Ibu Peduli Gizi Balita (Ibu Pelita). Kelas Ibu
06 Desa Rawa Panjang, Bogor. Fokus penelitian
Pelita adalah suatu aktivitas belajar kelompok
dalam penelitian ini adalah strategi dan proses
dalam kelas atau ruangan dengan anggota
komunikasi pada pemasaran sosial Peduli Gizi
Balita dengan teknik pengumpulan data observasi maksimal 30 ibu yang mempunyai anak balita
partisipan dengan wawancara semiterstruktur Bawah Garis Merah (BGM) di bawah bimbingan
dan dokumentasi yang berhubungan dengan topik beberapa tenaga pengajar yang terdiri dari Tenaga
penelitian yang dilakukan. Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Bojonggede, Bidan
Desa, dan Kader Posyandu. Kegiatan ini dilakukan
setiap bulan bersamaan dengan kegiatan posyandu
HASIL DAN PEMBAHASAN di masing-masing wilayah. Melalui kelas ini para
Ibu balita diharapkan dapat memperoleh edukasi
terkait pola pengasuhan balita terutama dalam hal
Puskesmas Bojonggede didirikan berdasarkan
pemberian makanan bergizi pada balita.
Inpres Kesehatan No. 5 tahun 1974 tentang
Program Bantuan Sarana Kesehatan. Puskesmas
Bojonggede diresmikan pada tahun 1979 di Jl. Raya Strategi Pemasaran Sosial pada Kampanye Peduli
Bojonggede No.27, Kampung Bambu Kuning Desa Gizi Balita
Bojong Baru, Kecamatan Bojonggede Kabupaten
Berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui
Bogor, dengan Tujuan pembangunan kesehatan
bahwa tujuan pemasaran sosial Peduli Gizi Balita,
yang diselenggarakan oleh Puskesmas Bojonggede yaitu untuk memengaruhi sikap dan membangun
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan perubahan perilaku ibu dalam hal pemberian
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang makanan bergizi pada balitanya, produk sosial yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas ditawarkan pada target adopter merupakan produk
Bojonggede. Luas wilayah kerja Puskesmas sosial yang terdiri dari tiga hal, pertama yaitu
Bojonggede sekitar 1.169,81 Ha. Wilayah kerja ide berupa kepercayaan bahwa perubahan sikap
Puskesmas Bojonggede dibagi menjadi 4 desa ibu dalam hal pemberian makanan bergizi pada
binaan yaitu Desa Bojonggede, Desa Bojong balitanya akan menghindarkan balita dari gizi buruk.
Baru, Desa Pabuaran dan Desa Rawa Panjang. Kedua, praktik sosial pembentukan pola perubahan
Semua desa binaan Puskesmas Bojonggede dapat perilaku ibu dalam hal pemberian makanan bergizi
ditempuh dengan kendaraan roda 4 maupun roda pada balitanya. Dan ketiga yaitu tangible object
2. berupa susu formula untuk balita, MP-ASI biskuit
Kampanye Peduli Gizi Balita merupakan dan bubur susu yang diberikan pada target adopter
program pemasaran sosial yang dilaksanakan setelah mengikuti Kelas Ibu Pelita.
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 77

