HTN D
HTN D
IDENTITAS DIRI
Nama : Nabila Rizkita Putri Sutrisno
Kelas : D
NIM : 20/455081/HK/22328
PERTANYAAN
1. Dalam Pasal 20 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa setiap rancangan undang-undang
dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan Bersama.
Apakah dengan kata lain Presiden juga merupakan pemegang kekuasaan legislatif di Indonesia?
Jelaskan dengan memberikan dasar hukum dan/atau teori yang relevan! (Bobot: 10)
2. Pasal 4 ayat (1) mengatur bahwa Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.
a. Dalam melaksanakan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden (Lihat
Pasal 4 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945) dan Menteri-menteri negara (Lihat Pasal 17 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945). Merujuk pada kedua ketentuan tersebut, apakah Wakil Presiden dan
Menteri-Menteri Negara memiliki kedudukan yang sama sebagai “pembantu Presiden”?
Jelaskan pandangan saudara dengan memberikan dasar hukum dan/atau teori yang relevan!
(bobot: 5)
b. Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, Presiden memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan Negara sebagaimana diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Di sisi lain, DPR juga memiliki fungsi anggaran sebagaimana diatur dalam Pasal
20A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Jelaskan dengan memberikan dasar hukum yang
relevan mengenai hubungan antara Presiden dan DPR dalam konteks pengelolaan keuangan
negara! (bobot: 5)
3. Pasca amandemen Undang-Undang Dasar, terjadi perubahan signifikan terhadap pengaturan dalam
Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman. Sebelum amandemen, Bab IX hanya mengatur Mahkamah
Agung dan badan-badan kehakiman menurut undang-undang. Pasca amandemen, terdapat tiga
Lembaga yang diatur dalam Bab IX, yakni Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Halaman 1 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM
Konstitusi. Berdasarkan pengaturan tersebut, apakah dengan demikian ketiga Lembaga tersebut
merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman? Jelaskan dengan memberikan dasar hukum dan/atau
teori yang relevan! (Bobot: 10)
4. Dalam peraturan perundang-undangan, otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
dekonsentrasi diartikan sebagai pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada, salah satunya, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
a. Apakah daerah dapat mengatur segala urusan pemerintahannya sendiri berdasarkan otonomi
daerah? Jelaskan. (Bobot: 5)
b. Apakah yang dimaksud dengan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat? Jelaskan dengan
memberikan contoh konkretnya. (Bobot: 5)
5. Salah satu alasan dibentuk UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan adalah UU No. 62
Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru. Apakah hal-hal baru yang diadopsi
dalam UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia? Apakah yang
melatarbelakangi diadopsinya hal-hal tersebut? Jelaskan. (Bobot: 10)
JAWABAN
1. Presiden bukan merupakan pemegang kekuasaan legislatif di Indonesia karena fungsi legislatif
dan kekuasaan legislatif adalah dua hal yang berbeda. Seperti fungsi yang dimiliki DPR, DPD,
maupun DPRD, Presiden juga memiliki kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-
undangan karena Presiden memiliki fungsi legislatif. Sebelum amandemen UUD NRI 1945,
memang kekuasaan legislatif berada di tangan Presiden. Namun pergeseran kekuasaan legislatif
dari Presiden ke DPR dapat kita bandingkan dari Pasal 5 ayat (1) UUD NRI 1945 sebelum
amandemen: “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat. (1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.” Dengan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI 1945 setelah amandemen:
“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.” dan Pasal 20
ayat (2) UUD NRI 1945 setelah amandemen: “Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.”
Dua pasal tersebut telah menyiratkan adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden ke
tangan DPR. Meski begitu, tetap tidak menghilangkan fungsi legislatif yang dimiliki Presiden.
2.
a. Tentunya kedudukan Wakil Presiden dan Menteri-menteri negara tidaklah sama, hal ini dapat
dilihat melalui perbedaan-perbedaan sebagai berikut:
Proses rekrutmen yang berbeda, dimana Wakil Presiden direkrut One Ticket Candidate with the
President atau satu tiket dengan presiden. Sedangkan Menteri direkrut sesuai keinginan presiden
(President at will)
Garis Pertanggungjawaban yang berbeda dimana Wakil Presiden bertanggungjawab pada Rakyat,
sedangkan Menteri bertanggungjawba pada Presiden.
Halaman 2 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM
Proses Pemberhentian yang berbeda, dimana Wakil Presiden dapat diberhentikan melalui proses
impeachment yang diatur dalam Pasal 7A UUD NRI 1945, sedangkan Menteri sesuai keinginan
Presiden (President at will).
Produk Hukum Pengangkatannya pun berbeda, dimana Wakil Presiden hanya disumpah di
hadapan MPR sedangkan Menteri diangkat melalui Keputusan Presiden.
3. Sebelum menentukan siapa pelaksana kekuasaan kehakiman, lebih dulu kita harus mengetahui
apa kekuasaan kehakiman itu. Sesuai Pasal 24 ayat (1) UUD NRI 1945, Kekuasaan Kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Lebih lanjut, Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa:
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan pasal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa MA dan MK merupakan pelaksana
kekuasaan kehakiman, namun tidak dengan KY. Hal ini dikarenakan sesuai dengan ayat (1), KY tidak
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan peradilan, dan hanya berkewenangan untuk mengawasi
kinerja hakim. Telah ditegaskan pula dalam ayat (2) bahwa hanya MA dan MK yang
melakukan/melaksanakan kekuasaan kehakiman, sehingga KY lebih sering disebut dengan lembaga
ekstra-yudisial.
4.
a. Sesuai Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat,
Presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah pusat untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota dan tugas pembantuan oleh daerah
kabupaten/kota. Lebih lanjut, Presiden sebagai penanggung jawab akhir pemerintahan
secara melimpahkan kewenangannya kepada gubernur untuk bertindak atas nama
Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada daerah
kabupaten/kota agar melaksananakan otonominya dalam koridor norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sebagai contoh, Gubernur
Halaman 3 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM
b. Sesuai pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.” lebih lanjut dalam pasal 18 ayat (6) UUD 1945,
“Pemerintah daerah berwenang menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.” Dapat disimpulkan bahwa
Daerah memang diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian
hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara. Namun seluas-luasnya bukan berarti mutlak.
Sesuai pasal 18 ayat (5) UUD 1945, “Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.” Terdapat beberapa urusan yang berada di luar kewenangan
daerah dan mutlak menjadi urusan pemerintahan pusat. Urusan tersebut menyangkut
terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan
pemerintahan dimaksud meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter,
serta yustisi.
Halaman 4 dari 4