Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
UJI SENSITIVITAS BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antibiotikmaupunjenis-jenisantimikrobalainnyatelahumumdikenaldikalanganmasyarakat.
Penggunaandari antibiotik danantimikrobaini pun telahmeningkat,
seiringdenganbermunculannyaberbagaijenisinfeksi yang
kemungkinanditimbulkanolehjenisbakteribaru. Pada kenyataannya, penggunaan
antibiotikdikalanganawamseringkalidisalahgunakan,
dalamartianseringkalipenatalaksanaandalammenanganisuatujenisinfeksi yang tidaktepat, yang
berupapemakaian antibiotik dengandosisdan lama terapiataupenggunaan yang tidaktepat,
karenakurangnyapemahamanmengenai antibiotik itusendiri. Hal inipulalah yang
kemudianharimerupakanpenyebabutamadaritimbulnyaresistensidariobat-obat antibiotik
maupunantimikrobaterhadapjenisbakteritertentu. Obat-obatantimikrobaefektifdalam pengobatan
infeksikarenakemampuanobattersebutmembunuhmikroorganisme yang
menginvasipenjamutanpamerusak sel.

Dalampercobaaniniakandilakukanujisensitifitas, yang
merupakansuatuteknikuntukmenetapkansensitifitassuatuantibiotikadenganmengukurefeksenyawa
tersebutpadapertumbuhansuatumikroorganismesertaberhubungandenganwaktuinkubasiuntukmeli
hat antibiotik mana yang kerjanyalebihcepatmenghambatataumembunuh mikroba lain.
Alasanpenggunaanbeberapamacam antibiotik yaituuntukmelihat antibiotik mana yang
kerjanyalebihcepatmenghambatataumembunuhmikroba, antibiotik mana yang telahresistendan
antibiotik mana yang betul-betulcocokuntuksuatujenismikroba.

Penggunaanataupemberian antibiotik sebenarnyatidakmembuatkondisitubuhsemakin baik,


justru merusak sistem kekebalantubuhkarenaimunitasbisamenurunakibatpemakaiannya. Alhasil,
beberapawaktukemudianakanmudahjatuhsakitkembali.

Antibiotik hanyamelawaninfeksibakteridantidakbekerjamelawaninfeksi virus, gondokdan


bronchitis. Antibiotik yang diperlukanuntukmengobatiinfeksi virus
malahbisamembahayakantubuh. Hal inikarenasetiap kali dosis antibiotik diambil virus
tidakterpengaruh, malahsebaliknya, terjadipeningktankekebalanbakteriterhadap antibiotik.
Bakteri yang kebaldengan antibiotiktidakdapatdibunuhdenganobattersebutpadadosis yang sama.
Inilahsebabnyamengapasetiap orang harusmengikutipetunjuk yang
diberikanolehdoktersebelummengambil antibiotik.

Padapercobaaninidilakukanujipada antibiotik Tetrasiklin terhadapbakteriStaphylococcus


aureusuntukmengetahuibesar sensitive, resistensi, intermedietdanzonahambatdarisetiap
konsentrasi antibiotik.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Melakukanujikepekaanbakteriterhadapantibiotikuntukmengetahuibatas
kepekaan/sensitivitassuatubakteri (peka, setengahpekaatauresisten) terhadapsuatuantibiotik yang
dinyatakansebagaiKonsentrasiHambat Minimum (KHM) suatuantibiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Untuk menentukan kepekaan suatu bakteri terhadap antibiotika dapat digunakan
metode penipisan seri kaldu pepton, difusi agar, dan metode penipisan agar lempeng.

1. Metode penipisan seri kaldu pepton.

Metode ini menggunakan cara dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada
medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Dalam konsentrasi antibiotik terendah
manakah terdapat penghambatan sempurna terhadap pertumbuhan bateri. Konsentrasi terendah
inilah yang disebut sebagai batas kepekaan bakteri terhadap antibiotik tersebut. Batas kepekaan
bakteri umumnya disebut dengan konsentrasi hambat minimum (KHM). Metode ini mempunyai
kategori sensitivitas yaitu sangat peka, peka, setengah peka sedikit peka dan resisten.

2. Metode difusi agar

Metode ini paling banyak digunakan dalam uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik karena
cepat, sederhana, dan efisien. Metode ini untuk menentukan aktivitas agen mikroba. Kertas
cakram atau pecadang logam steril yang berisi antibiotika diletakkan pada media agar yang berisi
inokulat mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
diindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada
permukaan media agar. Pada metode ini memiliki interpretasi hasil yaitu sebagai berikut : peka
(apabila DDH terdapat disekitar kertas cakram pada ketiga konsentrasi larutan pengenceran
antibiotika). Setengah peka (apabila tidak ada DDH pada kertas cakram dengan konsentrasi
larutan pengenceran antibiotik yang rendah, tetapi ada pada konsentrasi yang menengah dan
tinggi). Sedikit peka (apabila tidak ada DDH yang dihasilkan pada kertas cakram dengan
konsentrasi antibiotik rendah dan menengah tapi tetapi ada pada konsentrasi yang tinggi).
Resisten (apabila tidak ada DDH yang dihasikan pada semua kertas cakram)

3. Metode penipisan agar lempeng

Metode ini mirip dengan metode penipisan seri kaldu pepton namun menggunakan media
padat. Keuntungan metode ini adalah sustu konsentrasi antibiotik yang diuji dapat digunakan
untuk menguji beberapa mikroba uji.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat :
a. Pipet steril
b. Tabung reaksi steril
c. Cawan petri steril
d. Ohp pen
e. Kertas cakram
f. Pinset
g. Jarum ose
h. Lampu spritus

2. Bahan :
a. Larutan pengencer antibiotika ( Tetrasiklin)
b. Suspensi biakan Staphylococcus aureus
c. Kaldu pepton steril
d. Air suling steril
e. Media agar

B. Cara Kerja
1. Metode penipisan seri kaldu pepton
a. Menyisipkan penipisan bakteri 1 :1000
1) Siapkan 4 tabung reaksi dan beri nomor 1 sampai 4
2) Kedalam tabung nomor 1 dan 2 masing-masing dimasukkan 2.7 ml kaldu
pepton, dan kedalam tabung nomor 3 dan 4 masing-masing 9 ml
3) Kedalam tabung nomor 1 dimasukkan 0,3 suspensi biakan Staphylococcus
aureus, kemudian homogenkan. Maka pada tabung nomor 1 terdapat
pengenceran bakteri 1 : 10
4) Ambil 0,3 ml dari tabung nomor 1 lalu masukkan kedalam tabung nomor 2,
maka pada tabung nomor 2 terdapat pengenceran bakteri 1 : 100
5) Dari tabung nomor 2 dipindahkan masing-masing 1 ml kedalam tabung nomor 3
dan 4, maka tabung nomor 3dan 4 terdapat pengenceran 1 : 1000
b. Siapkan 10 tabung reaksi steril dalam rak berisi nomor 1 sampai 10
c. Kedalam tabung nomor 2 sampai 10 masing-masing dimasukkan 0.5 ml enceran
antibiotik dengan konsentrasi tertentu ( 100 µg/ml), homogenkan
d. Pindahkan sebanyak 0,5 dari tabung nomor 2 ketabung nomor 3 homogenkan, lalu
pindahkn 0.5 ml dari tabung nomor 3 ke tabung nomor 4 homogenkan, begitu
seterusnya sampai tabung nomor 10.
e. Masukkan kedalam tabung nomor 1 sampai 10 penipisan bakteri 1 : 1000 masing-
masing 1ml , homogenkan.
f. Inkubasikan dalam inkubator dengan suhu 35-37 ˚C selama 18-24 jam dan dipilih
pada konsentrasi antibiotik terendah manakah terdapat pertumbuhan bakteri.
Konsentrasi antibiotik terendah inilah yang disebut sebagai batas kepekaan bakteri
terhadap antibiotika tersebut. Batas kepekaan bakteri umumnya disebut dengan
konsentrasi hambat minimum (KHM)/ minimal inhibitory concentration (MIC).

2. Metode difusi agar


a. Pipetkan 0.1 ml biakan Staphylococcus aureus kedalam cawan petri steril kemudian
tuangkan agar cair bersuhu 48˚C, homogenkan biarkan memadat. Setelah memadat
simpan didalam inkubator bersuhu 37 ˚C dengan posisi cawan terbalik sampai titik
uap air yang berada di permukaan hilang. Bagian dasar cawan dibagi 3 bagian dengan
menggunakan ohp pen. Tandai dengan dosis rendah, menengah, tinggi.
b. Dengan menggunakan pinset steril ambil kertas cakram dan jenuhkan dengan cairan
antibiotik tertentu dan letakkan dipermukaan agar yang telah mengandung supensi
bakteri sesuai dengan konsentrasi yang akan diuji.
1) Inkubasikan dalam inkubator bersuhu 37 ˚C selama 18- 24 jam.
2) Amati dan ukur DDH yang dihasilkan

3. Metode penipisan agar lempeng


a. Buat seri pengenceran antibiotika sampai 10 konsentrasi dengan perbedaan
konsentrasi satu dengan yang berikutnya 1 : 2 ( prosedur mirip dengan pengenceran
antibiotika pada cara penipisan kaldu pepton, hanya volume pertabung dapat diatur
sesuai kebutuhan).
b. Siapkan 10 cawan petri steril, kemudian beri label sesuai dengan konsentrasi
antibiotika yang akan dimasukkan dengan nama mikroba yang akan diinokulasikan
c. Masukkan 1 ml larutan pengencer antibiotika yang akan diuji kedalam cawan petri
lalu tambahkan 15-20ml media agar cair yang bersuhu 48˚C homogenkan, biarkan
memadat.
d. Balikkan cawan yang telah berisi agar dibagian atas dan bagian bawah dibagi menjadi
sektor sesuai dengan jumlah bakteri yang akan diuji.
e. Dengan menggunakan sengkelit inokulasikan bakteri yang akan diuji sebanyak 1
sengkelit kedalam cawan. Lakukan hal yang sama untuk lempeng agar blanko.
f. Amati hasil percobaan dan dilihat pada enceran antibiotika terendah manakah
terdapat penghambat pertumbuhan yang sempurna terhadap pertumbuhan bakteri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Cara Pengenceran Seri Kaldu Pepton


Nama antibiotik : Tetrasiklin HCl
Bakteri Uji : Staphylococcus aureus
Lama Inkubasi : 18 - 24 Jam
Suhu Inkubasi : 37 ̊ C
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabung
Dosis 100 50 25 12.5 6.25 3.125 1.563 0.782 0.39 0.195
antibiotika µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml

Pertumbu-
- - - - - - - - + +
han bakteri

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotik
Tetrasiklin terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 0.782 µg/ml . Berdasarkan nilai KHM
yang diperoleh, maka bakteri Staphylococcus aureusbersifat peka(sensitive) terhadap antibiotik
tetrasiklin HCl.

B. Cara Difusi Agar


Nama antibiotik : Tetrasiklin HCl
Bakteri Uji : Staphylococcus aureus
Lama Inkubasi : 18 - 24 Jam
Suhu Inkubasi : 37 ̊ C

Gambar Dosis antibiotika (µg/ml)

Rendah(10 µg) Menengah (30 µg) Tinggi (60 µg)


R M
DDH DDH DDH
T
R1 = 13,3 mm M1 = 20,1 mm T1 = 32,3 mm
R2 = 16,3 mm M2 = 25,6 mm T2 = 27,3 mm
R3 = 14,2 mm M3 = 21,4 mm T3 = 28,3 mm

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, maka bakteri uji Staphylococcus aureus


bersifat peka terhadap antibiotika tetrasiklin.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada praktikum dengan teknik seripenipisan kaldu pepton ini digunakan 10 tabung, tabung
1 digunakan untuk kontrol dan 9 tabung lainnya untuk media cair kaldu pepton. Tabung 1 (100
µg/ml), tabung 2 (50 µg/ml), tabung 3 (25 µg/ml), Tabung 4 (12.5 µg/ml), Tabung 5 (6.25
µg/ml), Tabung 6 (3.125 µg/ml), Tabung 7 (1.5625 µg/ml), Tabung 8 (0.782µg/ml), Tabung 9
(0.39 µg/ml), Tabung 10 (0.195 µg/ml), kemudian inkubasi selama 24 jam.
Dari hasil pengamatan ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada tabung reaksi pada
konsetrasi nomor 9dan nomor 10. Maka dengan ini KHM (konsetrasi hambat minimum) pada
percobaan ini adalah 0,792 µg/ml , yang artinya konsentrasi antibiotik tetrasiklin minimal yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah 0,792 µg/ml. Berdasarkan nilai KHM yang
diperoleh, maka bakteri S. aureus bersifat peka (sensitif) terhadap antibiotika Tetrasiklin. Difusi
Agar
Dari hasil pengamatan uji kepekaan dengan menggunakan cara difusi agar menggunakan
bakteri Staphylococcus aureus dengan dosis antibiotika rendah , menengah dan tinggi
semuanya mempunyai daerah hambat masing-masing pada lempeng yang ditandai dengan
adanya diameter daerah hambat ( DDH ) di sekitar kertas cakram pada ketiga konsentrasi larutan
pengenceran antibiotik. Dari data tersebut maka interpretasi bakteri tersebut adalah peka
terhadap tetrasiklin. Namun dalam ketiga percobaan tersebut diatas memiliki perbedaan
sensitivitas, hal tersebut mungkin saja disebabkan oleh terjadinya kesalahan prosedur , seperti
kesalahan pengenceran dan pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi kurang aseptis.Pada
praktikum ini digunakan 3 dosis berbeda pada 3 cawan petri berbeda.

B. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :
1. Teknik uji sensitivitas menggunakan bakteri S. aureus, antibiotic tetrasiklin , media kaldu
pepton dan media agar.
2. Antibiotik tetrasiklin yang di pakai pada praktikum kali ini berfungsi sebagai MIC
(Minimum Inhibotory Concentration) dan hasil yang di dapat pada metode dilusi baik cair
maupun padat bersifat peka (sensitif).
3. Hasil yang didapat dari metode difusi agar maka bakteri S. aureus bersifat peka
(sensitive) terhadap antibiotika tetrasiklin pada dosis rendah, menengah dan tinggi.

C. Saran
1. Praktikan harus menggunakan APD untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan untuk mengurangi
terjadinya kesalahan pada pengenceran dan kontaminan bakteri pada saat praktikum.
3. Sebaiknya praktikan harus benar-benar memahami cara kerja terlebih dahulu untuk
mencegah kesalahan pada pengenceran dan lain-lain

A. Pembahasan
1. Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi
bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang
biak di dalam tubuh.
2. Cara kerja antibiotik terhadap sel bakteri, sebagai berikut:
a. Salah satu golongan antibitiotik yang disebut kuinolon memiliki mekanisme kerja
menghambat girase DNA, enzim penting yang membantu DNA bakteri untuk
memperbanyak diri. Dengan menghapus girase, ciprofloxacin dan antibiotik yang
sejenis secara efektif mencegah bakteri berkembang biak.
b. Beberapa antibiotik, termasuk tetrasiklin, yang biasanya digunakan untuk mengobati
jerawat, infeksi saluran pernapasan dan kondisi lain, berfungsi menghambat sintesis
protein. Antibiotik ini mencegah molekul ribosom untuk mensintesis protein. Tanpa
protein, bakteri tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi vital, termasuk reproduksi
aseksual.
c. Rifampisin, kelompok obat anti tuberkulosis (OAT), memiliki fungsi yang sama,
yaitu menghambat sintesis RNA, molekul yang terlibat dalam menerjemahkan DNA
tubuh menjadi protein.
d. Ada juga jenis antibiotik yang melawan bakteri dengan mekanisme kerja
menghentikan memproduksi asam folat oleh bakteri - vitamin penting - yang
digunakan bakteri untuk memperkokoh membran sel, membran sel ini mengontrol
keluar masuknya zat dari dan ke tubuh bakteri.
3. Tetrasiklin (INN) adalah antibiotikpoliketida spektrum luas yang diproduksi dari
genusStreptomyces dari Actinobacteria. Tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spektrum
luas karena menghambat pertumbuhan hampir semua bakteriGram-negatif maupun
Gram-positif.Tetrasiklin termasuk ke dalam golongan antibiotik aminoglikosida seperti
eritromisin.Cara kerjanya adalah menghambat atau menginhibisi sintesis protein pada
bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S ribosom. Struktur tetrasiklin terdiri
atas empat cincin yang bergabung dengan dua ikatan terkonjugasi. Substitusi pada cincin
memungkinkan perbaikan sifat farmakokinetik dan perbedaan spektrum aktivitasnya
terhadap bakteri
4. Struktur tetrasiklin terdiri atas empat cincin yang bergabung dengan dua ikatan
terkonjugasi. Substitusi pada cincin memungkinkan perbaikan sifat farmakokinetik dan
perbedaan spektrum aktivitasnya terhadap bakteri.
5. Staphylococcus aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 oC dengan waktu
pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal manusia.
Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan
Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang
menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi
serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon;
adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang
memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
6. Dalam uji sensitifitas dengan menggunakan metode cara penipisan seri kaldu pepton
( serial borth dilution method ) dan cara diusi agar / kertas cakram (serial borth diffusion
meethod/medicated paper disc method ). kami dapat mengetahui bakteri yang sensitif
terhadap antibiotika yang diujikan.
7. Pada metode penipisan seri kaldu pepton di unakan media kaldul pepton dilakukna
penceran antibiotik serta penganceran bakteri untuk mendapatkan biakan bakteri 1 : 1000.
Metode ini ingin mengethui seberapa peka terhadap pengenceran antibiotik.
8. Pada metode difusi agar, kertas caram yang mengandung antibiotika ditempatkan pada
media agar yang telah membeku dan telah diberi suspensi bakteri. Bakteri yang sensitif
terhadap antibiotika akan menunjukkan lingkaran seperti cincin yang disekitar kertas
cakram antibiotika yang diletakkan diatas media agar, dimana lingkaran disekitar kertas
cakram antibiotika ini disebut zona hambatan atau zona inhibisi. Dengan menguji
sensitifitas antibiotika pada bakteri yang sama akan diperoleh diameter zona hambatan
yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sensitifitas bakteri terhadap setiap
antibiotika berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh kerentanan dari bakteri yang diuji
terhadap masing-masing antibiotika.
9. Resisten adalah suatu keadaan dimanabakteri kurang atau tidak peka terhadap antibiotic.
Sensitive adalah suatu keadaan dimana bakteri sangat peka terhadap antibiotic.
Sedangkan intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan
sensitive ke keadaan resisten
10. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Tetrasiclin dengan
menggunakan bakteri Staphylococcus aureus.
11. Pada metode penipisan seri kaldu pepton maka kosentrasi hambat minimum (KHM)
antibiotik Tetrasiklinterhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah < 1 mikrogram per
ml, maka bakteri sangat peka terhadap antibioitk tetrasiklin .
12. Pada metode diusi agar diperoleh zona hambat pada kosentrasi rendah ( 10 mikrogram
perml ) pada cawan petri I 13, 3 mm pada cawan petri II 16,3 mm dan pada cawan petri
ke III 14,2 mm, pada kosentrasi menengah ( 30 mikrogram perml ) pada cawan petri I
20,1 mm pada cawan petri II 25,6 mm dan pada cawan petri ke III 21,4 mm, pada
kosentrasi tinggi ( 60 mikrogram perml ) pada cawan petri I 32,2 mm pada cawan petri II
27,3 mm dan pada cawan petri ke III 28,3 mm, maka pada ke tiga kosentrasi terdapat
zona hambat bakteri dengan keterangan sensitif. Hal tersebut berartinya antibiotik
tetrasiklin sensitif terhadap Staphylococcus aureus.

B. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Tetrasiclin dengan


menggunakan bakteri Staphylococcus aureus,
2. Pada metode penipisan seri kaldu pepton maka kosentrasi hambat minimum (KHM)
antibiotik Tetrasiklinterhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah < 1 mikrogram per
ml, maka bakteri sangat peka terhadap antibioitk tetrasiklin .
3. Pada metode diusi agar diperoleh zona hambat pada kosentrasi rendah ( 10 mikrogram
perml ) pada cawan petri I 13, 3 mm pada cawan petri II 16,3 mm dan pada cawan petri
ke III 14,2 mm, pada kosentrasi menengah ( 30 mikrogram perml ) pada cawan petri I
20,1 mm pada cawan petri II 25,6 mm dan pada cawan petri ke III 21,4 mm, pada
kosentrasi tinggi ( 60 mikrogram perml ) pada cawan petri I 32,2 mm pada cawan petri II
27,3 mm dan pada cawan petri ke III 28,3 mm, maka pada ke tiga kosentrasi terdapat
zona hambat bakteri dengan keterangan sensitif. Hal tersebut berartinya antibiotik
tetrasiklin sensitif terhadap Staphylococcus aureus.

C. SARAN

1. Pada saat melakukan praktek harus memakai APD lengkap.


2. Pada saat melakukan kan pengenceran bakteri dan pengenceran antibiotik sebaiknya di
hitung dengan benar dan di lakukan dengan hati hati sehingga data yang di dapat adalah
data yang benar.

A. PEMBAHASAN
1. Pada percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotika dilakukan dengan 2 metode yaitu
metode pengenceran seri kaldu pepton dan metode difusi agar. Antibiotika yang digunakan
adalah Tetrasiklin HCL dan bakteri Staphylococcus aureus
2. Tetrasiklin HCL adalah antibiotik broad spektrum yang cara kerjanya adalah menghambat
atau menginhibisi sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S
ribosom
3. Staphylococcus aureus adalah bakteri  bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat anaerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya
tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya
berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena
adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau
obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang
4. Pada metode pengenceran seri kaldu pepton, diberi tanda positif (+) jika bakteri tidak peka
terhadap antibiotik, sehingga antibiotik tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang
ditandai dengan keruh nya air kaldu pepton (adanya pertumbuhan bakteri ditabung tersebut)
5. Jika air kaldu pepton tidak keruh, diberi tanda negatif (-) yang berarti bakteri peka terhadap
antibiotik sehingga antibiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan ditandai
dengan air kaldu pepton yang jernih
6. Konsentrasi atau dosis antibiotika akan semakin rendah bila dilakukan pengenceran semakin
banyak sehingga semakin dilakukan banyak pengenceran, maka bakteri akan semakin tidak
peka terhadap antibiotika
7. Pada pengujian pada metode penipisan seri kaldu pepton maka kosentrasi hambat minimum
(KHM) antibiotik Tetrasiklinterhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah < 1 mikrogram
per ml, maka bakteri sangat peka terhadap antibiotik tetrasiklin
8. Pada metode difusi agar, dibuat garis tengah pada cawan petri yang dibagi menjadi dosis
Tinggi, Menengah dan Rendah. Dosis yang paling tinggi akan membentuk diameter yang
paling besar
9. Untuk mengukur diameter pada cawan petri, digunakan jangka sorong dengan skala
milimeter (mm) karena jangka sorong memiliki ketelitian yang tinggi
10. Pada metode difusi agar diperoleh data bahwa ada zone hambat pada cakram konsentrasi
rendah, menengah dan tinggi. Ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10 µg, 30 µg, 60 µg
tetrasiklin peka terhadap S. Aureus

B. KESIMPULAN
1. Pada cara penipisan kaldu pepton bakteri Staphiloccocus aureus besifat sangat peka
terhadap antibiotic Tetrasikin HCl dan mempunyyai kosentrasi hambat minimum (KHM)
sebesar 0,782 μg/mL, dibawah < 1 mikrogram per ml, maka Tetrasiklin sangat peka
terhadap Staphiloccocus aureus
2. Pada cara difusi, antibiotik Tetrasiklin peka terhadap Staphiloccocus aureus, dengan
ditandai adanya daerah hambat di sekitar cakram pada konsentrasi tinggi (60 µg), menengah
( 30 µg) dan rendah ( 10 µg)

C. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan untuk mengurangi
terjadinya kesalahan pada pengenceran dan kontaminan bakteri pada saat praktikum.
2. Sebaiknya praktikan harus benar-benar memahami cara kerja terlebih dahulu untuk
mencegah kesalahan pada pengenceran dan lain-lain
3. Praktikan harus menggunakan APD untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Geo. F. brooks. 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Penuntun Praktikum Mikrobilogi-I. 2019. Jakarta. Universitas Pancasila.
Seri Kaldu Pepton

Difusi Agar

Anda mungkin juga menyukai