Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KLIPING

Mata Pelajaran IPS

Tentang Dampak Perubahan Lingkungan (Alam, Sosial


Budaya dan Ekonomi) Terhadap Masyarakat

Azka Tharfus Syadid


Kelas 5C
MI AT Takwa
5 Dampak Kerusakan Alam Bagi Kehidupan
Sumber : https://dlh.semarangkota.go.id/5-dampak-kerusakan-alam-bagi-kehidupan/

Pernahkah Anda berfikir tentang bencana yang sering terjadi di Indonesia? Kerap sekali berbagai
bencana melAnda Indonesia misalnya saja, kebakaran hutan di Kalimantan, banjir di berbagai
daerah, tanah longsor dan letusan gunung berapi. Masih banyak bencana yang lainnya. Taukah
Anda kenapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini dikarenakan adanya Dampak Kerusakan Alam.
Ekosistem yang sudah tidak seimbang lagi menjadikan lingkungan sudah tidak ramah lagi.
Kenapa? Karena lingkungan sudah banyak di rusak.

Berbagai kerusakan lingkungan sering terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Sehingga
dampaknya juga akan kembali ke manusia juga. Untuk itu menjadi mansuia yang bertanggung
jawab adalah suatu kewajiban. Jika Anda menebang hutan, berarti Anda juga harus
menanamnya. Agar keseimbangan ekosistem hutan juga terjaga. Berikut ini akan dijelaskan 5
dampak kerusakan alam bagi kehidupan.

1. Banjir

jateng-
tribunews.com

Dampak Kerusakan Alam Akibat Banjir dikarenakan ulah tangan manusia yang kurang peduli
terhadap lingkungan. Banjir tidak hanya menyebabkan teredamnya suatu tempat saja, tapi banjir
juga bisa menyebbakan banyak nyawa yang melayang karen arus yang deras. Banjir biasanya
disebabkan oleh sampah mengunung di sungai yang menjadikan aliran sungai tidak lancar.
Banyaknya pemukaiman di sekitar sungai yang menjadikan aliran sungai terhambat.

2. Tanah longsor

penan
ggulangankemenkes.co.id

Bencana ini sering menimbulkan korban jiwa karena banyak pemukiman yang tertimpa batu-
batuan dari lereng ataupun bukit. Bencana ini juga sering terjadi tiba-tiba, terkadang membuat
orang yang disekitarnya saja tidak sadar akan terjadi tanah longsor. Adanya bencana tanah
longsor ini dikarenakan Dampak Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia. Adanya penebangan
pohon liar tanpa adanya reboisasi menjadikan adanya erosi. Bagiamana tidak? Biasanya lereng
gunung ataupun pegunungan ataupun daerah sekitarnya jika terjadi hujan lebat, kumpulan pohon 
itulah yang akan menyerap air. Tapi jika mereka sudah ditebang tanpa adanya reboisasi, air hujan
akan mengenai langsung tanah tersebut dan terjadilah erosi.

3. Pencemaran

Dampak pencemaran ini bisa memepengaruhi kesehatan manusia yang berada di daerah tersebut,
muncul berbagai penyakit yang tidak biasanya terjadi. Banyak pencemaran ini juga termasuk
Dampak Kerusakan Alam Oleh Manusia. Apalgi jika sudah ada pabrik di sautu pemukiman,
berbagai lingkungan pun akan tercemar. Mulai dari lingkunagn air dan udara. Adanya
pembuangan limbah yang sembarangan ini akan menjadikan pencemaran air yang melebar
sampai ke pemukiman. Hal ini akan menjalar sampai ke sumur para warga, bahkan beberapa
sungai juga bisa tercemar.

4. Kabakaran hutan

Masih ingatklah and tentang kebakaran hutan di Riua tahun 2016? Kebakaran yang
mengakibatkan asap yang sampai ke negara Singapura. Kejadian yang menjadikn paru-paru
dunia in semakin lama semakin menipis. Tidak hanya itu saja, dampak dari kebakaran ini juga
berimbas ke Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Keseimbangan Alam. Habitat hewan liar
yang berada di hutan juga semakin terancam. Tempat tinggal mereka yang selama ini di jaga
sudah mulai banyak di rusak oleh manusia. Pembuatan pabrik yang membutuhkan lahan sampai
membakar hutan sekarang juga masih banyak.

5. Global warming

Adanya global warming atau pemanasan global sering dikaitkan dengan adanya efek rumah
kaca. Hal ini memang benar adanya suhu bumi yang semakin lama semakin naik. Adanya
konsentrasi gas-gas tertentu yang menjadikan suhu semakin panas. Berbagai industri juga
berperan dalam mensukseskan adanya kenaikan suhu. Selain itu adanya global warming juga
dikarenakan meningkatnya karbo diokasida dan menipisnya oksigen. Adanya penggunaan patu
bara, penggundulan hutan dan juga pembakaran hutan ini menjadikan karbo dioksida semakin
naik.

Nah demikian tadi dampak yang bisa Anda rasakan kerana kerusakan alam yang sudah banyak
terjadi. Mulai dari dini harus ditanamkan sikap untuk menjaga alam. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara penanaman serbu pohon, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga
kebersihan sungai di sekitar dan maih banyak lagi. Ayo selamatkan lingkungan alam mulai dari
sekarang.
PENGARUH MASALAH LINGKUNGAN GLOBAL
TERHADAP MANUSIA
(MASALAH LINGKUNGAN AIR)
Sumber : http://www.batan.go.id/ensiklopedi/01/01/02/03/01-01-02-03.html

RINGKASAN

Kebanyakan masalah lingkungan sekarang ini disebabkan oleh kegiatan sosial ekonomi manusia
dan memburuknya lingkungan akibat kegiatan itu berpengaruh terhadap bumi secara keseluruhan
baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Peningkatan emisi CO2 yang
menyertai konsumsi bahan bakar fosil dan pemanasan global berakibat pada memburuknya
kualitas air, meningkatnya limbah akibat perubahan gaya hidup, dan lain-lain. Hal itu merupakan
contoh permasalahan lingkungan pada saat ini.

Sekarang ini, pemanasan global adalah masalah yang paling berat di antara masalah lingkungan
yang menyebabkan peningkatan suhu, perubahan iklim, meningkatnya permukaan air laut,
perubahan ekologi yang memberikan pengaruh besar kepada dasar eksistensi manusia. Selain itu,
masalah kerusakan lapisan ozon, hujan asam, oksidan fotokimia, dan lain-lain memberikan
pengaruh kepada kesehatan dan lingkungan, bukan hanya masalah lingkungan udara, tetapi juga
masalah lingkungan air dan tanah yang berada dalam kondisi yang tidak dapat diabaikan.

Salah satu masalah lingkungan adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan sosial ekonomi saat
ini, berupa produksi skala besar, konsumsi skala besar, limbah skala besar.  Dari limbah
kemudian timbul masalah pada bumi berupa perpindahan limbah beracun dari negara maju ke
negara berkembang.

Masalah lingkungan dapat berakibat pada rusaknya lingkungan alam yang berharga seperti
hutan, sungai, pantai dan lain-lain, selain dapat merusak keragaman hayati yang sangat penting
untuk manusia. Karena itu perlu upaya secara internasional untuk menghadapi masalah ini.

URAIAN
1. Masalah lingkungan air

Air memberikan berbagai manfaat kepada manusia baik untuk minum, kehidupan sehari-hari,
industri dan lain-lain. Dalam proses siklus alami air menguap menjadi hujan lalu turun ke bumi,
tersimpan di hutan, dalam tanah, turun ke sungai dan terus mengalir ke laut, mengalami
penguapan lalu menjadi hujan lagi. Dalam proses tersebut materi polutan dibersihkan. Selain itu,
air di antara waktu dari udara ke sungai lalu ke laut berkali-kali dimanfaatkan dalam berbagai
bentuk sebagai sumberdaya air, setelah itu dikembalikan lagi kepada siklus air. Proses ini
memberikan pengaruh yang besar kepada air, dan karenanya memberikan pengaruh kepada tanah
dan makhluk hidup.

Apabila siklus yang sempurna tidak bisa terjadi, maka akan muncul berbagai kerusakan seperti
ketidakstabilan debit air sungai (munculnya kerusakan kota akibat air, berkurangnya debit air
dari biasanya, dan lain-lain), berhentinya sumber air, memburuknya kualitas air, dan lain-lain.

Polusi air akan memberikan pengaruh yang luas pada aliran sungai dan laut, ada juga yang
terdeposit di dasar air dalam bentuk materi berbahaya dan memiliki pengaruh jangka panjang
karena setelah beberapa tahun materi ini dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia.

Melalui lautan polusi bisa menyebar ke seluruh dunia dan memiliki kemungkinan pengaruh
kepada ekologi khususnya binatang air.

2. Masalah tanah

Tanah merupakan faktor pembentuk lingkungan yang penting, menjadi dasar keberadaan
makhluk hidup termasuk manusia, memiliki peran yang penting untuk siklus materi ataupun
ekologi. Tanah memiliki fungsi untuk menghasilkan bahan makanan, kayu, membersihkan air
dan menampung air tanah, menopang ekologi, dan lain-lain. Kerusakan tanah akan memberikan
pengaruh kepada eksistensi manusia dan makhluk hidup lain dan juga ekologi. Dibandingkan
dengan air atau udara, penyusun tanah sangat beragam dan respon terhadap materi berbahaya
juga beragam. Pengaruh yang diberikan kepada manusia biasanya secara tidak langsung yaitu
sebagai medium biologi atau melalui bahan pangan. Pengaruhnya biasanya bersifat lokal dan
berbeda dari satu tempat ke tempat lain.

Terdapat juga masalah berubahnya tanah/wilayah kering menjadi padang pasir. Menurut laporan
UNEP tahun 1991 di dunia terdapat lebih dari 6,1 milyar hektar tanah kering, di antaranya 900
juta hektar merupakan wilayah yang sangat kering yaitu gurun pasir. Hal ini akan menjadi
masalah yang besar karena sekitar 70% dari keseluruhan wilayah kering (3,6 milyar ha) atau
sekitar ¼ luas permukaan bumi akan berubah menjadi gurun pasir. (Gambar 1, Gambar 2)

3. Masalah limbah

Aktivitas sosial ekonomi saat ini menjadi produksi skala besar, konsumsi skala besar dan
produksi limbah skala besar. Bersamaan dengan meningkatnya taraf hidup terjadi peningkatan
volume limbah, beragamnya jenis sampah, dan berkurangnya kapasitas tempat pembuangan
sampah. Hal ini meningkatkan beban lingkungan pada tiap tahap dari sumber sampai menjadi
limbah.

Dalam hal limbah berbahaya, banyak terlihat peningkatan kasus berupa berpindahnya lokasi
pengolahan limbah. Karena beragamnya kualitas limbah dan meningkatnya volume limbah,
tempat pengolahan limbah berpindah dari negara dengan biaya pengolahan tinggi ke negara
dengan biaya pengolahan rendah, atau berpindah dari negara yang memiliki peraturan
pengolahan limbah yang ketat ke negara yang peraturannya longgar. Ada kekhawatiran apabila
negara penerima limbah tidak melakukan pengolahan dengan baik, maka negara tersebut akan
menerima pengaruh pada lingkungan hidup atau ekologinya. Perpindahan limbah berbahaya ini
menjadi masalah juga. Karena mulai terlihat adanya rencana untuk memindahkan limbah dari
negara maju ke negara berkembang, maka dilakukan suatu diskusi secara internasional yang
berpusat di UNEP, dan pada tahun 1989 di Basel, Swiss dibuatlah suatu konvensi yaitu Basel
Convention on Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal.

4. Masalah lingkungan alam

Luas hutan di bumi adalah sekitar ¼ luas daratan bumi, pada tahun 1995 luasnya sekitar 3,454
milyar ha. Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), hutan di bumi khususnya
hutan tropis, di seluruh dunia berkurang sebesar 56,3 juta ha dari tahun 1990 hingga 1995. Rata-
rata setiap tahun sekitar 11,3 juta ha hutan musnah, dan ini sekitar 30% dari luas wilayah Jepang.
Luas hutan, sejak tahun 1990 hingga 1995 di negara maju (kecuali Rusia) bertambah 8,78 juta
ha, tetapi di negara berkembang berkurang lebih dari 7 kali dari angka pertambahan hutan di
negara maju atau sebesar 65,15 juta ha (rata-rata per tahun 11,03 juta ha), dan kecepatan
musnahnya hutan semakin tinggi (Gambar 3, Gambar 4). Di antara negara berkembang,
berkurangnya hutan tropis adalah yang paling cepat. Untuk wilayah hutan non tropis di negara
berkembang, dari tahun 1990 hingga 1995 rata-rata setiap tahun luas hutan berkurang 430 ribu
ha, sedangkan hutan tropis berkurang 12,59 juta ha. Penyebab berkurangnya hutan tropis di
negara berkembang adalah masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertambahan penduduk,
peraturan pertanahan, dan lain-lain. Karena tanaman mengubah CO 2 di udara menjadi materi
organik melalui fotomorfosis, hutan tropis memainkan peranan sebagai sumber penyerapan CO 2.
Berkurangnya hutan akan mempercepat laju pemanasan global. Selain itu disebutkan bahwa 50 –
80% dari makhluk hidup yang ada di bumi tinggal di hutan tropis, hutan tropis juga memiliki
peran penting dalam mempertahankan keragaman hayati. Berkurangnya hutan tropis akan
membuat punahnya binatang dan tumbuhan, serta mengakibatkan berkurangnya tempat
penyemaian bibit.

5. Masalah keragaman tanaman dan satwa lain

Menurut UNEP diperkirakan ada 3 – 11,1 juta jenis tanaman di bumi termasuk jenis yang belum
dikenal. Saat ini yang sudah dikonfirmasi ada sekitar 1,75 juta jenis. Keragaman jenis seperti ini
beserta keragaman pada level gen, keragaman ekologi, semuanya disebut sebagai keragaman
hayati. Tetapi keragaman hayati ini musnah dengan cepat apabila kerusakan hutan terus
berlanjut, diperkirakan sekitar 4 –8% jenis flora yang hidup di hutan tropis akan punah.
Saat ini laju musnahnya flora dan fauna sudah mulai melambat. Musnahnya jenis flora itu bukan
karena proses alam, tetapi terutama karena aktivitas sosial ekonomi manusia. Untuk menjaga
kelestarian tanaman dan satwa liar dibuatlah suatu konvensi yaitu Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora.

Antara Pertumbuhan Ekonomi atau Kerusakan


Lingkungan
Sumber: https://www.kompasiana.com/danijonesbern/550d34aca33311d81a2e3ac5/antara-
pertumbuhan-ekonomi-atau-kerusakan-lingkungan

Manusia tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban dalam memanfaatkan SDA, tetapi juga
harus menjaga kelestarian serta kelangsungan dari lingkungan alam tersebut. Manusia juga harus
membatasi tingkah laku mereka dalam memanfaatkan lingkungan alam agar lingkungan alam
tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup manusia.

Kita memiliki upaya untuk mengelola SDA dan lingkungan hidup lebih baik. Kita memiliki
harapan dan peluang yang cukup besar bahwa masalah lingkungan hidup yang makin rawan
dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Cukup kompleks masalah yang dihadapi negara
berkembang seperti indonesia ini, misalnya masalah demografi, ekonomi dan sosial budaya yang
akhirnya juga akan mempengaruhi keberadaan lingkungan alam.

Demografi, inilah salah satu penyebab hutan yang sedikit demi sedikit hilang dari pulau Jawa.
Terkonsentrasinya pertumbuhan penduduk di tanah Jawa tentunya membutuhkan lahan
permukiman bagi mereka yang tinggal di tanah yang subur ini. Tak hanya itu, dari aktivitas
ekonomi juga berandil banyak dalam menciptakan kerusakan lingkungan hidup. Berdirinya
pabrik-pabrik pengusaha dalam negeri sampai pabrik relokasi milik pengusaha asingpun juga
ikut menambah sesaknya udara dengan polusi udara. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar
yang cenderung masih berladang dengan cara membuka atau menebang hutan dan
menjadikannya ladang baru juga ikut serta dalam menambah penyebab kerusakan lingkungan
alam.

Tak benar juga jika kita selalu menyalahkan pemerintah sepenuhnya. Dalam masalah demografi
pemerintah telah menjalankan program transmigrasi sejak 1950, namun sampai sekarang
program tersebut masih belum bisa dioptimalkan dan pertumbuhan penduduk masih tetap
terkonsentrasi di Jawa.

Disisi lain tumbuhnya pabrik-pabrik lokal maupun asing di Indonesia juga berdampak pada
bertambahnya lapangan pekerjaan sehingga pertumbuhan ekonomipun otomatis juga akan
meningkat. Tapi yang mengecewakan ketika beberapa pabrik-pabrik tersebut tidak
menghiraukan kelestarian lingkungan alam dengan membuang limbah cair ke sungai tanpa
proses pengelolaan limbah yang berwawasan lingkungan. Hal ini akan merugikan manusia dan
juga ekosistem di sekitar lingkungan tersebut. Salah satu hal yang diupayakan pemerintah dalam
mengurangi dampak negatif tersebut adalah dengan cara memusatkan pabrik-pabrik dalam satu
kawasan yang disebut kawasan industri. Di Indonesia ada banyak kawasan industri, misalnya
kawasan industri gresik, kawasan industri rungkut dan masih banyak lagi. Langkah ini dirasa
efektif dalam mengurangi kerusakan lingkungan alam karena industri-industri besar dipusatkan
dalam satu wilayah dan otomatis polusi yang dihasilkan tidak akan menyebar samppai
permukiman penduduk. Biasanya suatu kawasan industri dilengkapi oleh sistem pengolah
limbah, jadi dengan adanya sistem tersebut dampak negatif tersebut bisa diminimalkan.

Sumber daya alam atau SDA adalah tulang punggung perekonomian suatu negara. Berbagai cara
dilakukan untuk memanfaatkan SDA yang ada sebagai langkah untuk memakmurkan rakyat
negara tersebut. Ada sebuah istilah ” Mania Pertumbuhan ” yang merupakan sikap kejiwaan
yang semata-mata gandrung pada pertumbuhan dan sekarang hal itu sedang menyelimuti
Indonesia. Birokrasi Indonesia yang mengidap sindrom Mania Pertumbuhan ini melakukan
segala cara agar bisa menggenjot laju pertumbuhan perekonomian Indonesia. Mulai dari masalah
akan dibuka ladang kelapa sawit baru diatas tanah gambut. Secara ekonomis, memang hal itu
akan menambah kuantitas ekspor Indonesia ke pangsa pasar internasional. Namun jika hal itu
akan direalisasikan maka sama saja Indonesia dengan mengingkari Protokol Kyoto. Hutan Tropis
Kalimantan adalah salah satu paru-paru Indonesia dan dunia pada umumnya, tapi hal tersebut
berubah ketika lahan gambut terbakar (dibakar) dan seketika paru-paru Indonesia tersebut
menjadi penyumbang polusi terbesar dan penyebab efek rumah kaca bagi dunia. Terbakarnya
lahan gambut tidak hanya membuat resah masyarakat di Kalimantan, namun tidak jarang
masyarakat Riau bahkan negara tetanggapun terganggu dengan hal ini.

Dari sekilas masalah tadi, ternyata para birokrat tanah air ini masih terjerat dengan jerat ideologi
yang dikumandangkan oleh JJ.Rostow. Rostow menjelaskan bahwa ada tiga tahapan dalam
pembangunan perekonomian. Pertama ” Underdevelopment “, ” Take Off ” dan ” Mass
Consumption ” sebagai tingkat tertinggi. Jika ditempatkan pada salah satu indikator tersebut
maka Indonesia masih dalam masa “Underdevelopment” selama 65 tahun ini.

Dalam mengatasi masalah yang kompleks dan saling terkait ini memang cukup sulit. Spesialisasi
produksi suatu produsen mungkin bisa meminimalisasi masalah lingkungan hidup dan mania
pertumbuhan di Indonesia ini. Indonesia tidak berdiri sendiri di Bumi ini melainkan masih
banyak negara lain yang bisa diajak untuk melakukan trading untuk komoditas-komoditas yang
memiliki keuntungan komperatif.

Khusus untuk mengatasi masalah lingkungan hidup. Pemerintah membuat Undang-undang no.23
tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, tetapi kita juga harus mengawasi dan menjalankan UU
tersebut sebagai pedoman etika bergaul dengan lingkungan hidup karena kita tidak bisa hidup
jika kita tidak bersahabat dengan lingkungan alam kita. Mulailah dengan satu orang satu pohon ,
Bike to Work, Slient World Days dan banya hal yang bisa anda lakukan demi lingkungan hidup
yang bersahabat dengan kita.

Perubahan Lingkungan: Dampak Perubahan


Lingkungan Terhadap Kesehatan
https://banten.bisnis.com/read/20170721/251/673575/perubahan-lingkungan-dampak-perubahan-
lingkungan-terhadap-kesehatan

Dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang semakin menyadari potensi bahaya yang
diakibatkan oleh pemanasan global dan perubahan lingkungan lainnya yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, dan peningkatan kesadaran ini adalah sebuah perubahan yang baik.

Namun, dampak paling berbahaya dari pemanasan global justru masih terabaikan, yaitu dampak
hal tersebut terhadap kesehatan manusia.

Kekhawatiran mengenai dampak peningkatan temperatur diatas temperatur pada masa pra-
industri bagi bumi adalah sebuah hal yang wajar. Selain itu, wajar pula jika ada kekhawatiran
bahwa kelompok termiskin di dunia akan terkena dampak terbesar dari hal ini, sementara
Amerika yang merupakan negara penghasil karbon dioksida terbesar kedua di dunia justru
terlihat makin mengabaikan tanggung jawab mereka.

Tapi dampak perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia terhadap kesehatan
masih diabaikan dan kualitas hidup generasi mendatang digadaikan demi keuntungan ekonomi.

Dampak dari hal-hal tersebut terlihat dengan lebih jelas di negara-negara berkembang yang
terletak di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Eropa.

Pertumbuhan yang pesat dan peningkatan pendapatan telah menyebabkan perbaikan nutrisi,
pendidikan dan mobilitas sosial. Dalam 35 tahun terakhir, negara-negara seperti Brasil, China,
India, Indonesia, Meksiko, Rusia, Afrika Selatan dan Turki telah mencapai kemajuan yang luar
biasa dalam bidang pembangunan sumber daya manusia.

Namun seringkali kemajuan ini dicapai tanpa mempertimbangkan stabilitas lingkungan hidup.
Terkontaminasinya setengah dari pasokan air bersih dunia, lenyapnya lebih dari 1.4 juta mil
persegi (2.3 juta kilometer persegi) hutan sejak tahun 2000, kesalahan pengelolaan limbah padat,
punahnya banyak spesies, kerusakan habitat, dan penangkapan ikan berlebih telah
menghancurkan sumber daya yang kita butuhkan untuk bertahan hidup.

Manusia telah mengubah alam secara dramatis yang menyebabkan dampak yang merugikan
manusia sehingga para ilmuwan berpendapat bahwa kita telah memasuki sebuah jaman geologis
baru – yang disebut dengan Anthropocene – yang dimulai pada 1950 dan ditandai dengan polusi
dalam skala global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Simposium Negara Berkembang yang merupakan inisiatif Kolase Green Templeton di


Universitas Oxford baru baru ini menyimpulkan bahwa perubahan-perubahan lingkungan
mempunyai dampak yang serius terhadap kesehatan manusia, khususnya di negara-negara
berkembang.

Hampir seperempat dari penyakit di dunia diasosiasikan dengan faktor lingkungan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, ungkap Simposium tersebut. Anak-anak dibawah usia lima
tahun mempunyai resiko terbesar untuk mengidap penyakit yang disebabkan oleh buruknya
pengelolaan lingkungan.

Memulihkan kondisi lingkungan dan kesehatan dari kelompok masyarakat yang paling rentan
adalah hal-hal yang mungkin untuk dilakukan. Namun untuk mencapai hal tersebut diperlukan
perubahan radikal dalam kebijakan lingkungan hidup, perekonomian dan sosial. Negara-negara
yang berkembang sebelum adanya kemajuan ilmu lingkungan hidup dapat mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui dampak dari aktivitas manusia. Ketika para ilmuan mengatakan bahwa
asbestos mempunyai dampak karsinogenik, misalnya, atau bahwa memompa air melalui pipa
timah bisa berdampak pada sistem syaraf, barulah undang-undang dan peraturan diberlakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Namun saat ini, negara-negara tidak bisa lagi mengabaikan ilmu pengetahuan. Bahkan negara
berkembang harus menyelaraskan ambisi mereka untuk membangun perekonomian (baik
sepenuhnya maupun sebagian) dengan pemahaman akan dampak hal tersebut pada lingkungan.
Para pemimpin harus bersiap untuk menganjurkan perubahan sikap, gaya hidup, dan strategi
pembangunan. Dan mereka harus memprioritaskan tujuan pembangunan yang juga melindungi
lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.

Kancah Politik

Penyesuaian ini akan sulit untuk dikelola secara struktur, dan bahkan lebih sulit lagi untuk
meyakinkan orang dalam kancah politik mengenai pentingnya hal ini. Dalam beberapa kasus,
penyesuaian ini akan memprioritaskan kebaikan untuk lingkungan diatas kepentingan nasional.
Namun para pemimpin negara berkembang, dan juga negara maju, harus menyadari bahwa
memang tidak ada pilihan lain. Pertumbuhan yang hanya mempertimbangkan sektor ekonomi
dan asumsi yang salah bahwa lingkungan akan terus memberikan sumber daya bagi manusia,
meskipun telah dieskploitasi, telah mengantarkan kita pada situasi yang ada sekarang.

Namun terdapat kabar baik. Pelestarian lingkungan dapat berjalan selaras dengan pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial, dan stabilitas politik. Hal ini juga berlaku bahkan bagi negara-negara
miskin yang menerapkan kebijakan yang memperhitungkan pelestarian lingkungan yang
mendukung model pembangunan yang sehat serta tidak merusak.

Keputusan yang hanya mempertimbangkan keuntungan jangka pendek, seperti menarik Amerika
keluar dari Perjanjian Perubahan Iklim Paris yang diambil oleh pemerintahan Trump,
mempunyai potensi untuk mendorong kerusakan lingkungan yang lebih buruk. Kita tidak boleh
membiarkan hal ini terjadi.

Negara-negara yang tergabung dalam perjanjian tersebut harus bekerjasama untuk


menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup yang ada dan menaruh perhatian pada kerugian
dari sisi kesehatan jika mereka tidak mengambil tindakan untuk menyelesaikan hal tersebut.

Permasalahan lingkungan hidup yang ada saat ini tidak bisa diselesaikan jika seluruh negara
tidak memahami bahwa pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan bisa berjalan
bersamaan.

Forum global, seperti G20 dan PBB, dapat berperan sebagai wadah utama untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan. Khususnya, strategi yang mendukung kesehatan serta kesejahteraan
harus lebih terintegrasi dengan baik ke pembuatan kebijakan lingkungan hidup di tingkat lokal,
propinsi dan internasional.

Namun jangan salah, orang yang tidak mempercayai hal ini akan mempertanyakan sains dan
mengkritik pernyataan bahwa kebijakan yang mengabaikan pelestarian lingkungan dapat
membawa dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

Tapi saya juga mempunyai pertanyaan kepada orang-orang tersebut: “Apakah ada bersedia
mengambil risiko jika Anda salah dalam hal ini?”
Wali Kota Bekasi Usul Presiden Jokowi
Jadikan Pondok Gede Permai Polder Air
Riesty Yusnilaningsih
- 9 Januari 2020, 19:40 WIB

Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01331001/wali-kota-bekasi-usul-
presiden-jokowi-jadikan-pondok-gede-permai-polder-air?page=2
SITUASI usai banjir yang merendam Pondok Gede Permai, Jatiasih, Bekasi, Kamis 2 Januari 2020.
Genangan air sudah mulai turun per tanggal 7 Januari 2020.* /RISKY ANDRIANTO/ANTARA

PIKIRAN RAKYAT - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi kembali mengusulkan agar
Perumahan Pondok Gede Permai di Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih dijadikan polder
penampung air.

Usulan tersebut disampaikan langsung Rahmat kepada Presiden Joko Widodo saat memenuhi
panggilan ke Istana Negara, Rabu, 8 Januari 2020, guna membahas penanganan banjir
Jabodetabek.

Wacana merelokasi warga Pondok Gede Permai agar wilayah tersebut dijadikan polder air sudah
pernah disampaikannya pada tahun 2013, usai banjir besar setinggi tiga meter melanda kawasan
yang menjadi titik pertemuan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi tersebut.

"Namun warga PGP tidak pernah mau menerima tawaran relokasi tersebut," ucap Rahmat di sela
kunjungannya ke Perumahan Pondok Mitra Lestari guna memantau kondisi tanggul Kali Bekasi,
Kamis, 9 Januari 2020.

Menurut Rahmat, usulan tersebut kembali dilontarkannya karena dirasa sebagai salah satu solusi
efektif menanggulangi banjir akibat luapan Kali Bekasi.

Pertemuan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang merupakan hulu Kali Bekasi,
berdampingan dengan lokasi PGP. Bahkan sejumlah rumah di PGP yang bersisian dengan
tanggul, ada pada posisi yang lebih rendah daripada permukaan Kali Bekasi, bahkan saat kondisi
tinggi muka air normal sekalipun.

Maka manakala Kali Bekasi meluap karena tak kuat menampung lonjakan volume air kiriman
Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi, kawasan PGP kerap merasakan imbasnya. Bahkan saat
banjir Tahun Baru 2020, PGP menjadi wilayah banjir dengan ketinggian genangan terdalam,
yakni mencapai 2,5 meter.

"Kalau PGP dijadikan lahan resapan, saat volume air melonjak, bisa tertampung terlebih dulu di
sana, sehingga saat mengalir ke arah hilir tidak akan ikut limpas ke permukiman lain di
sepanjang bantaran Kali Bekasi," katanya.

Berdasarkan arsip Pikiran-rakyat.com pada 2013, diketahui bahwa pembangunan perumahan


PGP tidak memenuhi mekanisme seputar izin dampak lingkungan.

Sejak perumahan tersebut berdiri pada tahun 1990-an, pengembang tidak pernah memproses izin
dampak lingkungan tersebut pada BPLH.

Oleh karena itu, akan lebih baik jika perumahan dikembalikan sesuai peruntukannya, yakni
menjadi daerah resapan air.

Anda mungkin juga menyukai