Anda di halaman 1dari 19

Tugas Individu

MAKALAH

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU

Oleh:
MASRUR
161050401079
Kelas C

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun
makalah berjudul Filsafat dan Pengetahuan. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan
Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam
penyusunan makalah ini dapat dilalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta salam,
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
dari kegelapan menuju masa yang ternag benderang.
Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa yang ingin mempelajari Pengantar Filsafat Ilmu agar lebih mudah dalam
belajar bab Filsafat dan Pengetahuan. Karena Filsafat merupakan al penting dalam
kehidupan manusia.
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam
mempelajari dan memahami mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu. Wallahu a’lam bis
showab

Makassar, 11 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI. ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.2.1. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan? ................................. 4
1.2.2. Apa pengertian filsafat menurut para ahli? ................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 4
1.3.1. Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan. ............... 4
1.3.2. Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli ...................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan ........................................................ 4
2.1.1. Pengertian Filsafat .................................................................................... 4
2.1.2. Jenis Pengetahuan ..................................................................................... 6
2.1.3. Jenis Agama ............................................................................................... 7
2.1.4. Batas-batas pengetahuan .......................................................................... 7
2.1.5. Filsafat di berbagai masyarakat .............................................................. 8
2.1.6. Filsafat dalam Islam.................................................................................. 8
2.2. Pengertian dan Definisi .................................................................................... 11
2.2.1. Pengertian Filsafat menurut para ahli .................................................... 13
2.2.2. Ciri berfikir filsafat ................................................................................. 16
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu


pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian
hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani
Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-
pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan


munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi
perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah
dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah
identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van
Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian
dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat
yang dianut.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999),


filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-
bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena
itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu
pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat
ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam
ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya
“Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu
pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial
menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut
Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi
perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu
mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam
kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin
ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the
sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena
pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”,
maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung
oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa
filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia
sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat
dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu
tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip
ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa
ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan
persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan
landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan?
1.2.2. Apa pengertian filsafat menurut para ahli?
1.3.Tujuan
1.3.1. Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan.
1.3.2 Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan
2.1.1. Arti Filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan
pertama. yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah
"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni: 
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah',
yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta,
suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi
'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya
'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan
sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain mengabdikan dirinya kepada
pengetahuan.

2. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam


pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua
berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia
adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir.
Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua
manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan
hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya:
Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain Filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh- sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.
Beberapa definisi Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat,
maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan
definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu
filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli).

2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua


pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato


Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,


mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: "apakah yang dapat kita
ketahui? (dijawab oleh metafisika);
"apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); "sampai di manakah
pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).

6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
2.1.2. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang
berasal dari luar manusia. Jenis pengetahuan yang kedua inilah yang dianggap
atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia dan Alam (yang oleh orang
beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan materialisme tidak
mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak
mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama
itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan,
yang dasarnya pemikiran.
2.1.2.1. Tiga kategori pengetahuan
Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
• Pengetahuan indera
• Pengetahuan Ilmu
• Penegtahuan Filsafat
Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil
pekerjaan tahu ini. Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah
pengetahuan.
a. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh, cium.
Pengalaman pancar indra ini melalui proses pemikiran langsung menjadi
pengetahuan.
b. Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis dan mendalam,
disertai riset dan eksperimen. Hasil berikir dan berbuat dengan metode ini
membentuk suatu pengetahuan.
c. Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal, dan
universal.
Ketiganya dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan pengetahuan, ilmu
pengetahuan, dan filsafat.
2.1.3. Jenis Agama
Di samping pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan, adapula
pengetahuan agama. Yaitu pengetahuan yang berintikan pengetahuan Tuhan
dan ulasan, keterangan, tafsiran, perincian yang berasal dari pengetahuan
manusia terhadap wahyu terebut.
Ada dua jenis agama yaitu agama budaya dan agama langit. Agama
budaya menurut ilmuwan barat lahir tar kebudayaan manusia, sedangkan
agama langit diwahyukan oleh Tuhan dari langit. Ajaran agama budaya
kebanyakan berisikan filsafat kemanusiaan. Sedangkan ajaran agama langit
diturunkan melalui wahyu.
2.1.4. Batas-batas pengetahuan
1. Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapat disentuh oleh
pancaindera secara langsung; batasnya sampai kepada segala sesuatu yang
tidak tertangkap oleh pancaindera.
2. Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset
dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum
dapat dilakukan penelitian;
3. Pengetahuan filsafat; segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi
(rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative, terbatas);
batasnya ialah batas alam, namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama Tuhan.
2.1.5. Filsafat di berbagai masyarakat
Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita agar
sesuai dengan perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik dan
buruk itu diajarkan oleh agama kepada kita semua. Agama itu kita warisi dari
Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran, dan ulasan tentang ajaran
agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi sebagai
filsuf.
Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang
mengajarkan aliran faham, yang membentuk pandangan hidup dan sikap
hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan laku-perbuatan
kita.
Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut
gambaran tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah-
tengah kita, dalam laku-perbuatan dan tindakan sehari-hari. Kehidupan kita
dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.

2.1.6. Filsafat dalam Islam


Akhirnya dalam memperkatakan kedudukan filsafat dalam
pengetahuan, timbul pula pertanyaan: Bagaimana kedudukan filsafat dalam
ajaran dan pengetahuan Islam. Pengetahuan Islam terbagi dalam tiga kategori:
a. Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan dengan wahyu,
dikodifikasikan dalam bentuk Kitab Qur’an.
b. Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan atau lanjutan wahyu,
diistilahkan Sunnah-Hadits Nabi.
c. Pengetahuan ulama, ilmuwan yang berasaskan, berpedoman, berkaitan,
dengan atau digerakkan oleh wahyu dan Hadits Rasul, merupakan hasil
ijtihad.
Dengan membahas kedudukan filsafat dalam pengetahuan, mulailah
kita berkenalan dengan dia. Tetapi perkenalan itu tidak akan mantap, apabila
kita tidak mengaji pengertiannya dan merumuskan definisinya. Seperti pula
perkenalan kita dengan seseorang baru akan mantap, manakala kita tahu
namanya dan mengerti tentang Dia.
2.2. Pengertian dan Definisi
2.2.1. Pengertian Filsafat menurut para ahli
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato


Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang
sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa
3
berbeda dengan Jasad (The Soul si distinct krom The Brody).

5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu


Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
6. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir
Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika);
Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); Sampai di
manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama); Apa itu
manusia ( dijawab olh Antropologi ).
7. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan:
Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai
dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak
dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu
filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan
yang universal.
8. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang
filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara
mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato
dan Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui
nilai kebenaran tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang
lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu untuk memahami atau
mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat
Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu
disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta
akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
9. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang
jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
10. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat
(ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia
dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
11. Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya
dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang
disebut hakekat.
12. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang
kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang
penghabisan “.
Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
(2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan
keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah
kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang
dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

14. Rene Descartes yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan, di


mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
Dalam bukunya De Homine Figures, dia mempertanyakan
eksistensi dirinya. Apakan itu suatu kebenaran ataukah tidak.
15. Stephen R. Toulmin, menyatakan filsafat adalah Sebagai suatu
cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan
unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-
metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan
metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-
landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika
formal, metodologi praktis, dan metafisika.
16. Prof. Mr.Mumahamd Yamin : Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
17. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran
yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel : Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-
tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat
berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian
akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
19. Al Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang
memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam membagi
filsafat itu dalam tiga lapangan : Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat),
merupakan tingkatan terendah;bIlmu Matematika (al-ilmu al-
riyadil), tingkatan tengah; Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat),
tingkatan tertinggi.
20. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar.
Dari definisi para ahli di atas, filsafat dapat diartikan sebagai
sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai
hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.
2.2.2. Ciri berfikir filsafat
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir
radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung,
sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak
separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya.
Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi
berfikir yang radikal itu.

2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak


selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan
yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang teratur.
3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus,
Terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi mencakup
keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai keseluruhan.
Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin
atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia
tidak hanya mengenai manusia Indonesia, manusia Afrika,
manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum atau
universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala
sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan
universal. Pengertian ini merupakan kumpulan dari pendapat para ahli mengenai
filsafat.

Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengetahuan adalah kedudukan filsafat dalam


pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah

Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat buat para pembacanya. Jika
sekiranya materi dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis
memohon partisipasi pembaca untuk memberikan dukungan dan bimbingan untuk
perkembangan ke arah yang lebih baik.

Daftar Pustaka
buckingham, W. (2013). The Philosophy Book. London: DK Pubishing.

Gazalba, S. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Meliono, I. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI.

Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsaafat menurut para ahli. Diambil kembali dari Blog
Xandra Wesly: http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-
menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai