PENDAHULUAN
1
1.2.3 Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui strategi pemberdayaan pada individu, keluarga
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta reproduksi wanita pada
individu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui apa pengertian dari strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.3.2.2 Untuk mengetahui apa tujuan dari strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.3.2.3 Untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermafaat bagi pembaca
sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai strategi pemberdayaan masyarakat. Selain dari segi isi,
makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan pembaca dari segi
penulisan sebagai contoh dalam pembuatan makalah lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga, dana, daya, dan
peralatan yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Arti
pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis
sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo,
1991). Hikmat (2001:12) menjelaskan ada beberapa faktor internal yang
menghambat pemberdayaan antara lain, kurang bisa untuk saling
mempercayai, kurang daya inovasi atau kreativitas, mudah pasrah atau
menyerah atau putus asa, aspirasi dan cita-cita rendah, tidak mampu menunda
menikmati hasil kerja, wawasan waktu yang sempit, familisme, sangat
tergantung pada bantuan pemerintah, sangat terikat pada tempat kediamannya
dan tidak mampu atau tidak bersedia menempatkan diri sebagai orang lain.
Bagaimana memberdayakan masyarakat merupakan suatu masalah
tersendiri yang berkaitan dengan hakikat dari power atau daya (mengandung
pengertian “kemampuan”, “kekuatan” ataupun “kekuasaan”) serta hubungan
antar individu atau lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu
dilahirkan dengan daya. Hanya saja kadar daya itu berbeda antara satu
individu dengan individu yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai
factor yang saling terkait (interlinking factors), seperti pengetahuan,
kemampuan, status, harta, kedudukan, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang
saling terkait
tersebut pada akhirnya membuat hubungan antar individu, dengan dikotomi
subjek (penguasa) dan objek yang dikuasai meliputi kaya-miskin, laki-laki
perempuan, guru-murid, pemerintah-warganya, serta antar agen
pembangunan dan si miskin. Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan
3
dikotomi subjek dan objek tersebut merupakan relasi yang ingin “diperbaiki”
melalui proses pemberdayaan.
Pemberdayaan merupakan proses pematahan atau breakdown dari
hubungan atau relasi antara subjek dengan objek. Proses ini mementingkan
adanya “pengakuan” subjek akan “kemampuan” atau “daya” (power) yang
dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya mengalir
daya (flow of power) dari subjek ke objek dengan memberi kesempatan untuk
meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada.
Maksud pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (tujuan
umum). Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama:
a. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta
peluangnya.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok.
d. Memantau proses dan hasil kegiatannya secara terus menerus [Monitoring
dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)].
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran
terus menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam
upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Artinya, bahwa peran tim
pemberdayaan masyarakat akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti.
Peran tim pemberdayaan kelompok sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh
pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tidak
tentu. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang akan berjalan terus
menerus. Seringkali kegiatan memerlukan waktu dan tidak dapat dilakukan
secara terburu-buru.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa strategi pemberdayaan
masyarakat adalah cara untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pemberdaya-an
4
masyarakat adalah penekanan pentingnya masyarakat lokal yang mandiri
sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri.
5
2.2 Tujuan Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/
kesenjangan/ ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator
pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar
itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi.
Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumber
daya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal
ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-
pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan
perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan
menyangkut struktural (kebijakan) dan kultural (Sunyoto Usman, 2004).
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.
Pengembangan masyarakat tersebut biasanya dikenal dengan istilah
pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Pemberdayaan berpusat pada
rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pemberdayaan tersebut.
Pemberdayaaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang mandiri, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada
di daerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan
atau kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, karena yang menjadi subjek dari pemberdayaan adalah
masyarakat desa itu sendiri, sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator
(PNPM Mandiri 2006).
Dengan demikian tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin di capai oleh sebuah perubahan social: yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,ekonomi
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
6
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan mandiri dalam melakukan tugas tugas kehidupannya.
Pada akhirnya masyarakat mampu mandiri di semua aspek baik secara
ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain, sehingga tercipta masyarakat
madani yang dicita-citakan kita bersama.
2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja di lakukan
secara individual: meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sitem
lain di luar dirinya.
7
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Dengan
adanya partisipasi dapat meningkatkan kemampuan (pemberdayaan)
setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
sebuah program pembangunan dengan cara dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang.
8
rasional dan mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilaksanakan.
9
2.3.4 Kampanye
10
(fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.
11
merupakan stakeholder yang harus di pantau, namun jangan membuat
mereka bosan karena terlalu banyak program yang diinformasikan.
a. Lobi politik
c. Media
12
Asosiasi atau perkumpulan orang yang mempunyai minat dan
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi
juga merupakan bentuk advokasi. Contoh kelompok masyarakat
peduli AIDS adalah kumpulan orang yang peduli terhadap masalah
AIDS yang melanda masyarakat. Kemudian kelompok ini
melakukan kegiatan untuk menaggulangi AIDS. Kegiatan ini
disamping partisipasi menangani masalah AIDS tetapi juga untuk
menarik perhatian pejabat dan pembuat kebijakan agar peduli
terhadap AIDS.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15