Proses Komunikasi pada Pemasaran Sosial Peduli berurutan setiap bulannya. Hasil temuan data pada
Gizi Balita proses komunikasi tatap muka yang dilakukan pada
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, Kampanye Peduli Gizi Balita melalui pelaksanaan
diketahui bahwa pelaksanaan Pemasaran Sosial Kelas Ibu Pelita, dapat diketahui jika Tenaga
Peduli Gizi Balita di RW 06 Desa Rawa Panjang Pelaksana Gizi, Tenaga Promosi Kesehatan dan
meliputi penyebaran poster Gizi Seimbang serta Bidan Desa Rawa Panjang memegang peranan
pengadaan Kelas Ibu Peduli Gizi Balita (Ibu Pelita), yang penting untuk menyampaikan pesan-pesan
sebagai berikut: kesehatan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Pelita di RW
06 Desa Rawa Panjang.
a. K o m u n i k a s i b e r m e d i a (mediated
communication) Hasil temuan penelitian, diketahui bahwa
Pesan yang diinformasikan pada target adopter Puskesmas Bojonggede bertindak sebagai organisasi
Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita melalui yang membawa perubahan sosial. Hal ini sesuai
poster Gizi Seimbang, dibuat dan disampaikan dengan elemen dasar dalam pemasaran sosial
oleh Puskesmas Bojonggede. Pembuatan poster (Kotler dan Roberto, 1989:17) yang menyatakan
Gizi Seimbang bertujuan untuk memberikan bahwa change agent (agen perubahan) merupakan
pesan pada target adopter yaitu ibu balita yang individu, organisasi atau kerjasama yang akan
berada di wilayah kerja Puskesmas Bojonggede. membawa perubahan sosial dalam hubungannya
dengan kampanye perubahan sosial.
b. K o m u n i k a s i T a t a p M u k a ( f a c e - t o - f a c e -
communication) Adapun strategi perubahan yang digunakan
Proses komunikasi tatap muka dilakukan dalam kampanye ini adalah dengan melakukan
secara rutin setiap bulannya bersamaan dengan penyebaran poster Gizi Seimbang dan pengadaan
kegiatan Posyandu Cempaka. Kelas Ibu Pelita ini Kelas Ibu Peduli Gizi Balita (Ibu Pelita) melalui
merupakan suatu aktivitas belajar kelompok dalam saluran (channel) berupa posyandu yang
bentuk penyuluhan di bawah bimbingan Tenaga memudahkan target adopter memperoleh produk
Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Bojonggede, sosial yang ditawarkan change agent. Sehingga
Bidan Desa Rawa Panjang dan Kader Posyandu, berdasarkan hal tersebut dapat diidentifikasikan
mencakup informasi tentang 10 Pedoman Gizi elemen-elemen dasar pada Pemasaran Sosial Gizi
Seimbang tahun 2014, yang disampaikan secara Balita ini, yaitu:

Tabel 1. Elemen dasar Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita

No Elemen dasar Pemasaran Sosial Elemen dasar Pemasaran Sosial


(Kotler dan Roberto, 1989:17) Peduli Gizi Balita

1. Cause (alasan/maksud) Memengaruhi sikap dan


membangun perubahan
perilaku ibu dalam hal
pemberian makanan bergizi
pada balitanya

2. Change agent (agen perubahan) Puskesmas Bojonggede

3. Target adopters (khalayak sasaran) Ibu balita di wilayah kerja


Puskesmas Bojonggede

4. Channels (saluran) Posyandu

5. Change Strategy (strategi perubahan) Komunikasi persuasif melalui Poster


Gizi Balita & Kelas Ibu Pelita

(Sumber: Diolah peneliti)


78 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

Sebagaimana konsep pemasaran komersial, Kotler alasan agar target adopter mudah mendapatkan
dan Lee (2008: 40) menyatakan bahwa dalam produk sosial yang ditawarkan change agent. Hal
pemasaran sosial juga terdapat bauran pemasaran ini pun sesuai dengan pendapat Kotler dan Lee
(marketing mix) yang terdiri dari product, price, (2008:205) yang menyatakan bahwa pemilihan
place dan promotions. Strategi pemasaran tersebut tempat menjadi salah satu hal yang penting dalam
digunakan demi kelancaran pemasaran sosial yang pelaksanaan sebuah program pemasaran sosial
dijalankan. karena dapat memudahkan khalayak sasaran dalam
Data temuan di lapangan, diketahui bahwa menerima produk sosial yang ditawarkan.
produk yang ditawarkan pada target adopter Upaya untuk memperkenalkan Kampanye
Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita merupakan Peduli Gizi Balita dan Pengadaan Kelas Ibu Pelita di
produk sosial yang terdiri dari terdiri dari tiga hal, posyandu pada target adopter, pihak Puskesmas
yaitu ide berupa kepercayaan bahwa perubahan Bojonggede melakukan beberapa kegiatan promosi
sikap ibu dalam hal pemberian makanan bergizi melalui pemasangan poster Gizi Seimbang di
pada balitanya akan menghindarkan balita dari gizi posyandu dan puskesmas. Dalam kerangka Kotler
buruk. Kedua, praktik sosial berupa pembentukan dan Lee (2008: 296-298), maka saluran media
pola perubahan perilaku ibu dalam hal pemberian yang digunakan pada Pemasaran Sosial Peduli Gizi
makanan bergizi pada balitanya. Dan ketiga yaitu Balita yang dilakukan oleh Puskesmas Bojonggede
tangible object berupa susu formula untuk balita, dapat digolongkan dalam saluran media selektif
MP-ASI biskuit dan bubur susu. Kotler dan Roberto seperti flyers, brosur, poster, surat yang dapat
(1989: 25), menyatakan bahwa apabila dalam digunakan dalam kasus di mana target adopter
pemasaran komersial produk yang ditawarkan dapat dijangkau lebih efektif melalui saluran media
berupa jasa atau barang fisik, maka dalam khusus. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka
pemasaran sosial, produk yang ditawarkan pada dapat diidentifikasikan strategi pemasaran sosial
khalayak merupakan produk sosial yang terdiri dari yang digunakan dalam Pemasaran Sosial Peduli Gizi
ide (idea), praktik sosial (social practice) dan produk Balita sebagai berikut:
nyata (tangible object). Tabel 2. Strategi Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita

Implementasi Pemasaran Sosial Peduli Gizi


Balita, target adopter tidak dikenakan biaya apa pun Strategi Pemasaran
NO Strategi Pemasaran
oleh Puskesmas Bojonggede karena semua biaya Sosial (Kotler dan
Sosial Peduli Gizi Balita
Roberto, 2008: 40)
yang dikeluarkan baik untuk pelaksanaan kampanye
ini maupun pengadaan tangible object, semuanya 1 Product (produk) a. Ide: Kepercayaan (beliefs),
perubahan sikap ibu dalam hal
bersumber dari dana yang diperoleh dari dana pemberian makanan bergizi
pada balitanya.
operasional puskesmas (APBD II) dan dana Bantuan b. Prak�k sosial: Pembentukan
Operasional Kesehatan (BOK). Walaupun tidak pola perubahan perilaku ibu
dalam hal pemberian makanan
dikenakan biaya apa pun, namun untuk mengikuti bergizi pada balitanya.
Kelas Ibu Pelita ini, target adopter diharapkan untuk c. Tangible object: susu formula
untuk balita, MP-ASI biskuit
selalu hadir tepat waktu di Kelas Ibu Pelita yang dan bubur susu.
diadakan satu kali dalam sebulan dengan durasi 1-2
2 Price (harga Non monetary cost (biaya non
jam di Posyandu masing-masing wilayah tempat moneter): waktu untuk mengiku�
tinggal target adopter. Kelas Ibu Pelita dan upaya mengadopsi
perilaku yang ditawarkan
Sedangkan sebagai lokasi distribusi produk
3 Place (tempat) Place (tempat) Posyandu
sosialnya, Puskesmas Bojonggede menggunakan di wilayah kerja Puskesmas
posyandu-posyandu yang tersebar di seluruh Bojonggede

wilayah kerja Puskesmas Bojonggede. Pemilihan 4 Promotions (promosi) Media selek�f: poster, surat
undangan, speaker masjid
posyandu sebagai tempat distribusi produk sosial
pada Pemasaran Sosial Peduli Gizi Balita didasari (Sumber: Diolah peneliti)
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 79

