Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH:

VONI DWI LESTARI


1926010032

DOSEN PENGAMPU:
NOVITA DESIANA, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anemia.................................................................................................. 3
B. Kehamilan............................................................................................. 3
C. Anemia pada ibu hamil......................................................................... 4
D. Taksiran berat badan janin.................................................................... 12
E. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil................................................ 19
F. Patofisiologi anemia pada ibu hamil..................................................... 20
G. Pemeriksaan penunjang laboratorium pada kehamilan........................ 21
H. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.............. 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan
asupan makanan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu
rileks dan tidak stres). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan
terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal.
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan
tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita
anemia pada masa kehamilan.

Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam


tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan
dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka


nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia
gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi
sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden
komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil
dengan nilai hematologi normal.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa


oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan
curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan
fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan


darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi
dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus
anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993).
Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat,
anemia sel sabit dan talasemia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anemia?
2. Apa pengertian kehamilan?
3. Bagaimana anemia pada ibu hamil?

1
4. Bagaimana taksiran berat badan janin?
5. Bagaimana cara mengatasi anemia pada ibu hamil?
6. Apa patofisiologi anemia pada ibu hamil?
7. Bagaiamana pemeriksaan penunjang laboratorium pada kehamilan?
8. Apa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anemia
2. Untuk mengetahui pengertian kehamilan
3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya anemia pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui bagaimana taksiran berat badan janin
5. Untuk memahami Bagaimana cara mengatasi anemia pada ibu hamil
6. Untuk mengetahui Apa patofisiologi anemia pada ibu hamil
7. Untuk memahami Bagaiamana pemeriksaan penunjang laboratorium pada
kehamilan
8. Untuk mengetahui Apa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi
oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim
terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila
hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau
kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi
(Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya
adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-
lain

B. Kehamilan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa
persyaratan mutlak, antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan
rongga rahim yang normal, saluran telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan
tidak buntu), indung telur (ovarium) normal , serta pertemuan sel sperma dan
sel telur (ovum) pada saat yang tepat (masa subur) (Prasetyadi, Frans.O.H,
2012 : 19).
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan yaitu saat sel sperma
dan sel telur bertemu. Proses ini adalah salah satu proses biologis yang sangat
penting, diawali dengan pelepasan sel telur (ovulasi) oleh indung telur pada
puncak masa subur. Pembuahan dapat terjadi dalam waktu beberapa jam
setelah ovulasi, proses ini terjadi di saluran telur
(Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 20).

3
Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila
kehamilan masih berumur 0-12 minggu. Trimester kedua, apabila umur
kehamilan lebih dari 12-28 minggu, serta trimester ketiga apabila umur
kehamilan lebih dari 28-40 minggu (Siswosuharjo, Suwignyo, dkk, 2010 : 43).

C. Anemia Pada Ibu Hamil


1. Definisi Anemia Pada ibu Hamil
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30). Anemia merupakan suatu
keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel
darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, dkk,
2007 : 30).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari
11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh  terhadap
keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono,
Hermawan, dkk, 2009 : 101). Penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan
pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan,
jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih
mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011 :
129). Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam
tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101). Klasifikasi anemia dalam
kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
a. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
1) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60
mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
2) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit

4
saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro,
2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan
cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
 Hb 11 gr% : Tidak anemia
 Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
 Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
 Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai
800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan
untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu
hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan
dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan
untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik,
jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1. Asam folik 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan

5
pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-
organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas
dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.
2. Tanda dan gejala anemia pada Ibu Hamil
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil berdasarkan kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a. Normal > 11gr%
b. Ringan 8-11gr%
c. Berat <8gr%
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah,
pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas
normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
Menurut Proverawati (2011) banyak gejala anemia selama
kehamilan, meliputi:
1) Merasa lelah atau lemah
2) Kulit pucat progresif
3) Denyut jantung cepat
4) Sesak napas
5) Konsentrasi terganggu
3. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum
adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor
kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak, perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan
zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen

6
pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”. Anemia gizi
besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi
kebutuhan.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
4. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% pada trimester
II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9, menurun sedikit
menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, Ai
Yeyeh, dkk, 2010 : 115).
5. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi Anemia Dalam kehamilan menurut Tarwoto,dkk, (2007 :
42-56) adalah sebagai berikut:
a. Anemia Defesiensi Besi
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia,
yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam
folat.
c. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel
yang mengakibatkan anemia.
d. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis
dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.
e. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran
limpa akibat molekul Hb.
6. Diagnosis Anemia pada kehamilan
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli,
yaitu membandingkan secara visual warna darah dengan alat standar.
a. Alat dan bahan
1) Lancet/jarum penusuk
2) Kapas alkohol dalam tempatnya
3) Bengkok
4) Kapas kering

7
5) Hb meter
6) Alat pengaduk
7) Aquadest
8) HCl 0,1 n
b. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang dilakukan
2) Cuci tangan
3) Berikan HCl 0,1 n pada tabung Hb meter sebanyak 5 tetes
4) Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan
penusukan pada kapiler di jari tangan atau tungkai
5) Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer
seperti jari tangan.
6) Setelah darah keluar, usap dengan kapas kering
7) Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang
ditentukan
8) Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan
aquadest hingga warna sesuai dengan pembanding Hb meter
9) Baca hasil tunggu 5 menit dengan g % ml darah
10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan (Hidayat, A.Azis, dkk,
2005 : 269-271)
Setelah dilakukan pengukuran Hb menggunakan Hb Sahli,
WHO  menetapkan 3 kategori anemia pada ibu hamil  yaitu:
a) Normal > 11 gr%
b) Ringan 8-11 gr%
c) Berat < 8 gr% (Rukiyah, Ai Yeyeh, 2010 : 114)        

Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut:


a. Ringan sekali         : Hb 11g/dl-batas normal
b. Ringan                   : Hb 8g/dl-<11g/dl
c. Sedang                  : Hb 5g/dl-<8g/dl
d. Berat                     : < 5g/dl (Tarwoto, dkk, 2007 : 31)
7. Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil
Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu
hamil adalah sebagai berikut. Tabel 2.1
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil
Menurut WHO

8
Hb Anemia Kurang
Jenis Kelamin Hb Normal
Dari (gr/dl)

13.5-18.5
Lahir (aterm) 13.5

Perempuan dewasa tidak


12.0-15.0 12.0
hamil

Perempuan dewasa hamil:

Trimester Pertama : 0-12


11.0-14.0 11.0
minggu

Trimester Kedua : 13-28


10.5-14.5 10.5
minggu

Trimester ketiga : 29
11.0-14.0 11.0
aterm

(Tarwoto, 2007:64)

8. Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan


Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama
kehamilan jika:
a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
b. Hamil dengan lebih dari satu anak
c. Sering mual dan muntah
d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi
e. Hamil saat masih remaja
f. Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)
(Proverawati, Atikah, 2011 : 134)
9. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena
pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.

9
Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada
kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus),
gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada
masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah)
dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian
perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115).
10. Pencegahan Anemia Kehamilan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya
anemia jika sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi
(seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat
membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan
tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami
anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil
suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan
pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati, Atikah,
2011 : 137).
11. Pengobatan Anemia Kehamilan
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang
sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga
perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu)
tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet
setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah
darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah
melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah
biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup
parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).
12. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematurs.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena
sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil,
anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

10
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat,persalinan
lama,perdarahan pasca-melahirkan hingga kemungkinan bayi lahir dengan
cacat bawaan.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada
masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan
intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar
scor rendah, gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan trimester III,
anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante
partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum
sampai kematian, gestosisdan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi
kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer A. dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi (Smith
etal., 2012).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan
hiskekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala IV dapat
terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas:
Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,
mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007) menunjukkan
bahwa faktor risiko anema ibu hamil <11 gr% mempunyai hubungan yang
bermakna dengan kejadian partus lama. Ibu yang mengalami kejadian
anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna secara
statistik. Ini diduga karena terjadi ketidak seragaman pengambilan kadar
Hb dan pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada trimester 1
dan bisa saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang anemia bisa
mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang mengakibatkan partus
lama. Kavle et al, (2008) pada penelitianya menyatakan bahwa perdarahan
pada ibu setelah melahirka berhubungan dengan anemia pada
kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih banyak pada anemia berat
dan kehilangan meningkat sedikit pada wanita anemia ringan
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

11
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena
terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume
darah 50% meningka dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit yang
menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan
ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta
dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan.
Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar
38,85% ,merupaka penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya
yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam
rahim (hipoksiaintrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu
27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal
dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan
sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan
penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09%
(Depkes, 2008).
Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan
ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar
bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan
zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang
dikandungnya.

D. Taksiran Berat Badan Janin


1. Pengertian Janin
Masa Embrional, meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia
kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang dibuahi mengadakan pembelahan
menjadi organ-organ yang hampir lengkap sampai terbentuk struktur yang
akan berkembang menjadi bentuk manusia. Misalnya sistem sirkulasi,
berlanjut terus sampai minggu ke-12. Masa fetal meliputi masa
pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan minggu ke 8-12 sampai
dengan minggu ke-40 (pada kehamilan normal/aterm), ketika organisme
yang telah memiliki struktur lengkap tersebut mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan
untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 :
38).Pengertian janin yaitu hasil dari konsepsi yang terjadi antara sel
sperma dan sel telur yang tumbuh dan berkembang dalam rahim seorang

12
wanita yang dimulai dari usia 0 s/d 36-40 minggu (Prasetyadi,
Frans.O.H, 2012 : 40).
Pertumbuhan dan perkembangan janin  dalam rahim sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Jika  ibu  mengalami anemia selama
kehamilan maka berisiko untuk memiliki bayi lahir prematur atau berat
badan bayi lahir rendah (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 38).
Pada bayi baru lahir, yang dikatakan berat badan normal yaitu
sekitar 2500-3500 gram apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500
gram maka dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (Hidayat,
A.Azis, 2008 : 69).
Salah satu penyebab dari BBLR adalah anemia pada ibu hamil
karena kekurangan zat besi. Kebutuhan zat besi sekitar sekitar 1000 mg
selama hamil atau naik sekitar 200-300%. Perkiraan besarnya zat besi
yang perlu ditimbun selama hamil 1.040 mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat
besi tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah
dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan zat besi pada trimester
pertama relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0.8 mg per hari, tetapi pada
trimester dua dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari
(Tarwoto, dkk, 2007 : 65).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pada Janin
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan
janin adalah:
a. Gizi Ibu
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin.
Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh positif, sedangkan bila
kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak jelas
pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang
dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi yang
berlebihan mengakibatkan bayi terlalu panjang dan terlalu besar. Bayi
yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses
kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya pendek, kecil,
dan kondisi kesehatannya kurang baik.
b. Aktifitas Fisik
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktifitas fisik, Tetapi
terbatas pada aktifitas ringan. Aktifitas fisik yang berat bisa
menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila dilakukan pada
bulan-bulan awal kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa
mengakibatkan kelelahan, misalnya Ibu hamil yang bekerja terlalu

13
berat disebabkan karena terlalu banyak aktifitas yang cukup menyita
energi dan konsentrasi, besarnya janin akan menyusut atau
berkembangnnya tidak baik. kelelahan dapat menurunkan nafsu
makan. Jika nafsu makan menurun, maka pasokan nutrisi bagi janin
dapat terganggu. Perkembangan dan pertumbuhan bayi yang ada dalam
kandugan bisa terganggu dan tidak bisa berkembang sempurna.
c. Penyakit yang di Derita Ibu
Penyakit yang diderita ibu pada saat hamil bisa berakibat negatif
kepada janin yang dikandung. Akibat negatif yang bisa ditimbulkan
adalah kematian pada saat di dalam kandungan atau terbentuknya
organ-organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.
Penyakit ibu yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin di dalam kandungan antara lain : kolera, malaria,
anemia dan lain-lain.(http://rosy46nelli. wordpress.com/2009/11/06/
faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-janin-dan-individu/)
3. Penentuan Taksiran Berat Badan Janin Berdasarkan Tinggi Fundus
Uteri (TFU)
Pada setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemeriksaan
menyeluruh. Apabila hasil wawancara atau temuan fisik mencurigakan,
dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu pemantauan kehamilan
yang dilakukan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Pengukuran TFU
dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi misalnya
pada ibu hamil dengan anemia. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting dalam pemeriksaan
kehamilan (Koesno, Harni, 2006).
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi
fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain
simpisis pubis, umbilikus dan prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan
dengan atau tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya
pemeriksaan tersebut hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya
bervariasi (Kusmiyati,Yuni, dkk, 2008 : 51).
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus uteri, lebih
disarankan menggunakan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi
atas simpisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat
diandalkan. Diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan pita
ukur memberikan hasil yang lebih konsisten antar-individu. Juga telah
dibuktikan bahwa teknik ini sangat berguna dinegara berkembang sebagai
alat tapis awal dan dapat dilakukan oleh para dokter dan bidan dengan
efisiensi yang setara (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 51).

14
Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang digunakan hendaknya
terbuat dari bahan yang bisa mengendur (seperti yang digunakan para
penjahit). Kandung kemih hendaknya kosong. Pengukuran dilakukan
dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi atas simfisis pubis
dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel pada dinding abdomen
diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri. Ukuran ini biasanya sesuai
dengan umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 28 minggu
(Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 51).
Berdasarkan Rumus Johnson – Toshack, untuk menghitung Taksiran
berat badan janin melalui pengukuran tinggi fundus adalah sebagai
berikut:
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin) = (Tinggi Fundus Uteri (cm) –
N ) x 155 gram.

Keterangan :

N= 13 bila kepala belum memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)

N= 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika

N= 11 bila kepala sudah melewati Pintu Atas Panggul (PAP)

Misalnya tinggi fundus uteri ibu 28 cm, sementara kepala janin


masih belum memasuki PAP. Maka perhitungannya adalah (28-
13)x155=2325 gram. Jadi taksiran berat badan janin yang didapat adalah
2325 gram (http://www.scribd.com/doc/55725594/Rumus-Johnson)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri pada ibu hamil dengan anemia
sangat diperlukan untuk mengetahui berat badan janin sebelum bayi lahir.
Menurut Kristiyanasari kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin . Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas dan kematian
perinatal. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupu mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan Prematur lebih besar.
4. Empat metode pengukuran Tinggi Fundus Uteria
a. Metode I
a. Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran
dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu
kehamilan dihubungkan dengan simpisis pubis wanita, umbilikus
dan ujung jari dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari
pemeriksa sebagai alat ukur. Ketidak akuratan metode ini:

15
1) Wanita bervariasi pada jarak simpisis pubis ke prosesus
xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik.
2) Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan
yang kurus.

Keuntungan :                                             

1) Digunakan jika tidak ada pita pengukur


2) Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas
antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dan
dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi
perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan
ketidaksesuaian dan sebab kelainan tersebut.
b. Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan
dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simpisis pubis dan ujung
yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis
tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm yang
terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama
dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu. Keuntungan
mengukur dengan cara ini adalah lebih akurat dibandingkan pita
pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu
kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom,Mc.Farlin
dan Sitler). Kerugiannya adalah jarang digunakan karena lebih sulit,
lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah
digunakan dibandingkan pita pengukur.
c. Metode III
Menggunakan pita pengukur dimulai dari titik nol pita pengukur
diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik
melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dengan
skala cm.

Keuntungan:

1) Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah


digunakan.
2) Cukup akurat
d. Metoda IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya
berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis
pubis digaris abdominal, tangan yang lain diletakkan didasar fundus,
pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah,

16
pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur.
Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh
puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ketitik yang ditahan oleh
jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus.
Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung
secara matematika sebagai berikut:
1) Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan
umbilikus, tambahan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah
total centimeternya  diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan
2) Sesudah fundus mencapai tinggi yang sama dengan umbilikus,
tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total
centimeternya yang diukur diperkirakan sama dengan jumlah
minggu kehamilan. (http://www. bascommetro.com/2010/04/
pengukuran-tinggi-fundus-uteri.html)
5. Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David
Hull Derek I. Johnston.
Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David
Hull Derek I. Johnston:
Berat badan lahir yang digambarkan pada grafik pertumbuhan berat
badan terhadap usia gestasi membantu kita dalam menentukan kelompok-
kelompok bayi. Bayi dengan berat badan lahir antara garis sentil 10 dan
sentil 90 adalah bayi normal sesuai masa kehamilan. Bayi dengan berat
badan lahir lebih dari sentil 90 adalah bayi besar untuk masa kehamilan.
Dan bayi dengan berat badan lahir lebih kecil dari sentil 10 adalah kecil
untuk masa kehamilan. Kecil untuk masa kehamilan juga mencakup
dismatur. Kita perlu menentukan apakah bayi tergolong besar untuk masa
kehamilan atau kecil untuk masa kehamilan atau prematur atau postmatur,
karena setiap kategori mempunyai masalah sendiri-sendiri yang dapat
diantisipasi dan diobati.
6. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (Lila)
Merupakan penilaian antropometri pada ibu hamil dengan
cara  pengukuran langsung. Pengukuran ini dapat bermanfaat untuk
mengetahui keadaan status gizi ibu hamil serta mendeteksi apakah ibu
hamil menderita KEK (Kurang Energi Kronik). Pengukuran Lila pada ibu
hamil adalah untuk mendeteksi resiko terjadinya kejadian bayi dengan
BBLR. Resiko KEK untuk ibu hamil adalah apabila Lila < 23.5 cm.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan
dibawah ini:

17
a. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Kekurangan
asupan gizi pada tirmester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi
lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat
bayi. Sedangkan kekurangan energi pada trimester I dan II dapat
menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia
kehamilannya.
b. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cendrung meningkat.
c. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Hidayat, A. Azis, 2012 :
278-281).
ABSTRACT: Pendahuluan : Anemia merupakan salah satu penyakit
gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah
gizi utama di Indonesia. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok
rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Kasus
anemia sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi atau
Fe dalam tubuh yang disebabkan pola makan kurang baik. Faktor pola
makan ibu hamil sangat penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
ibu hamil dan janinnya. Tujuan : Mengetahui hubungan pola makan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kerjo Kabupaten Karanganyar. Metode Penelitian : Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 49 dipilih dengan metode
purposive stratified random sampling. Data pola makan diperoleh
dengan menggunakan Kuesioner dan data kadar hemoglobin dengan
metode cyanmethemoglobin. Analisis data dengan korelasi chi-square.
Hasil : Berdasarkan analisis univariat responden yang memiliki
kebiasaan makan utama <3 kali sehari sebanyak 24 (49%) dan
sebanyak 8 (16,33%)) responden mengkonsumsi kurang dari 5 jenis
makanan sehari, sedangkan kadar hemoglobin responden yang

18
menderita anemia sebesar 36,7%, dan yang tidak menderita anemia
sebesar 63,3%. Hasil uji chi-square untuk kebiasaan makan nilai
p=0,002 dan jenis makanan nilai p=0,001 Kesimpulan : Hasil
penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kerjo Kabupaten Karanganyar.

E. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil


1. Makan makanan bernutrisi khusus
Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan
bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat
setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat
besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester
ketiga. Sedangkan peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya
berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung apa kata dokter.
Makanan yang termasuk tinggi zat besi adalah:
a. Daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang.
b. Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak
matang.
c. Telur yang dimasak matang
d. Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung.
e. Kacang polong.
f. Produk susu yang telah dipasteurisasi.
g. Kentang
h. Gandum

Sementara makanan tinggi folat meliputi:


1) Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak
hijau, atau selada.
2) Keluarga jeruk.
3) Alpukat, pepaya, pisang.
4) Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang
kedelai, kacang hijau.
5) Biji bunga matahari (kuaci)
6) Gandum
7) Kuning telur

2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak

19
Anemia pada ibu hamil bisa diatasi dengan mengonsumsi sayur dan
buah tinggi vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol,
tomat, dan paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari
makanan secara lebih efisien.
Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum
suplemen vitamin C, tapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter.
Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak
akan cukup buat ibu hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah
selanjutnya, yaitu…
3. Minum suplemen
Sebagai langkah awal pengobatan, dokter akan menyarankan ibu
hamil untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat
sebagai tambahan vitamin prenatal.
Minum dosis pertama suplemen sebaiknya di pagi hari agar tidak
memperparah sensasi mual muntah karena morning sickness.
Jika harus diminum setelah makan, tunggu satu jam dulu baru telan
vitamin Anda agar tidak merasa mual. Ibu hamil juga bisa minum
suplemen sebelum tidur, karena kemungkinan tidak akan merasa mual
ketika sedang tidur. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan
vitamin.
CDC merekomendasikan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen
besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk
mencegah anemia defisiensi besi.
Sementara untuk suplemen folat, WHO dan Kemenkes RI
merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari sesegera
mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus dilanjutkan
sampai 3 bulan setelah melahirkan.

F. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan

20
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting.

G. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Kehamilan


1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
9. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
12. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
13. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
14. TBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : meningkat (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : menurun (DB)
18. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

21
19. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
22. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).

H. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil


1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan
ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia.
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun,
mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan
paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah
kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya
masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari
keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya
seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur,
paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita
UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi
Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA
yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake
makanan.

22
sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi
lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita
KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya
tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian,
orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk
melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia
karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil,
kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya
penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC)
(Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan
penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam
nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.
Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat,
bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di
derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru
diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi
penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi
lainnya (Bahar, 2006).
penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah
cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan
virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak
menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan
kematian janin 30% (Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi
pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak
kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil
dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk
keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan
anemiayang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak
dijumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan
gizi.Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu

23
hamildengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba,
2010).
Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang
mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah. Penyakit
yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang
akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat
mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau
virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka
prematuritas, BBLR dan angkakematian bayi. Untuk mengenali kejadian
anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu
hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,lidah luka,
nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman.
Daging,hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga
banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya.
Kacang-kacangan,gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah,
dan sereal merupakan bahantanaman yang kaya protein nabati dan kandungan
asam folat atau vitamin B lainnya.Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan
berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang
dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.

B. Saran
Khusus pada ibu hamil trimester 2 dan 3 perlu di perhatikan secara
khusus dalam pemberian Fe dan sebaiknya mengikuti program Keluarga
berencana untuk meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu, guna
mencegah terjadinya anemia yang secara tidak langsung dapat menimbulkan
berbagai komplikasi.
Pada petugas kesehatan, perlu penyampaian khusus pada ibu hamil
bagaimana cara pengolahan makanan yang baik agar zat gizi yang terkandung
dalam makanan tetap terjaga.

25
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, wasnidar, 2007, anemia pada ibu hamil konsep dan


penatalaksanaan, Jakarta, trans info media

Pudiastuti ratna dewi, 2012, asuhan kebidanan pada ibu hamil normal
dan patologi, Yogyakarta, nuha medika

syaifudin, abdul bari.2001. buku panduan pelayanan kesehatan


maternal
dan neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka

Erfandi. “Anemia Pada ibu hamil”

http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/11/18/anemia-pada- ibu-
hamil/ (diakses pada: Kamis, 9 Mei 2013, 20:32)

http://id.wikipedia.org/wiki/anemia

26
27

Anda mungkin juga menyukai