Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Metode Relaksas Terhadap

Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ilmu Sosial Budaya pada Semester Genap (2)

Disusun Oleh :
Iqbal Jamaluddin
7011200115

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,


penulis selesai menulis makalah berjudul “Pengaruh Metode
Relaksasi terhadap Perkembangan Emosi Anak usia dini”

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


yang diberikan oleh bapak Idan Setiari,Drs.,M Pd selaku dosen mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni

Dalam penyusunan makalah ini penulis memang mendapatkan


banyak sekali tantangan dan hambatan namun dengan bantuan
banyak individu hambatan tersebut dapat dilewati. Penulis telah
menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang ditemukan dalam
proses penulisan makalah ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi
ini. semoga allah semua membantu dan memberkati kalian semua.
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna dalam
susunan dan isinya. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para
pembaca dapat membantu penulis dalam menyempurnakan
makalah selanjutnya. semoga makalah ini dapat membantu para
pembaca untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang
ilmu sosial budaya.

Tasikmalaya, 19 juni 2021

penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


1.1 Latar Belakang Penelitian........................................................................ 3
1.2 Masalah Penelitian.................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................6
LANDASAN TEORI........................................................................................6
2.1 pengertian relaksasi...............................................................................................7
2.2 Pengertian Emotional Intelligence.........................................................................7
2.4 Persepsi Emosi (Emotional Perception).................................................................8
2.5 Integrasi Emosi (Emotional Integration)................................................................8
2.6 Pemahaman Emosi (Emotional Understanding)....................................................9
2.7 Pengaturan Emosi (Emotional Management.......................................................10
BAB III............................................................................................................10
PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS...................................................10
3.1 Hasil Analisis........................................................................................................10
3.2 Pembahasan........................................................................................................12
BAB IV............................................................................................................13
SIMPULAN.....................................................................................................13
4.1 Simpulan..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14

BAB I
4

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan


bahwa ada permasalahan yang dialami oleh anak usia dini seperti Sosial dan
emosional. Di taman penitipan anak dari jumlah 38 anak, ada 10 anak yang
memiliki hambatan dalam aspek perkembangan sosial emosi dan di
kelompok bermain dari jumlah 20 anak, ada 7 orang anak yang memiliki
hambatan dalam aspek perkembangan sosial emosi. Kemudian peneliti
melakukan observasi kembali secara mendalam yang dilakukan di taman
penitipan anak (TPA) terdeteksi 9 anak yang memiliki permasalahan dalam
aspek sosial emosi, dan di kelompok bermain terdeteksi 5 anak yang
memiliki permasalahan dalam aspek sosial emosi. Seperti yang terjadi di
mana anak belum bisa menyapa sesama teman yang baru datang ke
Yayasan PAUD, anak belum bisa bersabar menunggu giliran dan belum
bisa mengungkapkan keinginginan yang seharusnya pada saat usia anak
sudah mulai bisa. Tujuan penelitian.
Untuk mengidentifikasi permasalahan anak usia dini di aspek sosial
emosi, untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab permasalahan
Anak usia dini terhadap aspek perkembangan sosial emosi,untuk
mengetahui peran guru dalam menghadapi permasalahan anak usia dini
terhadap aspek perkembangan sosial emosi, dan untuk mendapatkan dan
mengetahui solusi atau penyelesaian yang dilakukan pihak Guru PAUD
dalam menghadapi permasalahan anak usia dini terhadap aspek
perkembangan sosial emosi
Bermula dari latar belakang tersebut, maka peneliti akan
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Relaksasi
terhadap Perkembangan Emosi Anak usia dini”.
5

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah


pada penelitian ini adalah:
1. Kurangnya metode untuk mengembangan emosi anak usia dini
2. Pengembangan emosi anak usia dini kurang optimal.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah


“Untuk mengetahui pengaruh metode relaksasi terhadap perkembangan
emosi anak anak usia dini di indonesia ”.

1.4 Metode Penelitian

Adapun penelitian kami menggunakan metode studi

kepustakaan.studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun

informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi

objek penelitian.informasi tersebut dapat diperoleh dari buku

buku,karya ilmiah,disertasi,internet dan sumber lain.dengan

melakukan studi kepustakaan,peneliti dapat memamfaatkan semua

infomasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan

penelitianya.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu


pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi
peneliti selanjutnya.
6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anak

1) aktifitas relaksasi ini dapat membantu anak mengeluarkan


emosi-emosi yang di tekan, menciptakan ketenangan, dan
meningkatkan produktivitas pembelajaran pada anak,
2) Perkembangan emosi anak selalu diperhatikan sehingga
anak dapat meraih pretasi dan kesuksesan dalam hidupnya
dan
3) Dengan relaksasi anak mampu mengendalikan emosinya.

b. Bagi guru

1) Memberikan informasi kepada guru di TK seluruh


indonesia untuk memilih alternatif dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode relaksasi untuk
mengembangkan perkembangan emosi anak.
2) Sebagai rujukan guru dalam memberikan saran kepada
orang tua untuk pengembangan emosi anak
7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 pengertian relaksasi

Relaksasi dalam psikologi adalah keadaan emosional makhluk hidup,


ketegangan rendah, di mana tidak adanya gairah yang bisa berasal dari
sumber seperti kecemasan , atau ketakutan . Menurut oxford dictinaries
relaksasi adalah ketika tubuh dan pikiran bebas dari ketegangan dan
kecemasan. Relaksasi adalah bentuk ekstasi ringan yang berasal dari lobus
frontal otak di mana korteks belakang mengirimkan sinyal ke korteks
frontal melalui obat penenang ringan.
Relaksasi dapat dicapai melalui meditasi , autogenic dan relaksasi
seorang anak yang sangat progresif . Relaksasi membantu meningkatkan
kopingdengan stress . Stres adalah penyebab utama masalah mental dan
masalah fisik,  oleh karena itu perasaan rileks bermanfaat bagi kesehatan
seseorang. Saat kita stres, system saraf diaktifkan karena kita berada
dalam mode respon melawan atau lari seiring waktu, ini bisa memiliki efek
negatif pada tubuh manusia.
2.2 Pengertian Emotional Intelligence

Emotional intelligence adalah kemampuan individu untuk


mengenali, menggunakan danmengekspresikan emosi; kemampuan
individu untuk mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam
melakukan proses berpikir; kemampuan individu untuk memahami emosi
dan pengetahuan mengenai emosi; serta kemampuan individu dalam
meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah
laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan
2.3 Dimensi Emotional Intelligence
Dimensi-dimensi emotional intelligence menurut Mayer & Salovey
(1997) lebih dikenal dengan sebutan four branch model of emotional
8

intelligence. Keempat cabang tersebut disusun mulai dari kemampuan yang


menggunakan proses psikologi paling dasar hingga yang kompleks (yang
membutuhkan penggabungan dari beberapa proses psikologi).

2.4 Persepsi Emosi (Emotional Perception)

Artinya adalah kemampuan individu untuk mengenali emosi, baik


yang dirasakan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Cabang pertama
dari emotional intelligence dititikberatkan pada persepsi emosi, yaitu
kemampuan individu untuk mengidentifikasi emosi secara akurat. Sejak
bayi sampai dengan awal masa kanak-kanak, anak mulai mengidentifikasi
serta membedakan emosi yang dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain.
Pada awalnya, bayi akan belajar untuk membedakan emosi berdasarkan
ekspresi wajah yang ditampilkan, kemudian memberikan respon terhadap
reaksi tersebut. Semakin besar, ia akan semakin akurat dalam
mengidentifikasi sensasi tubuh yang dirasakan, baik sensasi yang dirasakan
oleh diri sendiri maupun sensasi yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Perasaan dapat dikenali tidak hanya didalam diri sendiri, melainkan
juga pada orang lain atau objek lain. Pada perkembangannya, anak mulai
memberikan atribut mengenai perasaan pada benda hidup maupun benda
mati. Imajinasi ini akan membantu anak untuk menggeneralisasi perasaan
yang dirasakan oleh diri sendiri pada orang lain. Ia akan menggunakan
pengalamannya pada saat merasakan sensasi tertentu dalam mengenali
sensasi yang dirasakan oleh orang lain.Lebih lanjut, kemampuan individu
dalam memahami emosi yang dirasakan akan sampai pada tahap dimana ia
mampu mengekspresikan perasaan secara akurat dan mengekspresikan
kebutuhan yang mengitari perasaan-perasaan tersebut.
2.5 Integrasi Emosi (Emotional Integration)

Kemampuan individu dalam memanfaatkan sensasi emosi yang


dirasakan untuk menghadapi masalahmasalah yang berkenaan dengan
sistem kognisi. Cabang kedua dari emotional intelligence adalah integrasi
9

emosi yang menitikberatkan peran emosi dalam menghadapi masalah yang


berkenaan dengan sistem kognisi. Emosi bertindak sebagai suatu sistem
yang memberikan tanda atau sinyal-sinyal tertentu sejak lahir. Semakin
matang, sinyal-sinyal tersebut mulai dapat dimanfaatkan dalam aktivitas
kognisi yaitu dengan cara mengarahkan perhatian individu pada hal-hal
yang penting. Kontribusi emosi yang kedua dalam melakukan aktivitas
kognisi adalah dengan “menempatkan” emosi pada suatu hal sehingga
dapat lebih mudah untuk dipahami.
Individu akan mencoba untuk menempatkan dirinya pada posisi
oranglain yang merasakan sensasi emosi tertentu dan mencoba untuk
merasakan emosi tersebut pada dirinya sendiri ketika dimintai pendapat
mengenai emosi yang dirasakan oleh suatu karakter pada sebuah cerita atau
pada saat diminta untuk menentukan emosi yang dirasakan oleh orang lain.
Dalam perkembangannya, kemampuan untuk memanfaatkan sensasi emosi
yang dirasakan akan disertai dengan perencanaan.

2.6 Pemahaman Emosi (Emotional Understanding)

Kemampuan individu untuk memahami emosi yang dirasakan dan


dapat menggunakan pengetahuan mengenai emosi yang dirasakan untuk
mengetahui bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Cabang
ketiga dari emotional intelligence adalah pemahaman emosi yang menitik
beratkan pada kemampuan individu untuk memahami emosi yang dirasakan
serta bagaimana penerapannya didalam kehidupan sehari-hari.
Setelah individu menyadari emosi yang dirasakan, ia mulai untuk
memberi nama dan menyadari hubungan yang terjadi diantara emosi-emosi
yang telah ia beri nama.Kemampuan yang paling mendasar dari cabang ini
adalah individu mampu untuk memberi nama pada emosi yang sedang ia
rasakan serta menyadari persamaan serta perbedaan yang mendasari
terjadinya emosi tersebut. Ia mulai memahami perbedaan dan persamaan
antara suka dan cinta, antara gangguan (annoyance) dan marah, dan lain
10

sebagainya. Secara bersamaan, individu juga belajar untuk memahami


emosi yang dirasakan pada saat berinteraksi dengan orang lain.
Orang tua mengajarkan anak mengenai hubungan antara emosi
dengan suatu situasi tertentu. Misalnya orang tua mengajarkan hubungan
antara rasa sedih dan kehilangan dengan cara membantu anak untuk
menyadari bahwa ia merasa sedih karena teman dekatnya tidak mau
berteman dengannya lagi.
2.7 Pengaturan Emosi (Emotional Management)

kemampuan individu dalam memadukan data-data mengenai emosi


yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain untuk menentukan
tingkah laku yang paling efektif yang akan ditampilkan pada saat
berinteraksi dengan orang lain. Cabang keempat dari emotional intelligence
adalah pengaturan emosi yang menitikberatkan pada kemampuan individu
dalam meregulasi emosi yang dirasakan. Individu diharapkan terbuka dan
memiliki toleransi pada reaksi emosi yang timbul, baik reaksi emosi yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat menjadi
pembelajaran untuk dapat melakukan regulasi emosi ketika merasakan
sensasi emosi yang sama dalam suatu situasi tertentu.
Dalam pertumbuhannya, orang tua mengajarkan anak untuk tidak
Mengekspresikan perasaan tertentu, misalnya mengajarkan anak untuk tetap
dapat tersenyum di depan umum ketika ia merasa sedih, mengajarkan anak
untuk pergi ke kamar ketika merasa marah. Anak akan
menginternalisasikan pembagian antara perasaan dan tindakan. Anak mulai
belajar bahwa emosi dapat dipisahkan dari tingkah laku. Orang tua juga
mulai untuk mengajarkan anak mengenai strategi yang dapat digunakan
untuk mengontrol suatu reaksi emosi (misalnya dengan meminta anak untuk
menghitung sampai ketika merasa marah). Hal ini akan membantu individu
untuk dapat menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan meskipun ia sensasi emosi yang tidak menyenangkan. Semakin
11

matang, individu akan semakin mampu untuk meregulasi emosi yang


dirasakan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

3.1 Hasil Analisis

Di Indonesia, anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 0


sampai 6 tahun.dalam pendidikan, mereka dikelompokkan berdasarkan usia,
misalnya untuk usia 2-3 tahun masuk kelompok taman penitipan anak, usia
3-4 tahun untuk kelompok bermain, atau 4-6 tahun untuk taman kanak-
kanak/raudatul atfal. Berbeda dengan The Nasional Association for The
Education for Young Children (NAECY), membuat klarisifikasi rentang
usia dini (early childhood) yaitu sejak lahir sampai usia delapan tahun (0-8
tahun). Menurut Susanto (2015), perkembangan sosial merupakan “
Pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan
saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Menurut Canon Bard dalam Jahja Yudrik (2011 :191) menyatakan
bahwa emosi pada situasi dapat menimbulkan rangkaian pada proses saraf.
Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus (pusat
penghubung bagian bawah otak dengan susunan saraf di satu pihak dan alat
keseimbangan) atau cerebellum dengan Cereblal cortex (bagian otak yang
terletak didekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak) suatu
bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi,
seperti berpikir. Menurut John B. Waston dalam Jahja Yurdik, (2011: 191)
menyatakan bahwa ada tiga pola dasar emosi yaitu takut (fear), marah
(anger), cinta (love). Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons
tertentu pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula
modifikasi. Anak usia dini memang belum bisa mengontrol emosi secara
12

baik, namun anak harus diajarkan tentang menahan rasa marah dari sejak
dini agar dimasa periode perkembangan berikutnya anak dapat menahan
emosi marah secara baik. Allah Ta’ala berfirman: Artinya: “(Yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali
Imran: 134)
Menurut Masnipal (2013 : 81) Periode Golden Age yang terbatas,
hanya dilewati satu kali seumur hidup manusia dan tidak akan pernah
datang lagi tersebut tidak diartikan bahwa anak harus dijejal dengan
berbagai pengetahuan dan keterampilan. Cara “dikarbit” tidak tepat. Anak
sebagai kertas kosong yang harus dijejal agar penuh. Persepsi yang keliru
dalam masyarakat inilah yang menyebabkan orang tua berusaha sekuatnya
agar bisa membaca, menulis dan menghitung dnegan cara memaksa anak
Permasalahan Sosial Emosi Anak Usia Dini dan Upaya Guru dalam
mengikuti les ketika masih di taman kanak-kanak

3.2 Pembahasan
Orangtua dapat menstimulasi anak dengan berbagai macam hal dlam
berbagai kesempatan. Stimulasi yang melimpah bagi anak akan
membantunya untuk belajar lebih banyak akan dirinya. Secara umum ada
beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengembnagkan
kecerdasan meosional pada anak dalamkehidupan sehari-hari, yaitu
Kecerdasan emosional dan sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, antara lain:
• Diskusi bersama anak tentang pengalamannya ketika merasa
senang, marah,sedih, terkejut, kecewa, dll.
• Diskusi bersama anak tentang pengalamannya mengamati orang
lain yang mengalami perasaan senang, marah, sedih, terkejut,
kecewa, dll.
13

• Bermain drama atau peran, membacakan dongeng, menonton klip


atau film dan meminta anak menentukan keadaan emosi tokoh.
• Membantu anak dalam membuat perencanaan. Anak dapat
membuat
antisipasi terhadap peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya. Cth:
masuksekolah.
• Bermain dengan anak agar ia mampu untuk memberi nama pada
emosi yang sedang ia rasakan
• Berdiskusi untuk anak menyadari persamaan dan perbedaan yang
mendasari terjadinya emosi tersebut. Misalnya, memahami
perbedaan dan persamaan antara suka dan cinta, merasa terganggu
dan merasa marah, dan lain sebagainya
-Beberapa catatan penting bagi orangtua

Orang tua adalah role model utama. Tunjukkan tingkah laku yang

memangdiharapkan akan dilakukan.,berikut beberapa poin penting untuk

orang tua bagi anak anaknya;

1. Perbanyak berdiskusi dengan anak, gunakan active listening.

2. Perbanyak interaksi antara anak dengan orang tua, anak dengan

Keluarga besarnya, anak dengan teman-temannya, dan anak dengan

orang lain. Jangan lupa didiskusikan agar anak memahami.

3. Stimulasi anak sedini mungkin dengan sebanyak mungkin cara untuk

mengembangkan semua aspek diri anak.

4. Gunakan semua cara, antara lain: cerita, film, dongeng, buku,

observasi langsung, diskusi dengan berbagai macam orang, dan lain-

lain.
14

5. Berikan apresiasi pada anak saat ia menunjukkan pemahaman dan

tingkah laku yang diharapkan.

BAB IV
SIMPULAN

4.1 Simpulan

Masa anak adalah masa yang sangat rentan terhadap hal-hal negatif
yang dapat mengganggu perkembangan individu. Jika tugas-tugas
perkembangan pada masa naka tidak dapat dipenuhi oleh individu, maka
pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, inidividu akan mengalami
masalah.
Cukup banyak masalah-masalahmasalah emosional pada anak yang
menjadi keluhan orangtua, seperti temper tantrum tidak pada usianya,
ekspresi emosi yang tidak tepat, kecemburuan pada sibling yang berlebihan,
atau sulit ditinggal orang tua untuk bekerja. Kunci untuk mengatasinya
adalah dengan mengenalkan anak akan perasaannya maupun ekspresi
perasaannya sedini mungkin. Melatih anak untuk mengenali perasaannya,
mengintegrasikan perasaan-perasaannya, serta memahami perasaannya
akan membantu anak dalam bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu,
orangtua harus menyadari bahwa ia adalah figur panutan bagi anak.
Karenanya diharapkan pemahaman dan ketrampilan kecerdasan emosional
sebaiknya dipahami dan dicontohkan oleh orangtua agar anak memiliki role
model yang positif.
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Atkinson & Atkinson. 1998. Pengantar Psikologi, edisi kesebelas.

Batam :Interaksara.

2. Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Developmental Psychology A life-

SpanApproach, fifth edition. New Delhi :Tata McGraw-Hill Publishing

CompanyLtd.

3. Hall, Lindzey & Campbell. 1998. Theories of Personality, fourth edition.

NewYork : John Wiley & Sons, Inc.

4. Salovey, P. Brackett & Mayer, M.A. 2004. Emotional Intelligence. New

York:National Professional Resources, Inc.

Anda mungkin juga menyukai