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
strategi pemasaran sosial yang digunakan dalam tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen.
Kampanye Peduli Gizi Balita meliputi produk sosial Poster Gizi Seimbang bermaksud ingin
berupa ide dan perilaku sosial perubahan sikap menyampaikan fungsi dan manfaat dari makanan
ibu dalam hal pemberian makanan bergizi pada yang mengandung gizi seimbang untuk menjaga
balitanya beserta tangible object yang ditawarkan kesehatan balita sehingga balita dapat terhindar
pada target adopter tanpa biaya dan dilakukan di dari gizi buruk. Hal tersebut terlihat dari gambar
posyandu sesuai wilayah target adopter dengan dalam poster Gizi Seimbang yang didesain dalam
promosi berupa penyebaran poster, surat undangan bentuk piramida dengan warna yang berbeda
dan pemberitahuan langsung melalui speaker di tiap bagiannya yang dimaksudkan untuk
masjid pada target adopter. mempermudah target adopter mengetahui
Pada proses Komunikasi pada Pemasaran Sosial perbedaan jenis makanan yang harus mereka
Peduli Gizi Balita, temuan peneliti menyatakan konsumsi dan batas dari setiap makanan tersebut
bahwa pelaksanaan pemasaran sosial Peduli serta aktivitas apa yang harus mereka lakukan agar
Gizi Balita diimplementasikan melalui dua cara hidup sehat.
yaitu penyebaran poster Gizi Seimbang dan Kotler dan Roberto (1989: 195-201),
pengadaan Kelas Ibu Pelita. Hal tersebut apabila menyatakan pesan yang menampilkan elemen-
diidentifikasikan menurut proses komunikasi elemen nonverbal di mana media yang digunakan
sesuai dengan sifatnya sehubungan dengan cara untuk menyampaikan informasi memuat objek
bagaimana berkomunikasi yang diutarakan oleh berupa gambar yang memiliki elemen-elemen
Effendy (2011: 31), maka proses komunikasi yang nonverbal seperti ekspresi wajah, pergerakan
berlangsung pada pemasaran sosial Peduli Gizi tubuh, kontak mata, dan tampilan fisik model yang
Balita di RW 06 Desa Rawa Panjang dilakukan digunakan pada gambar tersebut. Hasil interpretasi
melalui dua cara yaitu melalui komunikasi bermedia peneliti, target adopter hanya mampu menangkap
dan komunikasi tatap muka. isi pesan poster tersebut secara garis besarnya saja
Komunikasi bermedia pada umumnya karena terlalu minimnya kata-kata yang terdapat
banyak digunakan untuk komunikasi informatif dalam poster sehingga target adopter hanya
karena komunikator tidak dapat mengetahui menyadari bahwa gambar makanan yang terdapat
secara langsung tanggapan komunikan pada di poster tersebut merupakan makanan yang
saat ia berkomunikasi (Effendy, 2011:31). Pada mempunyai gizi seimbang, tanpa mengetahui pesan
pelaksanaan pemasaraan sosial Peduli Gizi Balita, bahwa mereka pun harus membatasi makanan yang
Puskesmas Bojonggede menggunakan media mereka konsumsi. Media atau saluran distribusi
yang digunakan Puskesmas Bojonggede untuk
berupa Poster Gizi Seimbang yang bertujuan untuk
menyebarkan poster Gizi Seimbang dilakukan
memberikan informasi mengenai panduan makanan
melalui posyandu-posyandu yang terdapat di
dengan gizi seimbang dan aktivitas sehat yang harus
wilayah kerja Puskesmas Bojonggede. Pemilihan
dilakukan sehari-hari pada ibu balita agar anak
media ini sesuai dengan pendapat Cangara
mereka terhindar dari gizi buruk.
(2011: 26) yang menyatakan bahwa kegiatan dan
Cara berkomunikasi melalui media poster tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui
apabila diidentifikasikan berdasarkan konteks dalam masyarakat pedesaan, bisa juga dipandang
komunikasinya menurut Mulyana (2011:80-83), sebagai media komunikasi sosial. Berdasarkan hasil
maka terdapat pada tingkat komunikasi massa. Di penelitian di atas, maka dapat diidentifikasikan
mana proses komunikasi dilakukan menggunakan unsur-unsur proses komunikasi bermedia yang
media massa, baik cetak (surat kabar, majalah, digunakan pada pemasaran sosial Peduli Gizi Balita
poster, dan brosur) atau elektronik (radio, televisi), di RW 06 Desa Rawa Panjang, sebagai berikut:
80 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

Tabel 3. Unsur-unsur komunikasi bermedia Pemasaran selalu bersumber pesan berasal dari Puskesmas
Sosial Peduli Gizi Balita
Bojonggede, melainkan dapat juga berasal dari
Unsur-unsur Unsur-unsur komunikasi kader-kader posyandu setempat, terutama untuk
NO komunikasi bermedia Pemasaran daerah-daerah di mana tidak terjadi kasus gizi
(Cangara, 2011:24) Sosial Peduli Gizi Balita
buruk. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah
1 Sumber Puskesmas Bojonggede.
change agent yang berasal dari tenaga kesehatan
2 Pesan • In� pesan: Panduan
makan gizi seimbang dan di Puskesmas Bojonggede sehingga tanggungjawab
ak�vitas sehat se�ap hari. untuk menyampaikan pesan seputar gizi balita
• Eksekusi pesan: pesan
rasional. kepada target adopter juga diberikan pada kader
3 Media Posyandu di wilayah kerja posyandu.
Puskesmas Bojonggede –
Posyandu Cempaka Lebih lanjut, diketahui pula jika target adopter
RW 06 Desa Rawa Panjang. akan lebih mempercayai pesan yang disampaikan
4 Penerima Ibu balita RW 06 Desa langsung oleh petugas kesehatan daripada sekadar
Rawa Panjang.
mendapat informasi dari kader posyandu. Hal ini
5 Efek (pengaruh) Kurang terjadi peningkatan
pengetahuan target adopter. sesuai dengan yang disampaikan oleh Cangara
6 Umpan balik Keberadaan poster kurang (2011: 93) bahwa kepercayaan atau kredibilitas
diketahui target adopter merupakan salah satu kriteria yang harus dimiliki
karena hanya terpasang
saat posyandu berlangsung. oleh sumber pesan agar pesan yang disampaikan
7 Lingkungan Kurang tersedianya lokasi dapat lebih dipercayai oleh target adopter. Pesan
penyebaran poster. utama yang ingin disampaikan oleh Puskesmas
Bojonggede melalui pemasaran sosial Peduli
(Sumber: Diolah peneliti)
Gizi Balita ini adalah “Ibu Cermat, Balita Sehat”
Proses komunikasi tatap muka juga yang bertujuan untuk selalu mengingatkan dan
dipergunakan apabila komunikator mengharapkan mempersuasi target adopter agar selalu cermat
perubahan tingkah laku (behavior change) dari dalam merawat dan menjaga gizi serta kesehatan
komunikan (Effendy, 2011: 31). Sesuai tujuan balitanya.
pemasaran sosial Peduli Gizi Balita yaitu untuk Pada proses penyampaian pesan tersebut,
memengaruhi sikap dan membangun perubahan apabila diidentifikasi melalui proses penyusunan
perilaku ibu balita dalam hal pemberian makanan pesan disampaikan pada Kelas Ibu Pelita disusun
bergizi pada balitanya, Puskesmas Bojonggede dengan menggunakan penyusunan pesan yang
mengimplementasikan proses komunikasi tatap bersifat persuasif yang memiliki tujuan untuk
muka melalui pelaksanaan Kelas Ibu Peduli Gizi mengubah persepsi, sikap, dan pendapat target
Balita. Di mana target adopter berasal dari peserta adopter. Hasil wawancara menyatakan bahwa para
Kelas Ibu Pelita di RW 06 Desa Rawa Panjang terdiri agent telah mengingatkan agar para ibu semakin
dari 15 ibu yang mempunyai balita. giat untuk menambah asupan gizi balitanya,
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, minimal terjadi peningkatan 400 gram setiap
sumber memegang peranan yang sangat penting. bulannya, sehubungan dengan juara lomba Balita
Pada pelaksanaan Kelas Ibu Pelita, pesan- Sehat yang akan diberikan hadiah sejumlah uang
pesan mengenai gizi balita disampaikan melalui oleh Puskesmas Bojonggede. Penyampaian pesan
Nurwahyuni Syam selaku Tenaga Pelaksana Gizi semacam ini menurut Cangara (2011:117) termasuk
Puskesmas Bojonggede, F. Damar N. selaku Tenaga dalam penyampaian pesan menggunakan reward
Promosi Kesehatan Puskesmas Bojonggede dan appeal, di mana pesan untuk mengubah sikap
Ariana Susanti selaku Bidan Desa Rawa Panjang. dan perilaku target adopter dilakukan melalui
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui jika penawaran janji-janji kepada target adopter
penyampaian pesan pada Kelas Ibu Pelita tidak tersebut.
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 81

Dalam penyampaian pesannya pun, petugas keseluruhan pelaksanaan kelas Ibu Pelita pada
menggunakan penyusunan pesan melalui tanggal 22 Desember 2015 berjalan cukup maksimal
motivational appeal, yang menurut Cangara walau sempat terjadi situasi di mana ada balita
(2011:117) merupakan penyusunan pesan yang yang menangis saat kelas berlangsung, namun hal
dibuat bukan berdasarkan janji, tetapi disusun tersebut tidak mengganggu jalannya acara hingga
untuk menumbuhkan internal psikologis target selesai.
adopter. Selain itu, sesuai dengan salah satu
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat
teknik komunikasi yang disampaikan oleh Effendy
diidentifikasikan unsur-unsur proses komunikasi
(2014:22), teknik penyampaian pesan pada Kelas
tatap muka yang digunakan pada Pemasaran Sosial
Ibu Pelita yang berlangsung pada tanggal 22
Peduli Gizi Balita di RW 06 Desa Rawa Panjang,
Desember 2015, dilakukan menggunakan teknik
sebagai berikut:
integrasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada Tabel 4. Unsur-unsur komunikasi tatap muka Pemasaran
Sosial Peduli Gizi Balita
pelaksanaan Kelas Ibu Pelita, media atau sarana
yang digunakan oleh Puskesmas Bojonggede
dalam menyampaikan pesannya adalah melalui NO Unsur-unsur Unsur-unsur komunikasi
media posyandu. Secara umum, menurut Cangara Komunikasi tatap muka Pemasaran
(Cangara, 2011: 24) Sosial Peduli Gizi Balita
(2011:125), media merupakan alat atau sarana
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari 1 Sumber Puskesmas Bojonggede
yang terdiri dari TPG,
komunikator kepada khalayak. Pemilihan media TPromkes, dan Bidan
ini didasari oleh alasan agar target adopter mudah Desa.
untuk memperoleh informasi mengenai gizi 2 Pesan • In� pesan: 10 Pedoman
Gizi Seimbang tahun
balita yang disampaikan di kelas Ibu Pelita yang 2014.
dilaksanakan oleh Puskesmas Bojonggede. Hal • Penyampaian pesan:
integrasi melalui reward
ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Cangara
teknik appeal dan
(2011: 26) bahwa selain menggunakan media mo�va�onal appeal.
massa, kegiatan dan tempat tertentu yang banyak 3 Media Posyandu di wilayah kerja
ditemui masyarakat juga dipandang sebagai Puskesmas Bojonggede –
Posyandu Cempaka RW 06
media komunikasi sosial. Cangara (2011: 169) juga
Desa Rawa Panjang.
mengatakan bahwa dalam komunikasi antar pribadi
atau komunikasi kelompok, pengaruh dapat diamati 4 Penerima Ibu balita RW 06 Desa
Rawa Panjang.
secara langsung, misalnya penerima kelihatan
gembira mendengar cerita lucu atau mengangguk- 5 Efek (pengaruh) • Terjadi peningkatan
pengetahuan target
angguk sebagai tanda mengerti. adopter.
• Kurang terjadi peningkatan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kesadaran target adopter.
terjadi peningkatan pengetahuan target adopter. • Belum terjadi perubahan
perilaku target adopter.
Pelaksanaan Kelas Ibu Pelita pada tanggal 22
6 Umpan balik Pertanyaan yang diajukan
Desember 2015, terdapat umpan balik berupa
oleh salah satu target
pertanyaan yang diajukan oleh salah satu target adopter saat kelas
adopter saat kelas berlangsung. Hal ini (umpan berlangsung
balik) menurut Cangara (2011:27), sebenarnya 7 Lingkungan Faktor lingkungan:
adalah salah satu bentuk dari pengaruh yang balita menangis.
berasal dari target adopter pada change agent
sebagai sumber pesan. Dengan kata lain, secara (Sumber: Diolah peneliti)
82 |CoverAge, Vol. 7, No. 2, Maret 2017 IMMASYARI AMRUROH & DIANA ANGGRAENI

