NIM : 219190076
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
Pendahuluan
3
BAB II
Pembahasan
Tujuan pengadaan barang/jasa adalah untuk memperoleh barang atau jasa dengan
harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan jumlah dan mutu sesuai, serta pada
waktunya. Prinsip dasar pengadaan barang/jasa pemerintah adalah efisien, efektif, terbuka
dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, akuntabel.
Secara maksud dan tujuan, Keppres ini dikeluarkan agar pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara
efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan
akuntabel.
4
Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia;
Kewajiban mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali
pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran
kepada masyarakat luas.
Keppres ini juga mengatur mengenai Etika Pengadaan, yang harus dipatuhi oleh
pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait dengan
pengadaan, di antaranya:
Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa (yang seharusnya dirahasiakan)
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.
Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah
dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.
Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang
terkait (conflict of interest).
Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara
dalam pengadaan barang/jasa.
Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan negara.
Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau
patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.
Selain itu, juga diatur mengenai perbuatan atau tindakan penyedia barang/jasa yang
dapat dikenakan sanksi:
5
Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini, meliputi:
Dalam Peraturan Presiden ini juga diatur mengenai Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) dan persyaratan keikutsertaan perusahaan asing untuk meningkatkan
penggunaan produksi dalam negeri dan keberpihakan terhadap pengusaha nasional,
pengaturan kontrak payung dan kontrak pembiayaan bersama (cofinancing) antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta peningkatan nilai pengadaan yang
diadakan untuk menumbuh kembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
6
konstruksi, kegagalan bangunan, peran masyarakat, pembinaan, penyelesaian sengketa,
sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian,
keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, serta keamanan dan keselamatan
demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan Undang-undang tentang Jasa Konstruksi ini, maka semua penyelenggaraan
jasa konstruksi yang dilakukan di Indonesia oleh pengguna jasa dan penyedia jasa,
baik nasional maupun asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam
Undang-undang tentang Jasa Konstruksi.
BAB III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Dengan adanya peraturan yang jelas dari pemerintah tentang sistem pengadaan
barang/jasa dan pertanggung jawaban mutu bangunan konstruksi yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi, dan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jelas bahwa dalam setiap tahap pengadaan
barang/jasa sudah diatur oleh pemerintah dengan tujuan agar tidak adanya kecurangan
serta kerugian materi bagi pemerintah.
3.2.Saran
Sebaiknya penyedia sistem pengadaan barang/jasa berpedoman pada peraturan
tersebut agar mutu bangunan konstruksi terjamin dan negara tidak dirugikan. Dan tidak
mencoba menyimpang dari peraturan tersebut dengan tujuan keuntungan pribadi maupun
kelompok.
7
Daftar Pustaka
8
9