Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pengabdian dan e ISSN:

Penelitian Kepada Masyarakat p ISSN: Vol. 1 No. 1 Hal : 31-41 Desember 2020
(JPPM)

PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN DAMPAK PANDEMI


COVID-19 BAGI PENYANDANG DISABILITAS
1
Fara Dhania Aulia, 2Dessy Hasanah Siti Asiah, 3Maulana Irfan
1,2,3
Prodi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
1
fara17001@mail.unpad.ac.id, 2dessy@unpad.ac.id, 3maulana.irfan@unpad.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan peran pemerintah dalam menangani dampak dari pandemi Covid-19 bagi
penyandang disabilitas di Indonesia. Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dengan
studi literature merupakan metode utama untuk menggambarkan secara konseptual mengenai kajian peran
pemerintah dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 bagi penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
termasuk dalam kelompok rentan yang harus mendapat perhatian dari pemerintah pada masalah ini. Dengan
adanya pandemi Covid-19 saat ini ternyata berdampak pada kehidupan kelompok penyandang disabilitas yang
menjadi semakin terpuruk. Para penyandang disabilitas umumnya berkerja sebagai sektor informal seperti
pemijat, pedagang, dan lain sebagainya. Dengan adanya imbauan pemerintah untuk menetap di rumah dan social
distancing membuat berkurangnya penghasilan bagi penyandang disabilitas. Masalah pandemi Covid-19 ini
berdampak pada kehidupan penyandang disabilitas dalam berbagai aspek yaitu dalam hal perekonomian,
informasi yang terbatas, dan jaminan kesehatan. Dalam hal ini terdapat peran pemerintah untuk menangani
dampak Covid-19 bagi penyandang disabilitas. Peran pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan sosial
Program Keluarga Harapan kepada penyandang disabilitas dengan besaran manfaat 2,4 juta per tahun dan selain
itu adanya bantuan untuk membantu dalam perekonimian maupun kesehatan. Selain adanya peran pemerintah
perlu adanya peran pekerja sosial dalam membantu kelompok rentan, termasuk para penyandang disabilitas
dengan cara mengoptimalisasi berbagai sumber baik pada diri mereka, maupun lingkungan sosial.
Kata Kunci : Peran Pemerintah, Penyandang Disabilitas, Pandemi Covid-19
ABSTRACT
This study illustrates the role of the government in dealing with the effects of the Covid-19 pandemic for people
with disabilities in Indonesia. This research with a qualitative approach with a literature study is the main
method to conceptually describe the study of the role of government in handling the impact of the Covid-19
pandemic for persons with disabilities. Persons with disabilities are included in vulnerable groups which should
get the attention of the government on this issue. With the current Covid-19 pandemic, the impact on the lives of
groups of people with disabilities has worsened. People with disabilities generally work as an informal sector
such as masseurs, traders, and so on. With the appeal of the government to settle at home and social distancing
makes a reduction in income for people with disabilities. The problem of the Covid-19 pandemic has an impact
on the lives of people with disabilities in various aspects, namely in terms of the economy, limited information,
and health insurance. In this case there is a role for the government to deal with the impact of Covid-19 for
people with disabilities. The role of the government in this case is to provide social assistance for the Family of
Hope Program to persons with disabilities with a benefit amount of 2.4 million per year and in addition to that
there is assistance to assist in the recording and health. In addition to the role of government, there needs to be
a role of social workers in helping vulnerable groups, including persons with disabilities, by optimizing various
sources both within themselves and the social environment.
Keywords: Role of Government, Persons with Disabilities, Pandemic Covid-19

31
PENDAHULUAN Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak
Pada awal tahun 2020, di Indonesia 6.008.661 orang.
digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan Selama status penanganan tanggap darurat
penyakitnya disebut coronavirus disease 2019 virus Covid-19, ternyata berdampak pada semakin
(COVID-19). Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah terpuruknya kehidupan kelompok penyandang
mengkategorikan virus corona baru atau disabilitas. Para penyandang disabilitas umumnya
coronavirus desease 2019 (COVID-19) sebagai berkerja sebagai pemijat, pedagang, seniman dan
pandemi setelah terdapat lebih dari 2 juta kasus di penjual jasa service. Untuk itu dengan adanya
lebih dari 213 negara, termasuk Indonesia. imbauan pemerintah untuk menetap di rumah dan
Coronavirus adalah virus yang menyerang sistem social distancing yang bertujuan mencegah
pernapasan dan dapat menyebabkan gangguan pada penyebaran Covid-19, muncul kebimbangan
sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai penyandang disabilitas antara tetap di rumah atau
kematian. Coronavirus ini dapat menular ke tidak mendapat penghasilan. Dengan masalah
manusia dan menyerang siapa saja, baik bayi, anak- tersebut mengakibatkan ekonomi penyandang
anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu disabilitas akan menjadi terpuruk. Dalam masalah
menyusui. Pemerintah pertama kalinya pandemi Covid-19 tersebut berdampak pula pada
mengkonfirmasi kasus 1 dan kasus 2 pasien positif jaminan kesehatan bagi kelompok penyandang
COVID-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. disabilitas yang rentan terinfeksi virus corona.
Pandemi COVID-19 di Indonesia terus mengalami Menurut Suharto, Direktur Sasana Inklusi dan
peningkatan kasus untuk perharinya. Dalam Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) mengatakan
masalah Pandemi COVID-19 ini terdapat kelompok bahwa kelompok disabilitas minim sekali menerima
rentan yang harus diprioritaskan seperti lanjut usia, akses mengenai virus corona atau Covid-19 ini.
anak-anak dan remaja, Anak Berhadapan dengan Dalam hal ini pemerintah harus berkontribusi untuk
Hukum (ABH), penyandang disabilitas, Orang melakukan penanganan dampak dari wabah Covid-
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), ibu hamil dan 19 bagi para penyandang disabilitas dengan
menyusui, keluarga pra-sejahtera, komorbid atau memperhatikan dari beberapa aspek yaitu
orang orang dengan penyakit kronis, orang terlantar perekonomian, kesehatan, dan lain sebagainya.
termasuk orang dalam pengungsian, pencari suaka Selain adanya peran pemerintah, terdapat pula peran
dan lain-lain. dari pekerja sosial, relawan sosial, maupun
komunitas yang memberikan bantuan terhadap
Penyandang disabilitas memiliki dampak penyandang disabilitas. Menurut ketua Forum
dari adanya pandemi Covid-19 seperti dalam aspek Relawan Difabel Indonesia (Fordiva), Megawati
ekonomi, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya. (2020) mengatakan teknologi menjadi peran penting
Penyandang disabilitas adalah kelompok untuk memungkinkan masyarakat dapat berinteraksi
masyarakat yang memiliki keterbatasan yang dapat meskipun dalam jarak jauh, sehingga beberapa
menghambat partisipasi dan peran serta mereka aktivitas pekerjaan tertentu dapat dijalankan dan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Buletin berbeda halnya dengan penyandang disabilitas yang
Jendela Data & Informasi Kesehatan, Kementrian memperoleh penghasilan dari jasa yang
Kesehatan RI (2014) bahwa disabilitas bukan mengharuskan mereka untuk berinteraksi dan
merupakan kecacatan semata namun merupakan bersentuhan langsung dengan pengguna jasa.
hasil interaksi dari keterbatasan yang dialami (Sumber: https://beritajatim.com/pendidikan-
seseorang dengan lingkungannya, bukan hanya fisik kesehatan/dampak-covid-19-kaum-difabel-menjerit-
atau jiwa, namun merupakan fenomena multi pemerintah-apa-langkahmu/)
dimensi yang terdiri dari fungsi tubuh, keterbatasan
aktivitas, hambatan partisipasi dan faktor Berdasarkan Undang-Undang Republik
lingkungan. Adapun hasil Survey Sosial Ekonomi Indonesia No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan Badan Disabilitas, disebutkan mereka memiliki hak, salah

32
satunya adalah hak hidup, keadilan dan peran pemerintah dalam kebijakan upaya
perlindungan hukum, kesehatan, kesejahteraan penanganan KLB-DBD ialah 1) pemerintah
sosial dan perlindungan bencana. Menurut menginstruksikan semua rumah sakit baik negeri
ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 maupun swasta untuk tidak menolak pasien
Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas penderita DBD, 2) pemerintah memberikan
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi rekomendasi beberapa rumah sakit milik pemerintah
Penyandang Disabilitas dilakukan melalui untuk memberikan penderita DBD yang dirawat di
Rehabilitasi Sosial, Jaminan Sosial, Pemberdayaan ruang perawatan kelas III pengobatan gratis, 3)
sosial, dan Perlindungan Sosial dengan pemerintah merekrut juru pemantau jentik
memperhatikan ragam, kebutuhan, dan derajat (”jumantik”) untuk memeriksa jentik-jentik nyamuk
kerentanan Penyandang Disabilitas. Pemerintah dan Aedes aegypti di setiap rumah tangga, 4)
Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemerintah melakukan penyuluhan masyarakat
Kesejahteraan Sosial bagi penyandang disabilitas, melalui iklan layanan masyarakat di media massa,
dengan membuka kesempatan seluas-luasnya brosur dan penyuluhan melalui tenaga Kesehatan, 5)
kepada masyarakat untuk berperan serta dalam pemerintah melakukan penyelidikan epidemiologi
penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi untuk mengetahui perkembangan virus dengue, 6)
penyandang disabilitas. Adapun hal-hak pemerintah menerapkan sistem peringatan dini dan
penyandang disabilitas yang harus dipenuhi sebagai menetapkan status Kejadian Luar Biasa pada
kewajiban pemerintah saat terjadinya bencana wilayah yang mengalami ledakan kejadian demam
sesuai dalam amanat Pasal 20 yaitu Hak berdarah dengue, 7) pemerintah memberikan
Pelindungan dari bencana untuk penyandang perlakuan seperti pada penanganan Kejadian Luar
disabilitas meliputi hak mendapatkan informasi Biasa, walaupun kejadiannya belum sampai pada
yang mudah diakses akan adanya bencana, kriteria Kejadian Luar Biasa (Depkes 2005).
memperoleh pengetahuan tentang pengurangan
risiko bencana, memperoleh prioritas dalam proses Penyandang disabilitas dalam keterbatasan
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan bencana, akses rentan terdapat Covid-19 dan rentan pula
memperoleh fasilitas dan sarana penyelamatan dan menularkan Covid-19 kepada orang lain. Minimnya
evakuasi yang mudah diakses, dan memperoleh akses informasi yang di dapat oleh beberapa
prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah diakses kelompok disabilitas harus secepatnya ditangani
di lokasi pengungsian. Maka dari itu pentingnya oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harus
peran pemerintah dalam penanganan dampak memberikan perhatian khusus untuk kelompok
pandemi Covid-19 ini bagi penyandang disabilitas. disabilitas dalam rangka penanggulangan Covid-19,
karena kelompok disabilitas secara umum memiliki
Pada penelitian Antonius Wiwan (2005) keterbatasan yang berdampak dalam kehidupanya
mengatakan pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Dengan
jumlah penderita demam berdarah dengue di demikian, penyandang disabilitas ialah kelompok
seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 yang merasa terkena dampak dari adanya pandemi
sejumlah 28.330 orang dengan jumlah kematian 330 Covid-19 ini, dan dengan adanya masalah ini harus
orang (Subdirektorat Arbovirosis Ditjen P2M&PL terdapat peran pemerintah maupun pekerja sosial
2005). Penanganan secara cepat wabah penyakit dalam penanganan Covid-19 bagi penyandang
demam berdarah dengue di Indonesia setiap disabilitas.
tahunnya selalu menjadi masalah karena pemerintah
dinilai oleh masyarakat lamban menanganinya
(Wahono dkk 2004). Upaya penanggulangan KLB METODE
DBD meliputi: (1) pengobatan dan perawatan
penderita, (2) penyelidikan epidemiologi dan sarang Pendekatan kualitatif dengan metode
nyamuk penular DBD, (3) pemberantasan vektor 17 studi literature untuk menggambarkan secara
(yaitu nyamuk penularnya), (4) penyuluhan kepada konseptual mengenai kajian peran pemerintah
masyarakat, (5) evaluasi penanggulangan. Adapun dalam penanganan dampak pandemi covid-19,

33
khusunya bagi penyandang disabilitas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
berasal dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-
dan situs internet yang mumpuni. penyakit yang lebih fatal, seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Seringkali virus ini
PEMBAHASAN menyebar antara manusia ke manusia melalui
tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang
Pandemi Covid-19 yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip
dengan cara penularan penyakit flu. Tetes cairan
Indonesia salah satu negara yang terpapar
dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan
virus corona, sama dengan negara lain di dunia.
tertinggal pada mulut dan hidung orang lain yang
Adapun kasus virus Corona ini terus bertambah
berada di dekatnya, bahkan dihisap dan terserap ke
jumlahnya dengan beberapa melaporkan
dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya.
kesembuhan, tetapi tidak sedikit yang meninggal.
Gejalanya yaitu demam, batuk, dan napas yang
Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan
pendek. Virus Corona terutama menginfeksi dewasa
demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip flu,
atau anak usia lebih tua, dengan gejala klinis ringan
virus Corona berkembang cepat hingga
seperti common cold dan faringitis sampai berat
mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ.
seperti SARS atau MERS serta beberapa strain
COVID-19 membuktikan diri mampu menular
menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Virus
antarmanusia. Penularan sangat cepat hingga
Corona biasanya sering terjadi pada musim dingin
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menetapkan
dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor iklim
pandemi virus Corona atau COVID-19 pada 11
dan pergerakan atau perpindahan populasi yang
Maret 2020. Pandemi atau epidemi global ini
cenderung banyak perjalanan atau perpindahan.
menandakan bahwa infeksi COVID-19 ini sangat
Selain itu, terkait dengan karakteristik Virus Corona
cepat penyebarannya hingga hampir tak ada negara
yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban
atau wilayah di dunia yang absen dari virus Corona.
tidak terlalu tinggi.
Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu
singkat hingga butuh penanganan The Center for Disease Control and
secepatnya. Selanjutnya, WHO mengemukakan Prevention (CDC) mengatakan bahwa pasien Virus
bahwa saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi Corona dapat merasakan gejala-gejala ini dari 2
virus Corona secara global. Kasus dan kematian hari sampai 14 hari setelah terpapar virus corona.
akibat COVID-19 lebih banyak di Eropa dibanding Sebuah lembaga pencegahan penyakit di Amerika,
China. Pandemi berasal dari kata Yunani Center for Disease Control and Prevention (CDC)
‘pandemo’, yang berarti semua orang. Pandemos menyarankan beberapa hal untuk mencegah
merupakan konsep adanya kepercayaan bahwa penyebaran penyakit pernapasan, yaitu; 1)
populasi seluruh dunia kemungkinan terkena infeksi perbanyak cuci tangan menggunakan air dan sabun
ini. Kemudian, sebagian besar dari mereka akan paling tidak selama 20 detik, terutama sebelum
jatuh sakit. Definisi pandemi adalah penyakit yang keluar kamar mandi; sebelum makan; dan setelah
terjadi pada wilayah geografis yang luas dan buang ingus, atau batuk, atau bersin, 2) jika air dan
memengaruhi proporsi populasi yang sangat tinggi. sabun tidak tersedia, gunakanlah pembersih tangan
Pandemi muncul dari epidemi, dimana kondisi alkohol dengan kandungan alkohol sebanyak
ketika wabah penyakit menyebar terbatas pada area minimal 60%, 3) hindari menyentuh wajah sebelum
tertentu di dunia dan pandemi menyebar ke berbagai cuci tangan, 4) hindari kontak dekat dengan orang-
negara di dunia. orang sakit, 5) tinggal di rumah jika sakit, 6) tutupi
mulut saat batuk dan bersin dengan menggunakan
Virus Corona (Covid-19) ialah tumbuh dari
tisu, dan 7) perbanyak membersihkan barang-
sebuah keluarga virus yang ditemukan pada
barang serta perabotan di rumah.
manusia dan hewan. Adapun sebagian virus ini
dapat menginfeksikan manusia dan dapat

