Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan sempurna secara

konsistenmemerlukan koneksi dan kerja sama dengan orang yang berbeda. Dalam

aktivitas publik, masyarakat memiliki keperluanhidupnya yang berbeda-beda,

dimanakebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan bekerja sama. Orang yang

dipisahkan dari makhluk tunggal disebut juga dengan makhluk sosial. Makhluk

ciptaan Allah yang bersahabat tidak dapat memuaskan keperluan mereka sehari-

hari dengan tidak koordinasi dan identifikasi satu sama lain.

Dalam hukum perjanjian, invalid and void (nietig) adalah sebutan untuk

pengaturan yang tidak memenuhi kebutuhan tujuan. Untuk sementara, tidak sah

untuk pengaturan yang tidak melengkapi prasyarat abstrak (pemahaman dan

kemampuan). Berlainan dengan kondisi reversibel, kondisi invalid dan void tidak

membutuhkan ajakan dari para pihak. Jika suatu kesepakatan tidak memenuhi

kebutuhan yang bertujuan, ada pihak yang menggugat, maka hakim yang ditunjuk

wajib ada sebab fungsinya, yang memberi keterangan atas tidak adanya

kesepakatan ataupun komitmen.

Notaris adalah pemegang jabatan penting yang disetujui guna melakukan

perbuatan yang benar dan mempunyai kewenangan yang berbeda-beda seperti

makna pada peraturan berikut atau bergantung pada ketentuan yang berbeda,

seperti disinggung pada ketetapan (Undang-undang) Nomor 2 Tahun 2014 perihal

1
perbaikan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 berkenaan dengan posisi

sebagai Notaris. Pekerjaan Notaris merupakan sesuatu yang amanah, hal ini

mengandung arti bahwa Notaris yang melaksanakan kewajiban di tempat kerja

dapat dapat menjalankan kewajibannya sebagai Notaris dan memiliki komitmen

untuk menjaga kerahasiaan semua yang berhubungan pada surat (akta) yang telah

dibuat. dan semua data ketika membuat surat (akta) harus sesuai pada janji /

jaminan jabatan, selain hukum. Undang-undang memutuskan hal lain,

sebagaimana tertuang pada Pasal 16 ayat (1) huruf f ketetapan (undang-undang)

tentang Jabatan Notaris (UUJN). Dia juga menggarisbawahi bahwa untuk

menjaga kerahasiaan semua yang berkaitan perihal surat menyurat (akta) dan hal

lainnya yakni guna memastikan keperluan semua pertemuan yang berhubungan

pada surat (akta) tersebut. Notaris yang dalam panggilannya benar-benar sebuah

organisasi yang melalui perbuatan membuat alat-alat pembuktian yang tersusun

dan bersifat kredibel atau otentik. Pentingnya pemanggilan Notaris adalah bahwa

Notaris karena hukum diberi kewenangan untuk membuat cara-cara langsung

verifikasi seperti yang tertera dalam akta yang kredibel/otentik adalah sah. Intinya

agar surat yang dimaksud bisa menjadi kesaksian (bukti) yang kuat apabila

sewaktu-waktu ada pertentangan antara pihak atau ada tuntutan dari pihak lain.

Demikianlah kapasitas Akta Notaris yang sangat diperlukan, maka untuk

menjauhi kekurangan suatu Akta, Notaris dikelola dalam Pedoman Peraturan

Jabatan Notaris (PJN) yang kini telah diganti menjadi Undang-Undang Nomor 2

tahun 2014 perihal perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 perihal

Jabatan Notaris.

2
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 10

(sepuluh) tahun jangka waktu yang lama dan Pada tanggal 15 Januari 2014,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang JabatanNotaris ditetapkan. Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris mengalami perubahan

dikarenakan saat ini sama dengan hukum kejadian dan kebutuhan daerah setempat

sehingga perubahan harus dilakukan. Di Undangkannya UUJN disambut baik oleh

para pakar Ilmu Hukum, Ketetapan pada posisi sebagai notaris, dan masyarakat

umum jika semua menggunakan layanan dari Notaris, terutama para individu yang

biasa memanfaatkan penyelenggaraan suatu badan hukum masyarakat. Selaku

pejabat notaris (notariat), pada situasi sebagai yang memegang jabatan Notaris

dan UU Notaris secara keseluruhan saat ini bertambah efektif mendekati

penyusunan yang lebih pasti (positif). Sedari diberlakukannya UUJN, pedoman

mengenai kedudukan dan aturan perihal Notaris hanya diatur pada satu ketetapan.

situasi demikian ini membuat undang-undang lebih produktif dengan harapan

dapat menjunjung tinggi pelaksanaan komitmen menjadi lebih terencana dan ada

jaminan yang sah, untuk mencapai sasaran undang-undang yang sebenarnya.

Kewenangan Notaris dalam Pasal 15 UUJN dengan panggilannya sebagai

pencipta akta yang kredibel disertai dengan kemajuan yang cepat dari kebutuhan

daerah telah memperluas kekuatan dan kerumitan hukum yang membutuhkan

ketertiban,kepastian dan perlindungan hukum yang memiliki substansi kebenaran

dan keadilan. Mengetahui prasyarat legitimasi dan penjelasan di balik pencabutan

akta Notaris, maka penting untuk mencegah adanya kecacatan yuridis dalam akta

3
Notaris yang dapat menyebabkanhilangnya keaslian dan pencabutan akta Notaris

atau batalnya akta, seperti halnya dengan bekerja sama dengan masing-masing

Notaris dalam perbuatan Notaris berdasarkan ketetapan tentang posisi selaku

Notaris dan pedoman sah lain yang relevan.

Dalam melaksanakanwewenang dari seorang Notaris dan membuat akta

resmi patutnya berdasar pengaturan pada UUJN, jika tidak salah satu komponen

tersebut tidak terpenuhi, sehingga surat (Akta Notaris) tersebut akan menjadi

suatu kebatalan dan pernyataan batal (pembatalan). Hal ini memperlihatkan tugas

Notaris dalam menjalankan kekuasaan dan komitmennya. Sejujurnya, jelas ada

Notaris yang sengaja melakukan tindakan yang salah. Praktisnya, banyak Notaris

telah melakukan inkonsistensi atau blunder dalam melakukan perbuatan membuat

akta Notaris , baik karena sifatnya yang menipu dari Notaris itu sendiri maupun

karena adanya penghadap. Misalnya dalam tindakan Notaris dan sering dilakukan

oleh Pejabat Legalyangpernyataan berisi pernyataan atau penjelasan dari seorang

Notaris yang menyatakan atau menggambarkan kegiatan tertentu yang sah dari

para pihak untuk kepentingan tertentu. Perbuatan itu dilakukan di hadapan Notaris

dan ditandai dengan tanda tangan, diikat dengan stempel. terlebih lagi stempel

Notaris yang penting.

Mengingat penggambaran penjelasan diatas, penulis perlu merenungkan dan

juga menganalisa pembongkaran dan pencabutan akta-akta didasarkan undang-

undang yang mengatur Jabatan Notaris dan Akta Otentik, khususnya ketetapan

Nomor 2 Tahun 2014 perihal perbaikan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004. mengenai Jabatan Notaris. Sehingga dalam hal ini selaku pembuat tulisan

4
bertujuan melakukan penelaahan ketetapan hukum dengan judul

“PERTANGGUNG JAWABAN SEORANG.NOTARIS TERHADAP

KEBATALAN DAN PEMBATALAN AKTA NOTARIS DALAM

PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2014 .TENTANG

PERUBAHAN. ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN. 2004

TENTANG. JABATAN.NOTARIS ”.

B. Rumusan Masalah

Bahwa dari latar belakang tersebut dapat dibatasi permasalahannya dengan

rumusan permasalahan dalam penelitian. ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana. tanggung jawab Notaris terhadap kebatalan dan pembatalan akta

Notaris berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan

atas Undang- Undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris.?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum pada Notaris terhadap kebatalan dan

pembatalan Akta Notaris ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan untuk penulisan skripsi ini sehingga

tercapainya Tujuan objektif dan tujuan secara subyektif dari penulisan hukum ini.

Tujuan Objektifnya sebagai berikut:

a. Untuk. Mengetahui.Tanggung Jawab Notaris terhadap kebatalan. dan

pembatalan. akta Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris.

5
b. Untuk mengetahui Perlindungan hukum pada Notaris terhadap

kebatalan.dan pembatalan.akta Notaris.

Dan tujuan subjektif merupakan tujuan penulisan yang dilihat dari tujuan

pribadi penulis. Tujuan subjektif penulisan antara lain :

a. Untuk menambah wawasandan memperluas wawasan serta menambah

pengetahuan penulis dalam menganalisa masalah di bidang hukum

perdata, khususnya dalam lingkup hukum perjanjian dan Jabatan

Notaris.

b. Untuk memenuhi syarat-syarat akademis guna memperoleh gelar

sarjana di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Batanghari Jambi.

c. Untuk menerapkan ilmu hukum dan teori-teori hukum yang telah

penulis peroleh sehingga dapat memberikan manfaat bagi penulis

sendiri serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum.

D. Manfaat Penelitian

Penulis meyakini bahwa kegiatan eksplorasi dalam penulisan hukum ini

bermanfaat bagi jurnalis dan orang lain. Keuntungan yang didapat dari penelitian

hukum antara lain:

1. Keuntungan Hipotesis

Keunggulan hipotetis adalah keunggulan penyusunan hukumyang diidentikkan

dengan kemajuan dibidang ilmu hukum. Keuntungan hipotetis dari makalah ini

adalah sebagai berikut:

6
a. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kemajuan informasi

di bidang Common Law apabila semua hal tersebut telah dilaksanakan,

khususnya yang berkaitan dengan hukum kontrak dan jabatan notaris.

b. Konsekuensi dari pemeriksaan ini diperlukan adanya penambahan referensi

dan tulisan di bidang Common Law dalam kebatalan dan pembatalan akta

Notaris.

c. Konsekuensi dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai semacam

perspektif dan data bagi individu yang membutuhkan.

2. Keuntungan Praktis

Keuntungan praktis merupakan keuntungan yang wajar artinya adalah

keuntungan menyusun hukum ini yang diidentikkan dengan pemikiran kritis.

Keuntungan fungsional dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan jawaban atas

permasalahan yang direnungkan dan dapat memberikan pemikiran kepada

individu yang membutuhkan informasi yang diidentifikasi dengan

penelitian ini.

b. Menjadi metode bagi pengarang untuk menciptakan pemikiran dan

menyusun pandangan yang logis, sama seperti untuk menemukan

kemampuan pengarang dalam mengaplikasikan informasi yang halal yang

diperolehnya.

E. Kerangka Teori

Melakukan penelitian membutuhkan landasan/premis hipotetis, premis

hipotetis adalah sistem pemikiran atau poin penilaian, hipotesis, standar, atau

7
gagasan terkait yang digunakan untuk berbicara tentang suatu kasus atau

masalah.Untuk melihat masalah yang sah, percakapan penting ada di apakah itu

diuji dengan menggunakan hipotesis - hipotesis yang sah. Ide yang sah, standar

yang sah. Hipotesis yang sah dapat digunakan untuk membedah dan

mengklarifikasi ide-ide dan ide-ide yuridis yang sah, yang berkaitan dengan

mencatat masalah-masalah yang muncul dalam penelitian yang sah.

Teori berasal dari theoria organisasi yang disesuaikan dimana dalam

bahasa Latin artinya perenungan, sedangkan dalam bahasa Yunani berasal dari

struktur individual thea yang artinya cara atau hasil pandang. Cara atau hasil

pandang ini merupakan suatu bentuk kontruksi di alam ide imajinatif manusia

tentang realitas-realitas yang ia jumpai dalam pengalaman hidupnya. Maka

dapatlah dikatakan kalau teori adalah menyampaikan bagian atau variabel, dengan

maksud menjelasan fenomena alamiah1.

Teori memberikan pendekatan kepada kita untuk mengambil keputusan

untuk menutup dan mengerti akan masalah dengan lebih baik, dan memberikan

klarifikasi dengan memilah-milah dan mengatur masalah yang diperiksa.

Kapasitas teori adalah untuk menyusun penemuan, membuat beberapa

pertimbangan, dan menyajikannya sebagai klarifikasi dan pertanyaan. Jadi

teoridapat digunakan untuk mengklarifikasi realitas dan kejadian sah yang terjadi.

Dengan cara ini, individu dapat menempatkan kapasitas sebagai pedoman untuk

Salim, HS, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
h.54

8
menyelidiki percakapan tentang peristiwa atau realitas sah yang diangkat dalam

suatu masalah.

1. Teori Tanggung Jawab

Teori tanggung jawab adalah teori meruntuhkan kewajiban subjek atau

penghibur yang sah yang telah melakukan demonstrasi terlarang atau demonstrasi

kriminal untuk menanggung biaya atau kemalangan atau melakukan pelanggaran

karena kesalahan mereka atau karena kecerobohan mereka.

Menurut Hans Kelsen dalam teori tentang tanggung jawab hukum

menyatakan bahwa : seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek bearti

dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.

Menurut Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab

terdiri dari.

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab

terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri.

b. Pertanggung jawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung

jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain.

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang

individu bertanggung jawab pelanggaran yang dilakukannya karena

sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian.

9
d. Pertanggung jawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak

sengaja dan tidak diperkirakan.2

2. Teori Kewenangan

Dalam menjalankan kapasitas pemerintahan, kekuatan dan kewenangan

adalah hal yang penting, dalam rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

“kewenangan” berarti keistimewaan dan kemampuan untuk bertindak,

kewenangan, kemampuan untuk memutuskan, mengurus dan mendelegasikan

tugas kepada orang lain.3

Istilah wewenang digunakan sebagai sesuatu. Istilah ini sering

disalahartikan sebagai istilah wewenang. Wewenangsering disamakan dengan

ungkapan "bevoegheid" dalam bahasa hukum Belanda. Dalam peraturan

perundang-undangan Belanda penulisan topik kekuasaan merupakan bagiandari

hukum manajerial, dengan alasan objek hukum yang berwibawa adalah

kewenangan badan publik (bestuurbevoegdheid). Jika Anda perhatikan dengan

cermat, ada beberapa perbedaan antara istilah wewenang dan istilah bevoegheid.

Perbedaannya terdapat pada karakternya yang sesuai hukum. Istilah

bevoegheiddipakai dalam gagasan hukum publik seperti dalam gagasan hukum

privat. Terlebih lagi, dalam hukum kita istilah wewenang harus digunakan dalam
2

Ibid, h. 83

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, Balai


Pustaka, Jakarta, h. 1011.

10
gagasan hukum publik. Wewenang pada umumnya dicirikan sebagai kemampuan

untuk menyelesaikan semua kegiatan yang sah dan terbuka. Secara teoritis, hal

berwenang tersebut bersumber pada ketetapan yang diperoleh dengan 3 (tiga)

proses berikut adalah :

a. Hal berwenang atribusi

perbuatan memberi.kewenangan pemerintahan oleh yang menjadikan

peraturan / ketetapan kepada organ pemerintahan.

b. Hal berwenang delegasi

Dalam pelaksanaan delegasi terjadilah pemindahan tanggung jawab yang

sudah ada oleh badan atau jabatan tata usaha Negara yang telah

memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau

jabatan tata usaha Negara lainnya.

c. Kewenangan Mandat

Pemberian wewenang oleh organ pemerintahan kepada organ lain untuk

mengambil keputusan atas namanya. Dari ketiga sumber kewenangan

diatas dalam pembahasan tesis ini menggunakan kewenangan delegasi

dimana terjadinya suatu pelimpahan wewenang oleh pemerintah secara

atributif kepada badan atau Jabatan Tata Usaha Negara Lainnya.

komponen pengaruh merupakan penggunaan wewenang dimaksud untuk

mengendalikan.

Dalam tulisan ini, konsep wewenang hanya di batasi pada wewenang

pemerintahan (bestuurbevoegdheid). Ruang lingkup wewenang pemerintahan,

tidak hanya meliputi wewenang untuk membuat keputusan pemerintahan

11
(besluit), tetapi juga semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya.

Kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam menjalankan roda

pemerintahan, dimana didalam kewenangan mengandung hak dan kewajiban

dalam suatu hubungan hukum public.

3. Teori Kepastian Hukum

Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang Notaris harus berpedoman

pada pedoman yang sah secara normatif yang mengidentifikasikan dengan segala

gerak yang akan dilakukan dan selanjutnya dituangkan dalam suatu akta.

Bertindak berdasarkan asas hukum materiil akan memberikan kepada persekutuan

bahwa akta yang dibuat sebelumnya atau oleh Notaris telah sesuai dengan standar

hukum yang berlaku, sehingga apabila terjadi suatu permasalahan maka Akta

Notaris tersebut dapat dimanfaatkan sebagai suatu peraturan oleh perkumpulan

tersebut.

Teori kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu:

a. Adanya aturan yang bersifat umum yang membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan;

b. Kepastian hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena

dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum maka individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara

terhadap individu.4

Habib Adjie, 2008, Hukum notaris di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU


Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, h. 37.

12
Kepastian hukum adalah penyelidikan harus ditangani secara normatif, bukan

secara sosiologis, standarisasi keyakinan hukum adalah standar yang dibuat dan

diproklamasikan dengan kepastian untuk mengontrol dengan konsisten. Jelas

karena di dalamnya tidak menimbulkan pertanyaan dan cerdas karena di dalamnya

berubah menjadi kerangka kerja standar dengan standar yang berbeda sehingga

tidak bertentangan atau tidak membuat perselisihan tentang standar.

Untuk keadaan ini Notaris merupakan pejabat umum yang disetujui untuk

membuat akta yang otentik yang mempunyai bukti kekuatan ideal, maka Akta

resmi yang sah harus dibuat dalam struktur yang disahkan oleh Undang-Undang,

ini adalah salah satu karakter Notaris. Dalam hal Akta Notaris telah memenuhi

pengaturan yang ada, maka Akta Notaris memberikan kepastian dan jaminan yang

sah atas hukum yang berlaku dan sehubungan dengan kesepahaman yang dibuat.

Dengan kepatuhannya, Notarismelakukan sebagian dari kekuatan Negara

di bidang common lawatau hukum perdata untuk melayani kepentingan

masyarakat yang membutuhkan pembuktian sebagai perbuatan sah yang memiliki

kepastian hukum yang ideal jika terjadi suatu persoalan.5

F. Kerangka Konseptional

Penelitian ilmiah harus didasarkan pada ide sebagai dasar dan

menganalisis pembahasan yang diteliti.konsep sebenarnya adalah ringkasan cerita

Ibid, hal.42

13
dari suatu pandangan, yang disebut definisi operasional. Dalam struktur yang

masuk akal, beberapa sistem pemikiran dikomunikasikan sebagai alasan

penelitian.

konsep yang akan digunakan dalam investigasi ini sebagai berikut:

1. Tanggung jawab

Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan kata tanggung jawab

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh

dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya): pemogokan itu menjadi --

pemimpin serikat buruh;  Huk fungsimenerima pembebanan, sebagai akibat sikap

pihak sendiri atau pihak lain;

pertanggungjawaban perbuatan(hal dan sebagainya) bertanggung jawab;  sesuatu

yang dipertanggungjawabkan.6

2. Kebatalan dan Pembatalan

Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan berbagai arti kata “batal”.

Diantaranya ialah bermakna tidak berlaku atau tidak sah. Seperti dalam kalimat:

“perjanjian itu dinyatakan batal”. Membatalkan artinya menyatakan batal , seperti

dalam kalimat “mereka membatalkan perjanjian yang pernah disetujui bersama.

Oleh karena itu, pembatalan adalah proses, cara, perbuatan, membatalkan. 7

https://kbbi.web.id/batal

https://kbbi.web.id/batal

14
Perbedaan antara kebatalan dan pembatalan terletak pada ada atau

tidaknya permintaan suatu pihak. Menurur Wiirjono Prodjodikoro, dari berbagai

pasal dalam BW, terdapat dua jenis batal: pembatalan mutlak (absolute nietigheid)

dan pembatalan tak mutlak (relatief). Yang pertama, perjanjian harus dianggap

batal sejak semula dan terhadap siapapun juga meskipun tidak diminta oleh suatu

pihak, sedangkan yang kedua, pembatalan terjadi bila diminta oleh orang-orang

tertentu dan hanya berlaku terhadap orang tertentu8.

3. Akta Notaris

Menurut Subekti, yang dimaksud dengan akta adalah:”suatu tulisan yang

memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan

ditandatangani”.

Dalam Pasal 165 H.I.R bahwa Akta Otentik adalah :

“Akta Otentik, yaitu suatu surat yang diperbuat oleh atau dihadapan pegawai

umum yang berkuasa akan membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi

kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang mendapatkan hak

daripadanya, yaitu tentang segala hal yang disebut didalam surat itu dan juga

tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan sahaja, tetapiyang

tersebut kemudian itu hanya sekedar yang diberitahukan itu langsung berhubung

dalam pokok akta itu’.

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Tentang Jabatan

Notaris . Pengertian Akta Notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah akta

Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-Azas


Hukum Perjanjian, Cet. VIII, Bandung, Mandar Maju, h. 196

15
autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara

yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

Akta Notaris merupakan suatu akta otentik, dimana akta otentik adalah

akta yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu

hak atau perikatan, yang dibuat sejak semua dengan sengaja untuk pembuktian.9

Pengertian akta otentik dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yang

menyebutkan bahwa suatu akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

3. Kota Jambi

Pengertian dari Kota Jambi adalah, “ kota di Indonesia sekaligus merupakan


Ibu Kota Provinsi Jambi, Indonesia. Kota Jambi dibelah oleh sungai yang
bernama Batanghari, kedua kawasan tersebut terhubung oleh jembatan yang
bernama jembatan Aur Duri. Kota Jambi memiliki luas sekitar 205,38 km² dengan
penduduknya berjumlah 604.378 jiwa di tahun 2019” 10

4.Perspektif

Pengertian Perspektif menurut Martono adalah, “cara pandang terhadap


suatu masalah yang terjadi, atau sudut pandang tertentu yang digunakan dalam
melihat suatu fenomena”.

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, edisi Ke empat, Liberty, Yogyakarta,
h. 121.

10

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi.Hala
man ini terakhir diubah pada 3 Oktober 2020, pukul 11.56.

16
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Pengertian “Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris merupakan

hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur ketahanan yang

lainnya yang menitik fokuskan tentang Jabatan Notaris . Dahulunya Sebelum

disahkanya, undang-undang disebut sebagai rancangan Undang-Undang.Yang

berfungsisebagai wewenang , untuk mengatur, untuk menyediakan (dana),untuk

menganjurkan untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan,

atau untuk membatasi sesuatu.” 11

G. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah interaksi sebagai pedoman yang sah, standar

yang sah, dan ajaran yang sah untuk mengatasi masalah yang sah dalam

jangkauan. Yang dimaksud penelitian hukum yang sah adalah siklus menemukan

pedoman yang sah, standar yang sah, dan peraturan yang sah untuk menangani

masalah yang sah secara hukum. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam

penulisanya penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian, antara

lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum yang sah

secara hukum yaitu Normatif. Penelitian hukum normatif yang mengatur pada

11

https://kbbi.web.id/undang-2

17
dasarnya memandang hukum yang dikonseptualisasikan sebagai standar atau

putusan yang berlaku di mata publik, dan menjadi acuan bagi tingkah laku setiap

orang. Hukum pengaturan adalah penelitian yang sah menurut hukum yang

diselesaikan dengan menganalisis bahan pustaka atau informasi tambahan.

Pengaturan penelitian hukum yang memeriksa dan menganalisis bahan pustaka,

atau informasi tambahan, kemudian mengatur penelitian yang sah juga disebut

penelitian hukum tertulis, eksplorasi hukum teoritis atau dogmatis. Oleh karena

itu materi yang dikonsentrasikan dalam mengatur pemeriksaan halal adalah bahan

pustaka atau informasi pilihan12.

1. Sifat Penelitian

Gagasan tentang pengujian yang sah jelas sesuai dengan gagasan ilmu

hukum. Ilmu hukum memiliki merek dagang sebagai ilmu preskriptif. Ini

menyiratkan bahwa sebagai ilmu preskriptif, hukum meneliti tujuan hukum,

gagasan yang sah, standar yang sah, standar yang sah, keabsahan pedoman yang

sah dan kualitas keadilan. Sebagai ilmu terapan, hukum memutuskan teknik

standar, pengaturan, aturan untuk melaksanakan pedoman yang sah. Dalam

pemeriksaan ini, Penulis akan memberikan klarifikasi sekaligus memberikan

saran atas jawaban atas permasalahan yang sedang dikontemplasikan, khususnya

yang berkaitan dengan pencabutan dan pembatalan akta Notaris dalam pandangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

12

H.Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
(Bandung:Alfabeta,2017), hal 10-11

18
2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum ada beberapa pendekatan. Dengan memakai

pendekatan tersebut, penelitian akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang coba dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang

digunakan dalam penelitian hukum diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan kasus ( case approach )

b. Pendekatan perundang-undangan ( statute approach )

c. Pendekatan historis ( historical approach )

d. Pendekatan perbandingan ( comparative approach )

e. Pendekatan konseptual ( conceptual approach )13

Dalam pendekatan ini penulis menggunakan pendekatan Undang- Undang

(Statute Approach). Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah

semua hukum yang sedang ditangani. Dalam metode pendekatan perundang-

undangan perlu memahami hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-

undangan.

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-

sumber penelitian yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang

artinya mempunyai wewenang . Bahan-bahan hukum primer terdiri dari

13

Ibid, hal.68-69

19
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan sekunder

berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-

dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal -jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang bersifat

autiritatif artinya mempunyai wewenang yang terdiri dari perundang-

undangan, catatan resmi atau risalah dalam perbuatan perundang-

undangan dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer dalam

penelitian hukum ini adalah : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris .

b. Bahan hukum sekunder, berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,

dan artikel serta bahan dari media internet dan sumber lainnya yang

memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini. Dalam hal ini

penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa jurnal-jurnal

hukum dari dalam negeri, hasil-hasil penelitian hukum serta hasil

karya dari kalangan hukum termasuk artikel-artikel hukum di internet.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Sebagai suatu penelitian hukum normatif, pengumpulan bahan hukum

dilakukan dengan teknik studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Penelusuran bahan-bahan

20
hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca, melihat, mendengarkan,

maupun sekarang banyak dilakukan penelusuran bahan hukum tersebut

dengan melalui media internet. Dalam penelitian ini pengambilan data utama

dari studi dokumen atau bahan pustaka. Penulis mengumpulkan, membaca dan

mengkaji dokumen, buku-buku teks, peraturan perundang-undangan, jurnal-

jurnal, artikel-artikel, penelitian terdahulu, dan bahan pustaka lainnya berbentuk

data tertulis yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas untuk

kemudian dikategorikan menurut pengelompokan yang tepat.

6. Teknik Analisa Bahan Hukum

Analisa bahan hukum adalah langkah yang dilakukan penulis untuk

menganalisis berbagai bahan hukum yang telah dikategorisasikan selanjutnya

digunakan untuk menjawab permasalahan atau isu hukum yang diangkat

penulis dalam penulisan ini. Analisa bahan hukum ini digunakan untuk

mengajukan argumentasi hukum untuk mencapai tujuan penelitian hukum,

sehingga diperlukan kegiatan penalaran hukum atau legal reasoning, dan

disinilah letak kekuatan penelitian hukum. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik analisis deduksi. Metode deduksi merupakan metode yang

berpangkal dari pengajuan premis mayor yang kemudian diajukan premis minor,

kemudian dari kedua premis tersebut ditarik suatu kesimpulan atau conclusion.

Dalam hal ini yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum Undang-

Undang, sedangkan premis minor adalah fakta hukumnya yang kemudian dapat

ditarik suatu konklusi atau kesimpulan guna mendapatkan jawaban atas rumusan

masalah.

21
F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk bekerja dengan pemahaman pembahasan dan memberikan garis

besar sistematika penelitian yang sah sesuai dengan prinsip-prinsip dalam

pengujian yang sah, penulis menggambarkannya dalam jenis yang efisien dari

penulisan yang sah yang terdiri dari lima bagian yang menggambarkan setiap

bagian terisolasi menjadi sub-bagian yang diharapkan. untuk bekerja dengan

pemahaman tentang hasil ujian umum. penulis menggabungkan sistematika

penelitian yang sah yaitu sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang:

A. Latar Belakang Masalah,

B. Rumusan Masalah,

C. Tujuan Penelitian,

D. Manfaat Penelitian,

E. Kerangka Teori,

F. Kerangka Konseptual,

G. Metode Penelitian dan

H. Sistematika Penulisan.

BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIS

22
Dalam bab ini penulis memaparkan sejumlah landasan teori dari

para pakar dan doktrin hukum berdasarkan literatur literatur yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian yang diangkat.yaitu :

A. Pengertian Akta Notaris

B. Jenis-Jenis Akta

C. Syarat Akta Notaris sebagai Akta Autentik

D. Pengaturan tentang akta Notaris

BAB III : TINJAUAN UMUM KEBATALAN DAN PEMBATALAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tinjauan Umum Kebatalan dan

Pembatalan yaitu :

A. Pengertian. Kebatalan dan Pembatalan

B. SebabKebatalan dan Pembatalan

C. Asas Praduga Sah Suatu Akta

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan pembahasan dan hasil perolehan

dari penelitian yang ada, maka bab ini penulis akan membahas dua

pokok permasalahan, yaitu :

A. Tanggung Jawab Notaris terhadap kebatalan dan pembatalan akta

Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris

B. Perlindungan Hukum padaNotaris terhadap kebatalan dan

pembatalan Akta Notaris .

23
BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai :

A. kesimpulan dari keseluruhan pembahasan, dan proses penelitian,

B. Saran yang dapat dikemukakan oleh penulis untuk pihak pembaca

yang terkait dengan penulisan hukum ini.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Kebatalan Dan Pembatalan Akta


Notaris Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris

Seorang Notaris yang bersalah harus bertanggung jawab apabila

kesalahan tersebut dapat dibuktikan. menyangkut dengan adanya kesalahan pada

Notaris.,.jadi suatu kata yang dipakaiyaituberoepsfout. Beroepsfout adalah

sebutan khusus yang digunakanpada kesalahan.Adapun kesalahan itu diperbuat

oleh para professional dengan jabatan tertentu dan terpilih, yaitu diantaranya

SeorangDokter,.Seorang.Advokat, dan Seorang.Notaris. Kesalahan tersebut

24
bersifat obyektif yang ditujukan kepada para professional pada saat menjalankan

tugasnya, kewenangan, maupun menjalankan jabatan..

Seseorang mampu bertanggung jawab merupakan keadaan yang

normalpada psikologis, kematangan atau kepintarannya, ada tiga kemampuan

yang dibawa seseorang adalah :

a. Bisa untuk memahami nilai dan akibatnya sendiri,

b. Dapatsegera memahami bahwa perbuatan tersebut tidak diperbolehkan

dalam hal yang dipandang oleh masyarakat;

c. Dapatmemastikan niat dalam melakukan suatu tindakan.

Terlepas dari apakah seseorang dapat memutuskan tujuannya untuk

melakukan langkah yang sah dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang cukup tua,

seperti usia remaja, keadaan individu yang sedang dalam perwalian, atau karena

tekanan yang datang dari luar dirinya, yang berada dalam kondisi dorongan hati

dan sulit untuk melakukan apa pun. Mengenai membuat akta dalam arti verlijden,

menghimpun, meneliti, dan menandainya dalam bentuk tanda tangan suatu akta,

Pejabat Umum yang dimaksud adalah Notaris yang sudah berumur 27 (dua puluh

tujuh) tahunberdasarkan ketentuan hukum yang sedang berjalan saat ini, tidak

dalam perwalian dan tidak dalam kondisi terkendala karena adanya desakan faktor

dari luar, maka klarifikasi dapat dikatakan bahwa Notarismerupakan individu

yang mampu mengemban kewajiban.

Untuk situasi ini, prasyarat yang spesifik bagi Notaris membuat akta yang

secara sah tidak sempurna, dan dianggap salah dalam melengkapi posisinya dapat

diidentifikasikan dengan penyalahgunaan hak dan kekuasaan. Untuk keadaan

25
seperti ini Notaris dianggap telah salah, karena adanya demonstrasi terhadap ahli

pada jabatannya, jabatan tersebut diberikan oleh Undang-Undang tentang Jabatan

notaris, sehingga yang diperiksa bukan tentang kesalahan-kesalahan yang sifatnya

umum terjadi, melainkan sifat keseluruhan sebagaimana diartikan tidak hanya

membahas kesalahan langkah Notaris, namun semua kesalahan pada orang lain.

Adanya kekuasaan atau hal-hal yang ada dalam Pejabat Umum atau

Notaris diatur oleh Undang-Undang, yaitu pada Pasal 15 UUJN. Kewenangan

notarispada membuat akta, khususnya akta yang bersifat otentik, berkenaan

dengan semua kegiatan, pengaturan dan pengaturan yang diperlukan oleh

peraturan pada perundang-undangan dan/atau yang perlu diungkapkan oleh

individu yang diinvestasikan dalam akta yang sah, memastikan kejelasan tanggal,

menyimpan Akta, menyerahkan grosse, duplikat dan pemilihan akta tersebut

selama pembuatan..akta..tersebut..tidak dialokasikan atau ditolak kepada

wewenang yang berbeda atau..orang..lain sebagaimana ditentukan dalam undang-

undang.

KesalahanNotaris dalam hal berbentuk kealpaan. Adanya penyalahgunaan

pada wewenang seorang Notaris mendorong kemungkinan adanya komponen

yang bertujuan dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh hukum, seorang

Notaris secara konsisten mengambil mentalitas berhati-hati atau berhati-hati

dalam mengelola setiap kasus, dengan mempertimbangkan bahwa pejabat umum

memiliki kapasitas yang baik secara hipotetis maupun praktis.

Dalam hal Notaris lalai dalam membuat akta yang mengakibatkan akta

tersebut..cacat..hukum,..maka cenderung dikatakan..telah..terjadi penyimpangan

26
kekuasaan,mengingat..Notaris..yang..bersangkutan..tidak sekedar berpikir. adanya

kepentingan. pada perkumpulan di sekitar kemudian mendesak untuk membuat

Akta Notaris, dan selanjutnya memikirkan kebenaran akta tersebut. Hal Ini di

anggap sah-sah saja, dan aturan yang digunakan secara luas oleh Notarisyang

terpenting adalah klien tersebut sepakat.

Karena suatu kesalahan, semakin terbukti bahwa ada komponen kerugian

yang dialami oleh orang lain, yang diidentifikasikan dengan penciptaan perbuatan

yang tidak sempurna menurut hukum. kerugian yang dialami oleh seseorang

tersebut sepenuhnya terlihat ketika akta dibatalkan sebagai akibat terakhir dari

perbuatan yang cacat menurut hukum.

Tanggung jawab seorang Notaris terhadap kebatalan dan pembatalan Akta

selanjutnya dari perbuatan yang melanggar hukum, artinya adalah tindakan yang

menyebabkan adanya…kerugian dan secara.dogmatis perbuatan..tersebut..tunduk

pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Perbuatan yang..melanggar..hukum di

maksud adalah perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh Notaris ,

sebagai contoh pada peraturan yang ada pada kesusialaan, keyakinan/agama, dan

etika dalam bermasyarakat telah dilanggar. 14

Semenjak dijatuhkan suatu putusan dalam perkara Max Lidenbaum vs

Samuel Cohen pada tahun 1919, ada 4 (Empat) kategori yang disebuttindakan

melanggar hukum yaitu:

1. Terlepas dari komitmen yang sah dari pelakunya;

14

R. Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan


Melanggar Hukum dipandang dari sudut hukum perdata, Mandar Maju, Bandung 2000, hal.6-7

27
2. Menyalahgunakan hak istimewa abstrak orang lain;

3. Menyalahgunakan pedoman moral;

4. Bertentangan dengan standar kesesuaian, ketelitian, dan kewaspadaan

yang harus dimiliki seseorang saat berhubungan dengan orang lain sebangsa atau

milik orang lain.Kategori perbuatan yang melanggar hukum tidak di atur syarat-

syaratnya harus memenuhi dari 4 (empat)syarat itu secara..kumulatif,.namun

jika..terpenuhinya..salah..satu secara alternative, sudah memenuhi syarat untuk

suatu perbuaan melanggar..hukum.

Tindakan Notaris yang membawa dampak suatu akta menjadi cacat hukum

salah satunya pada Wanprestasi Notaris . Yang mana suatu akta..menjadi..cacat

hukumdan dapat di anggap sebagai perbuatan.melawan.hukum, yang dalam hal itu

antara Notaris dengan penghadap atau para pihak yang bersangkutan dalam akta

tidak pernah di temui adanya perjanjian.15

Perjanjian ini menurut Undang-Undang di bagi menjadi 3 (tiga) jenis

yaitu:

1. Perjanjian, untuk melakukan.jasa-jasa. tertentu,

2. Perjanjian, kerja atau. perburuhan,

3. Perjanjian,pemborongan.pekerjaan.

Jika adanya wanprestasi antara Notaris danPenghadap, tentu para pihak

yang menuntut Notaris atas dasar adanya wanprestasi merupakan pihak

15

Sjafurrachman dan Habib AdjieOp Cit,Hal.


187

28
penghadap itu sendiri sebagai pihak yang dirugikan akibat dibatalkannya akta

tersebut. Pendekatan terbaik untuk melihat kerugian dapat dilihat dari saat akta

tersebut dibatalkan, bukan ketika akta tersebut.belum. memperoleh.status batal.

oleh.Hakim.

Dibatalkannya akta Notaris tersebut mengakibatkan.prestasi-prestasi

yang.semulaRtercantum dalam. perjanjian itu di anggap tidak ada, dengan kata

lain perjanjian dalam akta tersebut tidak mempunyai akibat hukum. Apabila

sebelum batalnya akta tersebut telah dilakukan sejumlah prestasi oleh para pihak,

harus dilakukan upaya dalam hal pemulihan pada keadaan yang ada, yaitu

keadaan seperti sebelum adanya suatu perjanjian.

Dengan demikian batalnya akta yang cacat hukum akan memberikan

dampak yang merugikan oleh para pihak. Tidak menutup kemungkinan

munculnya suatu pertanyaan bahwa sejak awal akta itu dibuat berdasarkan

kesepakatan para pihak sendiri, tidak ada tekanan dari luar. Sehingga akhirnya

mengajukan gugatan kepada Notaris .16

Dari beberapa aspek yang merupakan penyebab adanya kebatalan dan

pembatalan terhadap akta Notaris jika di hubungkan dalam ketentuan yang

mengatur Jabatan Notaris ini Pada Pasal 15 dan Pasal 16 UUJN menjelaskan

adanya Kewenangan dan kewajiban Notaris beserta sanksi yang diperoleh jika

aturan tersebut di langgar, Yaitu : Seorang Notaris mempunyai kewenangan

membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, semua perjanjian, dan

16

Ibid, Hal.191

29
penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang

dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta

autentik, dengan menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang

lain yang ditetapkan oleh suatu aturan yaitu undang-undang.

Seorang Notaris jugaberwenang untuk :


a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus,
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan,
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya,
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta,
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau
g. membuat Akta risalah lelang,Notaris mempunyai kewenangan lain yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.

dan pada Pasal 16 UUJN yaitu :


“(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:
a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yangterkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai
bagian dari Protokol Notaris ;
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta
Akta;
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan
Minuta Akta;
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan
sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;

30
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
diterimanya surat berharga;
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan
waktu pembuatan Akta setiap bulan;
j. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau
daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap
akhir bulan;
l. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama,jabatan,
dan tempat kedudukan yang bersangkutan;
m. membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling
sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk
pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu
juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris ; dan
n. menerima magang calon Notaris .

“Jika Notaris tersebutmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a sampai dengan huruf l dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.17”
“Selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11), pelanggaran
terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris . Dan Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf n dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis.”

Adapun Batas dari Pertanggungjawaban Notaris terhadap kebatalan dan

Pembatalan suatu Akta dalam ketentun yang mengatur batas tanggung gugat

Notaris dapat dilihat pada ketentuan Pasal 65 UUJN menentukan bahwa:18


17

Undang-Undang nomor 2 tahun 2014


perubahan atas Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/2TAHUN2014UU.HTM
18

31
“ Notaris , Notaris pengganti, Notaris pengganti khusus dan Pejabat sementara
Notaris bertanggung jawab pada setiap akta yang dibuatnya mekipun protokol
Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan protokol
Notaris .”

Dari pengaturan-pengaturan yang telah disebutkan sebelumnya, sangat

mungkin dapat diuraikan dengan baik, meskipun Notaris telah menyerah atau

mengundurkan diri sebagai Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti khusus

Publik dan pejabat sementara Notaris masih dianggap bertanggung jawab hingga

kematian. dianggap menyelesaikan kewajiban individu dan seumur hidup

sehingga tidak ada batasan waktu untuk bertanggung jawab.

Sanksi sebagai jenis Legal official Responsibilityatau bentuk pertanggung

jawaban terdiri dari beberapa bagian tanggung jawab, menjadi bagian spesifik dari

keperdataan, bagian dari tanggung jawabadministrasi, bagian dari tanggung jawab

pidana.

Pertama, Aspek Tanggung gugat segi Keperdataan, Tanggung gugat

keperdataan merupakan sanksi yang dijatuhkan terhadap kesalahan yang terjadi

karena wanprestasi, atau perbuatan yang melanggar hukum. Sanksi ini berupa

penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan akibat yang akan diterima

Notaris dari gugatan para penghadap apabila akta tersebut hanya mempunyai

pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta yang batal demi hukum.

