Anda di halaman 1dari 13

PENUGASAN INDIVIDU:

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS”

MAHASISWA:

RUT MARTAFINA JAMBORMIAS

NIM. 1490121024

PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN XXVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2021
PENGERTIAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010)

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering,
umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. (Widhya, 2011)

ETIOLOGI

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-organisme (bakteri, jamur);
dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.

Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :

a) Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan


fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Iritan ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara
lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

2. Dermatitis Kontak Alergik

Dermatitis Kontak Alergi ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara
lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai,
ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis
atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu
(hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus
dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
c. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai gambaran
relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering
diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
d. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema, kadang-
kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama
tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
e. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya
ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran
darah di tungkai bawah.
f. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi lokal,
sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut.
Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah (dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.
MANIFESTASI KLINIS
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48jam, bahkan
sampai 72 jam.
c. Unutk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis. Saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan
lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang
yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan tersa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan
tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infanti (2 bulan-2tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua. Lesi
mula-mula tampak didaerah muka (dahi dan pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karna
garukan sehingga lesi menjadi eksudaktif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke
kepala, leher, pergelangan tangan, dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa
ditemukan didaerah ekxtensor eksrtimitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2tahun
dan sebagian lagi berlanjut kefase anak.
b. DA anak (2-10tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantile ataupun timbul sendiri (denovo). Lokasi
lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Ruam
berupa papul likenifikasi, sedikit skuma, erosi, hyperkeratosis dan mungkin infeksi
sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat menganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah dilipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata.
Pada dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik). Vulva
puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan,
mengalami likenafikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati eksoriasi dan eksudasi akibat
garukan dan akhirnya menjadi hiperpikmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30tahun, jarang sampai usia
pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Neorudermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tungal didaerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata
kaki, kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang tidur,
akan berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau
pengosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menganggu
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0cm), kemudian membesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam (koin) eritematosa, sedikit edamatosa, dan
berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5cm atau lebih, jumblah lesi dapat hanya
satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai nummular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat ditungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bitnik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal disekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena

PATOFISIOLOGI

Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang
disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang
kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi
sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel
epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
PATOFISIOLOGI

v Faktor yang berhubungan


FISIK (SINAR, SUHU)

MIKROORGANISME DERMATITIS Genetik


(BAKTERI DAN JAMUR) Lingkungan
Farmakologi
Imunologi

Faktor dari luar Factor dari dalam


(eksogen) (endogen)
Berhubungan dengan
peningkatan igE dalam
serum
Dermatitis kontak (sabun,
Dermatitis atopik
detergen, zat kimia)

Asma bronchial, rhinitis


Allergen sensitizen Iritan primer alergik

Sel lengerhans dan Ketidakefktifan pola


makrofag
Mengiritasi kulit
nafas

Sel T
Peradangan kulit Kerusakan intregitas
(lesi) kulit
Sensitisasi sel T oleh
saluran limfa

Reaksi hipersensitivitas Nyeri akut resiko


IV Gangguan citra tubuh
infeksi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam
darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang
batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa
yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).

Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit
lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan
jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit.
Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen
tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :

 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.

 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam.
Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada
kulit.
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan
mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat
dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di

kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil

tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila hasilnya positif maka timbul bentol, merah dan gatal.

5. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat

juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes

provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi

bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko

tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan

sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

PENATALAKSANAAN

1. Dermatitis Kontak

a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.

b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.

c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.

d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.

e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan
tingkat keparahnnya.

2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan – bahan
berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea 10%
atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah,
diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang
akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan
sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu)
dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S. Aureus
pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila
ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi


reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada
reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan
steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah
gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis

a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.

c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.

e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.

f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin


HCL

5. Dermatitis statis

a. Cahaya berdenyut intens

b. Diuretik

c. Imunosupresan

d. Istirahat

e. Kortikosteroid

f. Ligasi Vaskuler

g. Pelembab

h. Terapi Kompresi
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari
bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sekarang
 Riwayat peyakit dahulu : Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit
seperti ini atau sudah pernah sebelumnya
 Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada riwayat penyakit yang turun
temurun atau penyakit tidak menular
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu,
rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : meliputi kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna
kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Tanda-tanda vital : meliputi suhu, nadi, tekanan darah dan respirasi.
 Keadaan fisik : meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstermitas
bawah.
- Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan, gerakan dinding
dada.
- Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit,
warna dan pengisian kapiler.
- Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru atau kerja
diafragma
- Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.
2. Analisa Data
Analisa data berupa semua hasil pengkajian yang abnormal untuk mendapatkan
masalah keperawatan. Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk
mengaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan
prinsip relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan pasien dan keperawatan pasien (Setiawan, 2012).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah menganalisa data subektif dan objektif untuk membuat
diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medic, dan pemberi
pelayanan kesahatan yang lain (Taqqiyah B & Mohhamad J, 2013).
4. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan
analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi
(Taqqiyah B & Mohhamad J, 2013).

Anda mungkin juga menyukai