Hasil interpretasi peneliti, target adopter hanya Informasi yang telah mereka dapatkan selama
mampu menangkap isi pesan poster tersebut mengikuti Kelas Ibu Pelita pun tidak serta merta
secara garis besarnya saja karena terlalu minimnya membuat mereka ikut menyebarkan informasi
kata-kata yang terdapat di poster sehingga mereka tersebut pada orang lain. Rasa takut dan malu
hanya menyadari bahwa gambar makanan yang pada keadaan anak mereka menyebabkan mereka
terdapat di poster tersebut merupakan makanan enggan untuk memberitahu orang lain mengenai
yang dapat mempunyai gizi seimbang, tanpa informasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
mengetahui pesan bahwa mereka pun harus bahwa berdasarkan hasil penelitian, proses
membatasi makanan yang mereka konsumsi. komunikasi pemasaran sosial Peduli Gizi Balita
Selain itu, terbatasnya sarana dan lokasi untuk yang diadakan oleh Puskesmas Bojonggede sudah
pemasangan poster Gizi Seimbang dan adanya mampu meningkatkan pengetahuan target adopter
faktor kesibukan masing-masing target adopter mengenai gizi seimbang, namun masih kurang
dengan kegiatan mereka menyebabkan mereka mampu untuk meningkatkan kesadaran dan dan
kurang menyadari keberadaan poster tersebut. belum mampu mengubah perilaku target adopter
untuk memberikan makanan yang bergizi pada
Sedangkan pada penyampaian pesan melalui balitanya.
komunikasi tatap muka, diketahui jika penyampaian
pesan dilakukan menggunakan penyusunan pesan
dengan kaidah reward appeal, penyusunan pesan SIMPULAN
semacam ini walaupun memang dapat menarik
minat target adopter untuk menghadiri Kelas Ibu
Strategi pemasaran sosial yang digunakan dalam
Pelita sehingga terjadi peningkatan pengetahuan
Kampanye Peduli Gizi Balita meliputi produk sosial
tentang gizi seimbang, namun hal tersebut hanya
berupa ide dan perilaku sosial perubahan sikap
akan memberikan efek sementara kepada target
ibu dalam hal pemberian makanan bergizi pada
adopter. Target adopter hanya tertarik untuk balitanya beserta tangible object yang ditawarkan
mengikuti Kelas Ibu Pelita karena dijanjikan pada target adopter tanpa biaya dan dilakukan di
akan diberi susu dan biskuit secara cuma-cuma posyandu sesuai wilayah target adopter dengan
serta hadiah sejumlah uang apabila mampu promosi berupa penyebaran poster, surat undangan
memenangkan lomba Balita Sehat. Sehingga tujuan dan pemberitahuan langsung pada target adopter.
dari pemasaran sosial yaitu untuk menumbuhkan Proses komunikasi yang dilakukan pada Pemasaran
kesadaran dari diri target adopter kurang tercapai. Sosial Peduli Gizi Balita oleh Puskesmas Bojonggede
Hasil penelitian lainnya diketahui jika walaupun di Desa Rawa Panjang Bogor meliputi:
ketiga informan telah memiliki pengetahuan a. Komunikasi bermedia. Dilakukan melalui
mengenai gizi seimbang dan cara memberi makan media Poster Gizi Seimbang, namun kurang
yang baik untuk anak, hal tersebut tidak pula mampu dipahami oleh target adopter karena
membuat mereka secara rutin memberi makanan pesan yang disampaikan melalui kata-kata
dengan menu seimbang setiap hari. Kendala yang masih terlalu sedikit sehingga target adopter
hanya mampu menyadari gambar makanan
dihadapi oleh mereka masing-masing ibu seperti
yang terdapat pada poster tersebut. Selain
faktor ekonomi dan faktor kesibukan masing-
itu, terbatasnya sarana dan lokasi untuk
masing target adopter, pada akhirnya, mau tidak pemasangan Poster Gizi Seimbang dan adanya
mau mereka kerap kembali pada kebiasaan lama faktor kesibukan masing-masing target adopter
untuk memberikan makanan seadanya. Namun dengan kegiatan mereka menyebabkan target
walau begitu mereka menganggap bahwa dengan adopter kurang menyadari keberadaan poster
memberi anak mereka susu yang diperoleh dari Gizi Seimbang.
Puskesmas setiap hari maka kesehatan anak mereka b. Proses komunikasi tatap muka. Dilakukan
tetap terjaga. melalui Kelas Ibu Pelita yang secara keseluruhan
PEMASARAN SOSIAL PROGRAM PEDULI GIZI BALITA OLEH PUSKESMAS BOJONGGEDE BOGOR | 83

berjalan cukup maksimal dalam meningkatkan Kotler, P. & Lee, N. R. (2008). Social Marketing:
pengetahuan target adopter mengenai gizi Influencing Behaviors for Good 3th ed.
seimbang. Namun, penyusunan pesan yang Thousand Oaks: SAGE Publications.
dilakukan melalui reward appeal hanya
mampu memberikan efek sementara pada Lefebvre, R. C. (2011). “An Integrative Model for
perubahan perilaku target adopter dalam Social Marketing.” Journal of Social Marketing.
hal memberi makanan bergizi pada balitanya Vol.1, Hal. 54-72.
sehingga tujuan dari pemasaran sosial yaitu Pudjiastuti, W. (2002). “Strategi Mengatasi Masalah
untuk menumbuhkan kesadaran dari diri target Kesehatan dan Lingkungan hidup di Pemukiman
adopter kurang tercapai dan belum mampu Kumuh Lewat Program Pemasaran Sosial.”
mengubah perilaku target adopter. Hal ini juga
Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Vol.6, No.2,
didasari oleh faktor ekonomi dan kesibukan
Hal. 76-81.
masing-masing target adopter.
Republik Indonesia. (2013). Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan
DAFTAR PUSTAKA Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK).
Andreasen, A. R. (1994). “Social Marketing: Its Jakarta: Kementerian Kesejahteraan Rakyat.
Definition and Domain.” Journal of Public Policy Ruben, B. D. & Stewart, L. P. (2006). Communication
& Marketing. Vol. 13, Hal. 108-114. and Human Behavior. Fifth Edition. United
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. States of America: Pearson Education.
(2013). Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Ruslan, R. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public
Relations. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Cangara, H. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi.
Edisi 2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
Effendy, O. U. (2014). Dinamika Komunikasi. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. UNICEF. (2010). Penuntun Hidup Sehat. Edisi
Gregory, A. (2004). Perencanaan dan Manajemen Keempat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kampanye Public Relations. Jakarta: Penerbit
Venus, A. (2010). Manajemen Kampanye: Panduan
Erlangga.
Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan
Kotler, P. & Roberto, E. L. (1989). Social Marketing
Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Strategies for Changing Behaviour. New York:
The Free Press. Rekatama Media.

Anda mungkin juga menyukai