Anda di halaman 1dari 5

TRANSKIP WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

KEPALA PUSKESMAS SUMANDA KABUPATEN TANGGAMUS

I. Identitas Informasi
Nama : Saifullah, SKM, M.Kes
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pringewu Utara
Pendidikan terakhir : S2 Epidemiologi
Tanggal wawancara :

II. Pertanyaan
A. Input
1. Kebijakan
a. Pedoman apa yang digunakan untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan
penanggulangan penyakit TB Paru?
(Probing: Juklak, Junis, Panduan atau berupa keputusan Menteri
Kesehatan, peraturan daerah tentang TB paru)
Ada 3 pedoman yang digunakan yang pertama Kemenkes, kedua yang
terbaru permenkes 2007 tentang penanggulangan TB Paru dan yang ketiga
adalah modul.

b. Kebijakan apa saja yang Bapak/Ibu buat untuk meningkatkan capaian


program TB paru ?
(Probing: Kebijakan TB di masa pandemi Covid-19)
Kebijakan yang dikeluarkan tetap berpedoman pada 3 modul yang
dijelaskan diatas. Tetapi ada inovasi yang di lakukan yaitu inovasi yang
sudah dijalankan sejak tahun 2020 yaitu JUMANTUK (Juru pemantau
batuk) sistim nya kita melatih kader untuk memantau siapa saja yang batuk
dimodali pot dahak, jika ada yang batuk kader ini yang mendatangi yang
batuk ini, sampel dahak di ambil lalu kader ini yang mengantarkan nya ke
puskesmas. Pada saat pandemic tentu kunjungan rumah dibatasi, jika ada
kunjungan rumah di datangi dengan menerapkan protocol kesehatan ketat.

c. Apakah kebijakan yang Bapak/Ibu keluarkan tersebut dijalankan dengan


baik oleh pemegang program ? Bagaimana kesesuaian pelaksanaan dan
kebijakan yang ada?
Pemegang program TB paru saat ini baru bergabung selama 3 bulan
sehingga untuk realisasi program TB ini belum sepenuhnya terlaksana.

2. Tenaga
a. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam program penanggulangan
TB paru dan apa tugas masing-masing tenaga kesehatan tersebut?
Dokter selaku penanggung jawab, tugasnya untuk koordinasi apabila ada
pasien yang datang mengenai pasien yang batuk. Kedua adalah pemegang
program, tugasnya melakukan perencanaan TB , mengelola, melaksanakan
serta mengevaluasi program TB, ketiga ada petugas analis yang memeriksa
sampel dahak. Serta ada bidan desa dan kader Jumantuk.
b. Berapa jumlah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam program
TB paru?
Ada dokter, pemegang program, analis, bidan desa dan kader jumantuk.

c. Bagaimana dengan kualitas dan kuantitas tenaga yang bertanggung jawab


diprogram TB paru ?
(Probing: berhubungan dengan kecukupan tenaga, pengalaman, dan latar
belakang pendidikan pemegang program)
Dengan tenaga yang ada coba dimaksimalkan sehingga tidak ada kendala
yang berarti.

d. Pelatihan apa saja yang sudah diterima oleh petugas pelaksana program TB
Puskesmas?
(Probing: seperti seminar, pelatihan khusus, baik yang diadakan didalam
maupun diluar puskesmas, apakah rutin atau berkala, adakah pelatihan
selama pandemi Covid-19 )
Belum ada pelatihan yang diterima karena tenaga baru dan kondisi saat ini
yang sedang pandemic. Baru ada konsultasi dengan dinas terkait.

3. Pendanaan
a. Bagaimana anggaran dana untuk program penanggulangan TB paru ?
(Probing: sumber dana apa saja (donor APBD) untuk sarana dan
prasarana, pelaksanaan program, pendanaan selama pandemi Covid-19)
Termasuk program utama di puskesmas, oleh karena itu selalu diianggarkan
melalui dana BOK. Berupa penyuluhan, investigasi kontak, kunjungan
rumah dan adalah kegiatan pelatihan kader dilakukan dengan protokol
kesehatan.
b. Bagaimana kecukupan dana untuk pengelolaan dan pelaksanaan program
penanggulangan TB paru di Puskesmas Sumanda?
Relatif cukup untuk dana yang ada dengan sitem mengabdi
c. Siapakah yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana program
penanggulangan TB paru di Puskesmas Sumanda?
Ada pemegang program dan pengelola program, dan sementara ini di
kelola oleh Ibu Puput
d. Kegiatan penanggulangan TB paru apa yang terkendala untuk
dilaksanakan karena tidak tersedianya dana?
Untuk penyembuhan seperti pemberian makanan tambahan, namun
disarankan melalui dana desa untuk membantu program ini. Lalu insentif
kader tidak dianggarkan oleh dana BOK.

4. Sarana dan Prasarana


a. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan ?
(Probing: Sarana dan prasarana habis pakai, sarana dan parasara tidak
habis pakai)
Habis banyak digunakan di laboratorium seperti kasa, reagen, lensa, pot
dahak, alat pelindung diri. Tidak habis pakai seperti mikrospok binokuler,
buku pedoman, lemari dan box penyimpanan, dokumen pemeliharaan,
poster, laptop, infokus kendaraan dan sejenisnya. Pengadaan dilaksanakan
dari program JKN untuk pengadaan obat dan bahan habis pakai, namun
untuk yang tidak habis pakai melalui dinas.
b. Bagaimana dengan ketersediaan sarana dan prasarana pada pelaksanaan
program penanggulangan TB paru di Puskesmas Sumanda?
Cukup

c. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengadaan sarana dan prasarana


tersebut ?
Petugas pemegang program, petugas analis dan farmasi
d. Bagaimana dengan cara pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut ?
Yang bertanggung jawab yang melakukan pemeliharaan dengan kalibrasi
alat laboratorium, seperti mikroskop dan pembersihan dan pengecekan di
awal kerja.

B. Proses
1. Komitmen Politis
a. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang komitmen politis dinas kesehatan
kabupaten/kota terhadap program penanggulangan TB paru ini? Ditandai
dengan apakah komitmen politis tersebut?
(Probing: bagimana pengaruh pandemi Covid-19terhadap komitmen
politis)
Bimbingan supervisi, monitoring evaluasi rutin dan pelatihan pertemuan
peningkatan kemampuan petugas serta bimbingan teknis
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang komitmen politis masing-masing
desa terhadap program penanggulangan TB paru ini? Ditandai dengan
apakah komitmen politis tersebut?
Masih kurang karena ditandai dengan beberapa desa yang belum
menerbitkan SK Kader. Dan ada juga beberapa kon yang belum
mnegalokasikan dana khusunya kader TB. Belum semua mendukung
program TB ini karena ada yang baru pemilihan karena belum
terintegrasikan dengan baik
c. Bagaimana kerjasama yang dilakukan oleh puskesmas untuk mengatasi
masalah TB paru?
Dilakukan dengan pertemuan rutin Lokakarya Mini Lintas Sektoral yang
diadakan 3 bulan sekali dengan dihadiri Camat, Kapolsek, Babinsa.
Menyampaikan program yang ada di puskesmas, terutama TB.

2. Penemuan Kasus
a. Bagaimana pelaksanaan penemuan kasus TB Paru yang dilakukan di
Puskesmas Sumanda ?
Mulai dijaring di Balai Pengobatan di identifikasi dari gejala yang ada dan
dirujuk ke Laboratorium untuk pengecekan dahak. Selain itu kader
jumantuk bisa mengirimkan sampel dahak suspect untuk diperiksa ke
laoratorium.
b. Bagaimana pelaksanaan penemuan kasus TB paru dengan door to door ke
rumah warga ?
Untuk penemuan kasus dan pemeriksaan yang datang ke suspect adalah
kader dengan mgirimkan pot dahaknya saja yang tentunya dengan
protocol kesehatan.

c. Bagaimana metode pelaksanaan penemuan kasus TB paru selama


pandemi covid-19?
Sampel diperiksa oleh laboratorium, jika terindikasi positif lalu dilaporkan
oleh petugas laboratorium ke dokter, lalu dokter menentukan dan
menyampaikan pemegam program dan ditindak lanjuti dengan pemberian
obat.

3. Pemeriksaan BTA (+)


a. Bagaimana alur pemeriksaan penderita TB paru di puskesmas ini?
(Probing: Alur pemeriksaan sputum selama masa pandemi Covid-19)
Sampel diterima di laboratorium, dilakukan fiksasi dan dilakukan
pewarnaan lalu diperiksa dengan mikroskop yang dilakukan oleh analis.
b. Bagaimana cara pemeriksaan BTA (+) ?
Dahak yang di ambil adalah dahak pagi dan sewaktu-waktu suspect akan
diperiksa.
c. Bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk mendapat hasil
pemeriksaan BTA (+) dari Puskesmas Sumanda?
Untuk waktu yang diperlukan sebanyak 2 jam, karena diperiksa dengan 100
lapangan pandang untuk memastikan betul betul akurat hasil terindikasi
positif atau negative.
d. Setelah hasil keluar, tindakan apa selanjutnya yang dilakukan?
Dilakukan penyampaian hasil kepada pasien, lakukan melakukan
penyeluhan dan rekomendasi pengobatan kurang lebih 6 bulan

4. Pengobatan
a. Bagaimana ketersediaan obat TB paru di puskesmas?
(Probing: gratis/bayar)
Untuk obat di puskesmas gratis
b. Bagaimana teknis pemberian obat yang diberikan oleh petugas?
(Probing: cara pengambilan obat, koordinasi dengan Dinkes dan RS)
Tergantung pedoman atau ketentuan, melihat dosis atau jumlah obat
disesuaikan dengan berat badan. Semakin berat BB maka dosis akan
semakin tinggi. Pemberian obat dilakukan dalam 2 minggu sekali atau 1
bulan sekali jika lokasi pasien dinilai jauh dari puskesmas.
c. Bagaimana peran Pengawas Minum Obat (PMO) dalam keteraturan minum
obat penderita TB?
Pasien minum obat di puskesmas, diajarkan oleh PMO dengan penjelasan
dosis. Mengingatkan pasien untuk minum obat sesuai dengan anjuran.
d. Bagaimana petugas melakukan pemantauan terhadap kemajuan hasil
pengobatan yang dijalani pasien TB paru? Bagaimana caranya?
(Apakah pada bulan ke-2 dan ke-5 pengobatan, diperiksa dahak kembali?)
Pasien diwajibkan membawa kartu berobat. Gunanya untuk memnatau dosis
dan lama pengobatannya. Ada pemeriksaan pada bulan kedua dan bulan ke
lima, dengan pemeriksaan mikroskopik di laboratorium.

5. Penyuluhan
a. Siapa petugas yang melaksanakan penyuluhan ?
Pemegang program, dokter, promosi kesehatan
b. Bagaimana pelaksanaan penyuluhan TB paru dilaksanakan ?
(Probing: metode penyuluhan apakah personal/ceramah/media KIE,
pelaksanaan penyuluhan di masa pandemi covid-19)
Selama ini menggunakan brosur dan saat tertentu spserti acara posyandu
maka diadakan penyuluhan dengan ceramah
c. Berapa kali frekuensi dilakukannya penyuluhan ?

(Probing: perbedaan sebelum dan saat pandemi covid-19)


Diadakan 1 sampai 2 kali dalam sebulan. Penyuluhan diadakan kelompok.
Bisa diadakan personal jika ada kontak dengan suspect

6. Pencatatan dan Pelaporan


Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan TB yang dilakukan di Puskesmas
Sumanda? Probing (kepatuhan petugas terhadap pembuatan laporan, apakah
rutin dan tepat waktu, apakah manual atau online, ditujukan kepada siapa,
kapan waktu pelaporan, kendala)
Dicatat dengan online dan manual. Online dicatat dengan aplikasi SITB, yang
tentunya bisa di cek oleh dinas terkait. Dilaporkan oleh pemegang program
dengan cara entry per pasien. Laporan bulanan di kumpulkan ke SP2TP lalu
dilaporkan ke dinas.

C. Output
1. Bagaimana capaian angka penemuan kasus (CDR) dan angka kesembuhan TB
tahun 2020 dan Jan-Mei 2021, apakah sudah sesuai dengan target atau belum?
(Target ditentukan oleh siapa dan cara menentukan target nya, bagaimana
pengaruh pandemi covid-19 terhadap capaian program, kendala/hambatan
yang sering sitemui, serta rencana tindak lanjut/perbaikan/strategi kedepan)
Baru ada 17 kasus dari target 57 kasus dengan presentase 29,8%. Masih jauh
dari target. Untuk suspect di tahun 2020 ada 127 orang dengan target 208 yaitu
presentase 41,2%. Dari januari-mei ditemukan 5 kasus rujukan dari BTA.
Target ditentukan oleh Dinas Kesehatan. Pandemic sangat mempengaruhi untuk
pencapaian kasus karena msayarakat masih takut untuk periksa. Evaluasi
dilakukan perbulan. Kendala yang dihadapi selama ini adalah jalan yang
ditempuh sangat jauh, kader yang kurang di setiap desa, atau ada desa yang
belum menerbitkan SK. Tidak ada reward bagi kader dengan pencapaian
terbaik.
Untuk rencana tidak lanjut diperlukan komitmen dari desa unutk menerbitkan
kader TB, jadi kader JUMANTUK nya tercukupi, dan menerapkan reward dan
punishment, dan pemanfaatan social media untuk sosialisi, meningkatkan
penjaringan kasus secara aktif maupun pasif dan terakhir melakukan monitoring
serta evaluasi kegiatan secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai