Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM

Mata kuliah : Hukum Tata Negara


Hari, tanggal : Selasa, 29 Juni 2021
Dosen : Tim Pengajar Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UGM
Waktu : 120 menit
Jenis Ujian : Terbuka (Daring)

IDENTITAS DIRI
Nama : Nabila Rizkita Putri Sutrisno
Kelas : D
NIM : 20/455081/HK/22328

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL:


1. Tuliskan identitas Anda pada kolom identitas Diri di atas.
2. Tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia dalam dokumen ini.
3. Jawablah semua pertanyaan secara jelas dan argumentatif.
4. Jawaban dikirimkan melalui akun SIMASTER Anda.
5. Dokumen yang dikirimkan melebihi batas waktu yang telah ditentukan atau melalui media
lainnya tidak akan diterima.
6. Format penamaan file adalah sebagai berikut: No.Presensi (sesuai kartu ujian)_NIU (6
digit)_Nama Mahasiswa_Mata Kuliah_Kelas (Contoh: 99_298377_Mawang Yeager_HTN_B)
7. Dokumen dikirimkan dalam format Word.
8. Bagi kelas yang diwajibkan mengumpulkan tugas pada saat hari Ujian, silakan mengikuti
ketentuan yang diberikan oleh masing-masing Dosen Pengampu.

PERTANYAAN

1. Dalam Pasal 20 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa setiap rancangan undang-undang
dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan Bersama.
Apakah dengan kata lain Presiden juga merupakan pemegang kekuasaan legislatif di Indonesia?
Jelaskan dengan memberikan dasar hukum dan/atau teori yang relevan! (Bobot: 10)
2. Pasal 4 ayat (1) mengatur bahwa Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.
a. Dalam melaksanakan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden (Lihat
Pasal 4 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945) dan Menteri-menteri negara (Lihat Pasal 17 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945). Merujuk pada kedua ketentuan tersebut, apakah Wakil Presiden dan
Menteri-Menteri Negara memiliki kedudukan yang sama sebagai “pembantu Presiden”?
Jelaskan pandangan saudara dengan memberikan dasar hukum dan/atau teori yang relevan!
(bobot: 5)
b. Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, Presiden memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan Negara sebagaimana diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Di sisi lain, DPR juga memiliki fungsi anggaran sebagaimana diatur dalam Pasal
20A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Jelaskan dengan memberikan dasar hukum yang
relevan mengenai hubungan antara Presiden dan DPR dalam konteks pengelolaan keuangan
negara! (bobot: 5)
3. Pasca amandemen Undang-Undang Dasar, terjadi perubahan signifikan terhadap pengaturan dalam
Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman. Sebelum amandemen, Bab IX hanya mengatur Mahkamah
Agung dan badan-badan kehakiman menurut undang-undang. Pasca amandemen, terdapat tiga
Lembaga yang diatur dalam Bab IX, yakni Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah

Halaman 1 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM

Konstitusi. Berdasarkan pengaturan tersebut, apakah dengan demikian ketiga Lembaga tersebut
merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman? Jelaskan dengan memberikan dasar hukum dan/atau
teori yang relevan! (Bobot: 10)
4. Dalam peraturan perundang-undangan, otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
dekonsentrasi diartikan sebagai pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada, salah satunya, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
a. Apakah daerah dapat mengatur segala urusan pemerintahannya sendiri berdasarkan otonomi
daerah? Jelaskan. (Bobot: 5)
b. Apakah yang dimaksud dengan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat? Jelaskan dengan
memberikan contoh konkretnya. (Bobot: 5)
5. Salah satu alasan dibentuk UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan adalah UU No. 62
Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru. Apakah hal-hal baru yang diadopsi
dalam UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia? Apakah yang
melatarbelakangi diadopsinya hal-hal tersebut? Jelaskan. (Bobot: 10)

JAWABAN

1. Presiden bukan merupakan pemegang kekuasaan legislatif di Indonesia karena fungsi legislatif
dan kekuasaan legislatif adalah dua hal yang berbeda. Seperti fungsi yang dimiliki DPR, DPD,
maupun DPRD, Presiden juga memiliki kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-
undangan karena Presiden memiliki fungsi legislatif. Sebelum amandemen UUD NRI 1945,
memang kekuasaan legislatif berada di tangan Presiden. Namun pergeseran kekuasaan legislatif
dari Presiden ke DPR dapat kita bandingkan dari Pasal 5 ayat (1) UUD NRI 1945 sebelum
amandemen: “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat. (1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.” Dengan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI 1945 setelah amandemen:
“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.” dan Pasal 20
ayat (2) UUD NRI 1945 setelah amandemen: “Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.”
Dua pasal tersebut telah menyiratkan adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden ke
tangan DPR. Meski begitu, tetap tidak menghilangkan fungsi legislatif yang dimiliki Presiden.

2.
a. Tentunya kedudukan Wakil Presiden dan Menteri-menteri negara tidaklah sama, hal ini dapat
dilihat melalui perbedaan-perbedaan sebagai berikut:
 Proses rekrutmen yang berbeda, dimana Wakil Presiden direkrut One Ticket Candidate with the
President atau satu tiket dengan presiden. Sedangkan Menteri direkrut sesuai keinginan presiden
(President at will)
 Garis Pertanggungjawaban yang berbeda dimana Wakil Presiden bertanggungjawab pada Rakyat,
sedangkan Menteri bertanggungjawba pada Presiden.

Halaman 2 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM

 Proses Pemberhentian yang berbeda, dimana Wakil Presiden dapat diberhentikan melalui proses
impeachment yang diatur dalam Pasal 7A UUD NRI 1945, sedangkan Menteri sesuai keinginan
Presiden (President at will).
 Produk Hukum Pengangkatannya pun berbeda, dimana Wakil Presiden hanya disumpah di
hadapan MPR sedangkan Menteri diangkat melalui Keputusan Presiden.

b. Pasal 23 ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945 berbunyi:


“(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun yang lalu.”
Dalam pasal ini terdapat pembagian kerja antara Presiden dan DPR mengenai pengelolaan
keuangan negara, dimana Presiden akan menyusun rancangan APBN, kemudian mengajukannya pada
DPR. Setelah DPR memberikan pertimbangan maupun persetujuan, Presiden kemudian menjadi
pelaksana dari APBN tersebut, dan DPR bertugas melakukan fungsi pengawasan terhadap kegiatan
pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh Presiden. Hal ini dikarenakan kegiatan penganggaran
dan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara terkait erat dengan kinerja pemerintahan,
sehingga harus dikontrol dengan sebaik baiknya. (Jimly Asshiddiqie, 2009)

3. Sebelum menentukan siapa pelaksana kekuasaan kehakiman, lebih dulu kita harus mengetahui
apa kekuasaan kehakiman itu. Sesuai Pasal 24 ayat (1) UUD NRI 1945, Kekuasaan Kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Lebih lanjut, Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa:
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan pasal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa MA dan MK merupakan pelaksana
kekuasaan kehakiman, namun tidak dengan KY. Hal ini dikarenakan sesuai dengan ayat (1), KY tidak
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan peradilan, dan hanya berkewenangan untuk mengawasi
kinerja hakim. Telah ditegaskan pula dalam ayat (2) bahwa hanya MA dan MK yang
melakukan/melaksanakan kekuasaan kehakiman, sehingga KY lebih sering disebut dengan lembaga
ekstra-yudisial.

4.
a. Sesuai Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat,
Presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah pusat untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota dan tugas pembantuan oleh daerah
kabupaten/kota. Lebih lanjut, Presiden sebagai penanggung jawab akhir pemerintahan
secara melimpahkan kewenangannya kepada gubernur untuk bertindak atas nama
Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada daerah
kabupaten/kota agar melaksananakan otonominya dalam koridor norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sebagai contoh, Gubernur

Halaman 3 dari 4
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM STUDI SARJANA SEMESTER GENAP TA 2020/2021
HUKUM

memiliki tugas untuk memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di


wilayahnya, melantik bupati/wali kota, serta melakukan monitoring, evaluasi, dan
supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di
wilayahnya.

b. Sesuai pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.” lebih lanjut dalam pasal 18 ayat (6) UUD 1945,
“Pemerintah daerah berwenang menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.” Dapat disimpulkan bahwa
Daerah memang diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian
hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara. Namun seluas-luasnya bukan berarti mutlak.
Sesuai pasal 18 ayat (5) UUD 1945, “Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.” Terdapat beberapa urusan yang berada di luar kewenangan
daerah dan mutlak menjadi urusan pemerintahan pusat. Urusan tersebut menyangkut
terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan
pemerintahan dimaksud meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter,
serta yustisi.

5. Sebelum UU Kewarganegaraan 2006 diundangkan status kewarganegaraan anak dari perkawinan


campuran hanya diperoleh dari ayah dengan syarat anak tersebut memiliki hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya. Hal ini dikarenakan anak yang lahir sebelum 2006 masih
diberlakukan UU Kewarganegaraan 1958 yang menggunakan ius sanguinis patriarki sebagai
pedoman dalam memberikan status kewarganegaraan kepada anak, sesuai pasal 13 ayat (1) UU
No.62 Tahun 1958 yang berbunyi:
“Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-negaraan Republik
Indonesia, turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia setelah ia bertempat tinggal
dan berada di Indonesia. Keterangan tentang bertempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak
berlaku terhadap anak-anak yang karena ayahnya memperoleh kewarga-negaraan Republik
Indonesia menjadi tanpa kewarga-negaraan.” Pedoman ini dianggap tidak memberikan
perlindungan hukum yang cukup bagi anak yang lahir dari perkawinan campur dan diskriminasi
hukum terhadap WNI Perempuan. Dalam ketentuan UU kewarganegaraan ini, anak yang lahir
dari perkawinan campuran dimana Ibunya yang merupakan orang Indonesia, sulit untuk
mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Sehingga UU No. 12 Tahun 2006 dibentuk untuk
menghindari anak apathrid karena status kewarganegaraan merupakan salah satu hak asasi
manusia.

Halaman 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai