Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan teknologi dan industri yang sangat pesat membawa banyak dampak bagi

kehidupan manusia, baik dampak negatif maupun dampak positif. Salah satu contoh
perkembangan yang sangat pesat dewasa ini adalah penggunaan rangka baja sebagai salah satu
bahan konstruksi, baik itu atap rumah, plafon, railing dan sebagainya. Hollow galvalume
merupakan salah satu rangka yang banyak digunakan, karena rangka ini mengandung Al-Zn
yang bersifat kuat serta tahan karat dan berbobot ringan.
Paduan aluminium memiliki banyak kegunaan, contohnya mulai dari kaleng minuman
hingga lembaran besar dan produk ekstrusi untuk sektor otomotif dan bangunan. Karena
kepadatannya yang rendah dan sifat mekaniknya yang tinggi, penggunaan paduan aluminium
meningkat pesat di banyak bidang produksi penting seperti otomotif, kedirgantaraan dan industri
pertahanan [1]. Penggunaan aluminium yang terus mengalami peningkatan telah menyebabkan
meningkatnya jumlah skrap aluminium. Karena perlindungan lingkungan dan untuk mengurangi
biaya pembuatan aluminium dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian dikhususkan
untuk mendaur ulang paduan aluminium. Aluminium dan paduannya menempati tempat khusus
di antara bahan ringan yang digunakan dalam teknologi modern. Karakteristik yang sangat baik
dari paduan aluminium adalah kepadatan yang rendah yaitu hanya sepertiga dari baja [2].
Gra˙zyna et al menuliskan bahwa penggunaan paduan aluminium ditentukan oleh prevalensinya
di kerak bumi dan sifat fisik, kimia, dan mekanik yang baik, khususnya kepadatan rendah dan
kekuatan relatif tinggi (Rm /), konduktivitas listrik dan termal yang baik dan ketahanan korosi,
serta sifat teknologi yang baik [3].
Proses mendaur ulang skap aluminium itu sendiri salah satunya yaitu dilakukannya
proses pengecoran. Sebagian besar paduan aluminium pengecoran termasuk dalam sistem Al-Si
(4xx) [4,5]. Mereka terdiri dari banyak sekali konstituen eutektik yang membuatnya dapat
castable dengan baik dengan metode apapun hampir ke semua cetakan dengan konfigurasi
apapun [6]. Paduan ini juga dikenal dapat didaur ulang yang berarti bahwa mereka dapat
diproduksi dengan menggunakan stok sekunder [5,7].
Akhil et al [8] pada penelitiannya melakukan proses peleburan A356 AA dengan muffle
furnace yang kemudian dituangkan pada cetakan. Pada penelitiannya thermocouple tip
ditempatkan 1 mm dari mold cavity untuk menghindari kerusakan dari contact tip selain itu
temperatur terus dimonitor untuk melihat apakah ada penurunan pada temperaturnya setelah
kenaikan awal. Temperatur di ukur dengan K type thermocouple. Grazyna et al [3] juga
melakukan proses pengecoran pada penelitiannya, material yang digunakan adalah 2017A AA
yang merupakan hasil daul ulang. Sebelum dilakukan proses pengecoran, sample dilakukan uji
komposisi kimia terlebih dahulu dengan ARL-XTRa 3460 spectometer. Selain itu Suyanto et al
[9] pada penelitian pengaruh natural aging terhadap sifat mekanis A356 AA sebagai bahan
propeller melakukan pengecoran dengan bahan aluminium ingot yang telah siap pakai.
Aluminium ingot dilebur dalam tungku peleburan hingga temperatur 630 oC yang kemudian
dituangkan kedalam cetakan pasir yang berbentuk propeller.
Kekuatan paduan aluminium dapat dicapai dengan melakukan perlakuan artificial aging.
Artificial aging adalah menahan paduan luminium pada suhu tertentu, seperti menahan pada
temperatur 150°C selama 4 jam, atau pada temperatur 200°C selama 2 jam [9]. Artificial aging
dimulai dengan perlakuan panas yang disebut solution treatment [10]. Solution treatment
dilakukan pada paduan di suhu tinggi hingga 550°C, yang akan melarutkan fase hingga
membentuk endapan. Dalam solution treatment, α-Aluminium berubah menjadi super saturated
solid solution dan di quench di temperatur kamar. Super saturated solid solution yang terbentuk
kemudian diproses lebih lanjut dengan menggunakan perlakuan panas yang disebut pengerasan
presipitat. Pengerasan presipitat membentuk endapan dalam matriks α-Aluminium yang dapat
meningkatkan sifat paduan [11]. Paduan aluminium dengan pengerasan presipitasi merupakan
kelompok material yang penting secara komersial karena sifat mekaniknya dapat dimodifikasi
dengan perlakuan panas [12]. Nukleasi endapan semikoheren, θ’ dan θ, sering terjadi pada
peningkatan temperatur aging [13].
Mortsell et al yang membahas penelitian mengenai efek elastic straining pada paduan
aluminium 6060 selama proses artificial aging menuliskan bahwa pemahaman dan kontrol yang
baik dari komposisi paduan, proses termo-mekanis, dan pembentukan presipitat sangat penting
untuk mendapatkan sifat akhir material yang diinginkan. Peningkatan kekuatan material yang
diinginkan adalah hasil dari presipitat yang berukran nano metastabil, semi-koheren yang
terbentuk dalam larutan padat jenuh. Komposisi paduan dan keseimbangan temperature aging
dan waktu penahanan menyebabkan mikrostuktur mengalami presipitasi. Dari penelitiannya
didapatkan informasi bahwa elastic straining dapat meningkatkan kekerasan material, tetapi
tidak dapat dikaitkan dengan perubahan kepadatan jumlah presipitat, jenis presipitat atau fraksi
volume. Selain itu, peningkatan kekerasan tidak bergantung pada durasi atau temperatur saat
elastic straining diaplikasikan. Selain itu, kinetika presipitat material dipercepat setelah
dilakukannya elastic straining, menyebabkan penuaan berlebih yang lebih cepat, merupakan
salah satu karakteristik material yang mengalami deformasi plastis, di mana endapan biasanya
berinti pada garis dislokasi. Kepadatan presipitat diukur sepanjang arah regangan elastis. Elastic
straining dapat menyebabkan anisotropi dalam pembentukan presipitat akibat peningkatan
kepadatan presipitat ke arah lain, yang juga dapat menjelaskan perbedaan kekerasan. Pengujian
tarik yang lebih rinci, pengukuran kekerasan dan penyelidikan struktur mikro endapan dalam
arah tegak lurus terhadap elastic straining yang direncanakan untuk membuat kesimpulan akhir.
Adeosun et al menuliskan endapan θ’ dan θ biasanya merupakan hambatan yang tidak
dapat ditembus untuk dislokasi yang mengakibatkan peningkatan pengerasan kerja sampel yang
digulung di atas sampel lain. Jarak endapan juga berubah dengan bertambahnya usia, serta
heterogenitas distribusi endapan dalam matriks. Semua ini bertanggung jawab atas perubahan
sifat mekanik yang diamati dengan sampel uji. Pezda et al menuliskan bahwa ada juga publikasi
yang menunjukkan kemungkinan meningkatnya sifat mekanik paduan aluminium bahkan hingga
30%, seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan kekerasan, berdasarkan perlakuan panas yang
dicirikan oleh parameter non-standar dari operasi pelarutan dan aging. Artificial aging umumnya
terjadi jika perlakuan panas presipitasi dilakukan pada suhu tinggi. Suhu yang digunakan untuk
proses ini tergantung pada paduan dan sifat yang diinginkan, dan suhu bervariasi antara 120–
190◦C [14]. Pada tahap pertama proses aging, kekosongan terbentuk dengan pemisahan atom Cu
sebagai larutan padat dari matriks jenuh. Gugus atom Cu, yang terbentuk pada studi pertama
yang berlangsung satu hari, disebut sebagai Zona GP [15].
Pada jurnal lain didapatkan informasi bahwa untuk mencapai sifat fisik dan mekanik
yang optimal, proses pemanasan yang disebut perlakuan panas yang diikuti dengan pendinginan
adalah proses memodifikasi struktur kristalin dan morfologi material [16]. Studi tentang
tanggapan dan pengaruh paduan aluminium Al-Si membuatnya menarik dari sudut pandang
teknis dan akademis. Faktor-faktor yang mengontrol optimum perilaku material adalah
parameter modifikasi dan lamanya perlakuan panas [17]. Bazilah et al melakukan penelitian
untuk menunjukkan pengaruh fitur mikrostruktur pada kekuatan dan kekerasan pengembangan
modifikasi dari larutan perlakuan panas T6 pada paduan A356, hasil yang didapatkan yaitu
paduan as-cast A356 hadir dengan silikon eutektik seperti jarum dan α-Al. Setelah dilakukan
perlakuan panas T6, morfologi partikel silikon berubah menjadi spheroidal yang jelas dan
terdistribusi secara homogen dalam batas butir matriks α-Al, selanjutnya kekerasan paduan A356
dengan modifikasi perlakuan panas larutan meningkat dibandingkan dengan kondisi as-cast,
sedangkan kekuatan tariknya juga tinggi dibandingkan dengan kondisi as-cast, dan perlakuan
panas T6 dengan memodifikasi suhu dan waktu pelarutan dengan suhu tinggi dan jam periode
pendek terbukti optimal untuk paduan A356 dalam memodifikasi morfologi silikon eutektik dan
menyempurnakan ukuran α-Al primer.
Dari jurnal lainnya didapatkan bahwa sifat mekanik dapat ditentukan dengan mengontrol
mikrostruktur paduan. Sifat mekanik dapat ditingkatkan dengan penghalusan butir [8].
Meningkatnya ukuran butir menyebabkan penurunan laju pendinginan atau solidifikasi
meningkat. Akhila et al mendapatkan hasil dari penelitian mereka bahwa pada kondisi
pengecoran tanpa pemanasan, sifat mekanis akan meningkat seperti kekuatan impak, kekuatan
tarik, kekerasan seiring dengan menurunnya ukurannya karena penghalusan butir. Pada kondisi
perlakuan panas, sifat mekaniknya meningkat setara dengan ukurannya yan tetap konstan.
Karena penghalusan butir yang lebih lanjut saat dilakukannya pelakuan panas. Perlakuan panas
adalah teknologi yang penting pada pengecoran, karena pada kenyataannya ini adalah satu-
satunya cara untuk memberikan properti yang diperlukan untuk produk [18]. Fedorov et al
melakukan penelitian untuk mengetahui metode panas pada mikrostruktur dan ketahanan korosi
dari cast duplex stainless steels dan untuk mengevaluasi pelakuan panas pada tiap komposisi.
Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan pemodelan termodinamika didapatkan
keteraturan dari perubahan struktur baja yang diperlakuakan dengan perlakuan panas yang
berbeda. Perubahan mikrostukturnya jelas terlihat.

Referensi :
[1] Maddox, S. J.: International Journal of Fatigue, 25, 2003, p. 1359.
[2] Syahid.M, Sofyan.B.T, and Basuki.S.G. (2013). “Characterization of Al 7Si-Mg-Cu Turbine
Impeller Produced by Investment Casting” Advanced Materials Research, vol. 789, pp 324-
329.
[3] Gra˙zyna M.N, Gancarczyk K, Nowotnik A, Dychto K and Boczkal G. (2021).
”Microstructure and Properties of As-Cast and Heat-Treated 2017A Aluminium Alloy
Obtained from Scrap Recycling” Materials, 14, 89.
[4] Hatch, J.E. Aluminum: Properties and Physical Metallurgy. Ohio: American Society for
Metals,1984. p. 424.
[5] Glazoff, M., Khvan, A., Zolotorevsky, V., Belov, N., Dinsdale, A. Casting Aluminum
Alloys: 2nd Edition: Their Physical and Mechanical Metallurgy. Elsevier, 2018. p. 608
[6] Shurkin.P, Akopyan.T, Musin.A. (2019). “Promising Casting Aluminium Alloys without
Requirement for Heat Treatment” Metal
[7] Zavodskaa.D., Tillovaa.E., Svecovaa.I., Kucharikova.L, dan Chalupova.M. (2018)
“Secondary Cast Al-alloys with Higher Content of Iron” Materials Today: Proceedings, vol.
5, 2018, pp. 26680–26686.
[8] Akhila.K.T., Arulb.S, Sellamuthuc. R. (2014) “The Effect of Heat Treatment and Aging
Process on Microstructure and Mechanical Properties of A356 Aluminium Alloy Sections in
Casting” 12th Global Congress On Manufacturing And Management, GCMM 2014
[9] Suyanto., Kurniawan. R. D., Yanuar. P., (2019) “Pengaruh Natural Aging terhadap Sifat
Mekanis Aluminium Paduan A356 sebagai Bahan Propeler”
[10] Sutrisno. B.N dan Agustin.H.C.K. “Effects of Bifilm on the Response of Artificial Aging
of Aluminium Alloy”
[11] W. D. Callister Jr and D. G. Rethwisch, “Materials Science and Engineering An
Introduction” Wiley, New Jersey, 2014
[12] Adeosun.S.O, Sekunowo.O.I., Bodude.M.A., Agbeleye.A.A., Balogun.S.A., dan Onovo.H.
O. (2012) “Effect of Artificial Aging on Plane Anisotropy of 6063 Aluminium Alloy”
International Scholarly Research Network ISRN Metallurgy, Volume 2012, Article ID
639319, 5 pages
[13] H. Sehitoglu, T. Foglesong, and H. J. Maier, “Precipitate Effects on the Mechanical
Behavior of Aluminum Copper Alloys,” Metallurgical and Materials Transactions A, vol.
36, pp. 1–13, 2005.
[14] Gunes.I, Erdogan.M., Cengelci.B., (2016) “Mechanical and Electrical Properties of
Artificially Aged Aluminium Alloy AA 2024” Kovove Mater : 54 2016 379–387
[15] Sik, A., Onder, M.: Kovove Mater., 50, 2012, p. 131.
[16] Tiwari S K, Soni S, Rana R S and Singh A (2017) “Effect of Heat Treatment on Mechanical
Properties of Aluminum Alloy-fly Ash Metal Matrix Composite” Materials Today:
Proceedings 4 3458-65
[17] Bazilah.N.F, Kamal.M.R.M, Maidin.N.A, Marjom.Z, Ali.M.A.M, Ahmad.U.H. (2019). “T6
Solutionizing Heat Treatment Parameter of A356 Alloy by Investment Casting” ICAME
[18] Fedorov.A, Zhitenev.A, dan Strekalovskay.D. (2021) “Effect of Heat Treatment on The
Microstructure and Corrosion Properties of Cast Duplex Stainless Steels” E3S Web of
Conferences 225, 01003 Corrosion in the Oil & Gas Industry 2020

Anda mungkin juga menyukai