Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Adapun judul praktikum ialah Indikator Asam Basa.
1.2 Tanggal Prakikum
Praktikum dilakukan pada tanggal 14 November 2016.
1.3 Pelaksana Praktikum
1. Zakki Risyadi Muhammad (150140027)
2. Halimah Tusaddiyah Daulay (150140047)
3. Tiara Puspa Dwi Seta (150140053)
4. Riski Gustianda (150140078)
1.4       Tujuan Praktikum
Mengamati perubahan-perubahan warna indikator pada larutan asam dan
basa.

71
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori asam-basa arrhenius


Teori asam-basa arrhenius mendasari perhitungan kekuatan asam-basa.
Teori ini dikemukakan oleh ilmuan Swedia, Suante Arrhenius pada tahun 1807,
menurut Arrhenius senyawa asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion H+. Perhatikan contoh-contoh persamaan reaksi berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) H+(aq) + NO3-(aq)
H2SO4(aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)
H3PO4(aq) 3H+(aq) + PO43-(aq)
Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, senyawa asam
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Asam monoprotik, yaitu asam yang melepaskan satu ion H+
Contoh: HCl, HNO3, HBr
b. Asam diprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan dua ion H +. Contoh:
H2SO4.
c. Asam triprotik, yaitu asam yang melepaskan tiga ion H+. Contoh:H3PO4
Menurut Arrhenius, senyawa basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air menghasilkan ion OH-. Perhatikan contoh-contoh persamaan reaksi
berikut:
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
KOH(aq) K+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2(aq) Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Al(OH)3(aq) Al3+(aq) + 3OH-(aq)
Berdasarkan jumlah gugus OH- yang diikat, senyawa basa dikelompokkan
dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Basa momohidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki satu gugus OH -.
Contoh: NaOH, KOH, NH4OH.

72
73

b. Basa dihidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki dua gugus OH -.


Contoh: Ca(OH)2, Ba(OH)2.
c. Basa trihdroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH -.
Contoh: Al(OH)3, Fe(OH)3.
2.2 Teori Asam-Basa Bronsted-Lowrg
Teori asam-basa yang lebih luas dan tidak terbatas hanya pada senyawa
asam basa dalam pelarut air adalah teori asam-basa yang dikemukakan oleh
Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowrg. Pada tahun 1927, daya ilmuan yang
bekerja secara terpisah ini mengemukakan teori asam yang sama mengenai asam-
basa, menurut Bronsted dan Lowrg, asam-basa dimana asam adalah suatu zat yang
dapat member proton (donor ion H+), sedangkan basa adalah suatu zat yang dapat
menerima proton (auseptor ion H+). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan
bahan jika terdapat zat yang bersifat asam, harus terdapat zat yang bersifat basa,
demikian pula sebaliknya. Perhatikan contoh reaksi berikut:
H2O + HCl ⇆ H3O+ + Cl-
Reaksi ke kanan:
a. Senyawa HCl memberikan ion H+ pada H2O, berarti HCl bersifat asam.
b. Senyawa H2O menerima ion H+ dari HCl, berarti H2O bersifat basa.
Reaksi ke kiri:
a. Ion Cl- menerima ion H+ dari H3O+, berarti Cl- bersifat basa.
b. Ion H3O+ memberikan ion H+ pada Cl-, berarti H3O+ bersifat asam.
c. HCl bersifat asam dan Cl- bersifat basa HCl dan Cl- merupakan pasangan
asam basa dikenal dengan asam basa konjugasi.
d. Cl- merupakan basa konjugat HCl, sebaliknya HCl merupakan asam
konjugat Cl-.
e. H2O bersifat basa dan H3O+ bersifat asam. H2O dan H3O merupakan asam
basa dikenal asam basa konjugasi.
f. H3O merupakan basa konjugat H2O, sebaliknya H2O merupakan basa
konjugat H3O.
74

H+ bertambah
HCl + H2O ⇆ Cl- + H3O+
Asam Basa Basa Konjugat Asam Konjugat

H+ berkurang
2.3 Teori Asam-Basa Lewis
Teori asam-basa terus berkembang pada 1923, G. N. Lewis, seorang ahli
kimia Amerika Serikat mengemukakan teori asam basanya, menurut Lewis asam
adalah partikel (ion atau molekul) yang dapat bertindak sebagai penerima
(akseptor) pasangan electron sedangkan basa adalah partikel (ion atau molekul)
yang dapat bertindak sebagai pemberi (donor) pasangan electron. Reaksi asam-
basa menurut teori Lewis berkaitan dengan transfer pasangan electron yang terjadi
pada ikatan kovalen koordinasi perhatikan reaksi pada gambar berikut:
H+ + NH3        NH4+

Gambar 2.3.1 Teori Lewis

Berdasarkan reaksi tersebut, NH3 bertindak sebagai basa dan H+ bertindak


sebagai asam, ikatan koordinasi terjadi karena adanya pasangan electron dari
suatu atom yang berikatan. Contohnya pada pembentukan ion kompleks, antara
ion logam transisi (penerima pasangan) dan ion non logam (pemberi pasangan
electron). (Sutresna,2007).

2.4 Pengenalan Asam-Basa

Sifat asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi,
namun pengenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang
bersifat racun, pengenalan senyawa asam dan basa dapat menggunakan kertas
lakmus dan indikator asam-basa.
75

2.4.1 Kertas Lakmus

Ada dua macam kertas lakmus yang biasa digunakan untuk mengenali
senyawa asam atau basa, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru, kertas
lakmus biru berubah warna menjadi merah jika bereaksi dengan senyawa asam,
sedangkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru jika bereaksi dengan
senyawa basa.

Tabel 2.4.1 Pengujian Sifat Asam-Basa Beberapa Zat.

Perubahan Warna
Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru Kesimpulan Sifat
Zat
Air Sumur Tidak berubah Tidak berubah Netral
HCl Tidak berubah Merah Asam
Air Jeruk Tidak berubah Merah Asam
NH4OH Biru Tidak berubah Basa
NaOH Biru Tidak berubah Basa
Glukosa Tidak berubah Tidak berubah Netral
Minuman Tidak berubah Merah Asam
Softdrink
Air Aki Tidak berubah Merah Asam
Air Kapur Biru Tidak berubah Basa
2.4.2 Indikator Asam-Basa

Indikator asam-basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda


pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut,
indikator dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau
basa perhatikan perubahan warna indikator pada larutan asam-basa pada table
berikut:

Warna Setelah Ditambahkan Indikator


Indikator Larutan Asam Larutan Basa Larutan Netral

Fenol Ftalein Tidak berwarna Merah Mda Tidak Berwarna


Brom Timol Kuning Biru Biru
Metil Merah Merah Kuning Kuning
Metil Jingga Merah Kuning Kuning
76

(Cang, 2000).

2.5 Pengukuran pH

Kertas lakmus hanya berfungsi menentukan apabila suatu zat bersifat asam
atau basa. Lakmus merah dan lakmus biru tidak dapat menunjukkan berapa harga
pH secara tepat. Adapun indikator asam-basa, seperti Fenol Etalein dan kertas
indikator universal dapat digunakan untuk mengukur pH larutan, selain itu dapat
juga digunakan pH meter.

2.5.1 Larutan Indikator

Indikator asam-basa merupakan suatu zat yang dapat berubah warna pada
pH yang berbeda-beda, sifat inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui nilai pH
suatu larutan. Perubahan warna zat atau larutan indikator memiliki rentang
(trayek) tertentu yang disebut trayek indikator.

Table 2.5.1 Trayek pH Beberapa Indikator.

Warna
Indikator Asam Basa Trayek pH

Metil Hijau Kuning Biru 0.2-1.8


Timol Biru Kuning Biru 0.2-2.8
Metil Jingga Merah Kuning 3.2-4.4
Metil Ungu Ungu Hijau 4.8-5.4
Bremkresol Biru Kuning Biru 6.0-7.6
Fenol Ftalein Tidak Berwarna Merah Muda 8.2-10.0
Brumkresol Ungu Kuning Ungu 5.2-6.8
Kuning Alizarin Kuning Merah 10.1-12.0
2.5.2 pH Meter
Penentuan pH larutan yang lebih akurat, dapat dilakukan menggunakan
alat pH meter. Alat ini bekerja berdasarkan elektrolik larutan asam dan basa,
bagian utamanya adalah sebuah electrode yang peka terhadap konsentrasi ion H +
dalam larutan yang akan diukur pH-nya jika electrode tersebut dicelupkan ke
dalam larutan yang akan diuji pH meter menunjukkan angka yang sesuai dengan
harga pH larutan tersebut (Brady, 2000).
2.6 Identifikasi Larutan Dengan Bahan Alami
77

Ada banyak bahan disekitar lingkungan yang dapat berfungsi sebagai


indikator misalnya kulit buah manggis, kulit buah manggis yang berwarna ungu
akan berubah menjadi coklat kemerahan jika berada dalam lingkungan asam.
Dalam lingkungan basa, ekstrak kulit buah manggis akan berubah menjadi warna
biru kehitaman, ekstrak kembang sepatu yang berwarna merah jika ditambahkan
ke larutan asam akan tetap merah, dan jika ditambahkan ke larutan basa akan
berubah warna menjadi kuning kehijauan. (Rosserbery, 1996).
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Peralatan Yang Digunakan
1. Rak tabung
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Bola penghisap
5. Pipet volume
6. Kertas lakmus
3.1.2 Bahan Yang Digunakan
1. Larutan HCl 0.1 M
2. Larutan NaOH 0.1 M
3. Larutan CH3COOH 0.1 M
4. Indikator PP, Metyl Blue, dan Metyl Orange
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. 4 buah tabung reaksi masing-masing diisi 2 ml larutan.
a. Air
b. HCl 0.1 M
c. NaOH 0.1 M
d. CH3COOH 0.1 M
Dicelupkan kertas lakmus ke dalam 4 tabung reaksi di atas, dicatat
perubahan warna kertas lakmus.
2. Larutan pada percobaan 1 jangan dibuang, tetapi masing-masing tabung
diteteskan dengan 2 tetes indikator.

78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 perubahan warna kertas lakmus dan indikator.
Bahan Lakmus Lakmus Indikator Metyl Metyl Keterang
Merah Biru PP Blue Orange an
Air Merah Biru Bening Biru Orange Netral
CH3CO Merah Merah Bening Biru Orange Asam
OH pudar
HCl Merah Merah Bening Biru Merah Asam
pudar
NaOH Biru Biru Ungu Biru Orange Basa
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh maka, pada larutan H2O
(air) ketika dicelupkan dengan kertas lakmus merah warna kertas lakmus tetap
merah, dan ketika dicelupkan dengan kertas lakmus biru, warna kertas lakmus
juga tetap biru. Hal ini menandakan bahwa air bersifat netral, selanjutnya HCl
dicelupkan dengan kertas lakmus merah, warna kertas lakmus tetap merah, dan
ketika dicelupkan dengan kertas lakmus biru menghasilkan perubahan warna
lakmus menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa HCl bersifat asam. Kemudian
pada larutan NaOH dicelupkan dengan kertas lakmus merah menghasilkan
perubahan warna pada kertas lakmus menjadi biru dan ketika dicelupkan dengan
kertas lakmus biru warna kertas lakmus tetap biru. Hal ini memandakan bahwa
NaOH bersifat basa. Selanjutnya CH3COOH dicelupkan dengan kertas lakmus
merah, warna kertas lakmus tetap merah, dan ketika dicelupkan dengan kertas
lakmus biru menghasilkan perubahan warna lakmus menjadi merah. Hal ini
menandakan bahwa CH3COOH bersifat asam.
Pada percobaan selanjutnya menggunakan indikator fenolftalein pada
;aritam aor dam CH3COOH ditambahkan Fenolftalein menghasilkan warna
larutan menjadi putih beining. Hal ini menandakan larutan tersebut bisa bersifat

79
80

netral dan asam. Pada larutan air bersifat netral dan pada larutan CH 3COOH
bersifat asam dan termasuk golongan asam lemah. Tetapi pada larutan NaOH
ditambahkan Fenolftalein menghasilkan warna ungu yang menandakan NaOH
bersifat basa dan termasuk golongan basa kuat. Dan pada larutan HCl
ditambahkan Fenolftalein warna larutan menjadi bening. Hal ini dikarenakan
larutan HCl yang bersifat asam dan termasuk golongan asam kuat.
Pada percobaan selanjutnya menggunakan indikator metil biru dengan
metil biru larutan air, HCl dan CH3COOH menghasilkan warna biru yang berarti
larutan tersebut netral dan asam. Pada larutan air bersifat netral dan pada larutan
HCl dan CH3COOH bersifat asam. Tetapi pada larutan NaOH warna yang
dihasilkan biru pekat. Hal ini karena NaOH bersifat basa dan termasuk golongan
basa kuat.
Pada percobaan selanjutnya menggunakan metil orange, pada larutan air
ditambahkan metil orange menghasilkan warna orange yang menandakan larutan
bersifat netral. Pada larutan HCl menghasilkan warna merah yang menandakan
larutan HCl bersifat asam dan termasuk golongan asam kuat. Pada larutan NaOH
menghasilkan warna orange yang menandakan larutan NaOH bersifat basa dan
termasuk golongan basa kuat. Dan pada larutan CH 3COOH warna larutan menjadi
orange, hal ini dikarenakan larutan CH3COOH yang bersifat asam dan termasuk
golongan asam lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, PW. 1994. Kimia fisik II. Jakarta: Erlangga.

Brady, James E. 2000. Chemistry, The Study matter and It’s changes. New York:

John Wiles and Sons.

Chang, Raymond. 2002. Chemistry Edisi Ketujuh. New York: MC Grow Hill.

Rosserbery, L. Serome. 1996. Kimia Dasar Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sutresna, Nana. 2007. Kimia SMA Kelas XI. Bandung: Grafinda.

Anda mungkin juga menyukai