Anda di halaman 1dari 20

NAMA: ALEXANDER

NIM : 18.184.0050
TUGAS
ARSITEKTUR GLOBAL – II

1. Jelaskan time line perkembangan arsitektur modern ke Arsitektur post modern beserta detail
(Ciri khas bangunnnan),contoh bangunan, arsitek dan tahun bangunan tersebut berdiri.
Jb : Pengertian Arsitektur modern adalah :
1. Hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih “manusiawi” yang diterapkan
pada bangunan.
2. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran
modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru, progresip, hebat
dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya.
3. Asitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik & estetik yang
dapat dipertanggungkan secara ilmiah.
Arsitektur modern tidak bermula dengan revolusi yang tidak dengan tiba – tiba membuang
yang pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu – satunya rupa arsitektur,
tetapi secara setahap demi setahap menghapuskan ornamen – ornamen dan dekorasi yang
digantikan oleh geometri. Arsitektur modern diketahui telah berkembang lebih kurang setengah
abad, berawal kira – kira tahun 1920 hingga 1960 .
Pendorong Pertumbuhan Arsitektur Modern yaitu antara lain:
Ø Pendidikan formal mengajarkan & mendorong pemikiran modern
Ø Adanya fungsi-fungsi kebutuhan baru yang mendesak (istana/puri keagamaan ,pabrik, kantor,
stasiun, dsb).
Ø Penggunaan bahan dan penanganannya sangat mudah, karena segala sesuatunya dibuat,
direncanakan di dalam Pabrik.
Ø Adanya promosi tentang keberadaan arsitektur modern melalui pameran-pameran, publikasi
dan perdebatan.
Ø Perencanaan suatu bangunan dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, tidak dari bentuk luar.
Sehigga manusia dapat menuntut apa yang dibutuhkan secara mutlak.
Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam
teknologi ,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri ( 1760 – 1863
) . Pada umumnya perubahan-perubahan di dalam bidang arsitektur selalu didahului dengan
perubahan dalam masyarakat karena itulah Revolusi Industri juga berakibat pada perubahan
dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya arsitektur modern yaitu:

1. Perubahan dalam bidang teknologi bangunan terutama dalam bidang konstruksi / struktur
bangunan (1775 – 1939).
2. Perubahan pada perkotaan atau perkembangan kota-kota (1800 – 1909).
3. Perubahan dalam kebudayaan yang menyangkut gaya neoklasik (1750 – 1900)

Adapun tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut:


1. PERIODE I (1900 – 1929)
Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam dunia
Arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen yang dilakukan oleh
perorangan maupun kelompok,
Eksperimen tersebut, diungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang mana dibutuhkan 40 tahun
untuk mengubah Arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal sebagai Arsitektur Modern. Hal
yang menjadi Pertentangan tersebut antara lain : Arsitektur sebagai art vs Arsitektur sebagai
science, Arsitektur sebagai form vs Arsitektur sebagai space, Arsitektur sebagai craft vs
Arsitektur sebagai assembly dan Arsitektur sebagai karya manual vs Arsitektur sebagai karya
machinal.
Arsitektur modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan hancurnya
sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur sebelumnya dititik beratkan hanya pada
kegiatan, emosi & kemulyaan, maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga ditunjang
faktor komposisi, rasio, dimensi manusia. Mulai berkembang konsep “free plan”, atau
“universal plan”, yaitu ruang yang ada dapat dipergunakan unt berbagai macam aktifitas, ruang
dapat diatur fleksibel dan dapat digunakan fungsi apa saja. “Typical Concept” mulai
berkembang yaitu ruang- ruang dibuat standar dan berlaku universal.
Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan bahan mulai
Nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus, terutama pada bangunan
bertingkat tinggi antara (arsitektur “kotak korek” dengan menggunakan struktur beton dan baja).
Konsep “Open Space” Nampak dengan menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.
Pemakaian bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk polos. Ornamen
dianggap sebagai suatu kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan sejarah
dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri, ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga
bersifat universal) dan juga manusianya. (gaya universal sebagai international style). Pada bulan
September 1930 telah diadakan suatu konggres oleh CIAM (Congres Internationaux
d’Architecture Moderne) yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari
suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yg ditimbulkan
zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari elemenelemen modern serta
mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi, sosiologi, dan kemasyarakatan) yg secara
keseluruhan siap melayani umat manusia.
Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah FORM
FOLLOWS FUNCTION yang dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago), dengan
beberapa ciri sebagai berikut:

1. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.


2. struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa lampau (tanpa
ornamen).
3. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
4. Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud.

Tokoh pada periode I ini antara lain adalah:


Ø Louis Sullivan.
Ø Frank Lloyd Wright
Ø Le Corbusier
Ø Walter Gropius
Ø Ludwig Mies van de Rohe
2. PERIODE II (1930-1939).
Pada periode II perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh Eropa, Amerika
dan Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim, keadaan tanah, corak
tradisi, yang bisa mempengaruhi apresiasi bentuknya. Perkembangan metode hubungan ruang,
bentuk, bahan dan struktur tidak lagi bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan tempat dimana bangunan itu didirikan, mempunyai hubungan erat dengan
spesivikasi kedaerahan dan keregionalan.Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya
International Style atau Universal Style dari arsitektur modern pada peride ini diwarnai oleh
tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan – memperhatikan penggunaan bahan-bahan local
/ setempat.
Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian, perkembangan
teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia dan lingkungan) dengan tidak
mengurangi rasa kesatuan yang disebut kemanusian, akal dan seni dari arsitektur modern.
Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan
perencanaan yang obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya
gagalnya perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik
dan disalah artikan. Tokoh arsitektur yang menonjol pada Periode II ini adalah: Alvar Aalto,
Arne Jacobsen, Oscar Niemeyer.
Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh oleh pemikiran
Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya.
3. PERIODE III (1945 – 1958)
Perang Dunia II (1941 – 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung dan rumah
tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah tinggal dan gedung-gedung
menjadi latar belakang pada periode ini. karena kerusakan akibat perang tersebut perlu dibangun
kembali , maka usaha untuk mempercepat pembangunan antara lain dengan fabrikasi komponen
bangunan yang lebih ekonomis dan rasional sesuai dengan tujuan Revolusi Industri .
Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan dan
klassisme baru yang pernah diapakai oleh kaum fasis dan nazi menjadi simbol negatif dan perlu
ditolak.
Dalam sejarah Arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan Arsitektur dapat
dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:
a. Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan Industrialisasi, tahun 1950-an dikatakan
sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern. Dimana tahun 50-an di sebut mass production
(produksi bahan bangunan oleh pabrik). Dalam hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam
membangun (pabrikasi komponen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional. Penekanannya
pada rasionalitas. Bangunan yang demikian ini dianggap mencerminkan fungsinya dan gejala
ini melintasi batas Negara dan budaya, sehingga dapat dianggap bersifat Internasional.
b. Bagi mereka yang menempatkan Arsitektur sebagai karya yang estetik dan artistik, tahun
1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan Arsitektur Moderen dengan alasan antara lain:

1. Karena Arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri individual perancangnya. Tahun-tahun itu,
nama yang dikenal orang adalah nama biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.
2. Walaupun Arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat tidak bisa dihilangkan
adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata demokratis itu sama saja bohong/ omong
kosong.
3. Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan bangunan
yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.
4. Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simpel, bidang-
bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism yang berarti tidak ada apa-apanya kecuali
geometri dan bahan. (Dengan demikian, siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya
arsitek atau bukan. Kalau sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?) 5. Keseragaman bentuk
yang geometris menyebabkan pemandangan yang disharmoni, tidak menyatu dengan
lingkungan. Terutama di Eropa, di mana bentukan yang geometrik dianggap merusak dan
memperburuk wajah lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah
neoklasik/pramodern.
6. Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy. Contoh: diterapkannya
open plan, yang berarti anti privacy.
Pada masa ini timbul aliran yang disebut Eklektisisme, aliran yang berpedoman mengambil yang
paling baik diantara yang sudah ada, untuk digunakan sebagai bagian dari sesuatu yang baru.
Prinsip-prinsip perancangannya didasari pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil
penemuan teknik serta keindahan mesin, menginginkan satu kesatuan antara manusia dengan
lingkungannya.
Ekspresi bentuk massa bangunan serta materi yang dominan pada periode ini dapat dibagi
atas:
Ø Bentuk curvelinier geometris yang plastis dengan penggunaan bahan dan struktur utama pada
umumnya beton serta struktur atap baja.
Ø Bentuk geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struktur utama
dengan dinding kaca sebagai penutup.
Ø Arsitektur Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan, fungsi, sistem
pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan.
Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern di sebabkan oleh:
1. Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip Arsitektur sebagai ilmu telah dapat
diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya: bangunan kotak dan
geometris murni, Platonic solid, menjadi ekspresi yang pas bagi Arsitektur sebagai ilmu,
karena dalam ilmu, yang disebut bentuk jikalau memenuhi aturanaturan geometri, misalnya :
lingkaran, bujursangkar, segitiga ( 2 matra/Dimensi ) dan bola, piramid, kubus ( 3
matra/Dimensi ).
2. Karya-karya Arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk mengekspresikan space/ruang
(ciri utama ruang adalah: ada tapi tidak dapat dilihat ) yang diwakili oleh kaca lebar dan
bidang-bidang polos (Kaca adalah elemen ruang yang sangat tepat untuk mewakili ruang,
karena kaca juga memiliki ciri `ada tapi tak terlihat’. Bidang polos pun dianggap sebagai
pengekspresi ruang).
4. PERIODE III fase I (1949 – 1958).
Pada periode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perancangan tidak
hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi juga hubungannya dengan keadaan
lingkungan di mana bangunan tersebut akan berdiri (misalnya : iklim).
Bangunan yang ercipta mencerminkan suatu dialogi dengan teknologi, hal ini terlihat dari
penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium, metal, beton pracetak. Yang penggunaannya
dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang berbeda yaitu: v Dilihat dari segi keindahan
eksterior dan interior (estetika).
v Dilihat dari metode produksi (efisiensi).
Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah:
1. Penggunaan bidang kaca yang lebar.
2. Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industrial.
3. Permukaan bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme).
4. Sistem “cantilever” dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas.

Ada 5 aliran yang berkembang pada masa ini (1950an):


1. Aliran “penyederhanaan bentuk” (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha
mencapai efek yang kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai jenis bangunan.
( tokohnya : Mies-van de Rohe).
2. Aliran “bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan”, bila ada bagian yang perlu ditonjolkan akan
dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Aliran ini bentuknya lebih plastis
dibandingkan aliran di atas. (tokohnya: Alvar Aalto).
3. Aliran “pernyataan bentuk melalui struktur” (experimental structure), bentuk terlahir dari
permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yang istimewa bentuknya dan
berskala besar.(tokohnya: Eero Saarinen).
4. Aliran “organik” (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan lingkungan ke
dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd Wright).
5. Aliran “perubahan sikap terhadap zaman yang lampau”, menggunakan kembali langgam-
langgam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan.
(tokohnya : Minoru Yamasaki).

5. PERIODE III fase II (1958 – 1966).


Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan pandangan-
pandangan pada fase I dan periode sebelumnya. Pada fase ini timbul dua aliran yang menonjol
di Eropa dan Amerika yaitu:

1. Aliran “Brutalisme”, berasal dari beton brut (beton telanjang), yang dipakai oleh Le Corbusier
pada bangunan Unite d’Habitation di Marseilles. Bangunan yang dibuat dengan gaya seperti
ini, yaitu menggunakan bahan bangunan yang kasar, seperti beton expose, batu bata kasar dan
bahan lain yang sejenis termasuk di dalam aliran ini. Brutalisme mengalami dua fase, yaitu:
Ø Brutalisme dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris), lebih mementingkan
etika dari pada estetika.
Ø Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.
Brutalisme memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yang kecil dan terpisah
serta dihubungkan dengan elemen-2 fungsional yang bebas dan dengan indah dikembangkan
ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan dari bangunan merupakan faktor yang
menentukan, tetapi bagian-bagian individual dinyatakan dengan tegas dan teliti. (tokohnya:
Le Corbusier, Paul Rudolph, Michael Kallmenn, Eero Sarine, Kenzo Tange, Stubbin). 2.
Aliran “Formalisme” ,perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih menonjolkan
bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor emosi dan perasaan dari arsitek, fungsi
dinomer duakan, bentuk luar tidak sesuai dengan fungsinya. Slogan “Form follows function”
dirubah menjadi “Form evokes function” (bentuk menciptakan fungsi), bentuk adalah
merupakan titik tolak perancangan. Formalisme dipengaruhi aliran lainnya:
Ø Formalisme vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu technical excellence,
kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai keindahan ideal. (Paul Rudolph).
Ø Formalisme vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau yang tujuannya untuk
mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada plaza di tengah dan penyusunan ruangnya
sama dengan masa abad XIX.

Faham dan aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang banyak, namun
perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak disebabkan oleh
penekanan permasalahan yang berbeda, sedangkan inti permasalahannya sama, yaitu ingin
menciptakan arsitektur yang efisien.
Setelah berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan mempunyai ciri
sebagai berikut:
Ø Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.
Ø Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal
mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
Ø Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme dan abstrak yang terdiri
dari bentukbentuk aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi empat.
Ø Konstruksi diperlihatkan.
Ø Pemakaian bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen atau ditempel
- tempel. Ø Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal.
Ø Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan sekunder,
dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di dalam bangunan.
Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut:
· Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari bangunan.
· Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas.
· Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaannya, ketepatan
penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi.
· Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dengan belakang, facde
dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam; tidak ada detail yang berdiri sendiri,
tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi keseluruhan.
· Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, tetapi merupakan
alat yang penting dalam ekspresi artistik.

3.1.2 Periode Sejarah Arsitektur Postmodern Pengertian


Pengertian Arsitektur postmodern :
 Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-
duanya masih eksis.
 Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter yang sama.
 Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal yang benar dari Arsitektur
Modern tetap dipakai.
 Merupakan pengulangan periode 1890-1930.
 Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology,
Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam
arsitektur.
 Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern.

Arsitektur Post Modern lahir karena beberapa hal antara lain Arsitektur Modern
dipermalukan karena tidak begitu menghargai sejarah ,kemudian terjadinya Gerakan
Internasional Mahasiswa di berbagai negara dengan tujuan secara umum yang sama yaitu
menuntut kebebasan karena sebelum masa pemberontakan tersebut pada umumnya pusat-
pusat intelektual /sekolah-sekolah secara politik dikuasai pemerintah sehingga melalui
gerakan mahasiswa ini kemandirian mahasiswa dihargai. Kemudian tumbuhnya peristiwa
kebudayaan dalam gaya hidup dan munculnya demonstrasi orang tua yang menurut mereka
orang-orang modern bisanya cuma merusak bukan memelihara . Aliran Late Modern itu
sendiri merupakan aliran Modern karena pada dasarnya hanya mengolah segi bahan , tampak
dan struktur bangunan,sedangkan Post Modern sautu mutasi karena mencoba memasukkan
kembali nilainilai sejarah dan tradisional dalam arsitektur ,suatu hal yang sebelumnya sangat
ditentang Modernisme.
Post Modern timbul pada saat aliran Modern sudah mencapai klimaks
pertumbuhannya dan sebagai suatu aliran baru yang merupakan perubahan dramatis
arsitektur Modern dan Internasional Style. Reaksi lain yang timbul adalah slogan ‘ Less is
More ‘ diubah menjadi ‘ Less is Bore ‘ oleh Venturi . Istilah Post Modern pertama kali oleh
Arnold Toynbee, tetapi bukan dalam konteks Arsitektur . Kemudian dipindahkan dalam
konteks Arsitektur oleh Arsitek Joseph Hudnut pada tahun 1949 dan kemudian Geoffrey
Barraclouyh ( sesudah Toynbee ) yaitu untuk menggambarkan suatu jaman yang penuh
dengan keanekaragaman dalam peradaban yang saling berdampingan satu dengan yang
lainnya .
Arsitektur PostModern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap arsitektur
modern, maka timbullah gerakan pembenahan dari para arsitek Arsitektur post modern ini
muncul dalam tiga versi atau sub langgam yaitu: purna modern, pasca modern, dan
dekonstruksi. Arsitektur purna modern dan neo modern merupakan hasil pemikiran
arsitektur untuk mengkoreksi degradasi yang terjadi.
Ciri -ciri umum Arsitektur postmodern: Untuk lebih memperjelas pengertian
arsitekturpost modern, Charles Jencks memberikan daftar ciri–ciri sebagai
berikut:
1. Ideological adalah Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk memberikan
arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern, ideological adalah konsep
yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post modern bisa lebih terarah dan
sistematis.
a) Double coding of Style
Bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu :
Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
b) Popular and pluralist
Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki
fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada gagasan tunggal.

c) Semiotic form
Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan
makna atau tujuan atau maksud.
d) Tradition and choice
Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan
maksud atau tujuan perancang.
e) Artist or client
Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) dan Bersifat umum (extern) Yang
menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara umum
f) Elitist and participative
Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti
dalam arsitektur modern.
g) Piecemal
Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh. Unsur–unsur
dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–lain.
h) Architect, as representative and activist
Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta
dalam perancangan.
2. Stylitic (ragam) adalah Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan sebagainya) yang
khusus. Pengertian gaya – gaya dalam arsitektur post modern adalah suatu pemahaman
bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur post modern:

a) Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan:


Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, dan contextual.
b) Complexity adalah Hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri–ciri post modern yang
mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampilkan perancangan yang bersifat
kompleks. Pengamat diajak menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
c) Variable Space with surprise adalah Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan,
misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.
d) Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk konvensional dan bentuk-
bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artiinya.
e) Eclectic adalah Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk
menciptakan unity.
f) Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
g) Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and semaic
appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan
fungsi.
h) Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup
dan kaya ornamen.
i) Pro Or Representation adalah Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat
memperjelas arti dan fungsi.
j) Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada desain
bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi bangunan.
k) Pro-Historical reference adalah Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang
menegaskan ciri-ciri bangunan.
l) Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih
menikmatinya.
m) Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang
dikehendaki perancang.

3. Design Ideas adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain dalam Arsitektur
Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang mendasari Arsitektur Post Modern.

a) Contextual Urbanism and Rehabilitation ialah Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan
dengan suatu lingkungan urban.
b) Functional Mixing ialah Gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan dalam
perancangan.
c) Mannerist and Baroque ialah Kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d) All Phetorical Means ialah Bentuk rancangan yang berarti.
e) Skew Space and Extensions adalah Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis. f)
Street Building.
g) Ambiquity adalah Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih unity dalam
fungsi.
h) Trends to Asymetrical Symetry adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan
keasimetrisan yang seimbang.
Collage/Collision adalah Gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan
1. The Fallingwater (Frank Lloyd Wright, Mill Run, Pennsylvania, AS, 1935)

Desain rumah ikonik The Fallingwater terinspirasi oleh arsitektur Jepang yang terkenal
dengan menggunakan struktur kantilever. Rumah itu, yang secara ideal dimasukkan ke dalam
lanskap alami, diciptakan sebagai tempat liburan akhir pekan untuk keluarga Kaufmann.

Kondisi bangunan mulai memburuk dengan cepat setelah konstruksi yang disebut 'bangunan
tujuh ember', ini mengalami atap bocor. Selain itu, teras kantilever mulai jatuh karena
kurangnya penguatan yang tepat. Bangunan itu mengalami perombakan beberapa kali dan
diubah menjadi museum pada tahun 2002.

2) Rumah Kaca (Philip Johnson, New Canaan, Connecticut, AS, 1949)

Philip Johnson membangun rumah itu menjadi miliknya sendiri. Desainnya minimal dan
menggunakan fitur refleksi / transparansi kaca. Dia juga bereksperimen dengan dimensi
dan bentuk geometris yang menjadikan rumah tersebut salah satu landmark daerah dan ikon
dalam dunia arsitektur modern.

Rumah yang dibuat untuk tempat akhir pekan itu sebagian besar terbuat dari kaca dan baja.
Namun, bangunan tersebut juga mengalami masalah 'atap bocor' seperti pada rumah The
Fallingwater, yang membuat Johnson menggambarkannya dengan bercanda, sebagai
'rumah empat ember'.

3) Villa Savoye (Le Corbusier, Paris, Prancis, 1931)

Villa Savoye adalah villa yang dibangun sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga Savoy, di
Poissy, di pinggiran Paris. Desainnya yang berbeda menunjukkan 'lima poin' prinsip desain Le
Corbusier termasuk konsep open plan, grid kolom beton bertulang, jendela horizontal, taman di
atap, dan fasad yang independen.

Banyak yang belum tahu bahwa keluarga Savoy ternyata pernah mengalami berbagai masalah
yang muncul setelah mereka mulai menggunakan bangunan ini. Konstruksi yang salah dan
kesalahan desain menyebabkan keluarga itu meninggalkan Villa Savoy beberapa tahun
kemudian. Ajaibnya bangunan ini berhasil masuk ke daftar 'Public Building' dan telah diubah
menjadi museum arsitektur modern.
TUGAS
PEMUKIMAN DAN KOTA
1. Ambil satu contoh wilayah pemukiman di Kota Medan, kaji berdasarkan 8 teori pokok
Shirvani Hamid (tata guna lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang
terbuka, jalur pejalan kaki, pendukung aktivitas, penandaan, dan preservasi)
Jawab: a. ANALISA ELEMEN KOTA
1. Analisa Tata Guna Lahan
Hasil pengamatan kami terhadap kelurahan sidodadi, pada area kelurahan ini dari segi Tata Guna
Lahan (Land Use) merupakan kawasan permukiman, hal tersebut dapat ditandai dengan adanya
perumahan yang disertai prasana dan sarana serta infrastrukutur yang memadai. Selain itu dalam
kehidupan sosial dapat ditandai dengan adanya norma social masyarakat yang mengikat aturan
dalam kehidupan warga di lingkungan tersebut. Misalnya, pada area pos jaga lingkungan (pos
ronda) dapat ditemui beberapa aturan dalam bertamu kedalam lingkungan tersebut . Sebagai
contoh aturan nya adalah, tamu wajib lapor 2 kali 24 jam.

Menurut data yang kami dapat dari kantor kelurahan, kelurahan Sidodadi memang di khususkan
menjadi kawasan permukiman dari Dinas Tata Ruang Permukiman (TARUKIM). Kelurahan
Sidodadi mempunyai luas sebesar 40 hektar, yang dimana diatas luas tersebut dibagi menjadi 11
lingkungan.

Pada kelurahan sidodadi , terdapat tiga jalan primer yang melalui nya yakni, Jl. Prof. H. M.

Yamin, SH, Jl. Thamrin, dan Jl. Sutomo.Pada area Jl. Thamrin lah yang membagi kelurahan
Sidodadi menjadi 2 bagian yakni sidodadi utara dan sidodadi Selatan. Pada area Sidodadi Utara,
pola perencaan kota menggunakan sistem Grid dengan 10 lorong (jalan) yang membagi nya.
Kesepuluh lorong tersebut adalah Jl. Sulawesi, Jl. Belitung, Jl. Lombok, Jl. Siak, Jl. Bedagai, Jl.
Tamiang, Jl. Langkat, Jl. Tarutung, Jl. Asahan dan Jl. Asahan Dalam.

Sementara pada lingkungan kawasan Sidodadi Selatan, merupakan area kawasan permukiman
penduduk. Pada kawasan Sidodadi selatan terdapat beberapa area pusat pemerintahan kelurahan
Sidodadi, area pendidikan, dan pusat peribadatan.

Pada Kelurahan Sidodadi yang berbatasan dengan Kelurahan Sambu, lebih tepatnya di Jl. Sei
Kera Ujung terdapat beberapa penyimpangan terjadi yang mengganggu kenyamanan keadaan
lingkungan permukiman penduduk.

Pasar pagi sambu yang tumpah akibat pusat pasar pagi sambu yang berada di Kelurahan Sambu,
kurang mencukupi ketika terjadi transaksi perdagangan di pagi hari (waktu operasi jam 12.00
hingga pukul 5.00 wib), sehingga beberapa lokasi halaman permukiman penduduk dijadika area
perdagangan dan mengakibatkan banyak sampah tumpukkan barang dagangan yang tidak laku
berserakan di depan halaman warga ketika pagi hari. Ketika hari minggu atau hari libur, sampah
– sampah ini tidak dibersihkan oleh petugas kebersihan dari kelurahan atau pemko Medan.
Namun sepertinya pemerintah menyetujui dan menfasilitasi pusat pasar pagi ini lewat pemberian
lampu disepanjang area Jalan Sei Kera Ujung.
2. Bentuk dan Kelompok Bangunan (Building and Mass Form)
Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh tinggi dan besarnya bangunan, KDB, KLB,
sempadan, skala, material, warna, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan
meliputi:
- Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, dan dimensi bangunan sekitar.
- Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas, dan tipe-tipe ruang.
- Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat
tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil.
Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan
yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak
bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti :
ketinggian bangunan, jarak antar- bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya
harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit –
horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).

- Ketinggian bangunan
Bangunan – bangunan yang paling tinggi dimiliki oleh Hotel yang baru dibangun di jalan Prof.
H.M.Yamin. Bangunan ini memiliki 5 lantai, yaitu sekitar 20 -25 m. Untuk bangunan tinggi
lainnya ( 3-4 lantai ) terdapat di Jalan Prof. H.M.Yamin dan Jalan Sutomo dan jumlah lantai di
beberapa rumah penduduk juga ada yang berkisar 3-4 lantai.
- Bentuk bangunan
Bentuk bangunan di Kelurahan Sidodadi mayoritas berbentuk seperti rumah toko. Bentuk rumah

tersebut memang digunakan sebagai bangunan komersial namun ada juga yang seluruh
bangunan tersebut dijadikan rumah tinggal. Bentuk rumah tersebut disebabkan karena
penduduk di kelurahan Sidodadi adalah orang Chinese, sehingga sudah menjadi kebiasaan
mereka membangun seperti rumah toko ( ruko ). Namun ditemukan juga bangunan berbentuk
minimalis, klasik,dan heritage di kelurahan ini
1. Ruang Terbuka (Open space)
Ruang terbuka adalah suatu wadah yang dapat menampung kegiatan / aktivitas tertentu dari
masyarakat baik secara individu atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini sangat
tergantung pada pola dan susunan massa bangunana. Batasan pola ruang umum terbuka adalah
:
i. Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan.
ii. Dapat digunakan oleh publik ( setiap orang )
iii. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan.

Contoh ruang terbuka adalah : jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan terbang, lapangan olah
raga.
 Pada kelurahan sidodadi hanya terdapat sedikit ruang terbuka, yaitu : jalan
,pedestrian, dan parkir.
 Pada Kelurahan Sidodadi hanya sedikit ditemukan Ruang Terbuka dalam
Lingkungan hidup seperti taman kecil di depan beberapa gang di kelurahan
Sidodadi, yaitu : Jalan Asahan . Hampir seluruh kawasan di kelurahan ini
didirikan bangunan, baik : rumah penduduk, bangunan komersial, rumah ibadah,
dsb. Sehingga taman kecil ini sepertinya lebih masuk ke fungsi estetika di depan
jalan tersebut.

 Pada kelurahan Sidodadi yang termasuk Ruang Positif adalah seluruh Jalan di
Kelurahan Sidodadi karena jalan bermula sebagai space yang dapat menjadi place
bila dilingkupi dengan adanya bangunan yang ada di sepanjang jalan, dan atau
keberadaan landscape yang melingkupi jalan tersebut, sebuah place akan menjadi
kuat keberadaannya jika didalamnya memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang
berarti bagi lingkungannya
 Pada kelurahan Sidodadi yang termasuk Ruang Negatif :
Jalan Belitung (Negatif) Jalan Siak (Negatif)

Jalan Asahan Dalam (Positif)

4. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)


Analisis Parkir
Parkir pada Jalan Sutomo, Jalan Prof. H. M. Yamin, dan Jalan Thamrin di sini
adalah parkir di badan jalan. Parkir mobil dan sepeda motor, tempat mangkal
taksi, angkutan umum dan becak sebagai aktivitas sisi jalan merupakan hambatan
samping paling besar, sehingga mengurangi kapasitas jalur jalan untuk sirkulasi.
Pengaruh parkir terhadap sirkulasi dalam hal ini adalah keberadaan aktivitas
parkir menempati badan jalan, sehingga mempengaruhi sirkulasi kendaraan di
jalur jalan raya.
Pola penataan parkir di badan jalan adalah sejajar satu lapis sesuai dengan
peraturan rambu lalu lintas, tetapi kenyataannya pola penataan cenderung
menyudut / miring atau tegak lurus terhadap badan jalan. Menurut juru parkir,
hal ini supaya mendapat kapasitas ruang parkir yang lebih luas, akibatnya
kapasitas ruang sirkulasi justru berkurang ditambah lagi pada jalan Thamrin ini
didominasi oleh bangunan-bangunan fugsional(sektor formal) seperti ruko- ruko,
restoran, showroom mobil, dll.
Sistem parkir di badan jalan ini sisi kanan dan kirinya merupakan tempat
komersial, sehingga mempunyai kelebihan dan kelemahan.
i. Kelebihan :Dekat dengan tempat tujuan, akibatnya banyak dipakai untuk
parkir kendaraan mobil pribadi dan sepeda motor, tempat bongkar muat
kendaraan niaga, tempat mangkal angkutan umum (taxi, angkot daihatsu
dan becak).
ii. Kelemahan :Banyak dipakai untuk aktivitas parkir berbagai jenis alat
transportasi, sehingga area parkir menjadi padat sampai ke jalur
sirkulasi dan pedestrian ways.Akibatnya mengurangi kapasitas ruang
untuk sirkulasi kendaraan dan manusia.
Jalan sutomo ini merupakan jalan besar di kelurahan sidodadi, karena umumnya
jalan Sutomo ini didominasi oleh bangunan-bangunan sektor formal yang tidak
memiliki parkir khusus, tempat ini sering mengalami kemacetan. Lokasi jalan
Sutomo ini juga sangat dekat dengan pasar sambu sehingga pedestrian dan
sebagian badan jalan digunakan sebagai tempat berjualan barang-barang antik dan
sayur- sayuran. Aktivitas parkir terpadat di sore hari, hampir seluruhnya
menempati badan jalan (on-street), sehingga kapasitas ruang untuk sirkulasi
berkurang ditambah lagi pada sore hari jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan
karena merupakan jam pulang kerja,akibatnya mempengaruhi kelancaran
sirkulasi.
5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
Jalur pedestrian pada sebuah kota adalah bagian yang sangat penting, baik sebagai
kelengkapan (amenity) kota maupun sebagai tempat orang berjalan kaki dengan
aman dan nyaman. Jalur pedestrian merupakan salah satu kelengkapan sebuah kota,
yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh warga kota yang bersangkutan untuk
dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari satu tempat ke tempat lainnya.

Rata-rata jalan di Kel.Sidodadi tidak mempunyai pedestrian yang pas, padahal banyak
pejalan kaki

yang berjalan di sekitar jalan tersebut. Tetapi beberapa jalan mempunyi pedestrian
dan pengendara motor mengikuti aturan tidak melewati pedestrian tersebut.
Namun pedestrian ini tidak mempunyai perbedaan level dengan jalan, sehingga
kita harus hati-hati berjalan di pedestrian tersebut.
6. Penanda (Signage)
a. Rambu Larangan
Rambu inibertugas untuk melarang para pengguna jalan. Larangan yang
dibaerikan tentu saja berguna dan penting. Salah satu contoh dari rambu larangan
ini dilarang berhenti, dilarang berbalik arah, dan dilarang masuk bagi pejalan
kaki.Warna dominan pada rambu ini adalah merah dan hitam.

b. Rambu Petunjuk

Rambu ini bertugas untuk memberikan petunjuk arah pada para pengguna jalan
agar tidak tersesat. Rambu petunjuk ini pada umumnya memiliki warna hijau
sebagai dasar dan putih sebagai warna yang yang digunakan sebagai tulisan.
Rambu petunjuk biasanya juga disertai dengan jarak yang harus ditempuh untuk
mencapai tempat tujuan.

c. Rambu Perintah
Rambu ini memiliki warna biru dan putih sebagai dua warna yang dominan.
Rambu ini bertugas untuk memerintah para penguna jalan. Misalnya, tanda panah
ke kiri berwarna putih yang berada di atas warna dasar biru. Itu berarti Anda wajib
untuk mengikuti arah ke sebalah kiri.

d. Rambu Peringatan
Rambu Peringatan ini, berfungsi untuk menunjuk persimpangan, jalan hati-hati,
dsb

e. Signage Komersial

Signage komersial di Kel.Sidodadi teratur dan tidak terlalu besar untuk menutupi
bangunan dan juga tidak saling menutupi.
7. Pendukung Kegiatan (Activity Support)
Keberadaan activity support tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-sungsi kegiatan publik yang
mendominasi penggunaan ruang publik kota, sehingga semakin dekat dengan pusat kota semakin
tinggi intensitas dan beragam kegiatannya. Keberadaan elemen activity support diharapkan dapat
mengintegrasikan dan menjadi penghubung antar kegiatan yang terjadi.

Kenyataan yang menunjukkan ruang publik banyak dipadati dan dimanfaatkan oleh masyarakat
menunjukkan tanda sebuah kota yang sehat dan hidup.
Pada kelurahan Sidodadi terdapat berbagai macam activity support baik yang berupa bangunan
permanent maupun non permanen. Keberagaman activity support tersebut menjadikan kelurahan
Sidodadi ini memiliki keunikan yang khas. Contoh activity support yang terdapat di kelurahan
ini adalah Swalayan (YUKI), Restoran, ATM, rumah makan, Pusat dan Kantor Jasa (seperti
Praktek Dokter, Showroom, Bengkel, Agen Travel), Hotel, Poskamling, Kantor Dinas
Kesehatan, Mesjid, Gereja, Sekolah, Laboratorium, Apotik, Pasar Pagi, dll.

8. Preservasi (Preservation)
Hasil pengamatan kami terhadap kelurahan sidodadi, pada area kelurahan ini dapat ditemukan
beberapa bangunan lama, atau bangunan prasejarah yang didirikan belanda pada waktu sebelum
kemerdekaan. Bangunan – bangunan prasejarah yang berada pada kelurahan sidodadi, umumnya
terletak di sepanjang Jl. Sei Kera Ujung dan di persimpangan Jl. Siak dengan Jl. Prof. H. M
Yamin, Sh.
Bangunan- bangunan pra sejarah yang berada pada kelurahan Sidodadi, lebih tepatnya di
sepanjang JL. Sei Kera Ujung, banyak yang sudah dirubuhkan dan dijadikan menjadi rumah yang
bermodel ruko oleh masyarakat setempat. Menurut hasil wawancara yang kami lakukan terhadap
masyarakat yang menghuni di Jl. Sei Kera Ujung, mereka mengatakan bahwa dulunya sebelum
kemerdekaan republik Indonesia, dahulunya ditempat ini merupakan kawasan permukiman para
pedagang Tiongkok (Pecinaan) yang berada di kota Medan. Pada jaman penjajahan Belanda,
Belanda menempatkan permukiman para pedagang Tiongkok yang berdagang di kota Medan ini
pada kelurahan sidodadi lebih tepatnya sekarang ini di sepanjang jalan Sei Kera Ujung.
Pada kondisi sekarang, banyak bangunan lama yang berada di sepanjang Jl. Sei Kera Ujung,
banyak yang sudah dirubuhkan dan diganti bentuk model dan massa bangunannya sesuai
keinginan para pemilik bangunan tersebut. Hasil wawancara kami terhadap penghuni rumah
bangunan lama yang sudah diganti bentuk massa bangunannya, mereka membeli rumah
bangunan lama dari para keturunan kaum tiongkok yang masih hidup, kemudian merubuhkan
nya dan membangun rumah sesuai keinginan dan kebutuhan mereka.
Gambar 95 Bangunan baru yang berdiri diatas bekas bangunan lama pada sepanjang Jl. Sei Kera
ujung

Pada persimpangan sudut JL. Langkat dengan Jl. Sei Kera Ujung terdapat bangunan lama yang
masih utuh berdiri sampai saat ini. Hasil wawancara kami terhadap Kepala Lingkungan setempat
(Lingk. III) mengatakan bahwa, bangunan ini merupakan salah satu bukti sejarah peninggalan
bangunan Belanda.

Dulunya ini merupakan tempat kantor penerbitan surat kabar pada masa jaman Belanda di kota
Medan. Hanya bangunan bersejarah inilah yang masih berdiri di sekitar JL. Sei Kera Ujung.
Tidak tampak terlihat bentuk kepedulian Pemkot Medan terhadap pelestarian bangunan
bersejarah ini.

Sudah hampir puluhan tahun bangunan ini tidak terjamah oleh siapapun, baik masyarakat,
maupun oleh kepala kelurahan atau pemko Medan untuk pelestarian nya baik dalam segi
konservasi. Kurangnya bentuk kepedulian dan perizinan dari Pemko Medan untuk mengelola
bangunan ini kapada masyarakat kelurahan sidodadi sehingga bangunan ini tidak terjamah oleh
masyarakat dan mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor usia dan lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai