Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Sha-sha Ayunda Lestari

KELAS : 2B BA
NIM : 195254055
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Setelah membaca buku The Seven Habits of Highly Effective Teens, saya sudah
mulai menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalam buku tersebut, bahkan sejak saya
menyelesaikan satu bab kebiasaaan. Namun, saat itu apa yang saya dapatkan dan saya
lakukan tidak saya tuliskan.
Tentunya saya memulai dengan kebiasaan pertama, yaitu menjadi proaktif. Jujur,
setelah saya analisis, ternyata sebelumnya saya termasuk orang yang reaktif. Oleh sebab itu,
saya sering merasa sedih di suatu keadaan, sering menyalahkan keadaan, dan akhirnya saya
jadi bermalas-malasan.
Di minggu pertama saya mencoba menerapkan kebiasaan proaktif, cukup sulit.
Karena, ketika ada mata kuliah yang tidak saya mengerti, saya cukup sulit mendengar
penjelasan dosen yang bersangkutan, namun saya pun bingung harus berbuat apa, sebab
setelah saya mencari dan coba memahami melalui Google dan referensi lain, saya tetap saja
tidak terlalu mengerti. Sekarang, saya tidak akan menyalahkan gaya belajar saya yang
memang visual dan auditorial, saya berusaha untuk tidak membahasnya karena hal tersebut
sama saja saya menyalahkan keadaan dan tidak mau berubah.
Hal lain yang saya lakukan mengenai kebiasaan pertama, yaitu menekan tombol
pause. Satu kasus yang sering, bahkan setiap hari terjadi di rumah saya, adik saya yang tidak
pernah membereskan kasur dan sofa setelah ia memakainya. Sebelumnya saya selalu teriak
agar dia mau membereskan, “Ivan!! Coba kalau abis pake tuh langsung diberesin!”. Namun,
setelahnya kita menjadi tidak akrab untuk sementara waktu. Dan sekarang saya bersikap lebih
lembut dan tidak mengeluarkan energi untuk mengeraskan volume suara saya, “Ivan, boleh
ga diberesin ini, mau disapu lantainya, biar ga dua kali kerja.” seperti itu.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Saya harus memiliki tiga keterampilan, yaitu percaya diri berbicara di depan banyak
orang, menjadi orang yang berada di kuadran 2, dan pandai dalam berbisnis.
Terkadang, saya suka berpikir “apakah jodohku seseorang yang seperti aku?” Ketika
hal itu terlintas di pikiran, saya akan berusaha untuk selalu menjadi yang lebih baik lagi dari
sebelumnya. Seperti contoh, suami impian saya adalah seorang penghafal Al-Qur’an dan
tidak berpacaran hingga bertemu dengan jodohnya (Ta’aruf).
Kebetulan, saat ini sedang ada Open Recruitment untuk menjadi staff di
StudentxCEOs. Saya tertantang untuk mencobanya di tengah kesibukan semester 3 ini.
Karena, saya pikir, output yang akan didapat sangat saya butuhkan untuk kehidupan sehari-
hari maupun dunia kerja nanti. Karena saya pun ingin keluar dari zona nyaman—saya
seorang yang pendiam dan sedikit sulit untuk berbicara dengan orang yang baru kenal.
Disana, kita akan belajar build and broaden their network, learning to be a leader who is
able to face the age of uncertainty. Dan kita akan mendapatkan Leadership skills, Privilege,
Friendship and Partnership.
Kebiasaan 3: Dahulukan yang Utama
Ketika saya mempunyai Goals yang harus dicapai, saya tuliskan di aplikasi note yang
ada di handphone, namun karena masih kurangnya komitmen, saya tidak mencapai hal-hal
tersebut. Saya berjanji pada diri sendiri untuk menjadikan goals tersebut tercapai sebelum
waktu yang saya tentukan.
Saya sangat sering marah terhadap diri sendiri, karena saya termasuk orang-orang
yang ada di kuadran 4, yaitu pemalas. Saya lebih banyak membuang waktu untuk bermain
HP, menonton drama, dan mendengarkan musik—walaupun ketika banyak tugas. Saya
sangat mengetahui hal tersebut salah, sehingga saya berusaha untuk keluar dari zona tersebut
dan menjadi produktif setiap harinya.
Yes-man, itu adalah saya. Sangat sulit untuk berkata tidak kepada hal-hal yang tidak
saya butuhkan, bahkan hingga saya mengorbankan waktu yang berharga untuk hal yang tidak
penting. Sebelum saya membaca buku ini, saya sempat mempraktikkan hal tersebut (berkata
tidak kepada hal yang memberatkan atau tidak saya butuhkan) terhadap teman saya. Berhasil
sih, namun masih ada yang janggal, karena sikap orang tersebut menjadi berbeda dari
sebelumnya.
Namun, saya masih belum bisa menerapkannya di setiap hal, terkadang saya berani
untuk mengatakan “tidak”, namun masih sangat sering saya mengatakan “ya”.
Kebiasaan 4: Berpikir Menang/Menang
Bidang di mana aku paling bergumul dengan kecenderungan membanding-
bandingkan adalah penampilan fisik dan talenta, serta fashion. Jujur, saya masih sangat sering
merasa insecure—kata anak zaman sekarang ketika tidak percaya diri. Terutama dalam hal
fisik. Sebenarnya saya tidak kurus atau gendut, namun sifat manusia kan tidak puas diri, dan
saya ingin mendapatkan tubuh yang ideal seperti para artis. Hal tersebut salah satu hal yang
membuat saya termotivasi untuk berolahraga. Namun, disisi lain hal tersebut terkadang
membuat saya tidak ingin keluar rumah untuk memperlihatkan semua orang seperti apa saya
ini.
Di tanggal 2 Juli 2019, teman saya meminjam sejumlah uang kepada saya, karena dia
membutuhkannya ketika ingin mengambil jas almamater namun tidak mempunyai cukup
uang. Sehingga dengan rasa kasihan, saya pinjamkan dan ia berjanji akan membayarnya
minggu depan ketika mendapatkan uang mingguan dari orang tuanya. Oke, baiklah. Dua
minggu berlalu, tidak ada kabar sedikit pun darinya, dan saya mencoba untuk memintanya.
Namun ia tidak bisa membayar dengan alasan lagi di luar kota, dompetnya tertinggal dan ia
akan pulang akhir bulan Juli.
Akhir bulan Agustus saya menyinggungnya lagi. Dan jawabnya “ya ampun, aku lupa
banget.” Dan saya jawab “ iya, soalnya saya sedang membutuhkannya.” Tapi, hingga detik
ini tidak ada uang yang masuk ke rekening saya darinya. Sangat lucu, dan akhirnya saya
mencoba untuk mengikhlaskannya. Namun, hal tersebut sangat membuat saya kecewa dan
rasa percaya terhadapnya berkurang.
Kebiasaan 5 : Berusahalah untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
Menurut pendapat saya, saya sudah cukup bagus dalam mengerti orang lain terlebih
dahulu. Dilihat dari cara saya menyimak perkataan orang tersebut dan berusaha memahami.
Kontak mana yang cukup lama, sehingga menandakan bahwa saya memang mengerti maksud
dari lawan bicara. Hal ini efektif, serta dapat sedikit memberi “kode” ke lawan bicara, bahwa
ia sebaiknya lakukan hal yang sama ketika saya bercerita.
Gaya mendengarkan yang paling kupergumulkan adalah mendengakan secara selektif.
Selama dua minggu ini saya berusaha tidak melakukannya, dan it’s work. Orang-
orang yang bercerita kepada saya tidak bosan atau bahkan merasa “cukup deh, tidak akan lagi
bercerita ke Sha-sha.” Saya mendengarkan mereka hingga selesai bercerita, baru saya
tanggapi.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Di langkah bayi kedua, itu terjadi di minggu ini. Dimana ada kabar bahwa mata kuliah
yang membutuhkan praktik di kampus, diperbolehkan melakukan kegiatan offline di kampus
saat jam mata kuliah yang bersangkutan.
Karena jarak saya dan teman-teman yang lain cukup jauh, jadi di salah satu mata
kuliah yang memerlukan kerja kelompok akan lebih efektif jika dilakukan secara offline.
Jadi, menurut saya, saya harus bisa membantu teman saya yang ada di Bandung untuk
melakukan kerja kelompok. Namun, dosen pengampu dari mata kuliah yang bersangkutan
menyatakan bahwa perkuliahan/praktik ini cukup dilakukan secara online saja.
Tapi, orang tua saya dan saya sendiri memiliki pandangan yang berbeda. Saya ingin
pergi ke Bandung untuk lebih fokus kuliah dan memudahkan dalam kerja kelompok,
sedangkan orang tua saya ingin saya tetap di rumah hingga Januari—perkuliahan offline
dimulai.
Akhirnya, saya dan orang tua saya berbicara dan berembuk untuk menemukan solusi
terbaik. dan akhirnya saya akan tetap di rumah, dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Saya seringkali bercerita atau berkeluh kesah ke orang dewasa yang saya percayai,
yaitu kakak perempuan saya, seorang teman, dan ibu. Saya butuh banyak pendapat dari
berbagai sudut pandang. Sehingga seringkali setelah bertikar pikiran, timbul ide-ide baru
untuk menyelesaikan masalah ini yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya.
Minggu lalu, saya dan teman saya pergi piknik untuk mendapatkan hasil potretan
yang bagus. Hal ini cukup baru bagi kami, karena sebelumnya ketika kami bertemu, pasti
selalu di sebuah mall—“mall lagi, mall lagi.” Dan hal ini membuatku sangat bahagia karena
pemandangan yang bagus dapat dijadikan tempat refreshing dari segala hirup pikuk
kehidupan—sangat berlebihan, tapi kurang lebih itu yang saya rasakan. Dari situ, kami
semakin banyak list tempat-tempat yang ingin kami kunjungi untuk mencari hal-hal baru
lainnya.
Kebiasaan 7 : Asahlah Gergajimu
Dalam memperbaharui diri, hal utama yang saya lakukan yaitu menjaga tubuh agar
tetap sehat. Sarapan setiap pagi sebelum memulai perkuliahan adalah hal yang penting untuk
menjaga kefokusan kita ketika perkuliahan berlangsung. Apalagi mandi. Masih banyak
mahasiswa yang jarang mandi ketika kuliah pagi, saya pun sebelumnya seperti itu, namun
setelah mendengarkan perkataan seorang dosen, saya sadar bahwa mandi dan makan pagi itu
penting agar tubuh merasa siap dan fresh untuk menjalani hari itu.
Untuk masalah hati, sepertinya sudah lama saya lakukan pembaharuan diri. Biasanya
saya pergi berdua dengan kakak perempuan saya untuk menonton bioskop, makan di luar
berdua, dan pergi bermain di tempat wisata berdua. Sungguh mengasyikkan, dan hal ini
membuat kami semakin dekat satu sama lain. Dan saya merasakan feel free ketika saya
bersamanya melakukan apa yang kami sukai dan membuat kami bahagia.
Mengatasi stres versiku bukan dengan mengumpulkan humor hari ini, tapi menonton
drama kesukaan akan membuatku merasa bahagia dan menghilangkan stress dengan hal-hal
lucu dan menarik.
Pembaharuan dengan memperbaharui jiwa saya lakukan dengan bermeditasi—lebih
tepatnya beribadah dan berdoa di malam hari. Saya sering merenungkan apa-apa saja yang
sudah saya lakukan hari ini. Menurutku, berkeluh kesah kepada Allah adalah jalan terbaik
untuk menenangkan diri. Meminta maaf hingga terisak-isak, bagiku ini adalah hal yang
sangat memuaskan karena saya mengakui kesalahan dan berjanji tidak mengulanginya.
Karena saya percaya Allah Maha Pemaaf jika hamba-Nya meminta maaf dan memberi
pertolongan ketika hamba-Nya meminta pertolongan.

Anda mungkin juga menyukai