Anda di halaman 1dari 5

KELIPING

Peristiwa G30S/PKI

Disusun oleh :
Fani Amrozi

SMA NEGRI 1 SEKARAN


Jl. Telaga 07 Desa Bulu Tengger, Kec. Sekaran, Kab.
Lamongan 62261. Tlp.(0322)3383107

Tp. 2017/2018
Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang
dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari para
Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan
Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang berazaskan
kepada pancasila dan UUD 1945.

A. Sebab-sebab G 30S/PKI
a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik anggota
cukup besar, tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah mencapai 3,5 juta. Hal ini
membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
 Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan prapaganda-prapaganda
menyesatkan.
 Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
 Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.
 Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan organisasi PKI.
 Mendekati Presiden Soekarno.
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO, sehingga PKI dapat
memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia, sehingga PKI
memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi kudeta.

B. Proses Terjadinya Peristiwa G 30S/PKI


Para pimpinan PKI telah mengalami pertemuan rahasia selama beberapa kali untuk
menyusun rencana kudeta pada tanggal 30 September 1965. Gerakan ini secara fisik
dilakukan oleh Kolonel Untung. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, klonel untuk
memerintahkan anggotanya untuk menculik, menyiksan dan membunuh 7 perwira tinggi
AD, yaitu :
1. Letnan Jendral Ahmad Yani yang menjabat sebagai Mentri I Panglima Angkatan
Darat.
2. Mayor Jendral R. Soeprapto yang menjabat sebagai Deputi II Panglima Angkatan
Darat.
3. Mayor Jendral Haryono Mas Tirtodarmo yang menjabay sebagai  Deputi III Panglima
Angkatan Darat.
4. Mayor Jendral Suwondo Parman yang menjabat sebagai Asisten I Panglima Angkatan
Darat.
5. Brigadir Jendral Donald Izaus Panjaitan (Asisten IV Panglima Angkatan Darat).
6. Brigadir Jendral Soetoyo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman Ioditur).
7. Letnan Satu Piere Andreas Tendean (Ajudan Jendral A.H. Nasution).
Jendral A.H. Nasution behasil menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak, tetapi
putrinya Ade Irma Suryani ditembak kemudian gugur. Korban lainnya adalah Letanan
Polisi Karel Satsuit Tubun yang gugur pada saat melakukan perlawanan terhadap
gerombolan yang berusaha menculik jendral A.H. Nasution. PKI juga menyerbarkan
pengruhnya di berbagai daerah dan mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melalui
siaran berita RRI di Yogyakarta yang dilakukan oleh Letnan Kolonel Untung.

C. Persaingan PKI dengan Angkatan Darat


Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara memiliki kepentingan untuk
mempertahanakan ideologi Pancasila dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun
dari luar, sedangkan dari pihak PKI memiliki kepentingan untuk mendirikan negara
komunis. Persaingan yang menjadi di antara mereka dapat dilihat dalam hal-hal berikut
ini,
1. Tindakan provokasi yang dilakukan PKI yaitu,
1. Menghasut kaum tani dan buruh untuk mengambil alih tanah luas milik
perkebunan.
2. Menggalang demonstrasi menuntut kenaikan upah diperkebunan dan pabrik-
pabrik.
3. Melakukan penyerangan baik secara politis maupun kekerasan terhadap
berbagai kelompok yang di nilai antikomunis.
4. Pada Januari 1965, PKI mengajukan gagasan agar buruh dan petani
dipersenjatai dan menjadi angkatan kelima. Tujuan PKI melakukan hal itu adalah untuk
menggalang kekuatan menghadapi Nekolim Inggris dari dalam Dwikora.
5. Pada bulan Mei 1965, PKI mengeluarkan desas-desus munculnya Dewan
Jendral dalam Angkatan Darat.
6. Tindakan Angkatan Darat dalam menghadapi PKI antaralain,
1. Pada bulan September 1965, Panglima Ankatan Darat memperingatkan
Presiden untuk berhhati-hati terhadap tindakan yang dilakukan PKI.
2. Angkatan Darat secara tegas menentang pembantukan Kabinet
Gotong-Royong. Sebab melalui kabinet tersebut, PKI dapat bertindak seluas-luasnya
tanpa ada pembatasan.
3. Angkatan Darat secara tegas menolak gagasan angkatan kelima.
4. Panglima Angkatan Darat berusaha meyakinkan Presiden akan
kesetiaan mereka terhadap masyarakat dalam menghadapi desas-desus munculnya
Dewan Jendral

D. Penumpasan G 30S/PKI
Pada tanggal 1 Oktober 1965, dilakukan operasi penumpasan G 30S/PKI yang dipimpin
oleh Mayjen Soeharto. Ada beberapa langkah penting yang dlakukan dalam penumpasan
tersebut yaitu,
1. Menetralisir pasukan yang bearada di Medan Merdeka yang dimanfaatkan PKI.
Pasukan yang dimafaatkan oleh PKI berasal dari Batalyon 503/Brawijaya dan Batalyon
545/Diponegoro. Kedua pasukan tersebut akhirnya berhasil ditarik mundur dan berhasil
disadarkan dari pengaruh PKI.
2. Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung
telekomunikasi, dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa terjadi
bentrokan senjata atau pertumpahan darah.
3. Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai Lapangan Banteng dan
mengamankan Markas Kodam V/Jaya.
4. Batalyon I Kavaleri berhasil mengamankan BNI Unit I dan percetakan uang di daerah
kebayoran.
5. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menduduki Pangkalan Udara
Halim Perdana Kusuma dengan batuan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi dan Batalyon I
Kavaleri.
6. Pembersihaan kekampung-kampung disekitar Lubang Buaya dari pengaruh PKI.
7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para Jendral yang menjadi
korban G 30S/PKI yang kemudian dibersihkan dan disemayamkan di Markas Besar
Angkatan Darat dan baru dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965.
Untuk menentramkan segala ketakutan dan kegelisahan masyarakat, dilakukan siaran
RRI yang menghimbau agar rakyat tetap tenang dan waspada.

E. Penumpasan G 30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta


Gerakan G30S/PKI DI Jakarta telah memengaruhi munculnya pemberontakan-
pembenrontakan yang lainya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pemimpin PKI di
berbagai daerah di Jawa Tengah mengumumkan ikut mendukung Gerakan 30 September
yang diumumkan melalui siaran Radio Republik Indonesia.

F. Pengaruh G 30S/PKI di Jawa Tengah


Kolonel Suhirman yang merupakan Asisten Kodam VII/Diponegoro berhasi menguasai
markas Kodam VII/Diponegoro di Jawa Tengah serta menunjuk beberapa orang sebagai
pimpinan di beberapa daerah seperti Mayor Supardi memimpin pasukan di Salatiga dan
Mayor Kadri memimpin pasukan di Solo. Mereka juga menempatkan pasukan di
beberapa tempat strategis seperti di Markas Kodam Diponegoro, RRI, dan
telekomunikasi.
Letnan Kolonel Sastrobroto mengambil alih pimpinan Kodam VII/Diponegoro dan
beberapa tempat seperti,
1)    Maraks Kodam Resort Militer 071/Purwokerto yang di pimpin oleh Kepala Staf
Letnan Kolonel Soemitro.
2)    Makorem 072/Yogyakarta yang dipimpin oleh Kepala Seksi 5 Mayor Mulyono.
3)    Markas Brigade Infantri 6 yang dipimpin oleh Komandan Kompi Markas Kapten
Mintraso.
G. Pengaruh G 30S/PKI di Yogyakarta
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Mayor Mulyono mengumumkan dukunganya terhadap G
30S/PKI. Mereka berhasil menguasai Makorem 072 dan menculik Letnan Kolonel
Sugiono. Aksi yang mereka lakukan pertama-tama mengeluarkan perintah agar seluruh
rakyat Yogyakarta mendukung G 30S/PKI, membagi-bagikan  senjata kepada anggota
veteran setempat, serta melakukan demonstrasi secara besar-besaran bersama dengan
organisasi massa di depan Makorem 072 untuk mengatakan dukungannya terhadap G
30S/PKI.

H. Pengaruh G 30S/PKI di Solo


Pada tanggal 2 Oktober 1965 Walikota Solo Oetomo Ramelan melalui siaran di RRI
menyatakan dukungannya terhadap G30S/PKI. Mereka menduduki tempat-tempat
strategis seperti kantor RRI, telekomunikasi, dan bank-bank negara. Gerkan operasi
penumpasan dimulai pada tanggal 2 Oktober 1965 dan berhasil merebut RRI, markas
Kodam Diponegoro, dan kota-kota di Jawa Tegah yang telah dikuasai oleh PKI.

I. Faktor Penyebab Kegagalan Pemberontakan G 30S/PKI


1. Kesalahan perhitungan waktu oleh PKI.
2. Rasa percaya diri yang amat tinggi oleh PKI.
3. Kekacauan pada komando militer, sementara PKI berhadapan dengan ABRI,
khususnya AD yang sangat mantap kemampuan tempurnya.
4. Adanya kebencian masyarakat terhadap tindakan PKI.
5. Tidak adanya reson dari para simpatisan PKI terhadap perubahan yang serba cepat
dan kurang terkodinir.

J. Dampak Peristiwa G30S/PKI


Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif dalam
kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu,
1. Dampak politik
2. Dampak Ekonomi

K. Beberapa Pendapat Mengenai G30S/PKI


Adapun pendapat-pendapat tersebut yaitu sebagai berikut,
1. Pandangan yang menegaskan bahwa pelaku utama dan dalang G30S/PKI adalah PKI.
2. Pandangan yang kedua menegaskan bahwa G30S/PKI itu adalah bentuk kompirasi.
3. Pandangan yang mengatakan bahwa G30S/PKI itu terjadi karena konflik intern di
tubuh TNI AD.

L. Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G30S/PKI


Setelah super semar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa
transisi. Kepemimpinan Soekarno kehhilangan supermasinya. MPRS kemudian meminta
Presiden Soekarno untuk mempertanggungjawabkan hasil pemerintahannya, terutama
berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden
Soekarno memberikan pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai
masalah yang menyangkut peristiwa G30S/PKI. Sidang Istimewa MPRS dilakukan pada
tanggal 7 sampai 12 Maret 1967.

Anda mungkin juga menyukai