Anda di halaman 1dari 5

PAPER

PENGANTAR KRISIS KESEHATAN DAN KEBENCANAAN


Dosen Pengampu: Poppy Farantia Saputri, S.Keb., Bd., M.Keb

Disusun Oleh:

Bagus Dwi Styowahyudi (171141043)

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI TAHUN
AKADEMIK 2020/2021
BAB I
1. Latar Belakang

Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca
bencana (post event) berupa emergency response dan recovery dari pada kegiatan
sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness.
Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum
bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin
timbul ketika bencana. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana
dapat berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan
penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-
proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-
kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies). Secara umum
kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini; b. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup
kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan
search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; c. Kegiatan pasca
bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Tahap tanggap darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan


untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya
korban jiwa. dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi
dengan membaginya menjadi “fase akut” dan “fase sub akut”. Dalam fase akut, 48
jam pertama sejak bencana terjadi disebut “fase penyelamatan dan
pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan
pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat
bencana. Kirakira satu minggu sejak terjadinya bencana disebut dengan “fase sub
akut”. Dalam fase ini, selain 70 tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan
medis darurat”, dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada
saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakantindakan terhadap
munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian. Fase pemulihan
merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri
dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Tahap
pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan pada
tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana
yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan
penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Tahap rekonstruksi merupakan
tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana
secara lebih baik dan sempurna.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tahap tanggap darurat?

b. Bagaimana tahap pemulihan?

c. Bagaimana tahap rekontruksi?

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui tahapan tanggap darurat

b. Untuk mengetahui tahapan pemulihan

c. Untuk mengetahui tahapan rekontuksi


BAB II

TAHAP TANGGAP DARURAT


Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap
darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:

1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.


2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.

TAHAP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI


Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan
inti pada tahapan ini adalah:

1. Bantuan Darurat
 Mendirikan pos komando bantuan
 Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
 Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
 Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
 Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
 Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
 Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan
 Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
 Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan
dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam
penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
 Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan
ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena
bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
 Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
 Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
 Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
 Relokasi korban dari tenda penampungan
 Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
 Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
 Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
 Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit
dan pasar mulai dilakukan
 Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
 Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan
kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
 Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.

Anda mungkin juga menyukai