34
Dalam terjadinya pandemi Covid-19 ini walaupun memiliki keterbatasa fisik, penyandang
banyaknya masyarakat yang terdampak dari segi disabilitas memiliki kelebihan lain dalam dirinya.
aspek ekonomi, kesehatan, sosial, politik dan lain Istilah “cacat” kemudian diubah menjadi
sebagainya. Khususnya pada kelompok rentan harus “disabilitas”.
lebih diprioritaskan dalam penanganannya.
Penyandang disabilitas yangmana sebelum adanya Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan
pandemi Covid-19 ini mereka memiliki baru mengenai penyandang disabilitas yang terdapat
keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya dan dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2011
setelah adanya pandemic Covid-19 ini kehidupan tentang Pengesahan Convention on The Rights of
para penyandang disabilitas semakin terpuruk dan Persons With Disabilities atau Konvensi Mengenai
butuhnya perhatian dari pemerintah maupun Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Dalam Undang
masyarakat lainnya. Undang ini, orang yang memiliki kedisabilitasan
disebut dengan Penyandang Disabilitas. Vash
Penyandang Disabilitas (1981:22-23; Rustanto 2013) membuat perbedaan
antara kata disability dengan kata handicap.
Dalam masa pandemi Covid-19 di Disability mengacu pada adanya kekurangan secara
Indonesia, penyandang disabilitas merupakan salah fisiologis, anatomis, maupun psikologis yang
satu kelompok rentan yang terdampak dalam disebabkan oleh luka, kecelakaan, maupun cacat
masalah ini. Adapun pengertian penyandang sejak lahir dan cenderung menetap. Sedangkan
disabilitas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun handicap mengacu pada rintangan yang dialami
2016 mengenai Penyandang Disabilitas bahwa individu saat dia berupaya melakukan tugas sehari-
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, hari, yang diakibatkan oleh kekurangan tersebut.
intelektual, mental, dan sensorik dalam jangka Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh
waktu lama yang mempunyai hambatan dan Wright (1960:9; Rustanto, 2013). Disabilitas ialah
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan kondisi yang tidak lengkap, baik secara fisik
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan maupun mental, sementara handicap adalah
kesamaan hak dalam berinteraksi dengan rintangan-rintangan yang dialami individu saat dia
lingkungannya. Sedangkan menurut Rioux & mencoba mengerahkan kemampuan maksimalnya,
Carvert (2003) dalam Santoso & Apsari namun terhalang oleh kondisi yang ia alami.
(2017)mengatakan bahwa orang dengan disabilitas
tidak lagi di pandang sebagai orang yang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
bermasalah, akan tetapi lingkungannya lah yang (WHO) memberikan definisi kecacatan ke dalam 3
bermasalah dalam menyediakan kesamaan akses kategori, yaitu impairment, disability, dan handicap.
dan menjadi inklusif bagi setiap orang di Impairment yaitu kondisi adanya ketidaknormalan
masyarakatnya. atau hilangnya struktur atau fungsi psikologis atau
anatomis. Selanjutnya, disability adalah
Menurut NAWS, Disability may be defined ketidakmampuan sebagai akibat adanya impairment
as a reduction in personal coping and adaptive untuk melakukan aktivitas dengan cara yang
function that causes significant limitation in overall dianggap normal bagi manusia. Adapun handicap,
daily living. (Kecacatan dapat didefinisikan sebagai merupakan keadaan yang merugikan bagi seseorang
keadaan berkurangnya fungsi pribadi dalam akibat adanya impairment dan disability yang
memenuhi kebutuhan dan daya penyesuaiannya mencegahnya dari pemenuhan peranan yang
sehingga menyebabkan keterbatasan dalam normal, dalam konteks usia, jenis kelamin, serta
keseluruhan penampilan hidup sehari-hari). Saat ini faktor budaya, bagi orang yang bersangkutan.
istilah penyandang cacat tidak lagi digunakan
karena dianggap mendiskriminasikan para Ada 7 jenis klasifikasi dan definisi
penyandang cacat. Istilah “cacat” berkonotasi kecacatan menurut standar nasional yang
sesuatu yang negatif, memberikan label bahwa dikembangkan oleh Kementerian Sosial dalam
penyandang disabilitas memiliki kecacatan pada survey dan sensusnya (Rustanto, 2013), yaitu:
keseluruhan pribadinya. Namun pada kenyataannya,

35
1) Cacat penglihatan, meliputi kebutaan total dan dan prosedur keselamatan selama wabah Covid-19,
low vision. Kebutaan total berarti mata tidak dan dirugikan oleh adanya konsekuensi socio-
bisa melihat sama sekali, dan low vision berarti ekonomi sebagai dampak Covid-19 dan Langkah-
kedua mata tidak dapat menghitung jari yang langkah penanganannya misalnya dampak
digerakkan pada jarak 1 meter, meskipun sudah pekerjaan, perlindungan sosial, pendidikan, layanan
menggunakan kacamata. pendukung lainnya dan kekerasan. Salah satu
contoh kasus seperti orang dengan gangguan
2) Cacat pendengaran, yaitu tanpa alat bantu penglihatan atau disabilitas netra, mereka rentan
dengar kedua telinga tidak dapat mendengar tertular Covid-19 ini dikarenakan mereka memiliki
suara atau kata-kata pada jarak 1 meter. kesulitan dalam penglihatan yangmana rentan sekali
saat mereka memegang barang/benda maupun
3) Cacat Mental, yaitu tidak berbicara sama sekali
berbicara dengan orang lain yang ternyata pengidap
atau perkataannya tidak dapat dipahami sama
Covid-19 dan hal ini juga berdampak pada
sekali. Buta dan tuli (jelas).
kesehatan penyandang disabilitas netra.
4) Cacat fisik, yaitu ketidaknormalan pada tulang, Penyandang disabilitas turut merasakan
otot, atau sendi. Kategori ini meliputi
dampak dari mewabahnya Covid-19 atau virus
kelumpuhan atau ketidaklengkapan anggota
corona di Indonesia, ketika pemerintah
badan. mengeluarkan imbauan kepada masyarakat terkait
5) Gangguan mental, berarti masalah dalam social distancing dan physical distancing dan
kemampuan (duduk, berdiri, berjalan, imbauan untuk tetap menjaga kebersihan dan
berbicara, berpakaian, dan makan), dan hal ini kesehatan. Dengan isolasi diri dianggap cara yang
biasanya terjadi sejak kecil. Hal ini juga efektif untung cegah penularan Covid-19. Namun,
mencakup kurangnya kemampuan secara cara ini ternyata memiliki dampak negatif bagi
intelektual. penyandang disabilitas yang biasa bergantung pada
pengasuh. Kebijakan itu tentu berpengaruh terhadap
6) Gangguan jiwa/psikis, yaitu ketidaknormalan banyak aspek bagi penyandang disabilitas dan
pada mental dan perilaku. Seseorang dengan ditambah lagi apabila penyandang disabilitas yang
kecacatan ini biasanya akan berbicara dan berstatus ODP atau PDP maka akan lebih
tertawa sendiri, serta tingkah lakunya tidak berdampak dalam kehidupan penyandang
dapat ditebak. disabilitas. Adapun dampak secara umum yang
dihadapi penyandang disabilitas pada saat
7) Bisu-tuli, yaitu gabunagn antara tunarungu dan mewabahnya Covid-19.
tunawicara.
1. Perekonomian Penyandang Disabilitas
Dampak Pandemi Covid-19 bagi Penyandang Penyandang disabilitas rata-rata bekerja
Disabilitas disektor informal, misalnya berjualan. Pendapatan
Dampak ini dirasakan terutama bagi kaum disabilitas yang umumnya sebagai pedagang,
masyarakat yang memiliki banyak keterbatasan terapi pijat, maupun pekerjaan di sektor informal
untuk dapat melindungi diri maupun memenuhi lain yang mengalami penurunan karena pelanggan
kebutuhan sehari-hari secara mandiri seperti para mereka tidak berani belanja ataupun memakai jasa
penyandang disabilitas. Adapun resiko penyandang dari penyandang disabilitas, dan ditambah dengan
disabilitas pada masa pandemi Covid-19 ini seperti adanya pembatasan sosial di sejumlah daerah.
lebih rentan terinfeksi virus Covid-19, kondisi Sementara itu untuk melakukan transaksi elektronik
kesehatannya dapat memburuk atau meninggal pun juga memiliki hambatan tersendiri bagi
karena Covid-19, mereka yang tinggal di lembaga penyandang disabilitas. Adapun beberapa pekerjaan
akan lebih rentan terinfeksi virus dan tingkat dengan adanya pandemi Covid-19 ini banyak yang
mortalitasnya lebih tinggi, rentan terhadap melakukan PHK kepada karyawannya dan dapat
diskriminasi dalam mengakses layanan Kesehatan menyebabkan angka kemiskinan bertambah.

36
Dengan terhambatnya atau menurunya pelayanan akan merasa kesulitan dan dapat
perekononiam penyandang disabilitas, maka mereka berdampak pada kesehatanya yang berpeluang
akan kesulitan untuk memperoleh kebutuhan terinfeksi Covid-19 ini. Orang dengan disabilitas
pokoknya seperti bahan-bahan makanan ataupun juga memiliki kerentanan dalam kesehatanya karena
kebutuhan mendesak lainnya. banyak dari mereka yang memiliki penyakit bawaan
2. Informasi yang Terbatas dari lahir, contohnya seperti anak dengan cerebral
Informasi yang terbatas terkait pencegahan palsy yang mereka ada gangguan di paru-parunya
penyebaran Covid-19 serta menjaga pola hidup karena dengan keterbatasanya mereka hanya dapat
sehat ditengah Covid-19. Dengan adanya beberapa berbaring yang menyebabkan paru-paru terpenuhi
informasi publik yang disediakan pemerintah, akses dengan cairan yang mana penyakit paru-paru ini
informasi yang di dalamnya untuk kalangan sangat rentan tertular Covid-19. Adapun beberapa
disabilitas masih minim. Misalnya, dalam setiap kejadian orang dengan disabilitas yang tidak
konferensi pers Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 diterima di rumah sakit untuk berobat disaat masa
bentukan pemerintah pusat tak pernah disediakan pandemi Covid-19 ini. Upaya pencegahan
juru bahasa isyarat. Kalaupun ada, informasi penyebaran Covid-19 terus dilakukan dengan
tersebut tidak bisa diakses oleh semua penyandang beberapa kebijakan. Namun, ada yang luput dari
disabilitas. Oleh karenanya, informasi yang perhatian pemerintah yakni perlindungan kesehatan
dikeluarkan Pemerintah diharapkan bisa diakses dan bagi penyandang disabilitas yang rentan terinfeksi
dipahami oleh semua pihak, teruama virus corona ini. Terutama, bagi kaum difabel orang
penyandang disabilitas. Adapun situs web tua, anak-anak, dan ibu hamil. Kondisi itu menjadi
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan perhatian masyarakat disabilitas Indonesia. Dalam
Keluarga (Kemenkes), yang memiliki informasi Undang-Undang Pasal 20 No. 8 Tahun 2016 tentang
terbaru. Situs ini tidak dapat diakses oleh orang- Penyandang Disabilitas terkait jaminan hak
orang tunanetra. Informasi juga tidak tersedia dalam perlindungan dari bencana bagi kalangan
bahasa isyarat. Konferensi pers penting juga tidak penyandang disabilitas, yaitu; a) mendapatkan
dapat diakses oleh penyandang tuli karena tanpa informasi yang mudah diakses akan adanya
juru bahasa isyarat. Dalam hal ini media juga bencana, b) memperoleh pengetahuan mengenai
diharapkan untuk menyajikan informasi yang pengurangan risiko bencana, c) memperoleh
mudah dipahami semua pihak. Diharapkan media prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi
dapat menyajikan berita atau jika terdapat dalam keadaan bencana, d) memperoleh fasilitas
infografis atau video dibuat semudah mungkin, dan sarana penyelamatan dan evakuasi yang mudah
mulai dari bahasanya, dilengkapi dengan gambar diakses, dan e) memperoleh kemudahan mengakses
beserta teksnya sehingga bisa dipahami oleh di lokasi pengungsian dalam prioritas, fasilitas, dan
siapapun termasuk bagi penyandang disabilitas yang sarana. Dengan itu harus adanya peran pemerintah
tidak dapat membaca menjadi dapat dipahami. dalam menjamin kesehatan bagi disabilitas.
3. Jaminan Kesehatan Sedangkan pemerintah belum menyampaikan
Korban penyebaran pandemi coronavirus rencana terukur untuk memastikan akses layanan
(Covid-19) terus bertambah, khususnya di ibu kota- dan jaminan kesehatan bagi disabilitas dalam situasi
kota besar. Orang-orang dengan disabilitas yang sulit seperti saat ini. Diharapkan adanya informasi
berada dalam karantina mungkin menghadapi tentang upaya pencegahan penularan dan tertular
kesepian dan kecemasan dari isolasi sosial yang virus corona ini bagi kaum disabilitas sangat
berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh penting. Misalnya, pemeriksaan gejala dan
mereka, hal ini dapat meningkatkan risiko terkena pengobatan; layanan pengaman sosial dalam proses
Covid-19. Dalam hal ini juga berdampak pada penyembuhan yang seharusnya diproduksi dengan
orang dengan disabilitas yang menetap di lembaga mempertimbangkan akses bagi disabilitas; termasuk
balai/panti layanan rehabilitasi yangmana dengan layanan rehabilitasi secara luas.
kondisi ruangan yang tertutup dan pegawai
professional yang work from home membuat
penyandang disabilitas di lembaga yang butuh

37
Peran Pemerintah Dalam Penanganan Dampak klinik menyediakan pengujian dan layanan terkait
Pandemi Covid-19 Bagi Penyandang Disabilitas Covid-19 dan memberikan dukungan akses fisik
dan asistensi sepanjang diperlukan disabilitas. Hal
Pandemi Covid-19 ini memiliki dampak lain menyediakan sumber daya bagi fasilitas
terhadap penyandang disabilitas dan perlu adanya tambahan yang ramah disabilitas, seperti konferensi
peran pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. video dan konsultasi telepon ke layanan medis
Kelompok penyandang disabilitas termasuk dalam khusus. Selain itu, menyediakan hotline layanan
komponen sasaran kebijakan jaring pengaman sosial masyarakat dengan memprioritaskan kaum difabel
dalam menghadapi dampak wabah Covid-19. dan keluarganya, terutama bagi yang membutuhkan
Menteri Sosial Juliari Batubara mengatakan jaring dukungan mobilitas, dan juga menyediakan fasilitas
pengaman sosial akan diberikan, salah satunya yang memadai bagi difabel dengan kebutuhan
melalui program Keluarga Harapan (PKH) dan kompleks, terutama ketika mengalami karantina.
memberikan bantuan sosial Program Keluarga Kemudian, melakukan penjangkauan aktif seperti
Harapan (PKH) yang dinaikkan sebesar 25 persen. penyuluhan dan pemeriksaan bagi disabilitas yang
Program tersebut diberikan kepada tiga komponen tinggal di sekolah-sekolah luar biasa atau panti-
penerima manfaat yaitu penyandang disabilitas, ibu panti rehabilitasi.
hamil, dan anak usia sekolah. Sementara itu besaran Kedua, pemerintah dapat mendistribusikan
manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) untuk perlengkapan pelindung diri yang memadai bagi
kelompok disabilitas Rp 2,4 juta per tahun, ibu disabilitas dan tenaga medis yang memberikan
hamil dari Rp 2,4 juta per tahun menjadi Rp 3 juta kesehatan bagi disabilitas serta bagi mereka yang
per tahun, dan anak usia sekolah Rp 3 juta per tinggal dalam sekolah luar biasa atau panti
tahun. Hal tersebut ialah bagian dari stimulus fiskal rehabilitasi. Ketiga, mengidentifikasi dan
untuk mengantisipasi dampak dari Covid-19. menyediakan kebutuhan layanan sosial pendukung,
Menurut Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry contohnya menyediakan perawat pengganti bagi
Hikmat menyatakan akan melakukan berbagai setiap disabilitas, hingga menjalani karantina. Selain
upaya dalam penanganan penyandang disabilitas itu, harus adanya proses pengobatan mencegah
pada pandemi Covid-19 yaitu dengan mewakafkan menurunnya kualitas hidup bagi penyandang
Balai Rehabilitasi sosial yang menangani disabilitas disabilitas. Keempat, menempatkan para
sebagai tempat karantina bagi panti/LKS penyandang disabilitas sebagai kelompok prioritas
yang overload sesuai dengan speciality disabilitas dalam penerimaan semua bentuk layanan tanpa
yang ditangani balai selama ini. Kemudian bagi biaya. Kelima, menyediakan dan mendistribusikan
penyandang disabilitas yang terkena dampak informasi yang mudah diakses oleh setiap kelompok
langsung secara ekonomi, upaya yang akan disabilitas dan pendamping mereka. Kemudian,
dilakukan berupa program bantuan sosial baik dari termasuk untuk para penyandang disabilitas yang
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tinggal di sekolah luar biasa dan panti-panti
maupun dari mitra Kementerian Sosial. Maka rehabilitasi dalam bentuk video, audio, gambar dan
dengan adanya bantuan yang diberikan dapat tulisan, mengenai penyebaran Covid-19, gejala yang
meringankan beban para penyadang disabilitas dan dialami penderita, serta cara-cara mencegah
memotivasi mereka untuk tidak patah semangat tertularnya virus corona. Peran pemerintah pusat
menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang saat ini dan daerah diminta untuk bergotong royong
tengah berlangsung khususnya di Indonesia. menyelesaikan tuntutan-tuntutan pemenuhan hak
Sedangkan, menurut Megawati sebagai ketua seperti jaminan sosial berupa bantuan tunai dan
Forum Relawan Difabel Indonesia (Fordiva) bantuan khusus. Hal ini sesuai dengan Undang-
mengatakan bahwa harus adanya peran pemerintah Undang No.8 Pasal 93 ayat 1 tahun 2016 dengan
dalam penanganan Covid-19 ini bagi penyandang melakukan cara percepatan pendataan ulang kartu
disabilitas. Pertama, pemerintah pusat dan daerah penyandang disabilitas.
harus meningkatkan kapasitas dan layanan
perawatan kesehatan dengan cepat yang memenuhi
syarat bagi disabilitas dengan memastikan semua

38
Peran Pekerja Sosial Dalam Penanganan para petugas medis penanganan Covid-19 dan
Pandemi Covid-19 keluarganya, kelompok rentan beserta keluarganya,
dan keluarga korban Covid-19.
Adanya pandemi Covid-19 sebagaimana
yang telah dinyatakan oleh WHO pada bulan Maret Menurut Ikatan Pekerja Sosial Profesional
2020 ini, International Federation of Social Work Indonesia (IPSPI) ada komponen pekerja sosial
(IFSW), menghimbau negara-negara anggotanya yang terlibat dalam melakukan advokasi, terlibat
untuk turut aktif dalam penanganan Covid-19. dalam kegiatan pencegahan, dan sebagainya dalam
Selain adanya peran pemerintah, adapun peranan masa pandemi Covid-19 saat ini. Pekerja sosial
pekerja sosial sangatlah penting dalam penanganan memiliki peluang strategis pelayanan krisis dengan
Covid-19 bagi masyarakat. mendampingi pekerja respon di garis terdepan
secara one-on-one, setelah diberikan pelatihan,
Kementerian Sosial siap menerjunkan para konfigurasi supervisi yang terstruktur, dan pelibatan
relawan pekerja sosial (peksos) untuk memberi secara formal kelembagaan. Dalam hal ini termasuk
dukungan psikososial melalui pendampingan online. menggerakkan tim pekerja sosial ke sentra respon
Dukungan ini akan diberikan kepada petugas medis, nasional, yaitu Wisma Atlit dan Pulau Galang,
perespon garda depan dan kelompok rentan Covid- simpul-simpul koordinasi peksos membangun
19. Para relawan pekerja sosial juga menjalani komunikasi dengan RS rujukan di wilayahnya, dan
Bimbingan Teknis (Bimtek) berbasis praktik melakukan inventaris siapa saja anggotanya yang
pekerja sosial profesional dalam konteks dampak bisa digerakkan menjadi pendamping jarak jauh
penyebaran Covid-19 sebelum diterjunkan ke melalui sosial media dengan perjanjian berbasis
lapangan. Kegiatan digagas oleh Pusat etika, untuk kemudian dirujuk ke anggota DPD
Pengembangan Masyarakat Politeknik yang dapat membantunya, lalu memasangkan
Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung pekerja sosial dengan para dokter di rumah-rumah
bekerjasama dengan Pujiyono Centre. sakit rujukan, memasangkan para alumni sekolah
Dalam konteks rehabilitasi sosial, kelompok KS/PS dengan perawat dan tenaga medis lainnya,
rentan memerlukan dukungan psikososial dalam dan terakhir memasangkan mahasiswa dengan para
menghadapi pandemi Covid-19. Kelompok rentan relawan di garis depan.
tersebut yaitu Anak, Penyandang Disabilitas, SIMPULAN DAN SARAN
Korban Penyalahgunaan Napza, Lajut Usia serta
Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang. Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini
Kelompok rentan ini perlu akses terhadap informasi sangat berdampak bagi penyandang disabilitas
sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. dalam kegiatan sehari-harinya. Dampak dari
Mulai dari informasi tentang Covid-19, pandemi Covid-19 tersebut dalam aspek ekonomi,
penyebarannya dan cara pencegahannya melalui kesehatan, dan sosial. Bagi penyandang disabilitas
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). adanya imbauan dari pemerintah kepada masyarakat
terkait social distancing dan physical distancing
Intervensi psikososial yang bisa diberikan dengan isolasi diri membuat terpuruknya kondisi
oleh relawan pekerja sosial yaitu dorongan agar ekonomi bagi penyandang disabilitas karena
kelompok rentan mau menceritakan keresahannya, sebagian besar mereka berkerja sebagai pemijat,
mengajak mereka untuk saling mendukung satu pedagang, seniman dan penjual jasa service.
sama lain apabila ada keluarga yang terpapar Covid- Kemudian, penyandang disabilitas sangat minim
19 hingga mengajak mereka untuk menjalani hobi menerima akses innformasi mengenai Covid-19 ini.
dalam mengisi kegiatan di rumah. Pekerja sosial Disabilitas dalam keterbatasan akses rentan terdapat
merupakan armada Kemensos yang bertugas Covid-19 dan rentan pula menularkan Covid-19
mengembalikan keberfungsian sosial bagi kepada orang lain. Dalam hal ini pemerintah harus
masyarakat yang memerlukan pelayanan sosial. memberikan perhatian khusus atau memprioritaskan
Pada kondisi pandemi Covid-19, banyak para penyandang disabilitas dalam rangka
masyarakat yang terdampak psikososialnya, seperti penanggulangan Covid-19, karena kelompok

39
disabilitas secara umum memiliki hambatan dalam penting dalam meningkatkan kesadaran penyandang
mengakses informasi terkait Covid-19 maka dengan disabilitas dan keluarganya; dan organisasi
adanya masalah ini harus terdapat peran pemerintah penyandang disabilitas dapat dan harus berperan
maupun pekerja sosial dalam penanganan Covid-19 penting dalam mengadvokasi penanganan Covid-19
bagi penyandang disabilitas. yang inklusif disabilitas.
Adapun beberapa dampak pandemi Covid-
19 bagi penyandang disabilitas. Pertama,
perekonomian penyandang disabilitas menjadi DAFTAR PUSTAKA
terpuruk. Kedua, informasi yang terbatas terkait BAPPENAS. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia
pencegahan penyebaran Covid-19 serta menjaga 2010-2035. Jakarta : Badan Pusat Statistik
pola hidup sehat ditengah Covid-19. Ketiga,
jaminan kesehatan bagi penyandang disabilitas yang Brebahama A., & Listyandini, R. A. (2016).
melakukan isolasi sosial akan berdampak buruk Gambaran Tingkat Kesejahteraan
pada sistem kekebalan tubuh mereka, hal ini dapat Psikologis Penyandang Tunanetra Dewasa
meningkatkan risiko terkena Covid-19. Dalam hal Muda. Jurnal Mediapsi, 1-10.
ini perlunya peran pemerintah dalam penanganan
Buletin Jendela dan Informasi kesehatan. (2014).
dampak pandemi Covid-19 bagi penyandang
Situasi Penyandang Disabilitas. Semester II.
disabilitas. Para penyandang disabilitas diberikan
Kementerian Kesehatan RI. Data ISSN
bantuan melalui program Keluarga Harapan (PKH)
2088-270X.
dan memberikan bantuan sosial Program Keluarga
Harapan (PKH) yang dinaikkan sebesar 25 persen Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
sebesar 2,4 juta per tahun. Pemerintah juga Penyakit. Pedoman kesiapsiagaan
menyiapkan bantuan ekonomi dan lebih menghadapi infeksi Novel Coronavirus
ditingkatkan lagi dalam pelayanan kesehatan bagi (2019-nCoV). Kemenkes RI; Jakarta: 2020.
penyandang disabilitas. Selain adanya peran
pemerintah terdapat pula peran pekerja sosial dalam Geminastiti, P. A & Nurliana Cipta A. & Nandang
penanganan pandemi Covid-19) yaitu memberi M. (2018). Penyandang Disabilitas Dalam
dukungan psikososial melalui pendampingan online. Dunia Kerja. Jurnal Pekerjaan Sosial Vol. 1,
No.3. Diambil dari: jurnal.unpad.ac.id.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka
terdapat rekomendasi dalam penanganan Huripah, Enung. (2014). Pekerjaan Sosial dengan
penyandang disabilitas saat masa pandemi Covid-19 Disabilitas di Indonesia. Jurnal Ilmiah
ini, seperti; penyandang disabilitas harus Pekerjaan Sosial Vol.13, No.2. Diambil
mendapatkan akses pada informasi terkait cara dari: jurnal.stks.ac.id.
pencegahan, rencana pembatasan sosial, layanan Koban, Antonius Wiwan. (2005). Kebijakan
yang tersedia dalam format yang beragam; adanya Pemberantasan Wabah Penyakit Menular :
upaya perlindungan bagi penyandang disabilitas Kasus Kejadian Luar Biasa Demam Berdara
sesuai dengan kondisinya; semua rencana Dengie (KLB-DBD), The Indonesian
pencegahan dan penanganan harus inklusif dan Institute, Center for Public Policy Research.
dapat diakses termasuk oleh kelompok perempuan
dengan disabilitas; tidak boleh ada penempatan di Lampiran keputusan ketua umum dewan pengurus
lembaga disabilitas dan pelantaran; selama masa pusat ikatan pekerja sosial professional
karantina, layanan, bantuan perorangan, akses fisik Indonesia (DPP-IPSPI) Tentang Panduan
dan komunikasi harus tersedia; penyandang Praktik Pekerjaan Sosial dalam Pandemi
disabilitas yang membutuhkan layanan Kesehatan Covid-19. Nomor 005/SK/IV/2020. 19
terkait Covid-19 tidak boleh dikesampingkan karena April 2020
kedisabilitasannya; organisasi penyandang
disabilitas dapat dan harus dilibatkan dan berperan Mackelprang, R.W. & Salsgiver R.O. (1996).
People with Disabilities and Social Work:

40
Historical and Contemporary Issues. Social Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Work, Volume 41, Issue 1, Pages 7–14. Tahun 2016 Tentang Penyandang
Disabilitas
Naibaho,Metra & Hetty K & Eva N.H. (2015).
Program Rehabilitasi Sosial Bagi WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation
Penyadang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Report-1. Januari 21, 2020.
Daksa Budi Perkasa Palembang. Prosiding
Penelitian & Pengabdian Kepada World Health Organization. Dengue Guidelines For
Masyarakat Vol.2, No.3. Diambil Diagnosis Treatment, Prevention and Control.;
dari:jurnal.unpad.ac.id. 2009.

Nurjanah, E. (2008). Pelaksanaan Bimbingan Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases (Covid-19);
Konseling terhadap Kemandirian Anak Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and
Tunagrahita di Sekolah Luar Bisa Dharma Healthy Magazine Vol.2, No.1, Hal. 187-
Anak Bangsa Klaten. Yogyakarta: Fakultas 192. Diambil dari: wellness.journalpress.id.
Dakwah, Bimbingan Penyuluhan Rujukan Elektronik
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
https://beritajatim.com/pendidikan-
Penyandang Disabilitas Berdasarkan Klasifikasi kesehatan/dampak-covid-19-kaum-difabel-
International Classification of Functioning menjerit-pemerintah-apa-langkahmu/
for Disability and Health (ICF) by Dr.
Marjuki, M.Sc., Kepala Badan Pendidikan https://difabel.tempo.co/read/1327397/wabah-
dan Penelitian Kesejahteraan Sosial corona-menteri-sosial-bantuan-difabel-rp-
Departemen Sosial Republik Indonesia 24-juta-setahun
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). https://kbr.id/nasional/04-
Panduan Praktik Klinis; Pneumonia 2019- 2020/derita_difabel_di_masa_krisis_covid_
nCoV. PDPI: Jakarta. 19/102732.html
Rothman, Juliet C. (2010). The Challenge of https://kemsos.go.id/penanganan-inklusif-
Disability and Access: Reconceptualizing penyandang-disabilitas-dalam-hadapi-
the Role of the Medical Model. Journal of covid-19
Social Work in Disability & Rehabilitation,
https://www.galamedianews.com/nasional/253866/y
9:194–222, Taylor & Francis Group, LLC.
ayasan-ahm-bantu-kaum-disabilitas-
Rustanto, B. (2013). Teori Disabilitas. Bandung: terdampak-covid-19.html
STKS.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e7323
Santoso, M.B., & Apsari, N.C. (2017). Pergeseran 372400b/dampak-corona--kaum-difabel-
Paradigma Dalam Disabilitas. Intermestic: pun-butuh-jaminan-kesehatan/
Journal of International Studies Volume 1,
https://kemsos.go.id/kemensos-siap-terjunkan-
No. 2, hal 166-176.
relawan-pekerja-sosial-tangani-dampak-
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 sosial
Tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Hak-Hak Penyandang
Disabilitas.

41

Anda mungkin juga menyukai