Suatu akta yang tidak sah dan batal, pada saat itu akta tersebut dianggap

tidak pernah ada atau tidak pernah dibuat, sesuatu yang tidak pernah dibuat tidak

Undang-Undang nomor 2 tahun 2014


perubahan atas Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/2TAHUN2014UU.HTM
Ibid

32
dapat dijadikan alasan untuk suatu perkara seperti gaji, bayaran dan bunga.

Permintaan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga terhadap Notaris tidak

didasarkan pada penilaian atau posisi pembuktian yang telah berubah karena

pelanggaran pengaturan berdasarkan Pasal 84 UUJN namun harus didasarkan

pada hubungan yang sah yang terjadi antara Notaris dan para penghadap.

Dalam Tanggung gugat keperdataan ini bentuk dari sanksi keperdataan

dari perbuatan wanprestasi adalah ganti rugi, yang lazimnya diberikan dalam

bentuk sejumlah uang.akan tetapi memungkinkan juga ganti rugi dalam bentuk

lain yang bukan uang dan memenuhi syaratnya sebagai berikut :

a. ganti ruginya ditentukan oleh penggugat

b. Hakim menganggap ganti ruginya cocok. 19

Kedua, Aspek tanggung jawab Administratif, Selain Tanggung gugat dari segi

keperdataan yang dijatuhkan terhadap Notaris yang telah melakukan pelanggaran

hukum, Notaris dapat juga dijatuhkan sanksi Administratif . Adapun garis besar

pada sanksi Administratif meliputi :

a. Paksaan pemerintah

b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin,

pembayaran, subsidi);

c. Pengenaan denda Administratif ;

19

Sjafurrachman dan Habib Adjie Op Cit, Hal.


197

33
d. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah.20Terdapat korelasi yang sangat kuat

antara Undang-Undang Jabatan Notaris , Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat

Akta Tanah dengan kode etik profesinya. Kode etik profesi mengatur

Notaris secara internal dan Undang-Undang Jabatan Notaris serta

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah mengatur secara eksternal.

Notaris di dalam menjalankan tugas jabatannya harus melakukan hal-hal

sebagai berikut :

a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar.

Artinya, akta yang dibuat itu memenuhi kehendak umum dan permintaan

pihak-pihak yang berkepentingan karena jabatannya;

b. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu. Artinya, akta yang

dibuat itu sesuai dengan aturan hukum dan kehendak pihak-pihak yang

berkepentingan dalam arti yang sebenarnya, bukan mengada-ada. Notaris

harus menjelaskan kepada pihakpihak yang berkepentingan akan kebenaran isi

dan prosedur akta yang dibuatnya itu. Serta akta tersebut memiliki dampak

yang positif, sehingga siapapun akan mengakui akta tersebut mempunyai

kekuatan pembuktian yang sempurna.21 Kemudian, perkara yang senantiasa

dipermasalahkan yaitu dari aspek formal, terutama mengenai:

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul menghadap;


20

Philipus M. Hadjon, pengantar hukum


administrasi Indonesia,, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2002 Hal. 245
21

Abdul Ghofur Anshori, Lembaga


Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, 2009, hal.49

34
b. Pihak siapa yang menghadap;

c. Tanda tangan yang menghadap;

d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta;

e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta;

f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta

aktadikeluarkan. 22

Dalam UndangUndang tentang Jabatan Notaris , diatur mengenai sanksi

bagi Notaris yang melanggar aspek formal, yaitu:

a. Teguran secara lisan;

b. Teguran secara tertulis;

c. Pemberhentian sementara terhadap Notaris;

d. Pemberhentian dengan hormat terhadap Notaris;

e. Pemberhentian dengan tidak hormat terhadap Notaris.

Ketiga, Aspek tanggung jawab Pidana, padaPerbuatan secara pidana adalah

perbuatan yang dilarang di dalam suatu aturan hukum, dimana larangan tersebut

disertai pula dengan sanksi atau ancaman yang berupa sanksi pidana tertentu bagi

yang melanggar. Ketentuan pidana tidak diatur di dalam UndangUndang Jabatan

Notaris , tetapi secara tanggung jawab pidana, seorang Notaris yang melakukan

perbuatan pidana dapat dikenakan terhadap Notaris tersebut.

22

Lidya Christina Wardhani, Tanggung


Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh Pengadilan, Yogyakarta, 2017 ,
Journal Hukum

35
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, hanya mengatur sanksi atas

pelanggaran yang diajukan oleh Notaris sebagai perbuatan yang dilakukan tanpa

kekuatan yang benar atau hanya memiliki kekuatan peneguhan seperti perbuatan

yang dilakukan. Sementara itu, bagi Notaris, persetujuan dapat diberikan melalui

pemberitahuan alasan pengabaian ataupun pemberhentian dengan tidak hormat.

Perkara pidana yang berkaitan dengan aspek formal akta Notaris , pihak

penyidik, penuntut umum, dan hakim akan memasukkan Notaris telah

melakukan tindakan hukum yaitu :

a. Membuat surat palsu/yang dipalsukan dan menggunakan surat palsu yang

dipalsukan;

b. Melakukan pemalsuan;

c. Menyuruh mencantumkan keterangan palsu dalam akta otentik;

d. Melakukan, menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan;

e. Membantu membuat surat palsu atau yang dipalsukan dan menggunakan surat

palsu atau yang dipalsukan.23 Atas tindakan hukum yang dilakukan oleh Notaris

seperti tersebut diatas ,Notaris dapat dikenai pidana penjara minimal 6 (enam)

tahun dan penjara maksimal selama 8 (delapan) tahun.

Jika dikaitkan dengan aspek tindak pidana formal yang dilakukan oleh

Notaris tersebut, dalam keadaan sadar seseorang juga dapat melakukan

perbuatan yang merupakan perbuatan terlarang, maka harus ada unsur kesalahan

23

Ima Erlie Yuana, Tanggung Jawab Notaris


Setelah Berakhir Masa Jabatannya Terhadap Akta Yang Dibuatnya Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Magister Kenotariatan Universitas
Diponegoro Semarang, 2010, Thesis. Hal 75-76

36
dari pelaku tindak pidana, yaitu kesengajaan (opzet) dan berhati-hati (culpa).

Kesengajaan (opzet) merupakan hal yang terjadi pada sebagian besar tindak

pidana. Biasanya diajarkan bahwa kesengajaan itu ada 3 (tiga) macam, yaitu:24

1.Kesengajaan yang bersifat suatu tujuan untuk mencapai sesuatu (opzet als

oogmerk);

2.Kesengajaan yang bukan mengandung suatu tujuan, melainkan disertai

keinsyafan bahwa suatu akibat pasti akan terjadi (opzet bij

zekerheidsbewustzijn);

3.Kesengajaan tetapi dengan disertai keinsyafan hanya ada kemungkinan

(bukan kepastian) bahwa suatu akibat akan terjadi (opzet

bijmogelijkheidsbewustzijn).

Selain itu, kesengajaan ini juga harus mengenai 3 (tiga) unsur yaitu antara lain:

1. Perbuatan yang dilarang;

2. Akibat yang menjadi pokok alasan diadakan larangan itu;

3. Bahwa perbuatan itu melanggar hukum.

B. Perlindungan Hukum padaNotaris terhadap kebatalan dan pembatalan

Akta Notaris

Kehadiran Notaris dapat dilihat sebagai pekerjaan yang penting dan

dibutuhkan oleh semua individu, mengingat data yang terdapat dalam akta Notaris

24

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum


Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2011, hal.65

37
sebagai akta yang asli harus dipercaya, dapat diandalkan, diperlihatkan, dan

memberikan keamanan yang sah kepada pihak yang membutuhkannya nanti.

peraturan transit dalam kehidupan daerah setempat membutuhkan bukti

yang dapat dengan jelas menentukan hak dan komitmen seseorang sebagai subjek

yang sah di mata publik, ini adalah hasil dari pedoman hukum dan ketertiban yang

menjamin kepastian, permintaan dan keamanan hukum yang mengandung

kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, bukti paling mendasar dan paling

memuaskan yang memiliki peran penting dalam setiap hubungan yang sah dalam

kehidupan individu adalah akta Notaris yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris.

Karena suatu tindakan, di samping adanya kepercayaan, harus dipastikan

dengan manajemen Notaris sehingga kewajiban Notaris secara konsisten sesuai

dengan standar yang sah menyembunyikan posisinya, dan dapat menjauhkan dari

penganiayaan kekuasaan, hak dan komitmen. atau kepercayaan yang diberikan

kepada Notaris. Ini adalah tujuan dasar dari pengawasan.Pedoman dasar yang

dilakukan atas aturan hukum yang telah diselesaikan adalah jalur yang sah serta

berdasarkan akhlak yang baik dan ahli untuk menjamin kepastian hukum bagi

kepastian hukum bagi daerah setempat.25

Pengawasan Notaris merupakan bagian dari jaminan yang sah bagi Notaris

dalam menyelesaikan kewajibannya sebagai Pejabat umum, keamanan yang sah

diberikan kepada Notaris dalam melaksanakannya kewajiban dan kapasitas yang


25

Jati diri Notaris Indonesia, dulu, sekarang


dan yang akandatang, pengurus pusat INI, Jakarta 2008. Hal. 238

38
dialokasikan oleh undang-undang dan diberikan kepada mereka. Jaminan yang

sah dicirikan sebagai memanfaatkan metode yang sah atau jaminan yang

diberikan oleh hukum. Jaminan yang diberikan oleh undang-undang, khususnya

jaminan atas keistimewaan Notaris yang merupakan akibat dari perubahan

kepentingan yang dibawa melalui interaksi administratif di sebuah lembaga

pembentuk hukum atau parlemen, dengan tujuan agar keistimewaan Pejabat

Hukum dapat diperhatikan, diamankan dan dipatuhi. Semua bersama-sama untuk

jaminan hukum Notaris untuk diselesaikan secara memadai, penting untuk

memberikan pengobatan yang sah, yang termasuk pengobatan non-hukum, untuk

lebih spesifik dengan melakukan hal-hal yang dipertahankan oleh standar dan

upaya hukum yang sah melalui saluran Hukum atau melalui eksekutif hukum.

Upaya hukum non yudisial mencakup tindakan preventif atau preventif

yang sah sehingga pelanggaran hak istimewa Notaris dapat dijauhi, yang

dilakukan dengan memberikan peringatan, nasihat, panggilan, protes, keluhan

kepada pejabat administrator.

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, mengatur jenis kepastian hukum yang

dapat diberikan kepada Notaris sebagai profesi, yang tercermin dalam Pasal 66

UUJN yang menjelaskan bahwa untuk alasan perputaran hukum, pemeriksaan

terhadap Notaris. Penyidik atau hakim publik dengan pengesahan Majelis

Pengawas Daerah memiliki kuasa untuk mengambil salinan akta dasar dan / atau

surat yang dilampirkan pada akta Minuta atau protocol Notaris dalam

penyimpanan Notaris dan memanggil Notaris untuk hadir dalam penilaian yang

39
mengidentifikasi dengan kata yang dibuatnya atau konvensi resmi Hukum yang

ada dalam penyimpanannya.

Dari ketentuan yang tercantum diatas dapat disimpulkan yaitu: seorang

Penyidik, Penuntut umum maupun Hakim hanya diperkenankan untuk mengambil

hal-hal sebagai berikut :

a. Salinan risalah akta dan tambahan surat yang tergabung dengan risalah akta

atau Protokol Notaris yang menjadi kewenangan Notaris, atau menghadirkan

Notaris tersebut dalam penilaian yang diidentifikasi dengan akta yang dibuat

atau Protokol Notaris. Notaris yang dalam asuhannya selama ini membantu

perputaran hukum dan telah mendapatkan pengesahan Pertemuan Majelis

Pengawas Daerah.

b. Adapun secaraa contrario, penguji, penyelidik publik, dan hakim tidak

diizinkan atau diadvokasi untuk mengambil akta minuta dan / atau catatan

unik yang dilampirkan pada akta minuta atau protokolNotaris dalam

Penyimpanan Notaris.

Notaris tidak perlu repot dengan pengesahan dari Pertemuan Administratif

Teritorial pada panggilan untuk pejabat dan spesialis hukum, penyelidik publik

atau hakim untuk tersedia pada penilaian suatu kasus, terlepas dari apakah umum,

kriminal atau otoritatif / peraturan negara yang tidak diidentifikasikan dengan akta

yang dibuat atau protocol Notaris dalam penyimpanan. Dalam arti penting

Notaris, hal ini mencakup kewenangan pejabat sementara Notaris, Notaris

Pengganti dan Notaris pengganti khusus, keduanya pada saat masih menjabat.

Untuk pengambilan salinan akta dan / atau surat dasar sebagaimana diilustrasikan

40
di atas, harus dibuatkan laporan otoritas akomodasi, hanya saja asas-asas yang

menyelenggarakan Jabatan ini atau klarifikasinya tidak memberikan klarifikasi

tentang siapa yang wajib membuat dan tanda tangani berita acara, menurut

pendapat saya yang paling tepat untuk membuat dan menandatangani berita acara

penyerahan tersebut adalah Notaris yang menyerahakan bersama-sama dengan

pihak yang menerima penyerahan tersebut.

Berlakunya ketentuan Pasal 66 UUJN harus diselesaikan terhadap Notaris

setelah pengesahan majelis pengawas daerah, dalam bentuk pilihan Ketua Majelis

Pengawas Daerah tergantung pada pilihan dari seluruh pertemuan Dewan Majelis

Pengawas Daerah dan meyakinkan dan membatasi agen, sementara penyitaan akta

minuta, arsip yang tergabung dengan akta dan konvensi minuta Pejabat hukum

dalam kapasitas Notaris tidak, pada saat ini diperlukan untuk pengesahan

pengadilan dan hanya pengesahan Majelis Pengawas Daerah sebagai pilihan oleh

ketua majelis pengawas tergantung pada pilihan dari seluruh pertemuan Majelis

Pengawas Daerah yang konklusif dan terbatas.

Majelis Pengawas Pusat berpendapat sehingga dapat dimengerti sebagai berikut :

a. baik dalam status sebagai saksi ataupun tersangka sehubungan dengan akta

yang dibuat oleh atau dihadapannya maupun dengan protokolNotaris dengan

penyimpanannya pemanggilan Notaris memerlukan persetujuan terlebih

dahulu dari Majelis Pengawas Daerah.

b.Tujuan pemanggilan Notaris adalah menemukan fakta hukum yang

mempunyai pengaruh penting dalam proses pengadilan, sehingga

pemanggilan tersebut diharapkan dapat membantu memperlancar proses

41
peradilan, oleh karena itu dalam memproses pemberian persetujuan harus

dihindari adanya pendapat atau setidak-tidaknya kesan bahwa Majelis

Pengawas Daerah melakukan pemeriksaan menghambat pemberian

persetujuan termaksud.26

Laporan publik mengenai dugaan pelanggaran kode moral Notaris atau

pelanggaran pelaksanaan jabatan notaris, seperti instrumen yang diselesaikan oleh

Majelis Pengawas Daerah dalam rangka adalah sebagai berikut:

1. untuk keperluan pemeriksaan sehubungan dengan ada dan diterimanya

laporan masyarakat terhadap seorang Notaris

2. Ketua Majelis Pengawas Daerah membentuk Majelis Penganalisis

yang berasal dari setiap komponen, dan terdiri dari seorang eksekutif

dan dua orang yang dibantu oleh seorang sekretaris dalam selambat-

lambatnya lima hari kerja sejak diterimanya laporan.,

3. Dewan Pengawas harus menolak untuk melakukan penilaian terhadap

Notaris yang diumumkan yang memiliki hubungan suami istri dan

hubungan darah secara tertib tanpa batasan derajat dan garis untuk

pemeriksaan silang yang menyeluruh, laporan publik harus dibuat

dicatat sebagai hard copy dan dalam bahasa Indonesia disertai dengan

bukti yang kuat, sebelum penilaian selesai, baik kolumnis maupun

yang terungkap atau Pejabat Hukum yang perlu diperiksa disarankan


26

Pieter Latumaten, Perlindungan Jaminan


Hukum bagi Profesi Notaris, Makalah disampaikan dalam rapat pleno Pengurus Pusat yang
diperluas, pembekalan dan penyegaran pengetahuan Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 30 Juli
2009, hal. 8

42
dicatat dalam bentuk hard copy, di dalamnya setidaknya lima hari kerja

sebelum penilaian dilakukan , jika pihak rinci tidak ada, meskipun

faktanya dia telah dikumpulkan dengan tepatdilakukan pemanggilan

kedua, apabila setelah dilakukan pemanggilan kedua ternyata terlapor

tetap tidak hadir maka pemeriksaan tetap dilakukan dan putusan

diambil serta diucapkan tanpa kehadiran terlapor, Jika koresponden

tidak hadir, terlepas dari apakah dibawa dengan benar, permintaan

selanjutnya akan dibuat, jika setelah pengumpulan kedua kolumnis

masih hilang, penilaian akan tetap dilakukan dan pilihan diambil dan

keputusan telah diambil. laporan dinyatakan tidak sah dan tidak dapat

didokumentasikan sekali lagi, penilaian akan diselesaikan selambat-

lambatnya tujuh hari jadwal setelah laporan diterima, dalam rapat

utama di mana pihak rinci dan wartawan tersedia, Majelis Pemeriksa

mulai memimpin pemeriksaan dengan membaca laporan dan

pernyataan pelapor, Majelis memberikan kebebasan yang memadai

kepada pihak yang diumumkan untuk melindungi dirinya sendiri, baik

kolumnis maupun yang terungkap dapat menyerahkan bukti

perselisihan yang disajikan oleh Majelis Pemeriksa membuat dua

duplikat dari laporan penilaian yang disahkan oleh administrator dan

sekretaris sebanyak yang diharapkan, yang satu rangkapnya harus

diserahkan ke Majelis Pengawas Wilayah.

Agar penilaian dapat berjalan dengan mudah dan sesuai dengan

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris dan pedoman pelaksanaannya, penting

43
untuk melakukan hal-hal yang menyertai atau untuk memenuhi persyaratan

sebagai berikut: untuk Majelis pemeriksa, setiap individu dari Majelis Pemeriksa

diperlukan untuk mengontrol suatu permasalahan. hal-hal yang terkait dengan dan

/ atau diidentifikasi dengan materi yang akan diperiksa, seperti penilaian khusus,

terutama untuk mendapatkan informasi penting, sebelum atau pada saat penilaian

dilakukan, Majelis Pengawas harus menjelaskan alasan dan tujuan dari

pembentukan, serta wewenang dan kewajiban Majelis Pengawas termasuk

didalamnya kewenangan dan kewajiban majelis pemeriksa.

Pada saat melakukan pemeriksaan, Majelis mempunyai kewajiban tidak

hanya untuk mencari dan menemukan informasi total tentang masalah yang

diidentifikasi dengan laporan dari orang-orang pada umumnya yang diserahkan

kepada majelis. Data yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar

tentang materi laporan, baik mengenai aturan materi hukum yang sesuai maupun

dari undang-undang yang menyelenggarakan pelaksanaan kewajiban Notaris dan

kode etik Notaris.Dan kepada Notaris yang sedang diinspeksi atau diperiksa, jika

dianggap penting, agar dapat mengklarifikasikan masalah, dan hal tersebut jika di

anggap penting misalnya mengenai kewajibanatau tanggung jawab Notaris atas

perbuatan yang dilakukan oleh atau terhadapnya yaitu berupa akta, padahal pada

tingkat dasar Notaris hanya diserahi untuk memperketat hal-hal yang dibutuhkan

dan diumumkan oleh penghadap, dengan alasan ada bagian pasti dari akta yang

menjadi tugas penuh Notaris yang membuatakta, secara spesifik tentang awal dan

akhir akta. Hal Ini adalah hal utama dalam menyajikan sebuah laporan.

44
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut merupakan jawaban dari permasalahan diatas

dan dapat di simpulkan, bahwa Tanggung Jawab Notaris Terhadap Kebatalan

Dan Pembatalan Akta Notaris terdiri dari beberapa aspek yaitu Aspek tanggung

gugat Keperdataan, Aspek tanggung jawab Administratif, Aspek tanggung jawab

Pidana. Dari Tanggung jawab secara Keperdataan merupakan pertanggung

jawaban yang berlangsung karena adanya wanprestasi, atau tindakanyang

sifatnya melanggar.hukum. Adapun Pertanggung jawaban Notaris terhadap

kebatalan dan Pembatalan suatu akta jika di lihat dari segi keperdataan dapat

berupa pergantian uang, ganti rugi terhadap perbuatan yang menyalahi aturan

hukum dan berupa bunga pembiayaan. Hal iniadalah akibat yang akan

diterimaatau didapatkan oleh Notaris dari para pihak atau penghadap yang

menggugat apabila akta tersebut hanya mempunyai pembuktian sebagai akta

dibawah tangan atau akta tersebut batal demi hukum. Dalam segi keperdataan ini

sanksi keperdataan dari tindakan hukum berupa wanprestasi adalah ganti rugi,

yang biasanya diberikan.dalam jumlah uang. tetapi tetap adanya peluang ganti

rugi tersebut dalam bentuk lain yang bukan uang, adapun syarat-syaratnya

sebagai berikut : yang pertama ditentukan oleh Seorang penggugat, yang kedua

Hakim menganggapnya cocok untuk diberikan ganti rugi selain dari uang.

45
Selanjutnya di lihat dari segipertanggung jawaban secara administratif

dapat dijatuhi sanksi meliputi adanya desakan atau tuntutan pemerintah yang

merupakan perbuatan nyata dari seorang pejabat untuk mengakhiri kejadian yang

dilarang pada kaidah hukum administrasi, penarikan kembali.suatu keputusan

yang bermanfaat berupa izin, pelunasan, penambahan dengan mengeluarkan

keputusan baru, selanjutnya Pengenaan denda secara Administratif yang

ditujukan kepada seorang pelanggar dan dikenakan dengan jumlah uang tertentu

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dan yang terakhir dikenakan

uang paksa oleh pemerintah dengan tujuan menambah hukuman sesuai dengan

peraturan yang bersangkutan. Dan sanksi tersebut diterima oleh seorang Notaris

yang melanggar segi formal, yaitu: teguran secara lisan, teguran berupa tertulis,

pemberhentian secara sementara, pemberhentian dengan carahormat, dan

pemberhentian dengan cara tidak hormat.

Dan jika dilihat dari Aspek Pidana pertanggung jawaban pada Kebatalan

dan Pembatalan suatu akta berupa teguran tertulis sampai padaNotaris tersebut

diberhentikan secara tidak hormat.bahkan jika Notaris memenuhi unsur-unsur

tindakan hukumberupaNotaris tersebut membuat surat palsu / menyimpang dan

menggunakan surat palsu yang salah tafsir; Notarismelakukan tindakan

pemalsuan, dan Notaris tersebut menyuruh untuk memasukkan data palsu dalam

akta otentik, Melakukan, meminta melakukan, mengambil bagian dalam

melakukan; Membantu dalam melakukan tindakan hukum yang menyalahi aturan

hukum tersebut diatas, Notaris dapat dikenai pidana hukuman penjara paling

46
sedikit 6 (enam) tahun dan hukuman penjara paling lama selama 8 (delapan)

tahun.

Undang-undang yang mengatur Jabatan seorang .Notaris, dan telah

mengatur wujud perlindungan hukum yang diberikan kepada Notaris sebagai

pekerjaan yaitu pada proses pengawasan, pemeriksaan secara berkala, dan

pembinaan, yang dalam hal itu dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris

sehingga bahwa untuk alasan peredaran hukum, pemeriksaan penyidik atau

hakim dengan pengesahan Mejelis Pengawas Derah berwenang mengambil

salinan akta dasar dan / atau surat yang dilampirkan dalam Berita Acara akta atau

konvensi pejabat hukum. dalam penyimpananNotaris dan menghadirkan Notaris

untuk hadir pada saat penilaian atau pemeriksaanyang berkaitan dengan akta

yang dibuat atau protokol Notaris yang ada dalam penyimpanannya.

B. Saran

Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh Pejabat Umum yang berwenang

membuat suatu akta yang disebut dengan Notaris, teruntuk Notaris dan para

penghadap untuk tidak menyalahgunakan kewenangan, hak dan kewajiban

seorang Notaris sehingga tidak menimbulkan perbuatan-perbuatan melawan

hukum sehingga mengakibatkan akta otentik yang dibuat oleh Notaris tersebut

menjadi cacat hukum, dibatalkan. dan/atau batal demi hukum.

Untuk seorang Notaris harus dengan cermat, teliti, dalam menjalankan

keprofesionalitas serta berhati-hati dalam membuat akta Autentik, karena dari

sebuah akta autentik terdapat suatu kepastian hukum yang mempunyai nilai bukti

47
yang nyata, dan juga harus didasari dengan identitas penghadap yang jelas,

maksud dan tujuan pembuatan akta tersebut juga harus jelas dan dapat di

pertanggungjawabkan.

48

Anda mungkin juga menyukai