Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


David Korten (dalam Adimihardja, 2001: 377) menyatakan bahwa ada
tiga dasar untuk melakukan perubahan-perubahan struktural dan normatif
dalam pembangunan yang berpusat pada manusia, yaitu:
a. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada
penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-
usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan
untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri pada tingkat
individual, keluarga dan komunitas.
b. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang
berfungsi menurut kaidah-kaidah swa-organisasi.
c. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi
secara territorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan
pengendalian lokal.
Oleh karena itu, program pemberdayaan masyarakat menjadi sesuatu
yang penting dikembangkan sesuai dengan sosio-kultural masyarakatnya,
berdasarkan strategi dan pola adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat
sekitar. Model perencanaan sosial tersebut juga berlaku secara menyeluruh,
sehingga ada mata rantai aktivitas yang sinergis dari berbagai pihak.
Sebagaimana dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi (2001: 60) bahwa
model pengembangan masyarakat (community development) pada intinya
bertujuan mengembangkan kemandirian masyarakat. Bentuk partisipasi yang
diharapkan adalah masyarakat mampu mendefinisikan dan mencoba
memenuhi kebutuhan mereka sendiri melalui metode proses kreatif dan
kooperatif serta pembentukan kelompok-kelompok keswadayaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari strategi pemberdayaan masyarakat?
1.2.2 Apa tujuan dari strategi pemberdayaan masyarakat?

1
1.2.3 Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui strategi pemberdayaan pada individu, keluarga
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta reproduksi wanita pada
individu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui apa pengertian dari strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.3.2.2 Untuk mengetahui apa tujuan dari strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.3.2.3 Untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan
masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermafaat bagi pembaca
sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai strategi pemberdayaan masyarakat. Selain dari segi isi,
makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan pembaca dari segi
penulisan sebagai contoh dalam pembuatan makalah lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga, dana, daya, dan
peralatan yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Arti
pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis
sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo,
1991). Hikmat (2001:12) menjelaskan ada beberapa faktor internal yang
menghambat pemberdayaan antara lain, kurang bisa untuk saling
mempercayai, kurang daya inovasi atau kreativitas, mudah pasrah atau
menyerah atau putus asa, aspirasi dan cita-cita rendah, tidak mampu menunda
menikmati hasil kerja, wawasan waktu yang sempit, familisme, sangat
tergantung pada bantuan pemerintah, sangat terikat pada tempat kediamannya
dan tidak mampu atau tidak bersedia menempatkan diri sebagai orang lain.
Bagaimana memberdayakan masyarakat merupakan suatu masalah
tersendiri yang berkaitan dengan hakikat dari power atau daya (mengandung
pengertian “kemampuan”, “kekuatan” ataupun “kekuasaan”) serta hubungan
antar individu atau lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu
dilahirkan dengan daya. Hanya saja kadar daya itu berbeda antara satu
individu dengan individu yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai
factor yang saling terkait (interlinking factors), seperti pengetahuan,
kemampuan, status, harta, kedudukan, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang
saling terkait
tersebut pada akhirnya membuat hubungan antar individu, dengan dikotomi
subjek (penguasa) dan objek yang dikuasai meliputi kaya-miskin, laki-laki
perempuan, guru-murid, pemerintah-warganya, serta antar agen
pembangunan dan si miskin. Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan

3
dikotomi subjek dan objek tersebut merupakan relasi yang ingin “diperbaiki”
melalui proses pemberdayaan.
Pemberdayaan merupakan proses pematahan atau breakdown dari
hubungan atau relasi antara subjek dengan objek. Proses ini mementingkan
adanya “pengakuan” subjek akan “kemampuan” atau “daya” (power) yang
dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya mengalir
daya (flow of power) dari subjek ke objek dengan memberi kesempatan untuk
meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada.
Maksud pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (tujuan
umum). Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama:
a. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta
peluangnya.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok.
d. Memantau proses dan hasil kegiatannya secara terus menerus [Monitoring
dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)].
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran
terus menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam
upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Artinya, bahwa peran tim
pemberdayaan masyarakat akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti.
Peran tim pemberdayaan kelompok sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh
pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tidak
tentu. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang akan berjalan terus
menerus. Seringkali kegiatan memerlukan waktu dan tidak dapat dilakukan
secara terburu-buru.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa strategi pemberdayaan
masyarakat adalah cara untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pemberdaya-an

4
masyarakat adalah penekanan pentingnya masyarakat lokal yang mandiri
sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri.

5
2.2 Tujuan Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/
kesenjangan/ ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator
pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar
itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi.
Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumber
daya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal
ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-
pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan
perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan
menyangkut struktural (kebijakan) dan kultural (Sunyoto Usman, 2004).
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.
Pengembangan masyarakat tersebut biasanya dikenal dengan istilah
pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Pemberdayaan berpusat pada
rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pemberdayaan tersebut.
Pemberdayaaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang mandiri, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada
di daerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan
atau kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, karena yang menjadi subjek dari pemberdayaan adalah
masyarakat desa itu sendiri, sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator
(PNPM Mandiri 2006).
Dengan demikian tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin di capai oleh sebuah perubahan social: yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,ekonomi
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan

6
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan mandiri dalam melakukan tugas tugas kehidupannya.
Pada akhirnya masyarakat mampu mandiri di semua aspek baik secara
ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain, sehingga tercipta masyarakat
madani yang dicita-citakan kita bersama.
2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja di lakukan
secara individual: meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sitem
lain di luar dirinya.

2.3.1 Aras Makro

Menurut Suharto (2005) dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan


dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan
(empowerment setting). Salah satunya adalah aras makro.

Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large


system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Dalam beberapa situasi, strategi
pemberdayaan dapat saja di lakukan secara individual: meskipun pada
gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti
mengaitkan klien dengan sumber atau sitem lain di luar dirinya. Strategi
Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.3.2 Perumusan Kebijakan

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi dalam bukunya Anwar


adalah Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan

7
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Dengan
adanya partisipasi dapat meningkatkan kemampuan (pemberdayaan)
setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
sebuah program pembangunan dengan cara dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang.

Proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan


tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti
kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf),
kesehatan masyarakat yang buruk dan lainnya.

2.3.3 Perencanaan Sosial

Proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial


yang substansi seperti pengangguran, permukiman kumuh, kemacetan
dan sebagainya. Selain itu perencanaa sosial bertujuan mengungkap
pentingnya menggunakan cara perencanaaan yang matang dan
perubahan yang terkendali demi mencapai tujuan akhir secara sadar dan
rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan
yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Model ini
sasaranya ialah kemampuan dan kecakapan masayarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahannya melalui usaha-usaha yang
terencana, terarah dan terkendali.

Seoarng perencana melihat bahwa masyarakat merupakan bentuk


kumpulan yang terdiri atas kelompok masyarakat yang menghadapi
masalahmasalah yang berbeda-beda atau kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai kepentingan yang sama dan tertentu
hingga diketahui jalan pemecahannya agar kepentingan itu dapat
terwujud. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan adalah mengumpulkan atau mengungkapkan fakta dan
data mengenai sesuatu permasalahan. Kemudian mengambil tindakan

8
rasional dan mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilaksanakan.

9
2.3.4 Kampanye

Kampanye Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri
artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya
masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku
mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi
di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan
yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu
sendiri. Sebagai contoh KLB.

Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup


bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum
benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas,
minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.

Kampanye kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat


atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan
perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik
di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan
sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan

10
(fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.

2.3.5 Aksi Sosial

Menekankan pada betapa pentingnya penanganan secara


terorganisasi, terarah dan sistematis terhadap kelompok yang tidak
beruntung dan meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber atau perlakuan yang
lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.

Adapun langkah yang akan ditempuh dalam upaya mencapai tujuan


yang telah ditetapkan itu, mengerakkan kelompok atau golongan-
golongan masyarakat tersebut guna terlibat aktif dalam mengadakan
perubahan-perubahan.

2.3.6 Advokasi untuk Pelayanan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah upaya di bidang


kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita, serta anak pra sekolah.

Upaya untuk melibatkan stakeholders dalam mengatasi masalah


kesehatan. Stakeholders yang masuk dalam kuadran player merupakan
orang yang harus dikelola dan perlu upaya besar untuk memuaskannya
agar bersedia mensukseskan program (manage closely). Stakeholder
yang masuk dalam kuadran context setter merupakan stakeholder yang
cukup mampu bisa bekerja sama dan jaga agar mereka tetap puas,
namun jangan terlalu berlebih agar tidak bosan (keep satisfied).
Stakeholder yang masuk dalam katagori subject merupakan stakeholder
yang harus tetap diberikan pemahaman dan informasi secara adekuat
dan yakinkan mereka bahwa tidak akan ada masalah yang muncul dan
stakeholder ini sangat membantu dalam kegiatan rinci program Anda
(keep informed). Stakeholder yang masuk dalam katagori crowd

11
merupakan stakeholder yang harus di pantau, namun jangan membuat
mereka bosan karena terlalu banyak program yang diinformasikan.

Untuk mencapaj tujuan tersebut, kegiatan advokasi dilakukan dengan


cara:

a. Lobi politik

Berbicara secara informal menyampaikan informasi atau masatan


kesehatan dan program yang akan dilaksanakan dengan pelaoat
atau tokoh politik. Lobi dilakukan dengan membawa dan
menunjukkan data yang akurat.

b. Seminar atau presentasi

Mengadakan seminar dan presentasi masalah kesehatan dan


program yang akan dilaksanakan disajikan secara menarik dengan
gambar atau grafik, sekaligus diskusi untuk membahas
permasalahan tersebut secara bersama.

c. Media

Menggunakan media massa seperti media cetak dan elektronik


untuk menyajikan masalah kesehatan secara lisan, gambar, bentuk
artikel, berita, menyampaikan pendapat, dan sebagainya. Media
massa dapat memengaruhj masyarakat serta menjadi tekanan bagi
penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Contoh saat
sosialisaikan kesehatan reproduksi anti_AIDS dengan membagikan
kondom gratis melalui perguruan tinggi "masuk ampus" berbagai
reaksi muncul protes, kecaman dan demonstrasi yang tidak
menyetujui kebijakan tersebut. Sehingga program tersebut
diberhentikan.

d. Perkumpulan asosiasi peminat

12
Asosiasi atau perkumpulan orang yang mempunyai minat dan
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi
juga merupakan bentuk advokasi. Contoh kelompok masyarakat
peduli AIDS adalah kumpulan orang yang peduli terhadap masalah
AIDS yang melanda masyarakat. Kemudian kelompok ini
melakukan kegiatan untuk menaggulangi AIDS. Kegiatan ini
disamping partisipasi menangani masalah AIDS tetapi juga untuk
menarik perhatian pejabat dan pembuat kebijakan agar peduli
terhadap AIDS.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, masyarakat perlu diberdayakan agar mereka mampu dan mandiri


serta bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Dalam melakukan
pemberdayaan diperlukan strategi. Startegi dalam pemberdayaan masyarakat
terdapat didalamnya yaitu strategi system besar (large systemstrategy). Ada
beberapa strategi dalam pendekatan ini yaitu perumusan kebijakan,
perencanaan social kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik.

3.2 Saran

Sebaiknya pembaca sebelum melakukan pemberdayaan masyrakat perlu


menentukan terlebih dahulu strategi pemberdayaan masyrakat yang mana
yang cocok pada daerah tersebut. Karena masing-masing daerah tidak juga
dari semua strategi diatas efektif untuk dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Damara, Cherrya, dkk. 2015. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar
Lampung. JIIA, Vol 3 No. 3

Hadiyanti, Puji. 2008. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Keterampilan Produktif di PKBM Rawasari, Jakarta Timur. Perspektif Ilmu
Pendidikan - Vol. 17 Th. IX

Sopandi, Andi. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus


Strategi dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi.
Jurnal Kybernan, Vol. 1, No. 1

Wulan, Satrya. 2015. Studi Deskripsi Tentang Strategi Pemberdayaan


Masyarakat Oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya Dalam Peningkatan
Pendapatan Masyarakat Sasaran Penerima Program Urban Farming Budidaya
Lele di Kelurahan Pakis. Kebijakan dan Manajemen Publik Vol 3, No 1

Haris, Andi. 2014. Memahami Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pemanfaatan Media. Jupiter Vol. XIII No.2

Budiyono, dkk. 2010. Posisi Stakeholder dan Strategi Advokasi KIBBLA


Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 13, No. 3

15

Anda mungkin juga menyukai