Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

K POSTPARTUM 6 HARI
DENGAN BENDUNGAN ASI

NAMA: IA NURLIANI
NPM : 19.20.02.00088

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2021
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K POSTPARTUM 6 HARI
DENGAN BENDUNGAN ASI

Oleh:

NAMA : IA NURLIANI
NPM : 19.20.02.00088

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal, 23 Juni 2021

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Ratna Wulandari, S.ST, M.KM


NIDN. 0323059301
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K POSTPARTUM 6 HARI

DENGAN BENDUNGAN ASI

Oleh:

NAMA : IA NURLIANI

NPM : 19.20.02.00088

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim


penguji Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju.Tanggal,.................2021

Menyetujui,

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu KBK Dosen Pencegahan dan


Teknologi Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
NIDN NIDN

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Ratna Wulandari, S.ST, M.KM

NIDN. 0323059301
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala

rahmat dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan individu Praktik Asuhan kesehatan pada pasen pasca melahirkan yang

berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K POSTPARTUM 6 HARI

DENGAN BENDUNGAN ASI di Kp Limustilu Desa Padaluyu Kec. Cikadu kab

Cianjur.

Dalam proses penyusunan laporan ini, ada banyak pihak yang membantu,

oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala kerendahan dan

keikhlasan hati mengucapkan banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

2. Dr. H. M. Hafizurrachman, Mph, sebagai Pembina Yayasan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

3. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju Jakarta

4. Hidayani, AM Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan

Sekolah Tinggi Imu Kesehatan Indonesia Maju

5. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju


6. Ratna Wulandari, S.ST, M.KM sebagai dosen pembimbing kelompok yang

senantiasa mendampingi penulis dan tim, serta berkenan untuk memberikan

pengarahan serta dukungan dalam membimbing penyusunan laporan ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju yang

telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis

selama mengikuti proses pendidikan.

8. Ny. K dan keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan kegiatan pengasihan nipas.

9. Seluruh teman-teman kelompok dalam Program Studi Profesi Bidan

Departemen Kebidanan STIKIM.

Departemen Kebidanan STIKIM yang senantiasa memberikan motivasi

dan semangat, serta memberikan kesempatan sehingga laporan ini dapat

terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan dalam penyempurnaan penulisan laporan ini serta sebagai bahan

pembelajaran dalam penyusunan laporan selanjutnya.

Cianjur, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Nifas................................................................................................... 4
2.2 Bendungan ASI.................................................................................. 10
2.3 Menurut Jurnal................................................................................... 17

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Data Objektif...................................................................................... 19
3.2 Data Subjektif..................................................................................... 20
3.3 Analisa................................................................................................ 22
3.4 Penatalaksanaan.................................................................................. 22

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Subjektif..................................................................................... 25
4.2 Data Objektif...................................................................................... 25
4.3 Analisa................................................................................................ 26
4.4 Pelaksanaan........................................................................................ 26

BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 29
5.2 Saran................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah


kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut memungkinkan hanya sedikit
mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi. Masalah
yang terjadi selama masa nifas antara lain pendarahan persalinan, eklamsia,
infeksi, bendungan asi (bengkak pada payudara atau breast engorgement), mastitis
dan postpartum blues. Salah satu masalah pada masa nifas adalah payudara
bengkak atau bendungan ASI. Penyebab terjadinya bendungan ASI adalah ASI
yang tidak segera dikeluarkan yang menyebabkan penyumbatan pada aliran vena
dan limfe sehingga aliran susu menjadi terhambat dan tertekan ke saluran air susu
ibu sehingga terjadinya peningkatan aliran vena dan limfe yang menyebabkan
payudara bengkak. Hal ini di sebabkan karena perubahan proses fisiologis yang
terjadi pada sistem endokrin karena hormon oksitosin yang di sekresikan ke
kelenjar otak bagian belakang, yang bekerja pada otot uterus dan jaringan
payudara. Pada tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan dapat merangsang produksi ASI, bila ASI tidak segera
dikeluarkan maka akan terjadi bendungan ASI. Breast Engorgment (bendungan
ASI) kebanyakan terjadi pada hari kedua sampai hari kesepuluh postpartum.
Sebagian besar keluhan pasien adalah payudara bengkak, keras dan terasa panas
(Rutiani,2016).
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada
tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada
ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun
2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Depkes RI,
2014).Pada tahun 2014 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang
mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu
nifas, pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198
(66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2017).
Di Indonesia itu sendiri angka kejadian bendungan ASI pada ibu nifas
berkisar antara 10%-20% dari populasi ibu nifas. Hal ini di dukung dari data
penelitian di lapangan ( Di Kecamatan Kediri, NTB ada 17,8%, dan di Kabupaten
Indramayu ada 9,8%. Dimana angka morbiditas 10% pertahun. Ini berarti setiap
tahun jumlah penderita bendungan ASI di Indonesia berkisar 2,3 juta dari total ibu
nifas. (Rasmliah,2010).
Berdasarkan hasil sementara Survey Sosial Ekonomi Daerah (suseda)
Provinsi Jawa Barat tahun 2009 kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui
terjadi di Jawa Barat yaitu 13% (1-3 per 100 ibu menyusui)terjadi di perkotaan
dan 2-13% (2-13 per 100 ibu menyusui) terjadi di pedesaan (Badan Pusat Statistik
Propinsi Jawa Barat, 2009).
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
postpartum. Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan hal yang sangat
penting, karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu, mendorong ibu
untuk menyusui bayinya secara on demand selama kurang lebih dua tahun agar
meningkatkan rasa nyaman serta tali kasih dan mencegah terjadinya bendungan
asi yang bisa menimbulkan bahaya bagi ibu (Marmi, 2012)
Dari uraian di atas, bendungan ASI pada masa nifas merupakan masalah
yang penting karena dapat berlanjut menjadi mastitis yang dapat meningkatkan
angka kesakitan ibu dan bayi. Maka dari itu penulis tertarik menerapkan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas dengan Bendungan ASI.
1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan bendungan ASI.
1.2.2 Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas 
dengan bendungan ASI Ny K.  
b. Mahasiswa mampu menginterprestasi data untuk menentukan
diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI pada Ny. K.  
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi  diagnosa dan masalah 
potensial pada ibu nifas dengan bendungan ASI pada Ny. K.  
d. Mahasisiwa dapat mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan
segera ataukolaborasi pada ibu nifas dengan bendungan ASI
pada Ny. K. 
e. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan bendungan ASI pada Ny. K.  
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI pada Ny. K.  
g. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI pada Ny. K.  
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 NIFAS
2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (pueperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamildan secara normal masa
nifaberlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani,2015).
Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang
waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil
(Asih & Risneni, 2016).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpukan bahwa masa nifas adalah
masa pulihnya kembali organ reproduksi setelah melahirkan seperti sebelum
hamil dan membutuhkan waktu selama 6 minggu atau 40 hari.

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


a. Peurperium dini Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per
vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan
untuk mobilisasi segera.
b. Peurperium intermedial Suatu masa pemulihan dimana organ-organ
reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum
hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42
hari.
c. Remote peurperium Waktu yang diperlukan untuk sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote peurperium berbeda untuk
setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami
selama hamil atau persalinan (Dewi,2012)
2.1.3 Tujuan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu:
1) Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal


mengasuh anak.

2) Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skirining yang komprehensif.
c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
tejadikomplikasi pada ibu dan bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan, tenaga perawatan
kesehatandiri, nutrisi,KB, menyusui, pemberian imunisasi dan
perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pelayanan KB (Walyani, 2015).

2.1.4 Perubahan-perubahan Dalam Masa Nifas


Dalam hal ini terdapat perubahan tanda-tanda vital, yaitu :

1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. sesdudah partus
dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 80C. sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhhu badan
akan kembali normal. (Sulistyawati, 2009). Suhu pada 24 jam post
partum biasanya akan naik 37,5-380C dan kembali normal pada hari ke-3.
2) Tekanan Darah
Tekanan darah sedikit mengalami penurunan sekitar 20 mmHg atau
lebih pada tekanan systole yang di akibatkan dari hipotensi ortotastik;
yang ditandai dengan sedikit pusing pada saat perubahan posisi dari
berbaring ke berdiri dalam 48 jam pertama persalinan.
3) Nadi
a. Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhirnya kembali
normal setelah beberapa jam post partum.
b. Pada masa nifas, umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh.
c. Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus.
d. Denyut nadi dapat mengalami bradikardi 50-70 x/menit pada 6-8
jam post partum akibat perubahan cardiac output (nadi normal 80-
100 x/menit)
e. Penurunan volume darah mengikuti pemisah plasenta, konstraksi
uterus dan penigkatan stoke volume, dimana volume tersebut
akan kembali seperti sebelum hamil sekitar 3 bulan post partum.
f. Hemoragia, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat mempengaruhi proses ini.
g. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas, mungkin ada
perdarahan berlebihan.
h. Dalam hal ini, apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium,
al tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi
atau haemorhagik post partum lambat (Maryunani, 2015)
2.1.5 Perubahan Sistem Reproduksi

Alat-alat genetalia interna maupun eksterna, berangsur-angsur akan pulih


kembali seperti keadaan seelum hamil, hal ini disebut dengan Involus. Involusi
uteri merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan higga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
(Maryunani, Anik. 2015 : 17). Proses involusi uterus adalah:

1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri otot uterin. Enzim proteoloitik
akan mengecilkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semua
selama kehamilan.
2) Terdapat polimorph phagolitik dan macrophages didalam system
vaskuler dan system limpatik.
3) Efek oksitosin
Penyebab kontraksi dan retraksi otot rahim sehingga akan
mengompres pembuluh darah yang menyebabkan akan mengurangi
suplai darah ke uterus, proses ini akan mengakibatkan ukuran rahim
semakin berkurang.

Tabel 2.1 Proses involusi uteri


Tinggi Fundus Berat Diameter Palpasi
Involusi Uteri
Uteri Uterus Uterus Serviks
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 12,5 cm Lembut,
gr lunak
Pertengahan
7 hari antara pusat dan
Simpisis 500 gr 7,5 cm 2 cm
(minggu 1)
14 hari
Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

(Nanny, Vivian : 2011 : 57)

Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan involusi uterus


Involusi Tinggi fundus Berat uterus

Plasenta lahir Sepusat 1000 gram


7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat- 500 gram
Simpisis
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 50 gram
Minggu
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram
(Rustam, Mochtar. 2011 : 115)
4) Pengeluaran Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal (Nanny, 2011

Tabel 2.2 Pengeluaran Lokhea Selama Post Partum

Lochea Waktu Muncul Warna Ciri-ciri


Rubra/ 1-4 hari Merah Terisi darah segar, jaringan sisa-
merah sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan
meconium
Merah Berlendir
Sanguino 4-7 hari kecokelatan
lenta
Kuning Mengandung serum, leukosit
Serosa 7-14 hari kecoklatan dan robekan atau laserasi plasenta

Alba/ > 14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua,


putih sel epitel, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati

Pengeluaran lockhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,


diantaranya yaitu sebagai berikut :

a. Lockhea rubra (kruenta)


Lockhea yang terjadi pada hari ke 1-3 setelah persalinan, warna
merah terang sampai dengan merah tua yang mengandung
desidua. Cairan rubra ini berupa cairan yang bercampur darah dan
sisa-sisa selaput ketuban, berbau amis.
b. Lochkea sanguinolenta
Lockhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender
karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5
hari post partum.
c. Lockhea serosa
Pengeluaran secret berwarna merah muda sampai kecoklatan
terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-9 pasca persalinan, yang
mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, dan
eritrosit.
d. Lockhea alba
Muncul lebih dari hari ke-10 post partum. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung
leukosit,selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.
(Nanny, Vivian. 2011 : 58-59)
e. Lochea Parulenta
Lochea Parulenta dijelaskan oleh rilis, misalnya, debit dan bau.
Teratur, hal ini terjadi karena penyakit dengan tujuan bahwa
sementara menghadapi lochea Parulenta seharusnya untuk segera
melihat seorang spesialis.
f. Lochiotosis
Lochiotosis adalah nama umum dimanfaatkan oleh kelompok
terapi ketika lochea tidak berubah dengan mudah. (Tobat,
Cristyana. 2015.)

2.1.6 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas


1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakuan kegiataan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlukanya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya , menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta pelaksanaan untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional (Taufan,2014)

2.1.7 Tanda Bahaya Masa Nifas


Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jikaditemukan
tanda-tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini:
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
3) Pembengkakan diwajah atau ekstremitas
4) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
5) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
6) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
7) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
8) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri (Nurjannah dkk,2013).

2.2 BENDUNGAN ASI


2.2.1 Pengertian
Bendungan ASI terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan
vena sebelum laktasi.Bendungan payudara disebabkan karena menyusui yang
tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat
terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Purwoastuti, 2015).
Bendungan payudara adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015). Air susu ibu
adalah pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Yanti, 2017).

2.2.2 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saay bayi menyusu. Akibatnya, ibu
tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4) Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan
ASI).
5) Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah,
2012)
2.2.3 Tanda dan gejala bendungan ASI
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara
penuh/bendungan ASI. Pada payudara bengkak adalah payudara udem, sakit,
puting susu kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan ASI tidak keluar
kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam.Sementara pada payudara
penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI
dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40). Tanda dan gejala
yang selalu ada adalah payudara nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5 postpartum,
sedangkan tanda gejala yang terkadang ada adalah kedua payudara bengak
(Walyani, 2015).
Mastitis adalah kelanjutan dari bendungan ASI, pada mastitis payudara
ibu yang menyusui terkena radang, membengkak, memerah, dan sakit.Jika hal
semacam ini terjadi penyusuan harus dihentikan. Pada sebagia besar kasus
mastitis disebabkan oleh statis ASI, bukan infeksi meskipun infeksi juga bias
terjadi umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai akibat
dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak sebagai
daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang
membengkak.Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita
tersebut dapat naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian
mencakup menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak
membantu membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi (Fraser,
2009 : 743) .

2.2.4 Cara Mencegah Bendungan ASI


Adapun cara mencegah bendungan ASI adalah ntuk mencegah
diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui secara on demandi,
bayi harus sering disusui apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun, adapun cara untuk
merangsang reflek oksitosin maka dilakukan :
1) kompres untuk mengurangi rasa sakit
2) Ibu harus rileks
3) Pijat punggung belakang (sejajar daerah payudara)
4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan – pelan kearah
tengah)
5) Stimulasi payudara dan putting
6) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.
7) Pakailah BH yang sesuai.
8) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik (Dewi 2011).

2.2.5 Cara Mengatasi Bendungan ASI


1) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa
batas waktu.
2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau
pompa ASI yang efektif. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek
oksitosin dapat dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa
sakit, masase payudara, masase leher dan punggung.
3) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema
(Dewi dan Dwi Sunar, 2011).

2.2.6 Penatalaksanan Bendungan Asi


Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan
mencegah terjadinya payudara bengkak yaitu :
1) Bila ibu menyusui
Susukan sesering mungkin bila memungkinkan pada kedua payudara
sebelum di susukan kompres hangat payudara. Keluarkan sedikit ASI
sebelum menyusui agar payudara lembek, sehingga lebih mudah
memasukkannya ke dalam mulut bayi. Bila bayi belum dapat
menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan
pada bayi dengan cangkir atau sendok. Tetap mengeluarkan ASI
sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi. Untuk
mengurangi rasa sakit dapat diberikan kompres hangat dan dingin.
Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang
sakit. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks. Makan makanan
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum
2) Bila ibu tidak menyusui
Sangga payudara terlebih dahulu, lalu kompres hangat dan dingin
secara bergantian pada payudara untuk mengurangi pembengkakan
dan rasa sakit kemudian gunakan pompa ASI untuk mengeluarkan air
susu dan masukkan ke dalam botol susu (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
3) Perawatan Payudara
Menurut Walyani dan Purwoastuti 2015 : Perawatan payudara adalah
suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas
untuk memperlancar pengeluaran ASI.
a. Tujuan Perawatan Payudara
Memelihara hygiene payudara, melenturkan dan menguatkan
puting susu payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup
untuk kebutuhan bayi, dengan perawatan payudara yang baik ibu
tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah
sehingga kurang menarik, dengan perawatan payudara yang baik
puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi dan
melancarkan aliran ASI.
b. Waktu Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan pertama kali pada hari kedua setelah
melahirkan dan dilakukan minimal dua kali sehari.
c. Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu
1-2 hari sesudah bayi lahir, hal tersebut dilakukan 2 kali sehari,
peralatan yang perlu harus diprsiapkan yaitu :
 Baby oil secukupnya.
 Kapas secukupnya.
 Washlap 2 buah.
 Handuk bersih 2 buah.
 2 baskom berisi air (hangat dan dingin).
 BH yang bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari
bahan katun.
Persiapan yang harus dilakukan pada ibu yaitu :
 Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
dengan handuk.
 Baju ibu bagian depan dibuka.
 Pasang handuk.
Dalam pelaksanaan perawatan payudara ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca
persalinan, yaitu :
 Puting susu dikompres dengan kasa yang sudah diberi baby oil
selama 3- 4
 menit, kemudian bersihkan dengan kasa yang sudah diberi baby
oil tadi.
 Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk
 diputar ke dalam 20 kali dan keluar 20 kali.
 Penonjolan puting susu yaitu:
 Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali.
 Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.
 Pengurutan Payudara
Dalam cara pengurutan payudara harus seacara beruturan atau tahapan
yaitu :
a. Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan baby oil tempatkan kedua telapak
tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari
arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan,
lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua
tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk
setiap satu payudara.
b. Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau
tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir
pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-
30 kali.
c. Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu.
Langkah gerakan 20-30 kali. Setelah selesai pengurutan, payudara
dikompres dengan air hangat dan air dingin secara bergantian
selama kurang lebih 5 menit (air hangat dahulu kemudian air
dingin) kemudian keringkan dengan handuk dan pakaiah BH yang
menyangga payudara (Istiqomah, 2016)
4) Teknik Menyusui dengan Benar
Menurut Astutik, 2015 : teknik menyusui yang benar diperlukan agar
bayi dan ibu merasa nyaman dan bayi memperoleh manfaat terbesar
dari menyusui. Langkah-langkah menyusui yang benar :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air
mengalir.
b. Masase payudara mulai dari corpus menuju areola sampai teraba
lemas atau lunak.
c. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola.
d. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
e. Ibu duduk atau berbaring santai. Bayi dipegang dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong
bayi terletak pada lengan.
f. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan.
g. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk
menghindari puting lecet ataupun pecah-pecah.
k. Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan atau bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
l. Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan atau pecah-pecah
atau terbendung.
Untuk mengetahui bayi yang disusui dengan teknik yang benar dan
tepat, dapat dilihat dari bayi :
 Pampak senang
 Badan bayi menempel dengan perut ibu
 Mulut bayi membuka dengan lebar
 Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi
 Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu
ibu tidak terasa nyeri
 Telinga dan lengan sejajar terletak pada garis lurus, kepala tidak
menengadah, bayi tidak melepaskan isapannya

Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong sebaiknya ganti


payudara yang lain untuk melepaskan isapan bayi ada beberapa langkah, yaitu jari
kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut kemudian dagu bayi
ditekan kebawah, setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitar lalu biarkan kering dengan
sendirinya (Istiqomah, 2016: 13).

1.3 MENURUT JURNAL


Menurut Penelitian Munawaroh,2019 yang menyatakan gejala
bendungan ASI yang terbanyak adalah payudara terasa nyeri bila ditekan yaitu 48
responden (92.3%), dan yang paling sedikit terjadi yaitu suhu tubuh sampai 38 o
C yaitu 5 responden (9,6%). Hasil penelitian menunjukkan tanda gejala
bendungan ASI yang terbanyak adalah payudara terasa nyeri bila ditekan yaitu 48
responden (92.3%), dan yang paling sedikit terjadi yaitu suhu tubuh sampai 38 o
C yaitu 5 responden (9,6%).Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari dan
Handayani (2011) yang menunjukkan gejala yang sering muncul pada saat terjadi
bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa nyeri, panas dan
keras dan suhu tubuh ibu sampai 38 oC.
Menurut jurnal Yolanda tahun 2017 Salah satu faktor penyebab
bendungan payudara adalah tidak adanya perawatan payudara sebelum dan
sesudah melahirkan, hal ini semakin diperberat dengan rendahnya pengetahuan
serta sikap ibu tentang perawatan payudara tersebut. Perawatan payudara
bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau
memperlancar pengeluaran ASI sehingga tidak terjadi kesulitan dalam
menyusukan bayinya. Prosedur dalam manajemen laktasi salah satunya adalah
perawatan payudara dengan cara pengurutan (Anggreini, 2010).
Selain itu, kesalahan dalam teknik menyusui juga dapat menyebabakan
terjadinya pembengkakan payudara. Cara menyusui yang benar merupakan
metode pemberian ASI melalui isapan bayi dengan mengatur posisi bayi dengan
benar (Soetjiningsih, 2010). Suatu proses pemberian ASI pada bayi dengan cara
memasukkan seluruh areola payudara (daerah berwarna coklat di payudara ibu) ke
dalam mulut bayi dan dengan posisi menyusui yang benar (Arini, 2012). Tujuan
cara menyusui yang benar diantaranya yaitu mencegah agar putting tidak lecet,
menghindari agar bayi tidak tersedak, menghindari terjadinya komplikasi
khususnya bendungan ASI (Soetjiningsih, 2010).
Hal ini didukung oleh penelitian Sarlis 2020 yang menyatakan Perawatan
payudara dengan kategori tidak baik yang tidak mengalami bendungan ASI
sebanyak 4 orang (17,40%) dan ibu mengalami bendungan ASI sebanyak 19
orang (82,60%). Sedangkan ibu dengan perawatan payudara kategori baik yang
tidak mengalami kejadian
bendungan ASI sebanyak 34 orang (57%) dan ibu mengalami bendungan
ASI sebanyak 25 orang (42,40%). Dari hasil uji Chi-Square dengan menggunakan
sistem komputerisasi menunjukkan hasil dengan p-value = 0,001. Posisi menyusui
tidak baik dengan kejadian bendungan ASI yang tidak mengalami bendungan ASI
sebanyak 4 orang (22,20%) dan mengalami bendungan ASI sebanyak 14 orang
(77,80%) dan memiliki posisi menyusui baik yang tidak mengalami bendungan
ASI sebanyak 34 orang (53,10%) dan mengalami bendungan ASI sebanyak 30
orang (46,90%). Dari hasil uji Chi-Square dengan menggunakan sistem
komputerisasi menunjukkan hasil dengan p-value = 0,02.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 19/ 06/2021


Waktu Pengkajian : 09.35 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Ia Nurliani

3.1 DATA SUBJEKTIF

3.1.1 Biodata

Nama : Ny K Nama Suami : Tn. S


Umur : 30 Tahun Umur : 32 Th
Suku/kebangsaan : Indonesia Suku/kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Limustilu Alamat rumah : Limustilu
Telp : 082121xxx Telp : 0821209xxx

3.1.2 Keluhan utama : “Nyeri Pada Payudara,terasa bengkak dan


keras dan terkadang merasa meriang.’’

3.1.3 Riwayat Persalinan


Tempat melahirkan : Rumah Pasien
Ditolong oleh : bid. Ia Nurliani
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan
Dipimpin Meneran : 0 jam 45 menit
Kala I : 8 jam 30 menit
Kala II : 1 jam
Kala III : 0 jam 5 menit
Amniotomi : Ya / Tidak
Ketuban pecah pukul : 17.00 wib
Banyak air ketuban : 900 cc
Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada

a. Plasenta
- Lahir spontan : Ya/ Tidak
- Dilahirkan dengan indikasi : Ya/ Tidak, Jelaskan jika ada
- Lengkap,
- Berat : 450 gr
- Kelainan : tidak ada
- Panjang tali pusat : 50cm
- Kelainan : tida ada
- Sisa plasenta : ada / tidak
b. Perineum
- Utuh : Ya / tidak
- Robekan : Ya /tidak, jika Ya tingkat
- Episiotomi : Ya / tidak
- Anastesi : Ya / tidak
- Jahitan dengan : tida ada
c. Perdarahan
- Kala I : 5 ml
- Kala II : 15 ml
- Kala III : 150 ml
- Kala IV : 50 ml
- Selama operasi : -0 ml
d. Tindakan lain : tidak ada
e. Bayi
- Lahir pukul : 18.00 wib
- BB : 3600 gr
- PB : 50cm
- Nilai Apgar : 9/10
- Cacat bawaan : Ya / tidak
- Masa gestasi : 40 mg
f. Komplikasi
- Kala I : tidak ada
- Kala II : tidak ada
g. Air ketuban banyaknya : 900 ml Warna : jernih

3.2 DATA OBJEKTIF

3.2.1 Pemeriksaan umum


Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
3.2.2 Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu badan : 38 O C
Pernapasan : 22x/ menit
3.2.3 Pemeriksaan Fisik
Payudara
- Pengeluaran : ada
- Puting susu : menonjol
- Benjolan : tidak ada
- Konsistensi : padat/keras
Uterus
- TFU : pertengahan sympisis dan pusat
- Konsistensi uterus : keras
- Kontraksi uterus : baik
- Posisi uterus : normal
Pengeluaran lochea
- Warna : merah kecoklatan
- Bau : khas
- Jumlah : 5 ml
- Konsistensi : cair
Perineum : bersih
Kandung kemih : kosong
Ekstremitas
- Oedema :tidak ada
- Kemerahan :tidak ada
- Tanda Homan :tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
- HB : 11,2 gr%
- Protein urin :
- Glukosa urin :
- Golongan darah :

3.3 ANALISIS DATA

NY.K P2A0 postpartum 6 hari dengan bendungan payudara

3.4 PELAKSANAAN

1) Memberitahu kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan


yang telah dilakukan bahwa keadaan umum ibu baik, namun ibu
sedang mengalami bendungan Asi. Ibu mengerti dan mengetahui.
2) Memberitahu tentang bendungan Asi yang ibu alami yaitu di
akibatkan karena saluran air susu di dalam payudara yang penuh
karena air susu yang tidak keluar secara teratur yag mengakibatkan
payudara membengkak. Ibu mengerti dan mengetahui.
3) Memberitahu kepada ibu mengenai penyebab payudara bengkak
dapat di akibatkan karena ibu tidak sering atau menyusui bayi
sampai payudara kosong, atau cara menyusui bayi yang kurang
tepat. Ibu mengerti dan menyadari.
4) Memberitahu kepada ibu mengenai teknik waktu menyusui pada
bayi yaitu dengan menyusui bayi sesering mungkin, atau setiap 2
jam sekali pada siang hari dan 4 jam sekali pada malam hari. Ibu
mengerti dan mau melakukan.
5) Memberitahu kepada ibu meskipun payuara ibu mengalami
pembengkakakn ibu harus tetap menyusui bayinya dan tetap
melakukan ASI ekslusif. Ibu mengerti dan mau melakukan.
6) Memberitahu kepada ibu untuk melakukan kompres dingin selama 5
menit untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara. Ibu mengerti dan
mau melakukan.
7) Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan payudara yaitu :
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian
urut ke atas lalu ke samping kemudian urut ke bawah hingga
tangan menyanggah payudara kemudian sentakkan ke bawah
payudara secara perlahan.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari
tangan saling dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan
mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian
pula payudara kanan
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian
jari tangan kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.
8) Memberitahu kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar yaitu
dengan :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air
mengalir.
b. Masase payudara mulai dari corpus menuju areola sampai teraba
lemas atau
b. lunak.
c. 3) ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola (bagian hitam pada payudara).
d. 4) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring santai.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu
e. dan bokong bayi terletak pada lengan.
a. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan.
b. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara.
c. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
d. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
e. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk
menghindari puting lecet ataupun pecah-pecah.
f. Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan atau bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
9) Memberitahu ibu kembali mengenai tanda bahaya pada masa nifas
yaitu seperti pengeluaran lochea berbau, demam, nyeri perut berat,
kelelahan atau sesak, bengkak pada tangan, wajah dan tungkai, sakit
kepala hebat, pandangan kabur, nyeri pada payudara.
10) Memberitahu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
makan-makanan bergizi seperti nasi sayuran dan lauk pauk. Ibu
mengerti dan mau melakukan.
11) Memberitahu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan hidrasi yaitu
dengan minum sedikitnya 8 gelas per hari agar kebutuhan cairan ibu
terpenuhi..
12) Memberikan terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral
13) Memberitahu kepada ibu mengenai waktu kunjungan ulang yaitu
pada 1 minggu kemudian atau saat ibu mengalami ketidak nyamanan,
ibu mengerti dan mau melakukan.
14) Melakukan pendokumentasian menggunakan SOAP.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara kajian
teoritis dengan Asuhan Kebidanan Pada Ny. K Postpartum 6 hari dengan
bendungan ASI di BPM Ia Nurliani. Pembahasan ini dibuat berdasarkan tinjauan
teoritis dan asuhan yang nyata di lapangan dengan pendekatan proses
menggunakan metode pendokumentasian SOAP.

4.1 DATA SUBJEKTIF

Pada tanggal  19 Juni 2021   penulis melakukan pengkajian pada Ny. K
dengan kasus bendungan payudara ditemukan T : 120/80 mmHg, N : 80
x/menit, R : 20 x/menit, S : 38°C dengan hasil pengkajian data subjektif dan
ibu mengatakan bahwa payudaranya terasa nyeri dan terasa keras pada
payudara sebelah kanan, data objektif yang di dapatkan dari hasil
pemeriksaan payudara Ny. K tidak simetris, payudara kanan lebih besar dan
teraba keras dan ada nyeri tekan, pada teori gejala yang biasa terjadi pada
bendungan ASI adalah payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat
mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan
mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang
menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam.
Berdasarkan data yang penulis peroleh, ini sesuai dengan teori (Dewi ;
Sunarsih, 2011) yang menyatakan bendungan ASI adalah payudara terasa
berat ,panas, dan keras,bila ASI dikeluarkan tidak terjadi demam.

4.2 DATA OBJEKTIF

Dari data objektif yang di peroleh hasil pemeriksan dan dikatakan


mengalami bendungan asi karena pada pemeriksaan payudara didapat hasil
payudara teraba keras serta puting hampir datar dan ibu mengalami
peningkatan suhu tubuh, ini sesuai dengan teori yang mengarah pada tanda
kejadian bendungan asi.

4.3 DIAGNOSA

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan


hasilnya Ny.K usia 30 tahun P2A0 6 hari dengan bendungan payudara.
Diagnosa ditegakan Bendungan ASI setelah ditemukan payudara terlihat
tegang, keras, bengkak ada nyeri tekan, tidak terlihat merah serta tidak
terlihat mengkilap. Menurut teori bahwa untuk menegakkan diagnosa
bendungan payudara didasarkan atas suhu tidak lebih dari 38 o C, terjadi di
minggu pertama post partum, dan adanya nyeri tekan pada payudara.
Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus
dilapangan.
a. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah
Mastitis
b. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi
Pada tahap ini penulis tidak menemukan tindakan segera/ emergency
untuk menangani pasien dengan bendungan ASI
c. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
d. Pada tahap  merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada
teori yaitu dilakukan observasi keadaan umum dan menyelesaikan
factor-faktor penyebab masalah bendungan ASI itu timbul.

4.4 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. K yaitu :


1. Memberitahu kepada ibu untuk melakukan kompres dingin selama 5
menit untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara. Ibu mengerti dan mau
melakukan.
2. Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan payudara yaitu :
 Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut
ke atas lalu ke samping kemudian urut ke bawah hingga tangan
menyanggah payudara kemudian sentakkan ke bawah payudara
secara perlahan.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara
kanan
 Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.
3. Memberitahu kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar yaitu
dengan :
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air
mengalir.
 Masase payudara mulai dari corpus menuju areola sampai teraba lemas
atau
 lunak.
 ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola (bagian hitam pada payudara).
 Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
 Ibu duduk atau berbaring santai.
 Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu
 dan bokong bayi terletak pada lengan.
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di
depan.
 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
 Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan
pada puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk menghindari
puting lecet ataupun pecah-pecah.
 Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-
lahan atau bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu kemudian
punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
4. Memberikan terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral

Menurut Jurnal semua pasien yang mengalami bendungan payudara harus


diberikan asuhan mengenai seberapa pentingnya waktu dalam menyusui bayi dan
perawatan pada payudaranya.
BAB IV

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. K penulis tidak
mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian klien sangat
kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan kesimpulan sebagi berikut:
1) Hasil Pengkajian pada Ny. K usia 30 tahun nifas hari ke enam,
mengatakan nyeri pada payudara, payudara terasa keras dan panas, TTV
dalam keadaan normal.
2) Diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas masalah yaitu Ny. K P2 A0
nifas hari ke tiga dengan bendungan ASI.
3) Merencanakan asuhan ibu yaitu asuhan kebidanan masa nifas, asuhan
sayang ibu, perawatan payudara dan teknik menyusui.
4) Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan terhadap Ny. K dengan kasus
bendungan ASI, dilakukan asuhan tanggal 19 Juni 2021.
5) Bendungan ASI : mengikuti bimbingan bendungan ASI dengan
mendapatkan penjelasan tentang pengertian bendungan ASI, edukasi
pencegahan bendungan ASI, cara mencegah bendungan ASI, perawatan
payudara pada bendungan ASI, teknik menyusui, posisi menyusui,
frekuensi menyusui.
6) Evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny. K
hasilnya setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. K dengan
bendungan ASI ibu sudah merasa payudara sedikit tidak terlalu keras
dan nyeri. Diharapkan Ibu tetap menjaga kesehatan dengan makan
makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
5.2 SARAN
1) Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan
yang optimal mengenai bendungan ASI dan asuhan kebidanan
lainnya.
2) Bagi klien
Hendaknya klien lebih waspada terhadap kejadian bendungan ASI,
karena jika bendungan ASI tidak tertangani maka akan menimbulkan
Mastitis, serta jika Mastitis tidak tertangani juga akan meningkat
menjadi Abses Payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Reni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Jakarta : CV Trans
Info Media.

Dewi & Dwi Sunar. ( 2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Hareati,Nur.(2019).file:///C:/Users/HP/Downloads/NUR%20HAERATI
%2070400114040(1).pdf

Istiqomah Annisa. (2012). Asuhan kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Trans Info Media.

Manuaba,dkk. (2008). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Maryunani.(2012) A. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Maryunani, A.(2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Munawaroh, siti fadiatun dkk. (2019). file:///C:/Users/HP/Downloads/765-Article


%20Text-1506-1-10-20191106(2).pd

Nanny, Vivian.(2011). asuhan kebidanan masa nifas. Jakarta: Salemba Medika

Nurjannah nunung, dkk.(2013). Asuhan kebidanan Postpartum. Bandung: PT


RefikaAditama.
Prawirohardjo,Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Rutiani, (2016). file:///C:/Users/HP/Downloads/4750-9206-1-SM.pdf

Sarlis, nelfi. 2020 file:///C:/Users/HP/Downloads/4255-18266-1-PB.pdf di akses


pada 29 Juni 2021

Walyani, E.S & Purwoastuti, T.E.(2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Walyani, siwi.(2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifa dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka barupres

Youlanda, Debby. (2018) file:///C:/Users/HP/Downloads/151-250-1-PB.pdf di


akses pada 29 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai